Anda di halaman 1dari 11

A.

Pendahuluan
1. Dasar Teori
Kita ketahui lilin merupakan sumber penerangan yang terdiri dari sumbu yang
diselimuti oleh bahan bakar padat.Namun,tahukah kita apa yang terkandung
pada lilin tersebut,serta proses apa yang menyertainya hingga bagaimana
reaksinyadan apakah ada reaksi kimia yang menyertai reaksi tersebut.Sedangkan
diketahui parafin adalah nama umum untuk hidrokarbon alkana dengan formula
C
n
H
2n+2
..Molekul parafin paling simpel adalah metana, CH
4
, sebuah gas dalam
temperatur ruangan. Anggota sejenis ini yang lebih berat, seperti oktan C
8
H
1
.
Untuk dapat terbakar paraffin membutuhkan temperatur tertentu dan
sumbu.sehingga lilin merupakan sesuatu yang khas saat bereaksi,karena dari
reaksi tersebut dapat dipahami sifat-sifat lilin dan yang mendasari kemampuan
lilin membakar.
Untuk itu dilakukan pengamatan untuk mengetahui sejauh mana proses yang
terjadi pada lilin yang menyala dan bagaimana reaksinya,serta hal-hal apa saja
yang berpengaruh terhadap kestabilan lilin tersebut dapat menyala.
WUJUD ZAT DAN PERUBAHANNYA
Berdasarkan wujudnya, zat dapat dibedakan menjadi tiga yaitu zat
padat, zat cair, dan zat gas.Wujud zat dapat berubah. Hal ini pengaruhi
oleh adanya kalor. Marilah kita pelajari lebih lanjut agar lebih jelas
1. Sifat Zat Berdasarkan Wujudnya
Zat padat adalah zat yang mempunyai bentuk dan volume tetap. Dilihat dari
susunan molekul dan ikatan antarmolekulnya, zat padat mempunyai susunan
molekul yang teratur dan gaya tarik-menarik antarmolekulnya yang kuat. Contoh
zat padat antara lain batu, meja, kapur tulis, papan tulis, dan pensil.
Adapun zat cair adalah zat yang mempunyai volume tetap, tetapi bentuknya
selalu berubah-ubah mengikuti tempatnya. Dilihat dari susunan molekul dan
ikatan antarmolekulnya zat cair mempunyai susunan molekul yang kurang
teratur dan jarak antarmolekulnya yang agak renggang sehingga gaya tarik
menarik antarmolekulnya relatif lebih rendah dibandingkan dengan zat padat.
Contoh zat cair antara lain air sirop, air teh, dan air mineral.Gas adalah zat yang
mempunyai bentuk dan volume yang tidak tetap. Hal ini disebabkan karena
susunan molekul-molekul gas sangat tidak teratur sehingga gaya tarik-menarik
antarmolekulnya sangat lemah. Contoh zat gas adalah udara. Perbedaan sifat-
sifat zat padat, zat cair, dan zat gas dapat kamu lihat pada tabel.
Tabel : Sifat-sifat zat padat, cair, dan gas
Sifat Zat padat Zat cair Zat gas
Bentuk Tetap Mengikuti
tempatnya
Mengikuti
bentuk
wadahnya
Volume Tetap Tetap Tergantung
pada tempatnya
Kompersibilitas Tidak dapat
dimampatkan
Sulit untuk
dimampatkan
Mudah untuk
dimampatkan
Massa jenis Umumnya
memiliki massa
jenis besar
Mempunyai
massa jenis
sedang
Mempunyai
massa jenis
yang sangat
kecil
Kemudahan
mengalir
Tidak mengalir Dapat mengalir Dapat mengalir
Molekul ini merupakan komponen pembangun suatu zat yang sangat
aneh karena molekul-molekul tersebut terus bergerak, kecuali pada suhu teoritis
yang disebut suhu nol mutlak.
Suhu nol mutlak adalah suhu 0 K atau -273 C. Tingkat panas suatu zat
disebut suhu zat. Kamu dapat mengukur suhu zat dengan alat yang dinamakan
termometer.
Laju gerak molekul secara bertahap berkurang bersama turunnya suhu.
Saat mencapai suhu kira-kira -273,16 C atau 0 K gerak molekul itu berhenti dan
tidak ada lagi panas yang dapat diukur. Dalam gas terdapat sejumlah tarikan
tertentu antara molekulnya. Jika suhu gas itu diturunkan, gerak molekulnya akan
bertambah lamban. Molekul-molekul itu tidak lagi berjauhan sehingga tarikan di
antara molekul tersebut menjadi lebih kuat. Jika suhunya cukup rendah, molekul-
molekul gas akan mengumpul dan gas itu akan menjadi zat cair. Apabila suhunya
diturunkan terus, gerakan molekul akan semakin lamban dan gaya tarikannya
akan semakin kuat sehingga lama-kelamaan zat cair itu berubah menjadi zat
padat. Zat padat menempati ruang yang lebih kecil daripada gas.
1. Susunan dan Gerak Partikel Suatu Zat
Partikel atau molekul adalah bagian terkecil dari suatu zat yang masih
memiliki sifat zat tersebut. Sebagai contoh ketika kamu membuat teh manis
dengan menggunakan gula pasir. Saat gula pasir dimasukkan ke dalam air teh
panas maka akan terjadi tumbukan antara partikel-partikel gula pasir dengan
partikel air sehingga gula pasir akan larut. Gula pasir ini akan lebih cepat larut
karena air yang kamu gunakan adalah air panas. Pelarutan akan lebih cepat lagi
jika kamu mengaduknya. Partikel-partikel gula pasir dalam wujud cair bergerak
ke seluruh air teh yang terdapat dalam gelas sehingga air teh tadi menjadi manis.
Hal ini membuktikan bahwa partikel masih mempunyai sifat yang sama dengan
zat asalnya. Tahukah kamu bagaimana susunan dan gerak partikel pada berbagai
wujud zat? Perhatikan gambar dibawah ini!

Gambar :
(a) Susunan partikel zat padat, (b) susunan partikel zat cair, dan (c)
susunan partikel zat gas
a) Partikel Zat Padat
Zat padat tersusun atas partikel-partikel yang teratur dan mempunyai
jarak antarpartikel yang sangat rapat. Gaya tarik- menarik antarpartikel zat padat
sangat kuat. Hal ini menyebabkan partikel tidak dapat bergerak secara bebas
untuk berpindah tempat. Keadaan ini menyebabkan zat padat dapat
mempertahankan bentuk dan volumenya sehingga zat padat selalu mempunyai
bentuk dan volume yang tetap.
b) Partikel Zat Cair
Berbeda dengan zat padat, zat cair mempunyai susunan partikel yang
kurang teratur dan kurang rapat dibandingkan susunan partikel pada zat padat.
Hal inilah yang menyebabkan partikel-partikel dapat bergerak bebas untuk
berpindah tempat. Akan tetapi, partikel-partikel penyusun zat cair tidak dapat
memisahkan diri dari kelompoknya. Keadaan ini menyebabkan volume zat cair
selalu tetap, walaupun bentuknya selalu berubah mengikuti tempatnya.
c) Partikel Zat Gas
Pada zat gas, jarak antarpartikel sangat berjauhan sehingga gaya tarik-
menarik antarpartikel sangat lemah. Partikel- partikel ini bergerak sangat bebas
dan cepat dalam wadahnya. Hal ini menyebabkan zat gas tidak dapat
mempertahankan bentuk dan volumenya sehingga bentuk dan volume zat gas
selalu berubah mengikuti ruang yang ditempatinya.
2. Tujuan Percobaan
Mengamati perubahan lilin sebelum, saat dan sesudah lilin dibakar
Membuktikan Hukum Kekekalan Massa

















B. Prosedur Percobaan
Alat dan bahan :
1. Lilin
2. Korek api
3. Penggaris
4. Neraca digital
5. Stopwatch
Prosedur :
a. Sebelum dibakar
1. Mengamati warna, bentuk, dan bau dari lilin putih dan lilin merah.
2. Mengukur panjang lilin, diameter lilin, dan panjang sumbu lilin.
3. Menimbang berat (massa) lilin.
b. Saat dibakar
Membakar lilin, dan mengamati perubahan yang terjadi pada lilin.
c. Setelah dibakar
1. Mengamati perubahan yang terjadi pada warna dan bentuk lilin.
2. Menimbang lilin yang telah meleleh.













C. Hasil pengamatan
Fase Kualitas/indera Kuantitatif/alat ukur
Sebelum
dibakar
1.panjang sumbu/mata 1.26 cm/penggaris
2. panjang lilin/mata 16.7 cm/penggaris
3.massa lilin 40.4 gram/neraca
4. bentuk silinder dengan
ujung kerucut/mata

5. warna sumbu putih/mata
Saat dibakar
selama 1 jam
1.warna api bagian atas
orange, bagian bawah
biru/mata

2.panjang lilin berkurang
3.warna lilin putih/mata
4.bentuk silinder terdapat
lelehan

Setelah
dibakar
1.panjang sumbu/mata 1,7 cm/penggaris
2.panjang lilin/mata 11 cm/penggaris
3.warna sumbu menjadi
hitam/mata

4.bentuk silinder terdapat
lelehan/mata


5.massa lilin 29.8 gram/neraca




10 menit Bagia atas lilin yang kerucut mulai hilang

20 menit Bagian atas kerucut yang ada di ats lilin sudah habis/hilang

30 menit Lilin berkurang panjangnya

40 menit Lilin semakin berkurang, namun tidak ada lelehan

50 menit Terdapat lelehan sedikit

60 menit Lilin hanya berkurang sedikit

D. Pembahasan
Pembakaran dari jenis apa pun adalah perubahan kimia (kecuali
kita sedang berbicara tentang "pembakaran" yang terjadi di
bintang).Dapat diambil d dua atau lebih zat dan menggabungkan
mereka untuk membuat satu atau lebih senyawa baru dan melepaskan
energi dalam proses.. Ini adalah reaksi kimia.. Energi yang dilepaskan
tidak juga mencairkan lilin, yang merupakan perubahan fisik, tapi ini
tidak secara langsung terlibat dalam pembakaran itu sendiri.
Reaksi kimia dari proses pembakaran lilin ini dapat kita amati
dari percobaan dan dapat dipahami dengan adanya perubahan fase lilin
itu sendiri, yang mula- mula merupakan fase padat(solid) menjadi fase
gas,yang terurai bersama udara.Yang mana,dalam proses pelelehan
tersebut,lilin memerlukan kondisi suhu tertentu dan sumbu.Pada
umumnya,pada suhu 40-60 derajat, lilin akan mulai meleleh.
Pada saat lilin meleleh,diketahui yaitu ketika sumbu lilin
menyala, paraffin akan mencair, yang mana hal ini dipengaruhi oleh
adanya suhu tinggi yang terkondisi di sekitar lilin dan juga adanya efek
kapilaritas cairan paraffin akan ditransportasi naik keatas melalui sumbu
dasar pada lilin ke nyala api. Panas api menyebabkan cairan paraffin
menguap dan selanjutnya akan bercampur dengan oksigen sehingga
terjadi proses pembakaran.
Yang mana selama berlangsungnya pembakaran, besarnya
tingkat pelelehan tergantung pada keadaan lingkungan di sekitar
system,yaitu lilin.
Adapun hal- hal yang dapat mempengaruhi besarnya tingkat
pelelehan tersebut antara lain:
1. Tekanan udara
Dimana,tekanan udara yang besar ditandai dengan adanya suhu
tinggi di dalam ruangan atau lingkungan di sekitar lilin.sehingga
menyebabkan lilin sukar meleleh dan cenderung mempertahankan
diri dari keadaannya.dan juga dapat mempengaruhi arah lilin
tersebut
2. Konsentrasi oksigen
Dimana konsentrasi oksigen berbanding terbalik dengan tekanan
udara.bila, tekanan udara disuatu ruangan tinggi,maka dapat di
pahami bahwa konsentrasi udara pada tempat tersebut
rendah.maka dengan konsentrasi udara yang rendah,lilin akan sukar
meleleh,artinya reaksi pembakaran berlangsung lambat. Dengan
berjalan lambatnya reaksi pembakaran, maka lilin akan cenderung
mempertahankan diri pada fase kesolid an nya. Hal ini tentunya
juga berpengaruh pada gas yang terbentuk dalam proses
pembakara tersebut.
3. Konduktivitas termal
Dapat diartikan sebagai kemampuan lilin dalam menghantarkan
panas atau kalor yang ada pada sumbu untuk diteruskan hingga
dasar lilin memperoleh energy yang sebanding dengan suhu
lingkungan disekitarnya.
4. Daya apung dari reaksi produk
Adapun daya apung dapat didefinisikan sebagai kesetimbangan
antara pereaksi dengan hasil reaksi. Yang mana kita berpedoman
pada hokum kekekalan massa, bahwa dimana massa sebelum dan
massa sesudah reaksi adalah sama.
Namun, dari semua factor yang dijelaskan tadi,tentunya akan
menghasilkan waktu pelelehan lilin yang bervariasi sesuai dengan
factor pembentuknya tersebut.
Sehingga factor di atas lah yang dapat mempengaruhi dan
mengganggu proses menyalanya lilin secara berkelanjutan hingga
mengakibatkan pemadaman nyala api.
Nah,dalam meganalisis pengamatan adapun yang dapat dilakukan
ialah tetap berpedoman pada proses pengamatan itu sendiri tanpa
menambahi ataupun menguranginya.sehingga bagaimana cara kita
mengarahkan hasil pengamatan kita kepada teori yang sesuai.
Maka, dengan begitulah akan didapat kesimpulan yang benar dari
pengamatan yang dilakukan.
Adapun dalam proses pembakaran lilin,diketahui bahwa lilin
habis terbakar dan menyisakan lelehan,sebagai hasil dari
pembakaran lilin pada suhu tinggi. Adapun hal lain yang dapat
dijelaskan ketika mengamati proses pembakaran lilin,yaitu ketika
sumbu lilin menyala, paraffin akan mencair,yang mana hal ini
dipengaruhi oleh adanya suhu tinggi yang terkondisi di sekitar lilin
dan juga adanya efek kapilaritas cairan paraffin akan ditransportasi
naik keatas melalui sumbudasar pada lilin ke nyala api.
Panas api menyebabkan cairan paraffin menguap dan selanjutnya
akan bercampur dengan oksigen sehingga terjadi proses
pembakaran.
Adapun pada pengamatan yang dilakukan tampak bahwa, nyala
api yang relative tenang,cenderung mempertahankan keadaan lilin
pada fase solid nya. Seperti yang telah dijelaskan diawal hal ini tidak
lain yaitu akibat adanya pengaruh dari, tekanan udara yang ada di
sekitar system yaitu lingkungan, adanya konsentrasi oksigen,
konduktivitas termal dan daya apung hasil reaksi.Yang mana telah
dijelaskan bahwa ketiga factor tersebut saling berkaitan.
Adapun secara umum dapat dijelaskan dari hasil
pengamatan,bahwa dalam reaksi pembakaran tersebut menghasilkan
CO
2
,H
2
O dan CO yang mana diketahui bahwa daerah disekitar sumbu
dan lilin memiliki suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan
lingkungan. Yang mana dapat dikatakan lilin sebagai system yang
berhubungan dan saling mempengaruhi antara system dan
lingkungan.
Gas hasil pembakaran tersebut memiliki masa jenis yang lebih
ringan dari udara sekitarnya (udara yang panas akan lebih ringan dari
udara yang dingin).Sehingga Perbedaan temperatur udara ini
menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan udara di sekitar
sistem,sehingga gas hasil pembakaran yang panas akan mengalir atau
menguap keatas (konveksi) dan udara dingin dibawahnya akan
ditarik (dihisap).
Pada proses Konveksi tersebut gas hasil pembakaran,berupa
CO
2
H
2
O dan CO (warna merah=panas) naik keatas sedangkan udara
segar/ oksigen ditarik dari bawah (warna biru=dingin).
Konveksi ini menimbulkan efek, yang dikenal dengan nama efek
chimney (efek cerobong). Efek ini menyebabkan nyala api dapat
dipasok terus menerus dengan udara baru, sehingga proses
pembakaran dapat terus berlangsung. Nyala lilin akan padam jika
pasokan oksigen kurang dari 16%. Sehingga Efek inilah yang
menyebabkan udara mengalir ke atas, sehingga menyebabkan nyala
api ke arah atas.
Dari hasil pengamatan dan menurut teori yang ada bahwa,gas
hasil pembakaran ini memiliki masa jenis yang lebih ringan dari udara
sekitarnya (udara yang panas akan lebih ringan dari udara yang
dingin).
Perbedaan temperatur udara ini menyebabkan terjadinya
perbedaan tekanan udara, sehingga gas hasil pembakaran yang panas
akan mengalir keatas (konveksi) dan udara dingin dibawahnya akan
ditarik (dihisap).
Pada proses Konveksi gas hasil pembakaran (warna
merah=panas) naik keatas sedangkan udara segar/ oksigen ditarik
dari bawah (warna biru=dingin). Konveksi ini menimbulkan efek, yang
dikenal dengan nama efek chimney (efek cerobong). Efek ini
menyebabkan nyala api dapat dipasok terus menerus dengan udara
baru, sehingga proses pembakaran dapat terus berlangsung. Nyala
lilin akan padam jika pasokan oksigen kurang dari 16%.
Efek inilah yang menyebabkan udara mengalir ke atas, sehingga
menyebabkan nyala api ke arah atas
Sehingga suhu di bawah akibat pengisapan tersebut lebih
rendah dari suhu permukaan sumbu. Hal inilah yang menyebabkan
lilin yang meleleh lebih cepat membeku.hal ini juga menjadi factor
lambatnya reaksi berlangsung.
Dari pengamatan yang dilakukan serta teori yang bersesuaian
dapat pula dijelaskan adanya warna api yang berbeda,yang mana hal
ini dapat dijelaskan sebagai perbedaan gravitasi dalam lingkungan
tersebut,dimana di daerah gravitasi nyala api yang kuning seperti
yang biasanya kita lihat disebabkan oleh kotoran soot (karbon
hitam) yang terbakar ke dalam api.Sedangkan di gravitasi nol
pasokan oksigen ke api lebih sedikit, akibatnya temperatur api lebih
rendah, sehingga tidak terjadi pembentukan kotoran.
Selain itu diperkirakan juga karena gas yang terbakar tidak
terkosentrasi ke satu arah.sehingga menghasilkan warna nyalan api
biru.










E. Kesimpulan
Dari data hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa:
1) Ketika lilin mulai dinyalakan, maka disitulah terjadi perubahan
fase pereaksi dari padat(solid) menjadi gas.
2) Pada proses berlangsungnya pembakaran, terkondisinya system
dan lingkungan. Dimana system merupakan lilin dan lingkungan
sebagai keadaan yang mempengaruhi system.dimana antara
system dan lingkungan itu sendiri saling mempengaruhi satu sama
lain.
3) Proses pembakaran tersebut memiliki tingkat pelelehan yang
dipengaruhi oleh factor, tekanan udara, konsentrasi oksigen
,konduktivitas termal dan daya apung dari produk.dan
dihasilkannya CO
2
H
2
O dan CO,sebagai hasil dari pembakaran.
4) Diketahuinya pengaruh yang menyebabkan nyala api selalu
mengarah ke atas.
5) Adanya perubahan kimia dan fisika yang menyertai proses
pemanasan lilin.
6) Tidak berlaku hukum kekekalan massa dalam reaksi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai