Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA

( Perubahan Zat )

Oleh :
Kelas X-MIPA. 1

Kelompok Lavoiser

Ketua : Anggi Vita Sari

Anggota :

1. Rini Aprilia
2. Intan Pertiwi
3. Ayu Anastasia Nur
4. Akmal Trisaldi Gunawan
5. Muh. Farhan
6. Ega Purtodo

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI


SULAWESI TENGGARA

SMAN 5 KENDARI
KENDARI, SEPTEMBER 2018

Daftar Isi
Bab I Pendahuluan.......................................................................................3
1.1 Latar Belakang............................................................................3
1.2 Tujuan..........................................................................................5
1.3 Manfaat........................................................................................5
Bab II Tinjauan Pustaka...............................................................................6
Bab III Metodologi......................................................................................12
3.1 Waktu dan Tempat.....................................................................12
3.2 Alat dan Bahan..........................................................................12
3.3 Prosedur Kerja...........................................................................14
Bab IV Hasil Pengamatan dan Pembahasan.............................................16
4.1 Hasil Pengamatan.....................................................................16
4.2 Pembahasan.............................................................................17
Bab V Penutup...........................................................................................20
5.1 Kesimpulan................................................................................20
5.2 Saran.........................................................................................20
Daftar Pustaka............................................................................................21
Lampiran.....................................................................................................22
1. Laporan Sementara.....................................................................22
2. Tugas Kelompok..........................................................................22
Dokumentasi...............................................................................................24

Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

2
Kehidupan kita sehari-hari tidak lepas akan kegiatan pengamatan.
Setiap hal atau proses yang ditemukan atau dilakukan, biasanya akan
menjadi bahan pengamatan seseorang jika orang tersebut memiliki
rasa ingin tahu yang tinggi. Mengapa hal itu terjadi, bagaimana
prosesnya, dan sebagainya Pengamatan sendiri merupakan bagian
yang penting dari suatu eksperimen. Jika pengamatan dilakukan
dengan baik, hasil pengamatan yang dikumpulkan dapat dipakai untuk
menjawab pertanyaan dan mungkin juga untuk mengambil suatu
kesimpulan. Hasil pengamatan dapat pula menimbulkan pertanyaan-
pertanyaan baru yang dapat dijawab dengan melakukan eksperimen
baru.
Salah satu contoh pengamatan yang dapat dilakukan ialah
pengamatan pada proses pembakaran lilin. Lilin merupakan benda
yang biasa digunakan untuk menerangi saat gelap. Lilin memiliki
sumbu di bagian tengah atas dan apabila sumbu tersebut dinyalakan
maka perlahan lahan lilin akan meleleh. Biasanya terbuat dari zat
lemak yang banyak digunakan untuk melapisi sumbu agar terlindung
terhadap udara, air dan perubahan kimia.
Temuan paling awal dari dunia primitive. Sejarah mencatat bahwa
ada orang Mesir sudah menggunakan lilin sejak 3000 tahun SM. Lilin
adalah sumber penerangan yang terdiri dari sumbu yang diselimuti
oleh bahan bakar padat. Sbeluym abad ke-19, bahan bakar yang
biasanya digunakan adalah lemak sapi (yang mengandung asam
stearat). Sekarang yang biasa digunakan adalah paraffin. Dengan
menyebarnya penerangan listrik, pada abad 1, orang-oarang Romawi
menggunakan lilin yang sumbunya berupa alang-alang.
Di abad berikutnya, oaring-orang Mesir Kuno mengganti batang
alang-alang dengan sumbu serat yang dicelupkan ke dalam lemak
cair, didinginkan, dan kembali dicelup sampai ketebalan tertentu.
Diduga lilin langsing itulah yang merupakan awal dari adanya lilin
batangan modern seperti yang ada sekarang ini.
Di mana lilin sendiri adalah salah satu contoh materi yang dapat
mengalami perubahan materi. Di mana ketika seseorang melakukan
pembakaran lilin akan terjadi 2 jenis perubahan, yaitu perubahan fisika
dan perubahan kimia.
Perubahan fisika dapat disebabkan oleh beberapa hal misalnya,
karena terjadi pelepasan dan pengambilan panas oleh zat.
Perubahanfisika dapat terjadi karena percampuran zat, selama zat-zat
yang bercampur tidak bereaksi membentuk zat baru. Cantohnya
mencampur gula pasir, mencampur pasir dengan garam dapur, dan
mencampur serbuk besi dengan serbuk belerang.
Perubahan fisika juga dapat terjadi karena zat dipotong atau
dibelah. Contohnya membelah kayu dan memotong kertas. Pada
perubahan ini tidak terbentuk zat baru. Kayu sebelum dibelah
mempunyai sifat yang sama dengan kayu setelah dibelah. Contoh-

3
contoh sifat fisika adalah kerapatan (massa jenis), wujud, titik didih,
titik beku, kelarutan, warna, daya hantar listrik, daya hantar warna,
kekerasan, bau, rasa, dan lain-lain. Perubahan fisika tidak mengubah
sifat zat tersebut
Sedangkan perubahan kimia adalah perubahan pada zat yang
menghasilkan zat jenis baru. Misalnya kertas sebelum dibakar
memiliki sifat yang berbeda dengan kertas sebelum dibakar. Contoh
perubahan kimia adalah nasi membusuk, susu yangbasi, sayur yang
menjadi basi, telur yang membusuk, telur asin, besi berkarat, dan lain-
lain. Yang termasuk sifat kimia materi adalah mudah terbakar, mudah
berkarat, mudah membusuk, mudah meledak, beracun, asam-basa,
dan lain-lain Adapun penyebab terjadinya perubahan kimia, yaitu
dapat terjadi akibat pencampuran zat, dapat terjadi akibat adanya
aliran listrik dan dapat dapat terjadi akibat pencampuran dua zat atau
lebih yang menghasilkan zat baru. Contohnya Natrium hidroksida +
asam klorida.
Proses pembakaran lilin merupakan suatu kegiatan lumrah yang
sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi apakah kita pernah
mengetahui bahwa dalam proses tersebut, hal apakah yang terjadi
hingga pembakaran lilin dapat menghasilkan api atau mungkin
mengapa saat lilin tersebut dibakar, lilin tersebut dapat meleleh dan
padat kembali serta mengapa pada saat lilin yang terbakar ditutup
dengan gelas dapat membuat permukaan gelas tersebut menjadi
hitam. Bahkan, seringkali kita menemukan api pada lilin yang sedang
terbakar dapat padam dengan tiba-tiba. Banyak dari kita yang kurang
paham akan hal itu dan mungkin tidak pernah memperdulikannya.
Padahal sebenarnya penting untuk mengetahui bagaimana proses
sebenarnya hingga suatu hal dapat terjadi dan apa penyebabnya agar
kita tidak menjadi orng yng kaku akan informasi dan pengetahuan.
Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang tersebut, kami pun
melakukan percobaan pembakaran lilin yang kemudian ditutup oleh
gelas kimia dan pemanasan lilin sekaligus mengamati hal-hal apa saja
yang terjadi pada saat proses tersebut. Percobaan tersebut kami
lakukan untuk membuat pengamatan sebanyak-banyaknya tentang
pembakaran lilin dan mempelajari proses perubahan zat, sehingga
setelah melakukan percobaan ini, kami memiliki pengetahuan tentang
proses pembakaran lilin beserta perubahan zat yang terjadi dalam
proses tersebut dan dapat mengetahui faktor apa saja yang
menyebabkan api pada lilin dapat padam. Semua hasil percobaan
yang kami lakukan, telah dituangkan dalam bentuk laporan praktikum
yang berjudul Laporan Lengkap Praktikum Kimia (Perubahan Zat).

1.2 Tujuan
a) Membuat pengamatan sebanyak-banyaknya tentang
pembakaran sebuah lilin.
b) Mempelajari perubahan zat.

4
1.3 Manfaat
a) Menambah pengetahuan mengenai perubahan zat
b) Pembaca mengetahui bagaimana proses pembakaran lilin
hingga terbentuk api dan zat-zat apa saja yang dihasilkan dari
pembakaran lilin.
c) Menambah pengetahuan tentang faktor-faktor yang
memengaruhi proses pembakaran.
d) Melatih siswa untuk terbiasa melakukan percobaan.
e) Melatih kerjasama dan kekompakkan siswa sebab dalam
percobaan kedua hal tersebut sangat diperlukan demi
keberhasilan percobaan.

Bab II
Tinjauan Pustaka

Definisi Lilin
Lilin adalah sumber penerangan yang terdiri dari sumbu yang
diselimuti oleh bahan bakar padat. Sebelum abad ke-19, bahan bakar
yang digunakan biasanya adalah lemak sapi (yang banyak mengandung
asam stearat). Sekarang yang biasanya digunakan adalah parafin.
Paraffin adalah campuran hidrokarbon dari Alkane (ikatan rantai molekul

5
atom karbon dan atom hidrogen yang panjang), bahan yang kita jumpai
dalam minyak bumi. Seperti tersirat dalam namanya, molekul-molekul
hidrokarbon hanya terdiri dari atas atom-atom hidrogen dan atom-atom
karbon. Dalam kimia, parafin adalah nama umum untuk hidrokarbon
alkana dengan formula CnH2n+2. Lilin parafin merujuk pada benda padat
dengan n=20–40.
Molekul parafin paling simpel adalah metana, CH4, sebuah gas dalam
temperatur ruangan. Anggota sejenis ini yang lebih berat, seperti oktan
C8H18, muncul sebagai cairan pada temperatur ruangan. Bentuk padat
parafin, disebut lilin parafin, berasal dari molekul terberat mulai C 20H42
hingga C40H82. Lilin parafin pertama ditemukan oleh Carl Reichenbach
tahun 1830.
Parafin, atau hidrokarbon parafin, juga merupakan nama teknis untuk
sebuah alkan pada umumnya, tetapi dalam beberapa hal kata ini merujuk
pada satu linear, atau alkan normal - di mana bercabang, atau isoalkan
juga disebut isoparafin. Berbeda dari bahan bakar yang dikenal di Britania
dan Afrika Selatan sebagai minyak parafin atau hanya parafin, yang
disebut sebagai kerosin di sebagian besar AS, Australia dan Selandia
Baru.
Namanya berasal dari kata latin parum (jarang) dan affinis dengan arti
seluruhnya "sedikit affinitas", atau "sedikit reaktivitas". Ini diakibatkan oleh
alkan, yang non kutub dan sedikit gugus fungsionalnya, sangat tidak
reaktif.
Dengan menyebarnya penerangan listrik, saat ini lilin lebih banyak
digunakan untuk keperluan lain, misalnya dalam upacara agama,
perayaan ulang tahun, pewangi ruangan, dan sebagainya.
Lilin tidak dapat bengkok tetapi patah. Kerapuhan tersebut
merupakan salah satu ciri yang menggambarkan lilin. Selain itu,
warna dan bentuknya juga merupakan penggambaran lilin. Ciri suatu
materi yang dapat diamati tanpa merubah zat-zat yang menyusun materi
tersebut disebut sifat fisika.

Definisi Pembakaran Lilin


Pembakaran adalah sebuah reaksi yang melepaskan energi panas.
Pembakaran juga dapat dikatakan sebagai suatu runutan reaksi kimia
antara suatu bahan bakar dan suatu oksidan, disertai dengan produksi
panas yang kadang disertai cahaya dalam bentuk pendar atau api (Young
and Giese, 1991 dalam Sanoesi, 2009)
Begitu dimulai, reaksi tersebut melepaskan panas lebih dari cukup
untuk melelehkan lilin lebih banyak, sehingga preoses pembakaran terus
terjadi. Pada peristiwa pembakaran lilin terjadi perubahan fisika dan
perubahan kimia.
Hal ini disebabkan karena adanya gaya adhesi atau kohesi antara zat
cair dan dinding celah tersebut. Kohesi adalah gaya di antara molekul-
molekul dengan jenis yang sama dan adhesi adalah gaya antarmolekul
yang jenisnya berbeda.

6
Angin merupakan faktor pemacu dalam tingkah laku api ketika terjadi
pembakaran. Angin mempercepat pengeringan bahan bakar,
memperbesar ketersedian oksigen, sehingga api berkobar. Di samping itu
angin dapat menerbangkan bara api yang dapat menimbulkan api loncat,
dan terjadinya kebakaran baru, (Ahmad, 2008).
Bahan bakar (pohon, rumput, dan semak) dapat terbakar bila tersedia
udara dan panas yang cukup. Tiga unsur tersebut biasa disebut “segitiga
api”. Bila tiga unsur segi tiga api tersebut tidak tersedia secara lengkap,
api tidak dapat membakar. Harus ada panas yang cukup untuk menyulut
bahan bakar misalnya: panas dari korek api, batubara, api bekas
memasak, dari kendaraan, dari chainsaw, dari puntung rokok dan lain-lain.
Serta harus ada udara (oksigen) untuk dapat terbakar, tanpa ada udara
sedikitpun api tidak akan hidup (Young and Giese, 1991 dalam Sanoesi,
2009).
Segitiga api sangat penting karena dapat memberi tahu bagaimana
agar dapat memadamkan api. Untuk itu, dapat dilakukan dengan
mengurangi atau menghilangkan salah satu dari unsur tersebut, misalnya
mengurangi bahan bakar, panas atau udara, agar api tidak membesar dan
dapat dipadamkan. Kita dapat meredam panas dengan menyemprotkan
air ke atas api, kita dapat memutuskan oksigen atau udara dengan
melemparkan lumpur atau tanah di atas api (Young and Giese, 1991
dalam Sanoesi, 2009). Selain itu, seperti pada pembkaran lilin, dapat pula
dilakukan dengan menutup lilin tersebut dengan gelas kimia atau gelas
plastik agar tidak ada oksigen, sehingga nyala api dapat padam.
Paraffin hanya dapat meleleh pada suhu 50-60°C. Parafin tidak dapat
dinyalakan begitu saja dengan korek api. Untuk dapat terbakar paraffin
membutuhkan temperatur tertentu dan sumbu. Begitu sumbu lilin
menyala, paraffin wax akan mencair. Dengan efek kapilaritas cairan wax
akan ditransportasi naik keatas melalui sumbu ke nyala api. Panas api
menyebabkan cairan wax menguap dan selanjutnya akan bercampur
dengan oksigen sehingga terjadi proses pembakaran. Dalam proses
pembakaran tersebut akan dihasilkan gas hasil pembakaran yang panas
(CO2, H20,CO). Gas hasil pembakaran ini memiliki masa jenis yang lebih
ringan dari udara sekitarnya (udara yang panas akan lebih ringan dari
udara yang dingin). Perbedaan temperatur udara ini menyebabkan
terjadinya perbedaan tekanan udara, sehingga gas hasil pembakaran
yang panas akan mengalir keatas (konveksi) dan udara dingin
dibawahnya akan ditarik (dihisap). Konveksi Gas hasil pembakaran
(warna merah=panas) naik keatas. Udara segar atau Oksigen ditarik dari
bawah (warna biru=dingin) Konveksi ini menimbulkan efek, yang dikenal
dengan nama efek chimney (efek cerobong). Efek ini menyebabkan nyala
api dapat dipasok terus menerus dengan udara baru, sehingga proses
pembakaran dapat terus berlangsung. Nyala lilin akan padam jika
pasokan oksigen kurang dari 16%. Efek inilah yang menyebabkan udara
mengalir ke atas, sehingga menyebabkan nyala api ke arah atas. Ini
semua tentunya berlaku bagi semua proses pembakaran yang

7
dipengaruhi oleh gaya gravitasi (gaya tarik bumi). Fenomena mengenai
proses pembakaran lilin ini sudah dibahas oleh Michael Faraday (ilmuwan
ahli fisika dan kimia dari Inggris) tahun 1861.
Proses terbentuknya api pada semua proses pembakaran
dikarenakan adanya unsur pembentuknya, yaitu oksigen, panas, dan fuel
atau material. Jika ketiga unsur tersebut menyatu dan teroksidasi, maka
akan timbul api. Oksigen merupakan unsur pertama terbentuknya api.
Kandungan oksigen ditentukan dengan persentase, apabila kadar oksigen
semakin besar, maka nyala api akan semakin besar pula. Sedangkan jika
kadar oksigen kurang dari 12% maka tidak akan terjadi nyala api. Dalam
keadaan normal di udara terdapat kendungan oksigen sebesar 21% dan
udara mempunyai keaktifan pembakaran yang cukup.
Panas bisa terjadi akibat beberapa hal, misalnya dari sumber panas
matahari, panaskarena adanya gesekan atau benturan, panas karena
adanya kompresi udara, dan panas karena adanya reaksi kimia atau
mekanik. Sedangkan fuel atau material adalah bahan yang mudah
terbakar. Benda tersebut dapat berupa zat cair, padat, atau gas, misalnya
kayu, kertas, bensin, minyak, dan sebagainya.
Api tidak dapat terbentuk apabila tidak terdapat ketiga unsur tersebut.
Maka apabila terjadi suatu kebakaran cara mengatasinya adalah dengan
menghilangkan salah satu dari tiga unsur pembentuk api, misalnya :
1. Menurunkan suhu dari panas api
2. Menghilangkan atau mengurangi kadar oksigen
3. Menjauhkan material-material yang mudah terbakar

Materi dan Perubahannya


Materi adalah sesuatu yang menempati ruang dan menempati massa.
Materi sering juga disebut zat atau bahan. Istilah zat digunakan untuk
sejumlah materi yang sangat spesifik (tertentu) sifat-sifatnya, contohnya
gula, garam dapur, air dan sebagainya. Istilah bahan digunakan untuk
sejumlah materi yang kurang spesifik, contohnya kayu, beras, kertas,
sirop dan sebagainya. Materi di alam terdapat dalam tiga wujud, yaitu
wujud gas, padat dan cair, contoh air dapat berwujud cair, gas (uap air)
dan padat (es). Setiap materi mempunyai sifat-sifat yang berbeda. Materi
juga mengalami perubahan. Perubahan materi terbagi atas perubahan
fisika dan perubahan kimia
Perubahan Fisika
Perubahan fisika adalah perubahan suatu zat tanpa menghasilkan zat
baru. Pada umumnya perubahan fisika hanya mengalami perubahan
wujud dan yang disertai dengan perubahan energi. Perubahan fisika
terjadi karena materi memiliki sifat fisika. Contoh-contoh sifat fisika adalah
kerapatan (massa jenis), wujud, titik didih, titik beku, kelarutan, warna,
daya hantar listrik, daya hantar warna, kekerasan, bau, rasa, dan lain-lain.
Perubahan fisika tidak mengubah sifat zat tersebut. Dengan kata lain,
perubahan fisika tidak menghasilkan senyawa baru. Perubahan fisika

8
yang terjadi pada suatu zat, tidak menghasilkan zat baru, tetapi disertai
terjadinya perubahan bentuk, wujud dan warna.
Ciri-ciri perubahan fisik :
 Hanya sifat-sifat fisisnya yang berubah, sedangkan sifat-sifat kimianya
tetap
 Susunannya tidak berubah
 Jenis zatnya tidak berubah
Contoh-contoh perubahan fisika karena perubahan wujud dalam
kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut :
Perubahan Wujud Contoh
Lilin meleleh, karet meleleh, peleburan
Pelelehan / peleburan
besi, peleburan aluminium.
Pencairan Es mencair, salju mencair.
Penguapan Air laut menguap, eter menguap, minyak kayu
putih menguap.
Pengembunan Uap air mengembun
Pembekuan Air membeku, minyak membeku, agar-
agar membeku.
Penyubliman Kapur barus menyublim.
Perubahan fisika dalam kehidupan sehari-hari dapat terjadi karena
adanya perubahan wujud, pelarutan, adanya perubahan bentuk, dan
aliran energi. Perubahan Fisika karena Perubahan Wujud setiap materi
yang berubah wujud karena pengaruh pemanasan akan mempunyai sifat
yang sama. Materi tersebut juga dapat dikembalikan ke sifatnya semula.
Perubahan fisika karena perubahan wujud adalah pelelehan, peleburan,
pencairan, penguapan, pengembunan, pembekuan, penyubliman, dan
terdeposisi Perubahan fisika dapat terjadi karena adanya perubahan
wujud, pelarutan, adanya perubahan bentuk, dan aliran energi.
 Perubahan fisika karena perubahan wujud. Setiap materi yang
berubah wujud karena pengaruh pemanasan akan mempunyai sifat
yang sama. Materi tersebut juga dapatdikembalikan ke sifatnya
semula. perubahan fisika karena perubahan wujud adalah pelelehan,
peleburan, pencairan, penguapan, pengembunan, pembekuan,
penyubliman, dan terdeposisi. Contoh Perubahan Fisika karena
Perubahan Wujud dalam Kehidupan Sehari-hari.
Contoh Perubahan Wujud : Pelelehan / peleburan Lilin meleleh,karet
meleleh, peleburan besi,peleburan aluminium Pencairan Es mencair,
salju mencair. Penguapan Air laut menguap, eter menguap, minyak
kayu putih menguap Pengembunan Uap air mengembun Pembekuan
Air membeku, minyak membeku, agar-agar membeku Penyubliman
Es kering berubah menjadi gas, mentol padat menyublim menjadi uap,
kapur barus menyublim
 Perubahan fisika karena pelarutan. Sifat gula yang dilarutkan dalam
air seperti rasa manis masih tetap tampak jika larutan gula diuapkan.
Akan diperoleh kembali gula dengan sifat manis yang sama. Proses
pembuatan sirop, cuka,dan alcohol 70 % merupakan.

9
Perubahan Kimia
Perubahan kimia adalah perubahan suatu zat yang menghasilkan zat
baru yang berbeda dengan sifat zat asalnya. Perubahan kimia juga
disebut perubahan wujud yang terjadi karena reaksi kimia. Contoh-contoh
perubahan kimia dalam kehidupan sehari-hari adalah :
 Minyak goreng yeng telah teroksidasi dan menjadi tengik
 Besi yang ditaruh di tanah menjadi berkarat
 Kayu yang dibakar untuk memasak
 Barang-barang yang telah kadaluwarsa
 Kertas yang dibakar menjadi abu, dan lain-lain.
Yang perlu diketahui bahwa dalam perubahan kimia (reaksi kimia),
massa zat tidak pernah berubah (tetap). Reaksi kimia yang terjadi pada
suatu zat dapat diketahui berdasarkan tanda-tanda atau gejala-gejala
yang menyertai reaksi tersebut. Adapun ciri-ciri perubahan kimia adalah
sebagai berikut :
a) Terjadi perubahan warna, misalnya : buah yang matang, besi berkarat,
roti menjadi gosong, dan lain-lain.
b) Terjadi perubahan suhu, misalnya : singkong menjadi tape, kedelai
menjadi tempe, karbid disiram air, dan lain-lain.
c) Terbentuk gas, misalnya : kertas dibakar, kompor menyala, karbid
disiram air, sampah membusuk, dan lain-lain
d) Terbentuk endapan, misalnya : susu menjadi basi, minyak menjadi
tengik, batu kapur disiram air, dan lain-lain.
Sifat kimia suatu materi adalah sifat yang berhubungan dengan
terbentuknya zat baru. Contoh sifat kimia materi adalah mudah terbakar,
mudah berkarat, mudah membusuk, mudah meledak, beracun, asam-
basa, dan lain-lain. Perubahan kimia dalam kehidupan sehari-hari dapat
terjadi karena adanya pembakaran, pengaratan, pembusukan, fermentasi,
pemasakan, fotosintesis, dan pengenziman.
a. Perubahan Kimia karena Pembakaran
Pembakaran merupakan reaksi kimia antara materi yang terbakar
dan gas oksigen. Pembakaran disebabkan adanya api. Selain
menghasilkan abu dan gas, pembakaran materi juga menghasilkan
energi. Misalnya, pembakaran lilin menghasilkan energi cahaya dan
pembakaran bensin, solar menghasilkan energi gerak. Dalam
kehidupan sehari-hari, banyak ditemukan peristiwa jenis reaksi kimia
ini. Misalnya, kayu, kertas, lilin, bensin, atau solar dibakar atau bom
yang meledak.
b. Perubahan Kimia karena Pengaratan
Perkaratan merupakan reaksi kimia antara besi, gas oksigen, dan
air. Reaksi kimia ini menghasilkan karat yang secara umum
merupakan oksida logam. Pengaratan merupakan perubahan kimia
karena Kompor berkarat menghasilkan zat baru. Besi (Fe) berubah
menjadi karat besi (Fe2O3.nH2O). Sifat besi dan karat besi berbeda.
Besi pagar yang berkarat akan rapuh dan mudah runtuh. Begitu juga
dengan atap seng. Istilah yang digunakan untuk reaksi antara logam

10
(selain besi), gas oksigen, dan air adalah korosi. Atap seng yang
berkorosi akan mudah bocor jika terjadi hujan.
c. Perubahan Kimia karena Pembusukan
Pembusukan merupakan reaksi kimia yang diakibatkan
mikroorganisme. Pada pembusukan, makanan berubah menjadi
makanan yang berbau, berlendir, dan terkadang mengeluarkan gas.
Misalnya, nasi yang basi atau roti yang berjamur. Kedua makanan
yang membusuk tersebut tidak dapat berubah kembali seperti semula.
Oleh karena itu, nasi yang basi dan roti yang berjamur telah
mengalami perubahan kimia.
d. Perubahan Kimia karena Fermentasi
Fermentasi hampir sama dengan pembusukan, yaitu reaksi kimia
karena pengaruh mikroorganisme. Pembusukan merupakan
perubahan kimia yang merugikan karena materi menjadi rusak dan
terbuang, sedangkan fermentasi merupakan perubahan kimia yang
menguntungkan. Fermentasi termasuk perubahan kimia karena
makanan yang difermentasi akan lebih lunak, lebih harum, dan
rasanya berbeda. Misalnya, pada pembuatan tape ketan dan tape
singkong. Tape ketan terbuat dan beras ketan, sedangkan tape
singkong terbuat dan singkong. Dengan cara fermentasi, beras ketan
dan singkong berubah menjadi tape. Tape mempunyai sifat yang
berbeda dengan bahan pembuatnya. Selain itu, tape tidak dapat
dikembalikan menjadi beras ketan atau singkong, nasi basi,
pembuatan kecap.

BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Kelompok kami melaksanakan percobaan pembakaran lilin pada hari
Senin, 27 Agustus 2018 pukul 16.00 WITA yang bertempat di SMAN 5
KENDARI atau lebih tepatnya di kelas kami, yaitu kelas X-MIPA. 1.

3.2 Alat dan Bahan

11
Alat :
 Cutter

 Gunting

 Korek

 Mistar

Bahan :
 Lilin

 Potongan kaleng cocacolla

12
 Gelas kimia

 Kaleng biskuit

 Kawat

3.3 Prosedur Kerja :


 Proses pembakaran lilin

13
Keterangan :
1. Siapkan sebuah lilin dan amati keadaan lilin sebelum dilakukan
proses pembakaran.
2. Setelah itu lakukan pembakaran lilin dengan menggunakan korek
yang telah disedikan.
3. Tutuplah lilin yang sedang terbakar itu dengan menggunakan gelas
kimia dan amati keadaan lilin tersebut.
4. Setelah beberapa saat nyala api padam pada lilin yang ditutup
gelas kimia

 Pemanasan lilin

14
Keterangan :
1. Potonglah lilin yang telah disiapkan sampai berbentuk serbuk-
serbuk yang halus dengan menggunakan cutter.
2. Kemudian, taruh serbuk-serbuk lilin tersebut ke dalam potongan
kaleng bekas minuman.
3. Panaskan serbuk lilin tersebut dengan menggunakan api dari lilin.
Gunakan kawat sebagai pegangan yang dililitkan pada kaleng
tempat serbuk lilin, pada saat proses pemanasan.
4. Setelah beberapa saat, serbuk lilin yang dipanaskan tadi, akan
berubah menjadi cair dan akan menjadi padat kembali jika
didinginkan beberapa saat.

BAB IV

15
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
1. Lilin sebelum dibakar

No. Pengamatan Hasil Pengamatan


Sebelum dibakar, ukuran lilin beserta
1. Ukuran
sumbunya, yaitu 9,5 cm
Sebelum dibakar lilin berwarna putih dan
2. Warna
sumbunya juga berwarna putih
Sebelum dibakar lilin berbau khas, seperti
3. Bau
minyak
4. Bentuk Sebelum dibakar lilin berbentuk silinder

2. Lilin yang terbakar

No. Hasil Pengamatan

1. Warna lilin tetap putih

2. Warna sumbu yang sedang terbakar, yaitu hitam

Bagian ujung sumbu yang sedang terbakar menyala, seperti


3.
bara

4. Pembakaran lilin menghasilkan cahaya

Api bagian atas berwarna kuning dan api bagian bawah


5.
berwarna biru

6. Beberapa saat setelah dibakar, lilin mulai meleleh

7. Udara di sekitar lilin terasa panas

Setelah beberapa saat, bagian atas gelas kimia yang


8. digunakan untuk menutupi lilin dalam proses pembakaran
berubah menjadi hitam

9. Lelehan lilin yang terbakar panas dan berwarna putih

10. Nyala api pada lilin mati pada detik ke-15

11. Setelah dikar lilin berkuran 8 cm

12. Tercium bau gosong sesaat setelah api dimatikan

16
3. Lilin dipanaskan / meleleh

No. Pengamatan Hasil Pengamatan

1. Ukuran Tidak menetap disesuaikan dengan


wadah sebab berbentuk serbuk

2. Warna Sebelum lilin dipanaskan, lilin berwarna


putih dan setelah dipanaskan, lilin
berubah menjadi minyak yang berwarna
bening.

3. Bau Sebelum dipanaskan dan setelah


dipanaskan lilin berbau khas minyak

4. Bentuk Sebelum dipanaskan, lilin masih


berbentuk potongan-potongan halus dan
setelah dipanaskan, lilin meleleh dan
berubah menjadi cairan. Namun, setelah
didinginkan atau diangin-anginkan,
lelehan lilin tersebut kembali padat dalam
waktu 15 menit.

4.2 Pembahasan
Pada percobaan pertama, yaitu sebelum lilin dibakar tidak terjadi
perubahan apapun pada lilin tersebut sebab belum dilakukan proses
apapun pada percobaan pertama. Pada percobaan pertama, kami
mengamati lilin tersebut memilki ukuran panjang 9,5 cm, berwarna
putih, berbau khas seperti minyak, dan berbentuk silinder.
Sedangkan pada percobaan kedua, yaitu proses pembakaran lilin
yang kemudian ditutup oleh gelas kimia. Pada percobaan ini terjadi
perubahan fisika dan kimia pada lilin tersebut. Di mana perubahan
fisika dalam percobaaan ini adalah ketika lilin mengalami perubahan
wujud mencair, yaitu dari padat ke cair sebab mengalami proses
pembakaran. Adapun perubahan fisika lainnya dalam percobaan
kedua adalah terjadinya perubahan bentuk dan ukuran pada lilin
sebagai ciri dari perubahan fisika, di mana ketika sebelum dibakar lilin
berbentuk silinder dan setelah dibakar bentuk lilin menjadi tidak
beraturan serta sebelum dibakar lilin berukuran 9,5 cm dan setelah
dibakar ukuran lilin menjadi 8 cm. Sedangkan perubahan kimia pada
percobaan pembakaran lilin terjadi ketika dilakukan pembakaran
sumbu lilin sebab dari hasil pembakaran itu terbentuk zat baru, yaitu
asap yang merupakan ciri dari perubahan kimia.

17
Prinsip pada lilin sama dengan kompor, lilin adalah bahan bakar
yang terbuat dari metana (CH 4) atau paraffin (paraffin wax). Begitu
sumbu lilin menyala, paraffin wax akan mencair. Dengan efek
kapilaritas cairan wax akan ditransportasi naik ke atas melalui sumbu
ke nyala api. Panas api menyebabkan cairan wax menguap dan
selanjutnya akan bercampur dengan oksigen sehingga terjadi proses
pembakaran.
Dalam proses pembakaran tersebut akan dihasilkan gas hasil
pembakaran, yaitu CO2, CO, H20. Gas hasil pembakaran ini memiliki
massa jenis yang lebih ringan dari udara sekitarnya (udara yang
panas akan lebih ringan dari udara yang dingin). Perbedaan
temperatur udara ini menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan
udara, sehingga gas hasil pembakaran yang panas akan mengalir ke
atas (konveksi) dan udara dingin di bawahnya akan ditarik (dihisap).
Ketika diamati pada saat lilin dibakar, lilin menghasilkan cahaya
dengan nyala api lilin berwarna kuning, hal tersebut disesuaikan
dengan kadar oksigen yang tersedia untuk menyalakan bahan bakar.
Oksigen yang banyak menyebabkan nyala berwarna biru, sedangkan
oksigen yang terbatas menyebabkan nyala berwarna kuning. Hal
tersebut juga disebabkan nyala lilin tidak bisa mendapatkan oksigen
yang diperlukannya jika hanya mengambil udara di sekitarnya.Udara
di sekitar lilin, yang sebetulnya kaya dengan oksigen, ternyata tidak
sanggup mengalir cukup cepat untuk mengimbangi semua paraffin
(bahan pembentuk lilin) yang meleleh dan siap untuk dibakar.
Sementara itu, di bawah pengaruh panas, sebagian paraffin yang
tidak terbakar terurai menjadi partikel-partikel karbon yang sangat
kecil. Partikel-partikel ini, karena panas dari pembakaran, menjadi
berpendar, membara dengan cahaya berwarna kuning benderang.
Maka itulah sebabnya nyala lilin berwarna kuning. Ketika partikel-
partikel karbon yang berpendar mencapai bagian puncak nyala,
hampir semuanya mendapatkan oksigen yang memadai untuk ikut
terbakar juga.
Selain nyala api di atas berwarna kuning, dapat terlihat juga api di
bawah berwarna biru. Hal itu terjadi karena pada proses konveksi gas
hasil pembakaran (warna kuning=panas) naik keatas, sedangkan
udara segar atau oksigen ditarik dari bawah (warna biru=dingin).
Konveksi ini menimbulkan efek, yang dikenal dengan nama efek
chimney (efek cerobong). Efek ini menyebabkan nyala api dapat
dipasok terus menerus dengan udara baru, sehingga proses
pembakaran dapat terus berlangsung. Ini semua tentunya berlaku
bagi semua proses pembakaran yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi
(gaya tarik bumi).
Untuk keadaan lilin setelah dibakar, sesaat setelah api mati,
tercium bau gosong yang menyengat dan dari sumbu lilin
mengeluarkan asap berwarna hitam. Bau yang menyengat dan asap
berwarna hitam tersebut dikarenakan ada unsur karbon pada reaksi

18
pembakaran. Warna lilin tetap putih sedangkan sumbu lilin bekas
terbakar berwarna hitam. Bentuk lilin menjadi tidak teratur dan
permukaan lilin kasar, terlihat jelas bentuk lilin berubah dari silinder
menjadi tidak beraturan, dalam hal ini adalah perubahan fisika.
Selain itu, yang kami amati ketika lilin tersebut ditutup oleh gelas
kimia, nyala api pada lilin masih menyala sebab masih ada oksigen di
dalam gelas kimia. Namun, setelah 15 detik, nyala api pada lilin
padam sebab api tersebut memanaskan udara yang ada di dalam
gelas kimia, sehingga oksigen habis dan akhirnya api pun padam
karena kehabisan oksigen dan terlihat bahwa permukaan atas gelas
kimia menjadi hitam sebab asap mengandung karbon hingga
membuat permukaan gelas kimia menjadi hitam. Hal ini sesuai
dengan teori penunjang yang dijelaskan di atas sebelumnya, yaitu
bahwa api dapat padam apabila api tersebut kekurangan atau
kelebihan oksigen yang merupakan salah satu unsur pembentuk api.
Sedangkan pada percobaan ketiga, yaitu proses pemanasan lilin
terjadi perubahan fisika berupa perubahan wujud mencair, yaitu dari
padat ke cair sebab adanya pemanasan lilin dan membeku, yaitu dari
cair ke padat terjadi ketika cairan lilin tadi didinginkan atau diangin-
anginkan akan berubah kembali ke padat. Serbuk lilin tersebut
mencair setelah 5 menit ketika dilakukan pemanasan dan kembali
menjadi padat setelah 15 menit sebab diangin-anginkan. Lilin yang
semula padat, setelah dipanaskan menjadi cair karena susunan
partikelnya merenggang akibat kenaikan suhu dan setelah didinginkan
lelehan lilin akan menjadi padat kembali karna susunan partikelnya
kembali menyusut akibat penurunan suhu.
Waktu yang diperlukan untuk memadatkan kembali susunan
partikel lilin lebih lama dibandingkan dengan waktu yang diperlukan
untuk merenggangkan susunan partikel, sehingga pada proses
pelelehan lilin lebih cepat ketimbang proses pengerasannya. Lilin
yang semula berwarna putih setelah berubah wujud menjadi cair akan
diikuti dengan perubahan warna yaitu putih jernih/bening, sementara
ketika didinginkan dan dipadatkan kembali, warna lilin akan kembali
menjadi putih karena sifat kimia benda dalam fase tertentu tetap sama
dan hanya berubah bentuk fisiknya saja. Proses pemanasan lilin pun,
membuat wadah tempat pemanasan pada bagian bawah berwarna
hitam karena terkena asap yang mengandung unsur karbon dari hasil
pembakaran. Adapun yang termasuk sifat-sifat fisika lilin, yaitu
berwujud padat sebelum dipanaskan dan cair setelah dipanaskan,
berwarna putih, berbau seperti minyak, memiliki ukuran yang berbeda
sebelum dan setelah pemanasan. Sedangkan sifat kimia lilin, yaitu
mudah terbakar pada sumbunya dan beracun bagi tubuh
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

19
Dari percobaan yang telah kelompok kami lakukan, kami dapat
menyimpulkan bahwa dalam proses pembakaran dan pemanasan lilin,
terjadi 2 jenis perubahan, yaitu perubahan fisika dan perubahan kimia.
Di mana setiap perubahan yang terjadi terdapat pula sifat-sifat fisika
dan kimia dari lilin. Perlu diketahui bahwa nyala api pada lilin dapat
padam sebab dipengaruhi oleh oksigen yang berda di sekitar lilin. Jika
kelebihan dan kekurangan akan oksigen, maka api akan padam.
5.2 Saran
Sebaiknya percobaan pembakaran lilin dilakukan di atas kaleng
biskuit jika dibandingkan dengan di atas meja berplastik sebab
dikhawatirkan jika lilin ditaruh langsung di atas meja plastik, lelehan
lilin yang nantinya mencair akan mengenai plastik (pembungkus) meja
dan membuat meja rusak dan sebaiknya ketika percobaan menutup
lilin dengan gelas plastik, usahakan untuk menggunakan gelas plastik
yang agak tinggi agar nyala api tidak membuat bagian atas gelas
berlubang serta jangan sampai ada udara yang masuk pada saat
proses menutup lilin dengan gelas plastik sebab dapat membuat nyala
api pada lilin cepat padam.

DAFTAR PUSTAKA

http://rombonganmakalah.blogspot.com/2013/11/makalah-udara.html
http://ronahyeppayoseob.blogspot.com/2012/01/pembakaran-lilin-
membuktikan-hukum.html
http://adlyfirma.blogspot.com/2012/04/peranan-oksigen-dalam-proses-
pembakaran.html
http://rombonganmakalah.blogspot.com/2013/11/makalah-udara.html

20
http://adlyfirma.blogspot.com/2012/04/peranan-oksigen-dalam-proses-
pembakaran.html
http://fairuz-juwel.blogspot.com/2012/06/perubahan-pada-pembakaran-
lilin.html
http://adlyfirma.blogspot.com/2012/04/peranan-oksigen-dalam-proses-
pembakaran.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Parafin
https://www.slideshare.net/MalaPidiyantiLidahBu/sumbu-dan-proses-
pembakaran-lilin
https://dianafrcercon27.wordpress.com/2013/04/01/lilin-perubahan-fisika-
atau-kimia/
https://muhaphysycselysha.files.wordpress.com/2012/07/materi-fisika.pdf

LAMPIRAN
1. Laporan Sementara
2. Tugas Kelompok
1) Berdasarkan hasil pengamatanmu, perlakuan lilin manakah yang
merupakan perubahan kimia dan perubahan fisika ? Jelaskan !
= Berdasarkan pengamatan, yang termasuk perubahan fisika adalah
ketika dilakukan pemanasan lilin yang menyebabkan perubahan
wujud mencair, yaitu perubahana wujud lilin dari padat ke cair
sebab dipanaskan. Selain itu, terdapat pula perubahan fisika
lainnya dari percobaan yang telah dilakukan, yaitu terlihat dari
perubahan bentuk lilin, yang sebelum dibakar, lilin berbentuk
silinder dan setelah dibakar, bentuk lilin menjadi tridak beraturan.

21
Sedangkan yang termasuk perubahan kimia yaitu ketika dilakukan
pembakaran lilin sebab dalam pembakaran sumbu lilin terbentuk
asap yang merupakan hasil reaksi antara bahan baku lilin dengan
oksigen yang kemudian menghasilkan gas karbondioksida serta
permukaan lilin bekas pembakaran yang menjadi hitam sebab lilin
mengandung karbon yang merupakan hasil pembakaran sumbu
lilin sebagai ciri dari perubahan kimia, yaitu terbentuknya zat baru.
2) Tuliskan sifat-sifat fisik dan kimia dari lilin !
 Sifat-sifat fisik dari lilin
a) Berwujud padat sebelum dipanaskan dan cair setelah
dipanasakan
b) Berwarna putih
c) Berbau, seperti minyak
d) Memiliki ukuran yang berbeda sebelum dipanaskan dan
setelah dilakukan pemanasan lilin
 Sifat-sifat kimia dari lilin
a) Mudah terbakar pada bagian sumbunya
b) Beracun bagi tubuh
3) Berdasarkan rumus kimia lilin, senyawa apa sajakah yang dapat
dihasilkan dari pembakaran lilin tersebut ?
= Semua lilin pada dasarnya terdiri dari senyawa hidrokarbon.
Senyawa Hidrokarbon artinya terdiri atas atom Hidrogen (H) dan
Carbon (c) Saat lilin dinyalakan, panas nyala api melelehkan lilin
di dekat sumbu. Cairan lilin ini kemudian terserap kedalam sumbu
dengan aksi kapiler. Panas nyala api menyebabkan lilin yang
sudah mencair menguap (mengubahnya menjadi gas panas), dan
mulai memecah hidrokarbon menjadi molekul hidrogen dan
karbon. Molekul penguapan ini ditarik ke dalam nyala api, di mana
mereka bereaksi dengan oksigen dari udara untuk menciptakan
panas, cahaya, uap air (H₂O) dan karbon dioksida (CO₂). Sekitar
seperempat energi yang diciptakan oleh pembakaran lilin
dilepaskan saat panas menyebar dari api ke segala arah. Panas
yang cukup dibuat untuk memancarkan kembali dan melelehkan
lebih banyak lilin agar proses pembakaran tetap menyala sampai
bahan bakar habis atau panas dihilangkan. Tapi jika nyala api
mendapatkan terlalu sedikit atau terlalu banyak udara atau bahan
bakar, dapat mengakibatkan nyala api berkedip atau berkobar dan
partikel karbon yang tidak terbakar akan luput dari nyala api
sebelum bisa terbakar habis sehingga timbulah jelaga atau asap
hitam yang mengandung gas karbondioksida. Lilin atau paraffin
wax merupakan salah satu dari alkana (hidrokarbon) yang
wujudnya padat, rumus molekulnya C20H42.
Pembakaran paraffin wax :
C20H42 + O2 →20 CO2 +21 H2O

22
Pada peristiwa pembakaran lilin ini, berlakunya hukum kekekalan
massa pada reaksi kimia. Hukum kekekalan massa menyatakan
bahwa jumlah massa sebelum dan sesudah reaksi adalah sama.
Dengan demikian, dalam proses pembakaran lilin, materi yang
dihasilkan adalah asap yang mengandung CO₂ dan H₂O yang
merupakan hasil reaksi antara bahan bakar lilin (paraffin) dengan
oksigen.
4) Apakah pemanasan mempunyai arti yang sama dengan
pembakaran ? Jelaskan !
= Pemanasan memilki arti yang berbeda dengan pembakaran sebab
pemanasan adalah suatu proses kimia di mana dalam
perlakuannya, bahan yang akan dipanaskan tidak bersentuhan
langsung dengan bara api, melainkan terdapat perantara yang
membatasi antara bahan yang dipanaskan dan bara api, adapun
dalam pemanasan yang digunakan hanyalah udara panas yang
berasal dari bara api yang ada. Sedangkan pembakaran adalah
suatu proses di mana dalam perlakuannya, bahan yang akan
dibakar bersentuhan langsung dengan bara api atau tanpa
perantara, di mana pembakaran sendiri merupakan reaksi yang
melibatkan panas dan oksigen, sehingga menghasilkan zat baru
berupa asap.

DOKUMENTASI

23
24

Anda mungkin juga menyukai