Anda di halaman 1dari 5

1. Jelaskan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnose?

Radiografi : Teknik periapikal, oklusal, & panoramic (adanya gigi/benda asing pada sinus, perforasi setelah melakukan pencabutan gigi) CT scan & tomografi (untuk mengetahui seberapa besar fraktur pada sinus)

2. Diagnose pada kasus, DDx dan jelaskan! Diagnose : Oroantral fistula adalah lubang antara prosesus alveolaris dan sinus maksilaris yang tidak mengalami penutupan dan mengalami epitelisasi. Diagnose bandingnya : Oroantral komunikasi

3. Tanda dan gejala klinis Pembukaan/lubang kea rah rongga mulut yang sering mengalami keradangan dan terbentuk jaringan ikat/granulasi yang meninggi. Sering didapatkan drainase mukopurulen. Pasien tidak mengeluh adanya rasa sakit, kecuali apabila terdapat infeksi akut pada sinus. Pasien mengeluhkan adanya perpindahan kandungan rongga mulut dan idung, misalnya makanan, air, saliva/mucus. Tes tiup, menutup hidung dan membuka mulut. Terdengar hembusan udara dari soket. 4. Etiology pada kasus Adanya pencabutan pada gigi posterior (M1, M2, P2) dimana akarnya dekat dengan antum. Penggunaan elevator dengan tekananberlebih yang dapat mendorong gigi masuk kedalam sinus. Bentuk dinding dasar antrum yang mengikuti kontur akar Adanya keadaan patologis pada akar gigi, misalnya granuloma Fraktur pada processus alveolaris RA yg besar Kelainan pada akar gigi, misalnya hypersementosis & terjepitnya septum diantara gigi

Dasar sinus yang tipis Adanya infeksi dari gigi tiruan implan

5. Anatomi sinus maksilaris Perkembangan maksilaris 15-18 tahun Dinding medial/lateral : kavumnasi Atap sinus : dasar infraorbita Dinding anterior : permukaan facial os maksila Posterior : dinding spenomaksilaris Lantai sinus : proc. Alveolaris dengan gigi posterior RA. Menipisnya tulang dasar antrum : pertumbuhan gigi yang tumbuh bersamaan dengan perkembangan antrum. Fisiologis
SEBAGAI PENGATUR KONDISI UDARA SINUS BERFUNGSI SEBAGAI RUANG TAMBAHAN UNTUK MENGHANGATKAN DN MENGATUR KELEMBAPAN UDARA . VOLUME PERTUKARAN DALAM VENTILASI SINUS KURANG LEBIH 1/1000 VOLUM SINUS PAA TIAP KALI BERNAPAS, SHINGGA DIBUTUHKAN BEBERAPA JAM UNTUK PERTUKARAN UDARA TOTAL DALAM SINUS MEMBANTU KESEIMBANGAN KEPALA SINUS MEMBANTU KESEIMBANGAN KEPALA KARENA MENGURANGI BERAT TULANG MUKA AKIBAT UDARA YANG ADA DALAM SINUS . MEMBANTU RESONANSI SUARA SINUS BERFUNGSI SEBAGAI RONGGA UNTUK RESONANSI SUARA DAN MEMPENGRUHI KUALITAS SUARA. SEBAGAI PEREDAM PERUBAHAN TEKANAN FUNGSI INI BERJALAN BILA ADA PERUBHAN TEKANAN YANG BESAR DAN MENDADAK , MISALNYA PADA WAKTU BERSIN ATAU MEMBUANG INGUS

6. Mekanisme

KELUARNYA GELEMBUNG UDARA DARI SOKET HAL INI TERJADI DIKARENAKAN ADANYA PERFORASI YANG TERJADI DIDAERAH SOKET YANG TEMBUS KE SINUS MAXILARIS DAN AKAN MENGAKIBATKAN KELUARNYA GELEMBUNG UDARA KARENA PROSES FISIOLOGIS DARI SINUS MAXILLARIS YAITU SEBAGAI PENGATUR KONDISI UDARA YANG MNGAKIBATKAN KELUARNYA GELEMBUNG UDARA DARI SOKET BEKAS PENCABUTAN GIGI. KELUARNYA DARAH DARI HIDUNG SAAT BERSIN HAL INI JUGA BERHUBUNGAN DENGAN FUNGSI FISIOLOGIS DARI SINUS MAXILLARIS YAITU SEBAGAI PEREDAM PERUBAHAN TEKANAN UDARA , APABILA TERJADI LUBANG ATAU PEERFORASI KEDARAH SINUS , MAKA SOKE YANG MENGALAMI PENDARAHAN TERTEKAN KEARAH HIDUNG DAN MENGAKIBATKAN KELUARNYA DARAH DARI HIDUNG SAAT BERSIN. KELUARNYA AIR DARI HIDUNG SAAT BERKUMUR KEAADAN INI JUGA DISEBABKAN KARENA ADANYA LUBANG ATAU PERFORASI YANG TEMBUS KEDAERAH SINUS, APABILA PASIEN BERKUMUR AKAN TEERJADI TEKANAN AIR PADA RONGGA MULUT DAN AKAN MELEWATI DAERAH PERFORASI DN MASUK KEDALAM SINUS, HAL INILAH YANG MENYEBBKAN TERJADINYA KELUARNYA AIR DARI HIDUNG SAAT ERKUMUR.

7. Pentalaksanaan pada kasus Penanganan pendarahan, dengan memberikan tekanan pada daerah soket. Jika terdapat infeksi, maka sebaiknya diberikan antibiotic. Control infeksi pada sinus -> dengan memberikan antibiotic spectrum luas, tetes hidung. Penutupan oroantal fistula -> dengan desain flap seuai kasus Flap dijahit -> pasien diberikan tampon bedah pada daerah operasi -> berikan antibiotik Instruksi untuk penutupan menggunakan tampon dengan jangka waktu yang lama -> memberikan rujukan kepada dokter spesialis Jika ukuran < 2 mm -> observasi 2 minggu, jika tidak terjadi penutupan spontan dilakukan tindakan jabir alveolaris Jika ukuran > 3 mm -> dilakukan pentupan bukal flap Jika ukuran > 5 mm -> dilakukan teknik palatal flap

Pemberian AB, dekongestan, analgesic.

8. Hal-hal yang harus diperhatikan setelah perawatan Pasien post perawatan diberikan AB, analgesic, dan diinsruksikan tidak menyikat gigi dan mengganggu daerah operasi Jangan menggunakan protesa selama 7 hari Follow up pasien -> untuk memastikan tidak adanya cairan yang keluar dari rongga hidung. Instruksi -> menutup dengan tampon dalam jangka waktu yang lamapada daerah operasi tidak batuk, bersin, meludah pada masa tenggang waktu rujukan. 9. Cara merujuk pasien Dilakukan dengan mnggunakan surat Adanya komunikasi verbal melalui telepon antara dokter, jik dalam keadaan darurat Dalam surat rujukan harus meliputi : 1. Nama, alamat, dan no telepon dokter 2. Nama, alamat, umur, dan jenis kelamin pasien 3. Alasan rujukan, termasuk riwayat kasus, tanda-tanda klinis, & gejala klinis serta diagnosis sementara. 4. Informasi riwayat medis -> terapi obat 5. Hasil- hasil pemeriksaan yang telah dilakukan -> radiografi 6. Indikasi mengapa dilakukan rujukan 7. Rujukan disertai tempat rujukan dalam kasus ini, dirujuk ke dokter spesialis THT ataupun dokter spesialis bedah mulut. 10. Tindakan untuk mencegah terjadinya perfoasi sinus Penggunaan alat harus hati-hati Radiografi -> bentuk sinus maksilaris Tes tiup setelah pencabutan untuk mengetahui apakah terjadi pembukaan antrum.

11. Indicator keberhasilan Tertutupnya oroantral fistula dengan melakukan tes tiup Untuk infeksi sinus -> dirujuk kedokter spesialis THT

12. Factor usia berpengaruh pada perforasi sinus Ada, karena semakin dewasa seseorang maka sinus maksilanya semakin berkembang. 13. Dampak jika tidak ditangani/dibiarkan Lubang yang bertahan lama -> traktus mengalami epitelisasi Granulasi pada jaringan -> infeksi Sinusitis maksilaris

Anda mungkin juga menyukai