Anda di halaman 1dari 11

Akal (Intelek) Dalam Pemikiran Al-Attas: Suatu Uraian

Singkat*
Sabtu, 12 Februari 2011 09:48 Artikel
Akhmad R. Damyati, MA

Akal merupakan bagian terpenting dalam diri manusia. Karena akallah manusia berbeda dari makhluk-makhluk
lainnya. Karena akalnya ia diberikan amanah dan kewajiban oleh Sang Penipta. !amun, tidak sedikit orang
memahami akal seara sempit dan distorti". Maka tidak heran apabila ketidakadilan dalam pemikiran kerap
mewarnai kehidupannya. #ulisan ini menoba mengulas akal dari sudut pandang al-Attas.
Pembahsan ini meliputi beberapa isu penting, yakni$ pertama, seluk-beluk akal dalam %slam& kedua,
posisi akal dalam diri manusia& ketiga, perkembangan akal manusia& keempat, beberapa aspek akal& dan
kelima, akal sebagai sumber ilmu.
Akar Istilah Akal
Sebagai seorang ahli "ilologi, al-Attas sangat teliti menggunakan suatu istilah yang biasanya ia sebut dengan
'istilah kuni(. Melalui buku Tinjauan Ringkas Peri Ilmu dan Pandangan Alam, ia betul-betul kembali
menegaskan pentingnya istilah kuni ini. Dalam %slam, tegasnya, ada istilah-istilah kuni )technical terms*
yang sudah mapan yang dihasilkan oleh kesepaduan akliah dan ruhaniah umat %slam, melalui pemahaman
mendalam terhadap al-+uran dan Sunnah sebagai rujukan utama umat ini. Mereka )baa$ istilah-istilah kuni*
merupakan kesepaduan dalaman, batin, yang tersimpan dalam ,rupaita, akal "ikiran yang menjadi asas
kepada kesepaduan luaran, lahiriyah manusia, yang kemudian terbentuk rapi dan saling punya keterkaitan
maknanya antara satu dengan yang lainnya, dan kesemuanya menentukan bentuk kepahaman mengenai
hakekat dan kewujudan semesta yang dipanarkan olehnya.-./
Akal, misalnya, adalah salah satu terminologi kuni dalam %slam. %a diambil dari akar bahasa Arab a-
q-l dari aqala yaqilu aqlan wa maqulan. Seara literal, ia mempunyai beberapa makna& bermakna menahan,
mengenangkan dan menguatkan )habs, tayid, tasydid*, mengumpulkan )jam*& berketetapan )tathabbut*,
mengerti )fahm* dan mengikat sesuatu )diambil dari iqal al-bair $ pengikat unta*.-0/ Sementara
pengertiannya seara teknis dapat ditelusuri dalam al-Tarifat-nya al-1urjani, dimana al-Attas merujuk
kepadanya, yang diantaranya menyatakan bahwa ia merupakan substansi yang terpisah dari materi namun
akti"itasnya bersamaan dengan materi tersebut. %a merupakan 'jiwa yang berbiara( )al-nafs al-natiqah* yang
ditunjukkan oleh seseorang dengan mengungkapkan kata 'saya(.-2/
#erkait dengan hal ini al-Attas menyebutkan bahwa pada dasarnya kata aql ini menunjukkan suatu
jenis ikatan )binding* atau belenggu )withhlding*, yang menunjukkan suatu properti dalaman yang
mempunyai kemampuan mengikat obyek ilmu dengan kata-kata. Al-Attas menulis,
The term aql itself basically signifies a kinds f binding r withhlding, s that in this
respect ql signifies an innate prperty that binds and withhlds the bjects f knwledge by
means f wrds!-3/
Dengan demikian, sebagaimana %bn Man4ur, menurut al-Attas, dengan pengertian di atas, aql sebenarnya
sinonim dengan qalb, di mana keduanya sama-sama merupakan organ spiritual kognisi manusia yang disebut
hati )qalb*. Dengan organ sipiritual ini manusia mampu dan mengenali yang mana yang benar dan salah, hak
dan batil. Sehingga, diri manusia itu akhirnya disebut dengan 'jiwa yang rasional( )al-nafs al-natiqah*. Kata
rasional )natiqah* tidaklah merupakan rasio yang ditunjukkan 5arat. Sebab, menurutnya, dalam sejarah
intelektual 5arat, konsep rati telah mengalami banyak kontro6ersi dan telah menjadi problem. Sedangkan
para ulama %slam dahulu tidaklah memisahkan rasio dari apa yang dikonsepsikan intellectus.-7/
Al-Attas menegaskan bahwa problem rasio di 5arat dikarenakan konsep rati itu sendiri telah terpisah
dari intellectus yang diakibatkan dari proses sekularisasi dalam masa yang sangat panjang, sejak masa 8unani
Kuno dan Romawi dahulu. Dalam Islam and secularism, misalnya, al-Attas membeber habis betapa proses
sekularisasi ini betul-betul mengubah 5arat dari berbagai sudut. %ntinya, sekularisasi telah memisahkan yang
bersi"at spiritual dari dunia nyata. #idak hanya memisahkan, bahkan 5arat menolak yang transenden dari
semua aspek kehidupan.-9/ Akal, misalnya, yang asalnya menakup yang imajinati"-intuiti", yang
direpresentasikan oleh kata intellectus di 5arat, setelah tersekulerkan menjadi tidak lebih dari sekedar daya
nalar hayawani belaka. Dalam Risalah untuk "aum #uslimin, Al-Attas menyatakan$
'Mereka )baa$ orang-orang 5arat* menegaskan bahawa bagi manusia untuk menapai
kesejahteraan hidupnya tiada perlu dia mengetahui dan mengenali perkara-perkara yang
ghaib yang tiada dapat diyakini, bahkan memadahilah manusia mengetahui dan mengenali
perkara-perkara yang 4ahir sahaja, atau yang dapat diperhatikan oleh ilmu-ilmu 4ahiri
"alsa"ah menerusi rati atau akal hayawani(-:/
Di bagian akhir dari buku Risalah-nya ini, berkaitan dengan rasio yang sempit ini, al-Attas
memberikan empat poin kesimpulannya, yakni$ pertama, pada umumnya, dalam kebudayaan 5arat itu, ilmu
merupakan kumpulan bahan-bahan alam 4ahir atau alam luaran serta penisbahan dan renungan yang berlaku
mengenainya& kedua, ara yang sesuai bagi memperoleh ilmu adalah dengan pendekatan yang dilakukan oleh
rati, yang berdasar kepada pengalaman dan pemerhatian, pengkajian dan pemerikasaan dengan
menggunakan panaindera sebagai alat-alat penerima kenyataan luaran. ;ara ini, menurutnya, sebagai suatu
renana selain dari rasionalisme, dekenali juga dengan nama empirisme& ketiga, akal tidak mungkin menapai
ilmu yang yakin mengenai alam dalaman dengan empirisme& keempat, keperayaan mengenai hakekat-
hakekat dalaman, mengenai alam batin, alam ruhani, hanya dapat dibentuk menerusi pandangan akal na4ari,
yang menganggapnya sebagai teri atau dugaan belaka, yang kebenarannya tiada dapat diyakini.-</
Sains kontemporer, menerusi rasionalisme, empirisme dan pragmatisme, telah berupaya memberi
penjelasan tentang akal ini sekongkret mungkin, mengikuti ara pandang 'kebendaan( mereka.-=/ >ihat saja
perkembangan kajian akal kebendaan ini dalam psikologi modern yang dikenal dengan $gniti%e Psychlgy,
telah disederhanakan menjadi konsep yang tidak bisa dilepaskan dengan sains kogniti", yang semuanya
tertakluk kepada proses in"ormasi mekanik, seperti !eurosiene yang mempelajari !eoron )sel sara"*. 5aik
"ilsa"at pikiran )the philsphy f mind*, komputer sains, !eurosiene, semuanya ada di bawah payung sains
kogniti" dalam psikologi modern. ;ontoh lain seperti tes %+ )Intellectual &utient Test*, di mana tes meliputi
Stan"ord-5inet, Ra6en?s Progressi6e Matries, #he @ehsler Adult %ntelligene Sale-.A/ dan the Kau"man
Assessment 5attery "or ;hildren-../. Semua itu merupakan tes kemampuan rasio manusia yang dalam bahasa
lainnya disebut mind.-.0/
%tulah sebabnya mengapa al-Attas menyatakan telah terjadi pemisahan antara rati dengan
intellectus di 5arat, dimana hal itu tidak terjadi dalam %slam. %ntelek adalah 'aql yang menakup rati dan
intellectus sekaligus dalam perspekti" %slam. Dengan akal inilah manusia mempunyai kemampuan berbiara
)natiq*. Kemampuan berbiara pada manusia menunjukkan ianya sebagai rasional, sebab ia ada kemampuan
mengungkapkan gagasan, ide, makna, memberi hukum, diskriminasi, dan klari"ikasi. Dengan kata lain,
manusia disebut juga sebagai 'makhluk hidup yang berakal(.-.2/ Bntuk penjelasan lebih mendalam tentang
komprehensi6itas akal )rati dan intellectus* dalam %slam, perlu sekiranya dijabarkan lebih mendalam tentang
akal dalam jiwa manusia. Seperti apa akal, di mana posisinya dan apa saja "ungsinyaC 5agian berikut ini akan
menjelaskan hal itu.
Akal dan Jiwa Manusia
Manusia mempunyai dua hakekat, yakni badan )bdy* dan jiwa )sul*. 8ang pertama berupa "isik )aspek
luaran* dan yang kedua non-"isik )aspek dalaman*, yakni spirit. Dalam psikologi manusia, sebagaimana
dijelaskan oleh sarjana-sarjana %slam awal, seperti %bn Sina dan al-Dha4ali, yang dirujuk oleh al-Attas,
semuanya bersepakat dengan dualitas hakekat manusia ini. Dari aspek badan manusia, pana indera-lah yang
menjadi representasi perbinangan, mungkin karena kesannya yang seara langsung dirasakan oleh manusia
sehingga menjadi perhatian untuk dibahas. Pana indera ini menangkap pesan-pesan partikular yang
kemudian disajikan kepada aspek dalaman yang siap dikesan oleh akal menjadi bentuk-bentuk uni6ersal.
%tulah aspek dalaman manusia. Dan para ilmuan awal dahulu menganggap aspek terakhir ini lebih penting
diperhatikan. Eal itu karena inti manusia pada dasarnya ada pada aspek dalamannya, bukan luarannya.-.3/
)>ihat skema tentang jiwa manusia di bagian akhir tulisan ini*
Dalam pandangan psikologi %slam, al-Attas menyatakan bahwa akal merupan salah satu aspek saja di
antara beberapa aspek jiwa. Aspek-aspek itu meliputi hati )qalb*, diri )nafs *, ruh )ruh* dan akal )aql* itu
sendiri. Semuanya merupakan aspek-aspek jiwa yang satu namun berbeda "ungsinya. Kesemua aspek itu
merujuk kepada dua entitas, entitas "isik dan non "isik.-.7/ Senada dengan hal ini, al-Dha4ali memberi garis
perbedaan yang tegas di antara aspek-aspek itu, sebagaimana berikut.
Kata al-&alb, merujuk kepada dua makna. Pertama merujuk kepada segumpal daging yang terletak
pada bagian kiri dada manusia. %a merupakan organ yang dimiliki hewan dan oleh karenanya ia tidak khusus
bagi manusia. Apabila ia mati, maka seluruh pana indera juga berhenti berakti"itas. Makna ini tidak dibahas
dalam perbinangan psikologi al-Dha4ali. Menurutnya, ia ukup dibinangkan oleh para dokter. Sedangkan
makna kedua adalah substansi yang lembut )latifah*, bersi"at ketuhanan )rabbaniyah*, dan spiritual
)ruhaniyah*. Kepada makna kedua ini jasad manusia bergantung. Sebab ia sebenarnya hakekat diri manusia.
-.9/
Sementara kata nafs, menurutnya lagi, juga mempunyai dua makna. Pertama adalah sesuatu
kekuatan untuk marah )ghadb*, berkeinginan )syahwah* dalam diri insan. Dua kekuatan ini kalau bagi ibn Sina
ada di bawah kekuatan gerak )muhrikah*, yakni kekuatan atau daya yang munul dalam sara", tulang, daging
pada badan, sehingga memunulkan e"ek baik positi" maupun negati" yang nantinya diri manusia bisa
memberikan respon dan eksekusi.-.:/ Selanjutnya makna yang kedua dari nafs adalah sama maknanya
dengan ruh yang di atas, hanya, menurut Dha4ali, ia punya karakter yang berbeda-beda sesuai dengan
kondisinya. Apabila ia menentang kepada syahwat dan dekat kepada Peniptanya, maka ia disebut sebagai al-
nafs al-mutmainnah& apabila ia dalam keadaan banyak menela )talumu* tuannya akibat kelalaian beribadah
kepada Sang Penipta, maka ia disebut al-naf al-lawwamah& dan apabila ia dalam keadaan bersekongkol
dengan kehendak syahwatnya dan mengikuti instruksi syaitan juga, maka ia disebut dengan al-nafs al-
ammarah bi al-su.-.</
Sementara kata ruh, menurut al-Dha4ali, juga mempunyai dua makna. Pertama, jenis halus )jins latif*
yang sumbernya ada pada rongga hati "isik )al-qalb al-jasmani* yang kemudian menyebar ke seluruh lapisan
badan melalui urat-urat sara". %ni yang meluahkan ahaya hidup kepada "isik manusia, dimana pana indera
adalah sta"-sta"nya. Apabila ia berhenti berakti"itas, maka seluruh "isik akan berhenti, karena sta"-sta"nya juga
mendadak berhenti. %nilah makna ruh yang biasa dipakai oleh para dokter. Kedua, maknanya adalah substansi
yang lembut, yang mengetahui )al-alimah*, mengerti )al-mudrikah*. Apabila al-Dha4ali mena"sirkan ayat
tentang ahaya )nur*-.=/, maka al-Dha4ali memberikan peringkat-peringkat pada ruh manusia. Peringkat-
peringkat itu meliputi$ ruh sensiti" )al-ruh al-hassas*, yang merupakan tuan dari pana indera, sebagaimana
disebut sebelumnya& ruh imajinati" )al-ruh al-khayali*, yang ruh yang menyimpan data yang ditran"er dari
pana indera luar ke pana indera dalaman dan disiapkan untuk disajikan kepada aql untuk diproses
selanjutnya& ruh akal )al-ruh al-aql*, yang merupakan aspek yang memproses in"ormasi dari "akultas
imajinati"& ruh "ikri )al-ruh al-fikri*, yakni ruh yang memproses ilmu-ilmu akal murni& dan ruh sui pro"etik )al-
ruh al-quds al-nabawi*, yakni ruh yang khusus dimiliki oleh para nabi dan sebagian para wali yang mampu
menyingkap yang tersembunyi dalam alam ghaib dan sebagian dari pengetahuan di alam malakut.-0A/
Dan terakhir kata (aql, yang berkaitan dengan dua makna juga. Pertama, digunakan sebagai yang
mengetahui hakekat segala sesuatu. Dengan makna ini maka ia merupakan ungkapan si"at ilmu yang letaknya
di dalam hati. Kedua, biasanya diungkapkan untuk menunjukkan substansi spiritual yang mengerti maam-
maam ilmu. %ni adalah aspek halus dalam diri yang mempunyai kemampuan kongniti", sama seperti makna
qalb yang kedua. %ni juga sama dengan yang dimaksud al-Dha4ali pada peringkat-peringkat ruh yang tiga
terakhir, sebagaimana disebutkan di atas.-0./ Al-Dha4ali kemudian menyatakan bahwa sebenarnya makna-
makna itu seperti berbeda-beda, tapi mereka bisa dirangkum dengan makna yang satu, yakni bahwa keempat
aspek itu adalah$ (substansi halus, yang mempunyai kekuatan mengetahui dan mengerti dalam diri manusia(.
-00/ Fleh karena itu, wajar sekiranya al-Attas membuat suatu kesimpulan tentang keempat aspek ini, bahwa
ketika jiwa itu bergelut dengan tubuh, maka ia disebut (diri(& ketika ia sedang mengalami pemahaman intuiti",
maka ia disebut (hati(& ketika ia kembali kedunianya yang abstrak, maka ia disebut (roh(& dan apabila ia
terlibat dengan pemahaman dan intelektual, maka ia disebut (akal(.-02/
Dengan akal, manusia disebut (jiwa yang rasional( )ratinal sul*. 1iwa rasional ini, menurut al-Attas,
mempunyai dua kekuatan )pwer* yang sama-sama sebagai aspek intelek. 8ang pertama adalah disebut
(akti"( )amilah* dan yang kedua disebut kogniti" )alimah*. 8ang pertama ini merupakan terusan dari kogniti"
sebagai prinsip pergerakan )m%ement* dari badan manusia, sebagai rasio praktikal.-03/ Aspek ini juga yang
memproduksi ,emosi, apabila berhubungan dengan kekuatan penggerak )mti%e pwer* dari pada jiwa. !amun
apabila berhubungan dengan kekuatan memahami )percepti%e pwer* ia sebagai yang mengatur obyek "isik
dan menghasilkan skil dan seni pada manusia. Dan apabila ia berhubungan dengan imajinasi rasional, maka ia
yang membangkitkan berbagai premis dan kesimpulan.-07/ Mungkin ini adalah aspek terendah yang dipahami
5arat sebagai akal seara keseluruhan, akal atau pikiran di 5arat yang diistilahkan dengan mind. %a merupakan
aspek mengonkretkan yang asbstrak menuju suatu yang empirik, di mana proyek empirikisasi ini adalah ara-
ara sains kontemporer mengkongkretkan permasalahan.-09/ Sebab, bagi banyak kalangan di 5arat
kontemporer, kalau sudah namanya e)perience, apapun bentuknya, mau abstrak atau pun kongkret,
semuanya mesti bisa diskreening oleh sains yang sainti"ik.-0:/
Dalam proses abstraksi kogniti", akal meman"aatkan apa yang dierap oleh pana indera )luar dan
dalam* dan menyajikannya menjadi intelligible dalam imanjinasi. Dalam hal ini, al-Attas menyatakan bahwa
proses abstraksi dari yang boleh dierap oleh pana indera hingga sampai kepada yang boleh dierap oleh
intelek mengalami beberapa gradasi untuk menapai ,makna,. Dradasi yang dimaksud sepertinya merupakan
tingkatan-tingkatan data yang berhasil ditrans"er melalui alam dunia ini )the wrld f nature*, dan ini yang
disebut oleh al-Attas sebagai sensible, kepada "akultas-"akultas imajinati" dan internal manusia hingga sampai
kepada intelek dan sudah berupa sesuatu yang bisa dipahami olehnya, yang al-Attas sebut dengan intelligible.
-0</
8ang ia sebut sensible sebenarnya adalah bentuk-bentuk pertikular yang diproses dalam "akultas-
"akultas dalaman.-0=/ Gakultas dalaman yang pertama sekali menerima data dari luar ini disebutnya sebagai
cmmn sense )Arab$ al-hiss al-musytarak*, atau disebut juga ("antasi(. Kemudian bersama "akultas lainnya,
yakni "akultas representasi yang bertugas merekam dan menyimpan data dari "antasi, "akultas estimasi yang
bertugas menilai, "akultas retenti" dan rekolekti" yang bertugas menyimpan dan merekol imej yang sudah
absen dari pana indera, dan "akultas imajinasi yang bertugas data-data sensible seara sempurna dan siap
diabstrak, data sensible itu kemudian sudah siap digunakan oleh jiwa untuk dinilai, diklasi"ikasi dan dianalisa
serta diberikan keputusan-keputusan. Apabila jiwa menggunakan "akultas imajinasi ini sebagai instrumen
intelektual, maka ia disebut ,kogniti",. Apabila ia digunakan menurut posisinya yang alamiah, maka ia dipanggil
,imajinasi,.-2A/
1ika dilihat dari hubungan antara intelek dengan imajinasi, maka al-Attas menganggap bahwa isi dari
imajinasi ini adalah yang sebagai potensi )yang disebut dengan ptential intelligible*, sebagai ikal bakal
menjadi aktual )yang disebut dengan actual intelligible*. Eal itu terjadi ketika intelek memberikan penilaian
terhadap yang potensial tersebut.-2./ Ada akti6itas intelek terjadi seara terus menerus di sini. %ntelek
meman"aatkan data actual intelligible ini untuk sampai kepada makna yang uni6ersal. Dengan hasratnya,
kesadarannya, intelek membadingkan bentuk-bentuk yang ada dalam imajinasi itu, menganalisanya,
membedakan hakekat-hakekat esensinya dari aksidensinya, yang terdapat padanya )being attached*,
membedakan makna-makna yang berbagai diproses menjadi makna uni6ersal yang satu )single uni%ersal
meaning*, dan dari proses itu munul juga ketidaksamaan menjadi makna-makna yang berbagai )multiple
meaning*.-20/ Akti6itas intelek ini, bagi al-Attas, termani"estasikan dalam tiga "ormulasi, yakni "ormulasi
de6isi-de6isi logik, yang meliputi genus, species dan differentia& "ormulasi silogisme, yang memungkinkan
manusia menapai suatu kesimpulan& dan "ormulasi de"inisi, yang memungkinkan seseorang mende"inisikan
apa-apa yang dia pahami.-22/
Perkembangan Akal
1ika dalam realitas eksternal manusia mengalami perkembangan, yakni pada aspek-aspek "isik, sejak ia dalam
kandungan hingga lahir kedunia, dari kanak-kanak )infancy* hingga dewasa )maturity*, maka aspek internal
juga mengalami perkembangan.-23/ Menurut al-Attas, ada tiga tahapan perkembangan intelek manusia ini,
dilihat dari sudut pandang prioritas )pririty* dan non-prioritas )psteririty*. Ketiganya adalah$ absute
ptency )al-istidad al-mutlaq*, pssibel r pssessi%e ptency )al-mumkinah dan al-malakah*, dan perfectin
ptency )al-kamal*.-27/ Kesempurnaan kekuatan akal ini )cgniti%e pwer* adalah untuk kesempurnaan jiwa&
kekuatan akti" akal adalah untuk memenej aspek yang lebih rendah pada jiwa. Apabila sudah terkoordinir
dengan baik, maka jiwa manusia akan semakin baik, semakin bersih dan selalu meningkat ke tahapan-tahapan
jiwa yang tinggi. Sebaliknya, apabila ia semakin jauh dari koordinasinya, maka ia akan turun ke tingkatan
yang serendah-rendahnya.-29/
#ingkatan intelek itu, pertama, adalah tahap yang disebut dengan potensi absolut )Arab* al-istidad
al-mutlaq*. Disebut demikian karena, barangkali, potensi itu sudah sedia ada, merupakan anugerah ilahi,
semenjak ia pertama kali diipta, setelah dihembuskan ruh oleh sang Maha Penipta. !amun tahap ini belum
bisa berbuat apa-apa. "edua, adalah tahap di mana manusia sudah memungkinkan untuk menggunakan
potensi pada tahap sebelumnya. %ni yang disebut dengan pssible dan kemudian menjadi kemampaun pada
dirinya, yang disebut dengan kapasitas posesi", bakat, malakah dalam bahasa Arab. "etiga, adalah tahap
sempurnanya kemampuan dari bakat sebelumnya. Menurut al-Attas, sempurnanya kemampuan ini ketika
kanak-kanak sudah dewasa. Di masa kematangan usia ini kekuatan menjadi teraktualisasi seara sempurna.
%a mampu mengaktualisasikan kekuatannya itu kapanpun ia kehendaki tanpa memerlukan suatu stimulasi. %a
ukup dengan berkeinginan berbuat, maka ia mampu melaksanakannya seketika.-2:/ Dalam istilah Arabnya,
yang pertama disebut quwwah mutlaqah hayulaniyyah, yang kedua disebut quwwah mumkinah wa malakah,
dan ketiga disebut kamal al-quwwah.-2</
Bntuk lebih jelasnya ketiga tahapan itu al-Attas memberi ontoh seperti kekuatan ,menulis, pada
seseorang. Menurutnya, setiap jiwa yang diipta oleh Allah Swt pada dasarnya sudah diberikan kemampuan
dasar menulis. Eanya saja, kemampuan yang ada ini hanya merupakan potensi yang belum akti" atau belum
bersentuhan dengan keinginan dan kehendak untuk menulis. Semua manusia mempunyai potensi ini. %nilah
potensi pada tahap awal yang disebut dengan potensi absolute )al-istidad al-mutlaq*. Setelah itu, potensi itu
meningkat untuk berakti"itas walaupun masih meraba-raba si"atnya. Dengan proses belajar dan latihan ia
akhirnya melalui kemungkinan-kemungkinan dalam menulis. Mungkin ia mulai meniru orang lain dalam
menggerakkan tangannya, menyentuh-nyentuhkan tangan dengan obyek yang bisa dibubuhi tulisan. >alu
seterusnya ia mulai mengenal mana kertas, mana tinta, mana alat tulis, dan sudah mulai mengenal apa yang
bisa ia tulis. %nilah tahap kedua, yakni tahap kemungkinan dan kebakatan. Sadangkan tahap yang terakhir
adalah ketika kemampuan itu sudah betul-betul bisa digunakan kapan saja ia mau tanpa harus dimulai dengan
meniru, diberikan stimulasi dan lain-lain, dimana kemampuan itu akan munul kapan saja ia mau. %nilah yang
disebut dengan kekuatan yang sudah sempurna, yaitu kekuatan pada tahap ketiga.-2=/
Aspek-Aspek Akal
5erkaitan dengan tiga tahapan di atas, al-Attas menguraikan beberapa aspek intelek yang mengatur tahapan-
tahapan perkembangan intelektual manusia mulai potensi yang mendasar hingga kepada pengaktualisasian
intelek seara sempurna. Eal ini terkait dengan pola hubungan dan operasi intelek kogniti" )cgniti%e intellect,
arab$ alimah* yang disinggung di atas, disamping kognisi yang pertama, yakni intelek akti" )acti%e intellect,
arab$ amilah*. Al-Attas menyatakan$
The relatin and peratins f the speculati%e pwer f cgniti%e intellect in%l%e fur
aspects f the intellect g%erning the stages f human intellectual de%elpment frm mere
ptency t perfect actuali+atin!-3A/
Keempat aspek itu meliputi material intellet )al-aql al-hayulani*, possible intellet )al-aql al-mumkin* dan
possible intellet )al-aql bi al-malakh*, intellet-in-ation )al-aql bi al-fil* dan aHuired intellet )al-aql al-
mustafad*. Keempat "ormasi ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan yang dijabarkan oleh "iloso"-"iloso"
sebelumnya. %a akan didapati dalam pemikiran al-Kindi, al-Garabi, %bn Sina, bahkan al-Dha4ali. Eanya saja,
sebagaimana al-Dha4ali, al-Attas sepertinya tidak pernah mengaitkan "ormasi akal itu dengan teori emanasi,
yaitu tentang terori akal sepuluh yang sangat dikenal pada ilmuan-ilmuan sebelumnya. @alaupun demikian, al-
Attas menyakini adanya Akal Akti" atau Acti%e Intellect )Arab$ al-Aql al-,aal* yang datangnya dari Maha
Penipta yang senantiasa memberi stimulus pada perkembangan akal manusia, sebagaimana di bawah akan
dijelaskan.
Aspek pertama adalah intelek dasar, atau dikenal dengan material intellect )al-aql al-hayulani* yang
dimiliki oleh setiap orang. 8akni intelek yang semata-mata hanya potensi yang ada dan itu si"atnya absolut, di
mana ianya merupakan anugerah Allah semenjak diiptakannya. Kata hayulani ini, menurut al-Attas,
dianalogikan dengan konsep 8unani tentang konsep materi dasar )primary matter*, yakni hyle! Konsep materi
dasar ini adalah materi tanpa bentuk, namun ia mempunyai kemampuan menerima segala jenis bentuk.-3./
5entuk )surah* menurut %bn Sina sudah ada di sini. @alaupun demikian, ia masih belum akti", sebab ia pada
tahap persiapan )al-istidad*.-30/ Al-Dha4ali malah menyebutkan bahwa bentuk itu )al-Dha4ali lebih memilih
kata nau* yang dimiliki setiap orang adalah sama, hanya kekuatan dan potensinya tidak sama. Menurutnya
juga, kalangan ahli hikmah )hukama* berselisih pendapat dalam hal ini.-32/
Aspek yang kedua adalah pssible intellect )Arab$ al-aql al-mumkin* atau pssessi%e intellect )al-aql
bi al-malakah*. 8akni akal sudah boleh menerima apa yang terdapat pada aspek pertama di atas. Sesuatu
yang dierna oleh apsek ini adalah prinsip-prinsip dasar yang dibangun berdasarkan premis-premis dari data-
data yang diterima. !amun yang ia dapat tidak dengan ara deduksi atau 6eri"ikasi, tapi dengan (kemestian(
)necessarily*, sebagai ontoh, "akta bahwa (semua( lebih besar dari (sebagian(.-33/ 1ika intelek dasar
mempunyai pwer namun tanpa aksi, maka pada aspek ini selalu beraksi. %a sebagai agen untuk membawa
apa yang ada dalam akal potensial, setelah menjadi mungkin )pssible* dierna, yang berbentuk prinsip-
prinsip pertama )al-maqulat al-ula*, kepada suatu tahapan yang disebut dengan prinsip-prinsip kedua atau
secndary intelligibles )al-maqulat al-tsawani*!-37/ 5entuk-bentuk yang dieksekusi oleh aspek ini tidaklah
dinilai, tapi sekedar diambil dan disimpan dalam tempat penyimpanan. Dengan demikian, intelek sudah
menjadi sebagai pemilik in"ormasi tadi. %a sudah memilikinya dan oleh karenanya ia sudah menyiapkannya
untuk diproses oleh aspek akal setelahnya. Fleh karenanya, aspek ini juga disebut dengan pssessi%e intellect
)al-aql bi al-malakah*. Mungkin ini yang disebut ,bakat, dalam bahasa Melayu-%ndonesia.
Aspek ketiga adalah intelek yang berakti"itas atau Intellect-in actin )al-aql bi al-fil*. %ntelek ini
adalah al-aql bi al-malakah yang kesiapannya seara "itrah untuk berpikir dan belajar sudah sempurna.
Menurut %bn Sina, pada tahapan ini al-aql al-faal menurahkan al-maqulat al-tsaniyyah dan oleh karenanya,
ianya selalu berakti"itas.-39/ Akti"itas yang dimaksud adalah menilai bentuk-bentuk yang sudah tersimpat
pada akal sebelumnya di atas.-3:/ Kapan saja bentuk-bentuk yang tersimpan itu diinginkan oleh aspek ini,
maka ia akan langsung bisa diabstrak oleh akal ini.
Aspek keempat adalah yang disebut dengan acquired intellect )Arab$ al-aql al-mustafad*, yakni akal
yang sudah akti" tadi )al-aql bi al-fil* telah sanggup berpikir seara jernih tanpa perlu daya upaya lagi karena
sudah terlatih sedemikian rupa, sehingga hal-hal yang abstrak selamanya terdapat dalam akal ini. Eal ini
terjadi ketika intelek yang potensial itu sudah sampai ke intelek yang aktual absolut dan juga ketika intelek ini
sudah selalu berakti"itas dan selalu mengadakan kontak dengan intelek potensial. Menurut al-Attas, intelek
potensial mentrans"er bentuk-bentuk yang sudah spesi"ik, agar intelek mendapatkan bentuk-bentuk itu dari
luar dirinya sendiri.-3</ 8ang dimaksud dari luar dirinya disini, barangkali, adalah %ntelek Akti", sebab akal
pada aspek dan tahapan ini sudah sanggup menerima panaran ilmu pengetahuan dari %ntelek Akti" )al-aql al-
faal*. Menurut al-Attas, perkembangan intelek dari potensi absolut hingga ke aktual absolut terjadi seara
umum pada manusia. Eanya, menurutnya juga, ada suatu tahapan yang tidak didapati pada manusia
umumnya, yaitu ketika intelek posesi" betul-betul re"lek menggunakan bentuk-bentuk pada dirinya, yakni
ketika ia ber"ikir, dan ber"ikir pikiran yang sedang ia pikirkan, maka ia sebenarnya telah menapai tahapan
aktualitas absolut dan menjadi akal musta"ad.-3=/
%ntelek Akti", bagi al-Attas, adalah Ruh yang SuiI-ly .pirit )al-Ruh al-&udus*. Al-Attas mengutip
tiga ayat berkaitan dengan %ntelek Akti" ini& al-!ajm, 72$ 7-9, al-Syura, 30$ 7., dan al-#akwir, <.$ .=-0A.
Sehubungan ini, al-Attas menyatakan, %ntelek Akti" ini selalu akti" memberikan stimulus, yakni yang
membantu membangkitkan potensi pada intelek dasar, dari yang keadaannya masih tidur )drmancy*, dengan
mengakti"kannya bentuk-bentuk uni6ersal dan kebenaran yang tetap dalam "ikiran, hingga menapai intelek
yang sudah mungkin diman"aatkan. Eingga di sini pun %ntelek Akti" ini terus memberikan stimulus hingga
intelek manusia ini mempunyai kemampuan sendiri untuk mengelola intelektulitasnya. Dan intelek ini
berkemungkinan kemampuannya selalu meningkat ke tingkatan yang lebih tinggi. Semua itu berkat stimulasi
dari %ntelek Akti".-7A/ !amun demikian, pada tahapan-tahapan yang dilaluinya, pada tingkatan intelek yang
sudah boleh mengatur dirinya ini jenis hayawani dan kemanusiaannya mengalami proses kesempurnaan.
Dalam menapai per"orma yang tertinggi, setiap manusia ternyata mengalami ketidaksamaan atau gradasi.
Per"orma akal tertinggi ini disebut dengan akal sui )al-(aql al-qudsi*. Akal jenis ini hanya dimiliki oleh para
nabi, para manusia sui dan saleh dan ulama yang mengamalkan ilmunya. Semua itu sangat bergantung
kepada tingkatan keemerlangannya.-7./ Bntuk mempermudah, al-Attas memberi peta pikirannya mengenai
perjalanan intelek seperti bagan berikut$
Dari uraian di atas, jelas bahwa dalam %slam tidak sama dengan yang dikonsepsikan dalam sains kontemporer
saat ini. Pada jiwa manusia paling tidaknya ada dua aspek& animal dan rasional. Akal merupakan aspek yang
terdalam dan sangat menentukan kondisi jiwa yang terluar pada manusia. Dengan kedalaman aspek ini, akal
manusia bisa menapai tingkatan yang lebih tinggi dan tambah lebih tinggi lagi mengikuti kualitas diri manusia
itu. Dan ara pandang seperti ini sangat rapat dan dipengaruhi nilai-nilai agama. Dengan kata lain, kedalaman
pengamalan agama pada seseorang merupakan sesuatu yang tak terpisahkan dari proses naiknya intelek pada
dirinya. Pena"ian aspek-aspek dalaman ini berarti juga pena"ian agama itu sendiri.
Akal Sebagai Sumber Ilmu
Sebagai sumber ilmu, apabila diteliti lagi dari uraian intelek di atas, maka akan didapati banyak tingkatan
dalam pendapatan ilmu. Sebab, pada akal ada sisi-sisi yang terluar dan terdalam. 8ang terdalam dari akal erat
hubungannya dengan intuisi dan wahyu, dan ilmu yang dihasilkan juga berkaitan dengan hal tersebut.
Sedangkan bagian terluar erat hubungannya dengan aspek pana indera manusia yang juga menghasilkan
ilmu yang empirik-rasional.
Dilihat dari istilahnya, yakni sebagai kekuatan manusia untuk bernalar, maka akal dalam klasi"ikasi
ilmu yang dikonseptualisasikan al-Attas menghasilkan ilmu-ilmu (aqli! Menurutnya, ilmu yang berdasarkan akal
adalah sains "iloso"is, rasional dan intelektual, yang meliputi sains kemanusiaan )human sciences*, sains tabii
)natural sciences*, sains terapan )applied sciences* dan teknologi.-70/
Dalam konsep pendidikannya, ilmu-ilmu dalam klasi"ikasi ini termasuk ilmu yang "ardhu ki"ayah.
Artinya, ilmu ini tidak harus masing-masing orang menguasainya. ,ardhu kifayah adalah amalan yang wajib
dikerjakan namun kewajiban itu akan gugur apabila sudah dilaksanakan oleh sebagian. %ni bisa diartikan
bahwa untuk ilmu-ilmu di bawah akal ini hendaknya manusia berbagi tugas, tidak semestinya seragam.
Semakin beragama bidang yang dikuasai masyarakat, maka semakin tinggi kualitas masyarakat itu. 5erbeda
dengan fardhu kifayah yang ukup diemban oleh sebagian orang saja, ilmu fardhu (ain harus diemban oleh
setiap indi6idu. %ni dalam "alsa"ah pendidikan al-Attas adalah ilmu-ilmu yang dibawah wahyu, yaitu ilmu-ilmu
seperti al-+uran, Sunnah, Shariah, #auhid, #asawwu", dan bahasa Arab. Menurutnya, semua orang %slam
harus mengerti ini dan hukumnya wajib bagi tiap indi6idu.-72/
Klasi"ikasi ilmu al-Attas kepada fardhu ain dan fardhu kifayah diambilkan dari skemanya tentang
konsep manusia, ilmu dan uni6ersitas, sebagaimana berikut$ pertama, manusia yang meliputi jiwa dan entitas
dalaman )ruh, nafs, qalb, (aql* dan badan dan "akultas-"akultas "isiknya& kedua, ilmu yang terdiri dari ilmu
pemberian #uhan dan ilmu yang didapatkan oleh manusia& ketiga, uni6ersitas yang meliputi ilmu-ilmu "ardu
ain dan ki"ayah. Dalam skema itu, posisi The /d-gi%en "nwledge berada di atas dan the acquired knwledge
berada di bawah. Sepertinya posisi ini penting dalam pandangan al-Attas. Sebab, posisi di atas menunjukkan
itu adalah tinggi dan terhormat. Dan menurutnya, posisi yang di atas ini merujuk kepada "akultas dan sensasi
spiritual manusia. Sedangkan posisi di bawahnya menunjukkan kepada "akultas dan sensasi "isikal manusia.
Menariknya, al-Attas memposisikan intelek )(aql* sebagai penghubung antara bagian "isikal dan spiritual itu.
Dengan alasan bahwa (aql pada kenyataannya merupakan substansi spiritual, seperti yang dijabarkan
sebelumnya, yang memungkinkan manusia untuk mengerti realitas dan kebenaran spiritual.-73/
Penutup
Dari paparan di atas, kini jelas bahwa akal dalam diskursus %slam, dalam hal ini menurut uraian al-Attas,
merupakan dimensi dalaman )inner dimensin* manusia. #anpa akal manusia tak ubahnya seperti hewan yang
hanya tahu makan, minum, tidur dan lain-lain. %lmu yang didapat oleh manusia karena ada akal. #anpa ada
media akal, betapa pun sehatnya pana inderanya, manusia tidak bisa mendapatkan ilmu. 5egitu juga,
walaupun ada wahyu, kalau akal tidak sehat, maka akan sia-sia belakan. Maka bersukurlah mempunyai akal.
!amun akal tidak segala-galanya. Ada banyak hal yang tidak terjangkau oleh akal. Maka akal perlu takluk
kepada yang lebih tinggi lagi, yakni yang si"atnya spiritual. Di sinilah pentingnya intuisi dan wahyu dalam
pemikiran al-Attas.











Chart of human soul by al-Attas
Human Intellect Classified As ollows by al-Attas!

disampaikan dalam diskusi mingguan INPAS Jaa !imur, A"ad, 1# Januari 2011, di Suraba$a%
alumni &ni'ersiti (ala$a, (ala$sia, 2010, dalam pemikiran Islam, dengan )udul tesis *!"e S+ur,es +- .n+ledge in Islam: A Stud$
+n t"e P"il+s+p"i,al Ideas +- S$ed (u"ammad Na/uib al0Attas1, dan )uga peneliti $uni+r di INSIS!S dan perna" mengk++rdinat+ri
INSIS!S (ala$sia se)ak ta"un 200#02009%
213 S$ed (u"ammad Na/uib al0Attas 4seterusn$a disebut al0Attas5 420065, Tinjauan Ringkas Peri Ilmu dan Pandangan Alam, Pulau
Pinang: Penerbit &ni'ersiti Sains (ala$sia 4&S(5, "% 78% 4Seterusn$a disebut Peri Ilmu5
223 8i"at selengkapn$a (u"ammad ibn (ukram ibn (an9ur al0I-ri/i al0(isri, Lisan al-Arab, )ilid I, :eirut: ;ar Sadir, artikel aql.
2<3 Al0Sa$$id al0S$ari- abi al0=asan >Ali ibn (u"ammad ibn >Ali al0=usaini al0)ur)ani al0=ana-i 420005, al-Tarifat, :eirut: ;ar al0
.utub al0>Ilmi$$a", "% 174% Sementara Abu Ali =usain ibn Sina 4% 10<6 (?428 =5 4seterusn$a disebut ibn Sina5, men)elaskan ba"a
sebutan 1sa$a1 4Arab: ana5 adala" identitas )ia sese+rang $ang tidak meru)uk kepada diri badani, tapi kepada diri ru"ani% Ini karena
beberapa alasan, antara lain: pertama, ia 4ba,a: 1sa$a15 sa)a $ang tetap berterusan4al-thabit al-mustamir5% Sedangkan )asad atau badan
akan mati dan berganti% Jadi badan selalu baru dan tidak berterusan% Sedangkan 1sa$a1 tetap dan berterusan, dalam semua usia diri itu%
:adan manusia, dari usia aal "ingga deasa selalu mengalami peruba"an dan pengurangan% !api tidak dengan 1sa$a1% 1sa$a1 selalu
ada, selalu ingat apa $ang b+le" ter)adi di masa kanak0kanak "ingga usia sen)a, ia tetap 1sa$a1, alaupun diri badan suda" keriput
renta% Kedua, 1sa$a1 $ang berperan dalam kesadaran% .etika sese+rang melaksanakan suatu perbuatan, seperti bela)ar atau menulis,
maka dalam k+ndisi ini, $ang meminta dirin$a berbuat itu adala" 1sa$a1% Jadi 1sa$a1 ini $ang berperan men$uru" diri melaksanakan
sesuatu% (aka $ang berakti-itas itu bukan sa)a badan tapi 1sa$a1 $ang ru" tadi% Ketiga, 1sa$a1 $ang bisa berbuat sesuatu $ang tidak
tunggal% 1sa$a1 bisa menger)akan berbagai "al $ang berbeda0beda dan ba"kan dalam aktu $ang bersamaan% Sedangkan badan akan
berakti-itas se,ara terpisa"0pisa"% Seperti 1sa$a1 makan, minum, ber)alan, duduk, mendengar, beru,ap, berk"a$al, dan berpikir, maka
1sa$a10la" $ang mengumpulkan akti-itas itu dalam diri 1sa$a1% @ang bisa berbuat demikian itu "an$a 1sa$a1, bukan badan%
Selengkapn$a li"at @+"ana Aam$ar 419875, alasifat al-Arab! Ibn "ina, Bet% 2, :eirut: ;ar al0(as$ri/, "% <60<9%
243 Al0Attas 419805, The #$n%ept $f &du%ati$n in Islam! A rame'$rk f$r An Islami% Phil$s$ph( $f &du%ati$n, .uala 8umpur: (uslim
@+ut" (+'ement +- (ala$sia 4A:I(5, "% 14% Seterusn$a disebut The #$n%ept $f &du%ati$n.
273 Al0Attas 419995, The #$n%ept $f &du%ati$n) "% 1<%
2#3 &ntuk menelusuri lebi" )au" pr+ses sekularisasi di :arat ini, dalami buku al0Attas 4199<5, Islam and "e%ularism, .uala 8umpur:
IS!AB, k"ususn$a bagian pertama dengan )udul The #$ntemp$rar( *estern #hristian +a%kgr$und% Sebagai perbandingan, ba,a )uga
bukun$a Pr$leg$mena t$ The ,etaph(si% $f Islam 4seterusn$a disebut Pr$leg$mena5, k"ususn$a bagian pengantar, Risalah, dan Peri
Ilmu%
263 al0Attas 420015, $p.%it%, "% 2<%
283 8i"at al0Attas dalam Risalah0n$a, "% 197%
293 Bara pandang kebendaan ini sala" satu +rld'ie :arat $ang tela" al0Attas urai pan)ang lebar dalam berbagai bukun$a, termasuk
dalam buku Peri Ilmu, li"at "al% 19, 49 dan #1%
2103 8i"at Irla 8ee Cimmerman 4196<5, #lini%al Interpretati$n $f the *e%hsler Adult Intelligen%e "%ale,
2113 Alan S .au-man 420095, I- Testing ./., Ne @+rk: Springer Publis"ing B+mpan$%
2123 Dan ;aud men)elaskan, karena pembatasan psik+l+gi m+dern kepada sisi -isikal ini, ada pen$empitan makna dari istila" ps(%he itu
sendiri% (enurutn$a, dimana pendapat ini merupakan "asil bin,ang0bin,angn$a dengan al0Attas, nama psik+l+gi "arus diganti, sebab
makna sebenarn$a ps(%he itu adala" ru"% Pada"al psik+l+gi m+dern suda" tidak berminat lagi membin,angkan ru" akibat dist+rsi +le"
tren sains m+dern% !ermasukla" $ang men)adi k+rban adala" perbin,angan masala" intelek $ang )uga terdist+rsi kepada perbin,angan
$ang selalu dipaksakan ke ara" empiris% 8i"at Dan ;aud 419985, The &du%ati$nal Phil$s$ph( and Pra%ti%e $f "(ed ,uhammad
0aquib al-Attas) .uala 8umpur: IS!AB, "% 7< dan ,atatan kaki ke 6<% 4Seterusn$a disebut The &du%ati$nal Phil$s$ph(5%
21<3 Al0Attas 419995, $p.%it.) "% 14%
2143 ;alam "al ini, ibn Sina dan al0E"a9ali, sama0sama berkesimpulan ba"a )ia mempun$ai peran sentral pada diri manusia% :agi
Ibnu Sina, badan tidak u)ud tanpa ada )ia, sebab itu adala" sumber ke"idupan dan pergerakann$a% 8i"at Ibnu Sina 419795, 1e
Anima, bagian psik+l+gi dari kitab al0S$i-aF, ed% F% Ga"man, 8+nd+n: HI-+rd &ni'ersit$ Press, "% 47% :egitu )uga al0E"a9ali $ang
menekankan peranan qalb di atas angg+ta bada 4ja'arih5% =ati adala" tuann$a dan badan "an$a pengikut dan pembantun$a% 8i"at al0
E"a9ali dalam Ih(a 2lumuddin, )ilid <, Singapur, Jedda", Ind+nesia: al0=aramain, "% 2% Seterusn$a disebut Ih(a3.
2173 Al0Attas 419905, The 0ature $f ,an and The Ps(%h$l$g( $f 4uman "$ul, .uala 8umpur: IS!AB, "% 7% Seterusn$a disebut The
0ature $f ,an.
21#3 Al0E"a9ali, 4tt%5, Ih(a, )ilid <, "% <J li"at )uga al0E"a9ali 419265, ,aarij al--uds fi ,adarij ,arifat al-0afs, Kg$pt: (atbaFa" al0
SaFada", "% 1<014% Seterusn$a disebut ,a3arij%
2163 Ibn Sina 419925, al-0ajat) fi al-,antiq 'a al-Ilahi((at, )ilid 2, ed% Abd al0Ga"mad &maira", :e$rut: ;ar al0Jalil, p% 7% Seterusn$a
disebut al-0ajat.
2183 Al0E"a9ali, 4tt%5, Ih(a, )ilid <, "% <%
2193 Al-0ur, 24: <7%
2203 8i"at selengkapn$a al0E"a9ali 419#45, ,is(kat al-An'ar, ed% Abu al0>Ala >A-i-i, Ba$r+: al0;ar al0Aami$a", "% 6#08<% Pembagian
ini sebenarn$a sama dengan ma,am0ma,am akal, sebagaimana nantin$a di baa" di)abarkan%
2213 8i"at al0E"a9ali, Ih(a, "% 4%
2223 8i"at al0E"a9ali, Ih(a, "% 4%
22<3 Al0Attas 419905, $p.%it., "% 8%
2243 Ibid%, "% 1#J li"at )uga Ibn Sina, al-0ajat, "% 10J al0Ea9ali, ,aarij, "% 71%
2273 Al0Attas 419905, $p.%it., "% 1#%
22#3 Periksa Eilbert G$le 419845, The #$n%ept $f ,ind, B"i,ag+: !"e &ni'ersit$ +- B"i,ag+ Press, $ang kemudian diikuti +le" ;% (%
Armstr+ng 419815, The 0ature $f ,ind, SusseI: !"e =ar'ester Press% .eduan$a sama0sama men$eder"anakan makna intelek itu
kepada pengertian $ang sangat praktis, $akni men)adi mind% 8i"at )uga statemen Dils+n =% S"eld+n $ang men$atakan, *Intelligen,e is
simpl$ t"e ,apa,it$ +- l++king -+r s+me pra,ti,al ad'antage +r -+r t"e sake +- kn+ing natureFs las, +r -+r delig"t +- ,+ntemplating
t"e beauti-ul +r t"rillingL1 Selengkapn$a ba,a Dils+n =% S"eld+n 419725, *D"at Is Intelle,tM Part !+1, Phil$s$ph( &ast and *est,
N+l% 2, N+% 2, Jul%, 1972, pp% 129014<%
2263 Ini mirip dengan $ang din$atakan 8e+n N% B++per ketika meng+mentari mengenai ke,anggi"an sains k+ntmp+rer dan meli"at intelek
sebagai $ang bisa disimpli-ikasi men)adi $ang empiris, *Lt"ere is n+t"ing ab+ut t"e eIperien,e t"at ,ann+t be underst++d b$ s,ien,e1%
8e+n N% B++per 419845, *S+ur,e and 8imits +- =uman Intelle,t1, Le$nard$, N+l% 16, N+% 1, 1984, "% 47%
2283 Al0Attas 419905, $p.%it., "% 16
2293 ;alam psik+l+gi Ibn Sina dan al0E"a9ali, pan,a indera luar ini dimiliki tidak sa)a +le" manusia, tapi )uga "aian pada umun$a% Hle"
sebab itu, pada aspek ini, mak"luk "idup $ang memiliki ini disebut al-nafs al-ha(a'ani((ah% Jia "eani ini, bagi "ean "an$a
terbatas kepada pan,a indera luaran, sedangkan bagi manusia masi" ada lagi $ang disebut pan,a indera dalaman, se"ingga kemampuan
manusia tidak sa)a m$5ement) tapi )uga per%epti5e dan %$gniti5e% 8i"at Ibn Sina 4197#5, Ps(%h$l$gie 1Ibn "ina 6A5i%enne7) 1Apres
"$n 8eu5re as-"ifa, ed% Jan :ak+s, Pra"a: ;e 8a A,ademie !,"e,+sl+'a/ue ;es S,ien,es, "% 7<0196J li"at )uga Alber Nasri Nadir
419#85, al-0afs al-+as(ari((ah Ind Ibn "ina, :e$rut: ;ar al0(as$ri/, "% 770#1% :andingkan dengan al0E"a9ali dalam ,aarij, "% <#0
71, tentang al-qu''a al-ha(a'ani((ahJ bandingkan )uga dengan pen)elasann$a dalam Ih(a, tentang pan,a indera luar dan dalam dan
kemampuann$a menangkap ilmu, )ilid <% "% 19020% 8i"at )uga analisa !im+t"$ J% Eian+tti 420015, tentang *animal s+ul1 dalam al-
9ha:alis 2nspeakable 1$%trine $f The "$ul! 2n5eiling The &s$teri% Ps(%h$l$g( and &s%hat$l$g( $f The Ih(a, 8eiden, :+st+n,
.+ln: :rill, 166019<%
2<03 Al0Attas 419905, $p.%it., "% 901#%
2<13 Ibid%, "% 18%
2<23 Ibid%, "% 18019%
2<<3 .etiga -+rmulasi ini bisa ditelusuri dalam kitab0kitab (anti/, baik $ang ditulis +le" ibn Sina, al0E"a9ali, dan ulama0ulama lainn$a,
seperti $ang tulis +le" Na)muddin Abdulla" ibn >&mar al0Au9aini al0.atibi 4% 126# (?#67 =5 419985, al-Risalah al-"(amsi((ah fi
al--a'aid al-,antiqi((ah, ed% (a"di Fadlulla", :eirut: al0(arka9 al0!sa/a-i al0>Arabi%
2<43 ;alam psik+l+gi m+dern, perkembangan diri manusia ini dikenal dengan 1e5el$pmental Ps(%h$l$g(, dimana t+k+" utaman$a adala"
Jean Piaget, k"ususn$a mengenai psik+l+gi perkembangan anak, dengan kar$a utaman$a The 8rigins $f Intelligen%e in #hildren dan
The &quilibrati$n $f #$gniti5e "tru%ture! The #entral Pr$blem $f Intelle%tual 1e5el$pmentJ li"at )uga =erbert Einsburg dan S$l'ia
Hpper 419#95, Piagets The$r( $f Intelle%tual 1e5el$pment, Ne Jerse$: Prenti,e0=all, in,%, Kngle++d Bli--s% (enurut Piaget, ada
tiga ta"ap perkembangan intelek anak: usia 0 "ingga 2 ta"un adala" perkembangan sens$r(-m$t$rJ 2 "ingga 6 ta"un adala" ta"ap pra0
+perasi+nal pikiranJ dan 6 "ingga 11 adala" ta"ap +perasi0+perasi k+nkret pikiran% ;an pada ta"ap ini pikiran manusia, menurutn$a,
suda" matang atau sempurna untuk digunakan% 8i"at =ardi Fis,"er 419#45, *!"e Ps$,"+l+g$ +- Piaget and Its Kdu,ati+nal
Apli,ati+ns1, Internati$nal Re5ie' $f &du%ati$n;Internati$nale <eits%hift fur &r:iehungs'issen%haft;Re5ue Internati$nale de
l&du%ati$n) N+l% 10, N+%4, 19#4, "% 4<<%
2<73 Al0Attas 419905, $p.%it., "% 16%
2<#3 8i"at ta"apan0ta"apan )ia dalam pen)aabaran al0Attas, mulai dari al-nafs al-ammarah bi al-su, al-nafs al-la''amah, "ingga al-
nafs al-mutmainnah, dalam The 0ature $f ,an, "% 70#% Sebagai perbandingan, li"at tingkatan0tingkatan )ia menurut al0E"a9ali dalam
,is(kat al-An'ar, seperti pada pen)elasan ru" di atas%
2<63 Al0Attas 419905, $p.%it., "% 19020%
2<83 8i"at selengkapn$a pen)abaran Sulaiman ;un$a 419#75, al-4aqiqah fi 0a:r al-9ha:ali, (esir: ;ar al0(aFari-, "% 2610262%
2<93 Al0Attas 419905, $p.%it., "% 21J bandingkan dengan Ibn Sina dalam al-0ajat) "% 12J li"at )uga pen)elasan al0E"a9ali dalam ,aarij, "%
74J Sulaiman ;un$a 419#75, al-4aqiqah fi 0a:r al-9ha:ali, "% 2610262%
2403 Al0Attas 419905, $p.%it., "% 20%
2413 Al0Attas 419905, $p.%it., "% 20021% :andingkan dengan Ibn Sina dalam al-0ajat. Jilid 2, "% 12%
2423 8i"at Alber Nasri Nadir 419#85, $p.%it., "% #7%
24<3 al0E"a9ali, ,aarij) "% 77%
2443 Ibid%, "% 77J Ibn Sina dalam al-0ajat, )ilid 2, "% 1<%
2473 @ang disebut al-maqulat al-ula adala" premis0premis $ang suda" ter)adi tasdiq bukan dengan )alan deduksi, $ang suda" ada tanpa
ada upa$a men,ari tasdiq itu% Seperti semua itu lebi" ban$ak dari sebagian% Semua +rang ta"u ini tanpa perlu berupa$a% Na" itula"
$ang disebut prinsip0prinsip pertama% Sedangkan al-maqulat al-tsa'ani adala" mahi((at al-ash(a $ang tersimpat dalam al-aql bi al-
fil% 8i"at pen)elasan Alber Nasri Nadir 419#85, $p.%it, "%#40#7, ,atatan kaki ke02%
24#3 8i"at pen)elasan @+"ana A+m$ar 419875, $p.%it., "% <2%
2463 8i"at al0E"a9ali )uga dalam al-0ajat, "% 7707#%
2483 :andingkan dengan Ibn Sina, al-0ajat, "% 1<, al0E"a9ali dalam ,a3arij, "% 79%
2493 Al0Attas 419905, $p.%it., "% 2<%
2703 Ibid%, "% 24%
2713 Al0Attas menegaskan ba"a alaupun )ia manusia ini se,ara umumn$a sama, namun ian$a akan tidak sama dalam p+tensin$a%
.etidaksamaan masing0masing indi'idu ini, katan$a, karena ketidaksamaan aksidensin$a $ang membentuk pers+nalitasn$a masing0
masingJ dan +le" karenan$a kemampuan p+tensial dalam intelek mendasarn$a kapasitasn$a tidak sama% P+tensi dari pada intelek
selalu terk++rdinasi menurut kualitas )ian$a, dan $ang tertinggi dalam "al ini adala" para Nabi% 8i"at al0Attas, ibid%, "% 27%
2723 Al0Attas 4198#5, A #$mmentar( $n The 4ujjat al-"iddiq $f 0ur al-1in al-Raniri, .uala 8umpur: (inistr$ +- Bulture +- (ala$sia,
29<%
27<3 8i"at al0Attas 419995, The #$n%ept $f &du%ati$n in Islam, .uala 8umpur: IS!AB, "% <9047%
2743 Al0Attas, The #$n%ept $f &du%ati$n, "% 40%
!erak"ir ;iperba"arui 4 Sabtu, 12 Februari 2011 16:22 5
Artikel Terkait
200900#001 0 (ega Pr+$ek Pemikiran S$ed Na/uib Al0Attas
2009006006 0 =%(%Gas)idi, Pembendung Sipilis
2009011016 0 Seminar Interdi,ipliner :ersama Pr+-% ;r% Dan (+"d N+r Dan ;aud
2010006029 0 (eran,ang Strategi Pendidikan Islam (asa ;epan
2010006029 0 Pendidikan .+nsep !aFdib Sebagai S+lusi Pendidikan Islam di Kra
El+bal
2010008002 0 Strategi ;an !aktik ;alam (emimpin Hrganisasi Pendidikan Islam
201000900< 0 (empertan$akan Intelektualitas (a"asisa
2010010006 0 S$eik" Abdul Aadir al0Jilani dan Pemba"aruan Pendidikan Islam
20100110<0 0 Pr+blem Sumber Ilmu .+ntemp+rer (enurut Al0Attas
2010012010 0 .+nsep Intuisi (enurut Al0Attas
20100120<0 0 .+nsep Pemba"aruan P+litik dan Pendidikan dalam Pemikiran al0
.aakibi
2011001018 0 ;iskusi InPAS :a"as Akal (enurut Al0Attas
201100701# 0 Pendidikan Islam Integral ;alam .erangka !e+ri 4!elaFa" .+nsep
Pendidikan Islam S$ed (u"ammad Na/uib Al Attas5
201100702< 0 P+litik 8iberalisasi Amerika Serikat ter"adap Pendidikan Islam di
Ind+nesia O !in)auan .ritis atas El+balisasi 4!ulisan 15
2011007026 0 P+litik 8iberalisasi Amerika Serikat ter"adap Pendidikan Islam di
Ind+nesia O !in)auan .ritis atas El+balisasi 4!ulisan 25
20110070<1 0 Islamisasi Ilmu Pengeta"uan 4!in)auan Atas Pemikiran S$ed (% Na/uib
al0Attas dan Ismail G% al0Faru/i5
201100#026 0 (eran,ang Pendidikan di Abad In+'asi
Resensi Buku

Polls
Artikel Favorite anda
Pendidikan Islam
Peradaban Islam
Sains Islam
Pemikiran Islam
Eender
Fi/i" dan S$aria"
P+litik islam
Studi =adits

Anda mungkin juga menyukai