Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS DAN EVALUASI

PENGENDALIAN PROGRAN
DAN ANGGARAN
BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL
DIREKTORAT ANALISIS DAN EVALUASI PROGRAM
2008
Data Bulan J anuari 2008
1 1
I. PENDAHULUAN

Memasuki tahun 2008 untuk mengatasi terjadinya perubahan
lingkungan strategis dan agar sejalan dengan era desentralisasi saat ini,
reformulasi arah kebijakan program ke depan ini diperlukan dalam rangka
membangun kembali sendi-sendi program yang oleh berbagai kalangan
disinyalir melemah. Sebagai salah satu program sosial dasar yang sangat
penting, pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005
tentang Rencana J angka Menengah (RPJ M) tahun 2005-2009 telah
menggariskan arah kebijakan Program KB Nasional untuk periode lima
tahun. Dalam RPJ M disebutkan bahwa Program KB Nasional merupakan
rangkaian pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas
sebagai langkah penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan.
Pembangunan ini diarahkan sebagai upaya pengendalian kuantitas
penduduk melalui keluarga berencana, serta pengembangan dan
peningkatan kualitas penduduk melalui perwujudan keluarga kecil yang
berkualitas.

Sejalan dengan arah kebijakan RPJ M tersebut, maka BKKBN telah
melakukan telaah dan reformulasi arah kebijakan program serta
menyelaraskan dengan arah kebijakan Pemerintah. Untuk tahun 2007 ini,
pembangunan Program Keluarga Berencana Nasional dilakukan melalui
pelaksanaan empat program pokok, yaitu (1) Program Keluarga Berencana,
(2) Program Kesehatan Reproduksi Remaja, (3) Program Ketahanan dan
Pemberdayaan Keluarga dan (4) Program Penguatan Pelembagaan
Keluarga Kecil Berkualitas; serta tiga program pendukung, yaitu (1) Program
Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara, (2) Program
Pengelolaan Sumber Daya Aparatur dan (7) Program Penyelenggaraan
Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan.

Sebagai refleksi 40 tahun program KB yang telah berhasil
menurunkan angka kelahiran (fertilitas) dari 5,6 anak per wanita usia subur
pada awal tahun 70-an menjadi 2,4 anak per wanita usia subur pada tahun
2003. Program KB juga telah berhasil menempatkan dirinya sebagai salah
satu kebutuhan hidup masyarakat yang paling penting, sehingga dalam
pelaksanaannya program KB bukan semata-mata menjadi tanggung jawab
pemerintah saja tapi juga telah menjadi tanggung jawab masyarakat.

Seiring dengan terjadinya reformasi politik pemerintahan yang
ditandai dengan penerapan sistem pemerintahan berdasarkan otonomi
daerah, terjadi pula pergeseran paradigma dalam pelaksanaan program KB
di lapangan yang mempengaruhi gerak dinamis program KB nasional.
Program KB Nasional yang di era sebelum desentralisasi menjadi
primadona pembangunan sumber daya manusia terutama dalam
peningkatan kesejahteraan ibu dan anak, sekarang ini pelaksanaannya
2 2
menjadi sangat tergantung kepada kebijakan strategis pemangku jabatan
yang ada di daerah. Hal ini tercermin dari belum memadainya komitmen
pemerintahan daerah Kabupaten/Kota dalam pengelolaan program KB yang
dapat dilihat dari bervariasinya bentuk kelembagaan KB maupun dana yang
dialokasikan oleh pemerintahan daerah Kabupaten/Kota untuk untuk
program KB. yang membawa konsekuensi melemahnya dukungan terhadap
pelaksanaan mekanisme dan sistem operasional program KB di lapangan.

Dengan berakhirnya tahun 2007 dan memasuki tahun 2008 maka
perlu dilakukan analisis dan evaluasi pada setiap bulan untuk memantau
perkembangan pencapaian pelaksanaan program KB nasional selama
tahun 2008, dibandingkan dengan sasaran, dan program/kegiatan yang
telah direncanakan.


II. CAKUPAN LAPORAN PROGRAM KELUARGA
BERENCANA

A. LAPORAN PELAYANAN KONTRASEPSI.

Memasuki tahun 2008 pada awal bulan J anuari laporan rekapitulasi
pelayanan keluarga berencana (Rek/Prop/F/II/KB), tercatat sebanyak 33
provinsi yang mengirimkan laporan ke pusat. J umlah Kabupaten/Kota yang
melapor sebanyak 367 atau 83,4% dari 440 kabupaten/kota yang ada.
Sedangkan kabupaten/kota yang tidak melapor yaitu: J ateng 4, DI
Yogyakarta 2, NAD 5, Sumut 5, Sumbar 2, NTB 2, Kalbar 7, Gorontalo 2,
Riau 6, Bengkulu 1, NTT 6, Kalteng 3, Kaltim 4, Sultra 2, Maluku 1, Papua
17, Maluku Utara 1, Irjabar 2, Kepri 1 kabupaten/kota.

J umlah sarana pelayanan secara keseluruhan yang terdiri dari klinik
Pemerintah, Klinik Swasta, Dokter Praktek Swasta dan Bidan Praktek
Swasta, yang melapor sebanyak 56.848 atau 71,3% dari 79.682 sarana
pelayanan yang ada. Lebih rinci secara regional dapat disampaikan jumlah
sarana pelayanan yang melaporkan kegiatannya adalah sebagai berikut :

1. Klinik Pemerintah, laporan yang masuk pada bulan J anuari 2008
sebanyak 14.615 klinik atau 84,9% dari 17.201 klinik pemerintah
yang ada. Pada bulan ini terdapat empat provinsi yang cakupan
laporannya mencapai 100% yaitu J awa Timur, Bali, Sulawesi Utara,
dan NTT, selain itu juga terdapat satu provinsi yang tinggi cakupan
laporannya yaitu DI. Yogyakarta sebesar 98,7%. Untuk cakupan
laporan terendah terdapat di empat provinsi yaitu: Papua 16,8%,
Maluku Utara sebesar 26,8%, Kalbar 29,1% dan Riau 32,6%. Dilihat
secara regional, rata-rata cakupan laporan di wilayah J awa Bali
adalah sebesar 94,8%, dengan cakupan laporan tertinggi selain tiga
3 3
provinsi tersebut diatas juga terdapat di J awa Barat sebesar 95,5%,
sedangkan yang terendah terdapat di Banten sebesar 79,8%. Di
Luar J awa Bali I rata-rata cakupan laporan yang masuk sebesar
82,7%. Di regional ini provinsi yang tertinggi juga terdapat di
Sumatera Barat sebesar 97,7%, sedangkan terendah cakupan
laporan kliniknya juga terdapat di NAD sebesar 48,7%. Untuk wilayah
Luar J awa Bali II laporan klinik yang masuk rata-rata sebesar 69,1%,
pada regional ini cakupan laporan yang tertinggi selain di NTT juga
terdapat di J ambi sebesar 89,4%, sedangkan yang terendah selain
empat provinsi tersebut diatas juga terdapat di Irjabar sebesar
36,6%.

2. Klinik Swasta, yang melapor sebanyak 2.099 klinik atau 77,8%
dari 2.697 klinik swasta yang ada. Pada klinik swasta terdapat tujuh
povinsi dengan cakupan laporan klinik mencapai 100% yaitu: DI.
Yogyakarta, J atim, Bali, Bangka Belitung, Sulawesi Barat, NTT dan
Kalimantan Timur. Sementara cakupan laporan terendah terdapat di
empat provinsi yaitu: Maluku Utara 0,0%, Papua 3,8%, Riau 7,0%
dan Maluku 27,0%. Apabila dilihat laporan klinik swasta yang masuk
secara regional, untuk wilayah J awa Bali cakupan laporan rata-rata
sebesar 87,0%, cakupan laporan tertinggi selain tiga provinsi tersebut
diatas juga terdapat di J ateng sebesar 94,9%, sedangkan yang
terendah di Banten sebesar 76,8%. Sedangkan di wilayah Luar J awa
Bali I cakupan laporan rata-rata sebesar 77,9%, provinsi tertinggi
selain Bangka Belitung dan Sulawesi Barat juga terdapat di Sumatera
Utara sebesar 99,5%, pencapaian terendah terdapat di NTB
sebesar 38,9%. Di wilayah Luar J awa Bali II rata-rata sebesar
40,2%, dengan cakupan laporan klinik tertinggi selain NTT dan Kaltim
juga terdapat di Sulawesi Tenggara sebesar 80,0% dan laporan
terendah selain 4 provinsi yang telah desebutkan diatas juga
terdapat di Irjabar sebesar 33,3%.

3. Cakupan laporan yang masuk dari Dokter Praktek Swasta
(DPS) sebanyak 8.058 DPS atau 51,2% dari 15.726 DPS yang ada.
Provinsi dengan cakupan laporan tertinggi terdapat di lima Provinsi
yaitu di Bengkulu sebesar 94,9%, Kepri 88,9%, Bali 83,1%, J awa
Timur sebesar 81,2%, dan J ambi sebesar 80,5%. Sedangkan
provinsi dengan cakupan laporan yang rendah terdapat Maluku Utara
0,0%, Irjabar 0,0%, Papua 0,6% dan Kalimantan Barat 5,8%. Dilihat
secara regional jumlah cakupan laporan yang masuk untuk wilayah
J awa Bali rata-rata yang melapor sebesar 58,9%, cakupan laporan
tertinggi pada regional ini juga terdapat di Banten sebesar 68,9%.
Cakupan laporan terendah untuk regional ini adalah D.I. Yogyakarta
sebesar 31,7%. Untuk wilayah Luar J awa Bali I cakupan laporan
rata-rata sebesar 43,6%. Pada regional ini cakupan laporan tertinggi
4 4
terdapat di Provinsi Lampung 63,3%, sedangkan cakupan laporan
terendah juga tedapat di Gorontalo sebesar 30,7%. Di wilayah Luar
J awa Bali II rata-rata cakupan laporan sebesar 37,0%, pada regional
ini hanya tiga provinsi tersebut diatas yang tertinggi pencapaiannya.
Sedangkan cakupan laporan yang rendah selain tiga propinsi diatas
juga terdapat di tiga Provinsi yaitu : Maluku sebesar 12,6%, Sultra
14,1% dan Kalteng 17,9%.

4. Cakupan laporan Bidan Praktek Swasta (BPS) adalah
sebanyak 32.081 atau 72,8% dari 44.065 Bidan Praktek Swasta yang
ada. Dalam laporan BPS terdapat tujuh provinsi yang cakupan
laporannya mencapai 100%, yaitu DKI J akarta, J awa Timur, Bali,
Banten, Sumatera Selatan, Lampung, dan Bengkulu. Sedangkan 4
provinsi terendah adalah Irjabar dan Papua 0,4%, Maluku Utara 0,9%
dan NTT 5,5%. Apabila dilihat cakupan laporan secara regional,
rata-rata cakupan laporan BPS di J awa Bali adalah sebesar
86,9%, pada regional selain ketiga provinsi tersebut diatas juga
terdapat di J awa Tengah 87,4%, sementara cakupan laporan
terendah terdapat D.I. Yogyakarta 56,8%. Di wilayah Luar J awa Bali I
rata-rata cakupan laporan BPS sebesar 68,0%, pada regional ini
cakupan laporan tertinggi selain di dua Provinsi diatas juga terdapat
di Sulawesi Utara 94,0%, provinsi dengan cakupan laporan terendah
hanya terdapat di Kalimantan Barat sebesar 8,0%. Sementara itu di
wilayah Luar J awa Bali II, cakupan laporan BPS rata-rata sebesar
35,3%, provinsi dengan cakupan laporan BPS tertinggi selain
Bengkulu juga terdapat di J ambi sebesar 80,5%, dan cakupan
laporan terendah selain 4 propinsi diatas juga terdapat di Sulawesi
Tenggara 6,3%. (lampiran P/2a).


B. LAPORAN PENGENDALIAN LAPANGAN

Untuk laporan rekapitulasi pengendalian lapangan (Rek/F/I/Prov-
Dal/KB) pada tahun 2008 di awal bulan J anuari tercatat sebanyak 33
provinsi yang mengirimkan laporan ke pusat. Dalam laporan tersebut
tercatat jumlah kabupaten/kota yang melapor sebanyak 361 atau 82,0% dari
440 kabupaten/kota yang ada. J umlah kecamatan yang ada sebanyak 5.838
sedangkan yang lapor sebanyak 4.970 (85,1%), dan jumlah desa/kelurahan
yang lapor sebanyak 58.983 atau 79,8% dari 73.907 desa/kelurahan yang
ada. Sementara untuk kelompok BKB yang lapor sebanyak 52.517 atau
75,5% dari 69.573 yang ada, jumlah kelompok BKR yang melapor tercatat
sebanyak 22.623 atau 77,3% dari jumlah kelompok BKR yang ada
sebanyak 29.248 kelompok, jumlah kelompok BKL yang ada tercatat
sebanyak 28.408 kelompok, sedangkan kelompok BKL yang melapor
sebanyak 23.063 atau 81,2%. J umlah Kelompok UPPKS yang ada di bulan
5 5
J anuari 2008 sebanyak 169.957 sedangkan yang lapor sebanyak 104.847
kelompok atau 61,7%


PERSENTASE CAKUPAN
LAPORAN PENGENDALIAN LAPANGAN
Bulan Januari 2008


WILAYAH JUMLAH MELAPOR % LAPOR
Provinsi 33 33 100.00
Kab./ Kota 440 361 82,1
Kecamatan 5.838 4.970 85,1
Desa/Kelurahan 73.907 58.983 79,8
BKB 69.573 52.517 75,5
BKR 29.248 22.623 77,3
BKL 28.408 23.063 81,2
UPPKS 169.957 104.847 61,7



III. PERKEMBANGAN PENCAPAIAN PROGRAM

Perkembangan program dapat dilihat dari pelaksanaan kegiatan dan
hasil-hasilnya, baik yang berkaitan dengan program keluarga berencana,
program kesehatan reproduksi, program ketahanan dan pemberdayaan
keluarga maupun program penguatan pelembagaan keluarga kecil
berkualitas.

A. PROGRAM KELUARGA BERENCANA

Program ini dimaksudkan untuk membantu keluarga dalam
pengaturan kelahiran, meningkatkan akses dan kualitas informasi,
pendidikan, konseling, dan pelayanan keluarga berencana serta kesehatan
reproduksi, meningkatkan partisipasi masyarakat untuk meningkatkan
kemandirian; kesertaan dan tanggungjawab pria dalam praktek keluarga
berencana; upaya penurunan angka kematian ibu, bayi dan anak, serta
mempromosikan hak dan kesehatan reproduksi.

Sasaran yang akan dicapai adalah meningkatnya akses pelayanan
keluarga berencana dan kesehatan reproduksi bagi keluarga miskin dan
keluarga rentan lainnya, termasuk akses pria terhadap informasi, konseling,
dan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi; terbinanya
kesertaan masyarakat dalam mempraktekkan KB yang efektif dan rasional,
6 6
tersedianya alat dan obat kontrasepsi bagi pasangan usia subur dari
keluarga Pra-sejahtera dan Keluarga Sejahtera I alasan ekonomi, serta
meningkatnya status kesehatan ibu, bayi dan anak.


Gambaran dari hasil pelaksanaan program tersebut diatas
adalah sebagai berikut:

1. Pencapaian peserta KB baru (PB)

Berdasarkan laporan yang masuk di awal tahun 2008 yaitu bulan
J anuari diperoleh gambaran pencapaian PB sebanyak 417.286 peserta. Bila
dibandingkan dengan pencapaian PB bulan yang sama pada tahun lalu
sebanyak 394.984 peserta, maka terlihat pencapaian bulan J anuari 2008
lebih tinggi sebanyak 22.302 peserta. Namun bila dilihat presentase
pencapaian peserta KB pada baru bulan J anuari 2008 adalah 6,3% dari
PPM sebesar 6.665.203. Persentase pencapaian PB tersebut lebih rendah
bila dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu sebesar 7,1%. Dari
hasil perbandingan pencapaian PB dengan PPM terdapat lima provinsi
dengan pencapaian tinggi yaitu Sulawesi Barat 15,9%, Maluku Utara 13,2%,
D.I Yogayakarta 8,9%, Kepulauan Riau 8,4%, dan Banten 7,7%, dan lima
provinsi dengan persentase pencapaian PB dibandingkan dengan PPM
rendah yaitu Papua 2,2%, Gorontalo 2,3%, Kalbar 2,9%, Kalteng 4,4%, dan
Bengkulu 4,2%.

Secara regional di wilayah J awa Bali pencapaian PB pada bulan
J anuari 2008 sebesar 6,6% dari PPM PB. Pencapaian tertinggi selain
terdapat di provinsi DIY dan Banten juga terdapat di Provinsi DKI J akarta
7,2% dan terendah dicapai oleh provinsi J awa Tengah sebesar 6,1%. Di
wilayah Luar J awa Bali I pencapaian PB terhadap PPM sebesar 5,8%.
Persentase tertinggi pada regional ini selain terdapat di provinsi Sulawesi
Barat juga terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan 7,4% dan pencapaian
PB terendah terdapat juga di provinsi NAD sebesar 4,9%. Untuk wilayah
Luar J awa Bali II rata-rata pencapaiannya sebesar 5,8%. Di wilayah ini
pencapaian PB terhadap PPM yang tertinggi selain di tiga provinsi diatas
juga terdapat di provinsi Kalimantan Timur 7,2%. Pencapaian PB terendah
selain di tiga provinsi di atas juga terdapat di Sulteng sebesar 5,0%. (untuk
lengkapnya lihat lampiran P/3a 3b).

J umlah pencapaian PB sampai dengan bulan J anuari tahun 2008
apabila di Imputasi berdasarkan cakupan tempat pelayanan melapor
seluruhnya, atau tempat pelayanan melapor 100 %, akan diperoleh jumlah
PB sebanyak 540.414 peserta. ( lampiran 3c).


7 7
2. Peserta KB Baru Menurut Alat Kontrasepsi


Pencapaian Peserta
KB baru per PPM PB mix
kontrasepsi bulan J anuari
2008 terlihat peserta Implant
merupakan alokon paling
tinggi pencapaiannya sudah
melampaui PPM-nya, yaitu
Suntik sebesar 6,6% dari
PPM Suntik sebanyak
3.634.582. Pil sebesar 6,0%
dari PPM Pil sebanyak
2.032.084 peserta. Peringkat
berikutnya secara berurutan
adalah peserta Implant
sebesar 5,8% dari PPM
Implant sebanyak 379.031
peserta, IUD sebesar 5,8%
dari PPM IUD sebanyak
326.623 peserta, MOW sebesar 4,9% dari PPM MOW sebanyak 76.932
peserta,. Kondom sebesar 4,7% dari PPM sebanyak 202.395 peserta, dan
MOP sebesar 3,0% dari PPM sebanyak 13.556 peserta (lampiran P/4)
6,6
6,0
5,8
5,8
4,9
4,7
3,0
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
10,0
Suntik Pil IUD Implant
MOW KONDOM MOP


Demikian pula berdasarkan
pencapaian per metode
kontrasepsi, pada bulan
J anuari 2008, terlihat minat
peserta KB terbanyak masih
pada kontrasepsi Suntik yaitu
sebanyak 241.085 peserta
atau 57,8% dari total
MOW
0,9
IUD
4,5
KDM
2,3
MOP
0,1
PIL
29,2
STK
57,8
IMP
5,2
PB sebanyak 417.286
peserta. Animo tertinggi
kedua adalah kontrasepsi Pil
sebanyak 121.878 peserta
atau sebesar 29,2%.
Pencapaian PB per mix
lainnya relatif rendah.
(Lampiran P/4).



8 8
3. Pencapaian peserta KB baru Pria.

J umlah PPM Peserta Baru Pria (PB Pria) secara nasional untuk
tahun 2008 sebanyak 215.951 peserta, yang terdiri dari PPM PB MOP
sebanyak 13.556 dan kondom sebanyak 202.395 peserta. Pencapaian PB
Pria bulan J anuari 2008 sebanyak 9.876 peserta atau 4,6% terhadap PPM
PB Pria, dengan rincian PB MOP 412 peserta dan PB Kondom 9.464
peserta. Namun bila dilihat angka Mix Kontrasepsi Pria kontribusinya
terhadap total PB, maka proporsi MOP hanya sekitar 0,09% dan kondom
2,3%. Dengan demikian PB pria baru mencapai proporsi sekitar 2,4% pada
bulan ini dari keseluruhan PB yang ada sebanyak 417.286 peserta.

Bila dibandingkan dengan persentase pecapaian PB Pria tahun lalu
pada bulan yang sama sebesar 2,3%, secara absolut pencapaian PB Pria
turun sebanyak 641 peserta, dari pencapaian bulan J anuari 2007 sebanyak
9.235 peserta.

Secara regional proporsi pencapaian peserta KB Pria terhadap
seluruh jumlah PB, di J awa Bali tertinggi dicapai Provinsi D I Yogyakarta
sebesar 5,5%, dan terendah Provinsi Banten sebesar 1,1. Untuk Luar J awa
Bali I tertinggi di capai oleh provinsi Sulawesi Utara 8,5% dan terendah
terdapat di dua provinsi yaitu Kalimantan Barat 0,7% dan NTB 1,2%. Luar
J awa Bali II tertinggi di provinsi Kepulauan Riau 8,3% terendah terdapat di
provinsi Sulawesi Tengah 0,8%. (lampiran P/5).

4. Peserta KB Baru Menurut Sarana Pelayanan

Secara nasional dari laporan yang masuk pada bulan J anuari 2008
jumlah PB yang dilayani melalui sarana/tempat pelayanan KB adalah
sebagai berikut :

Pemerintah Swasta
J awa Bali 134.084 15.314 9.307 99.278 257.983
LJ B I 78.747 5.400 1.888 26.212 112.247
LJ B II 33.181 1.527 1.489 10.859 47.056
J UMLAH 246.012 22.241 12.684 136.349 417.286
J UMLAH
Klinik
WILAYAH DPS BPS


Klinik Pemerintah melayani PB sebanyak 246.024 atau 58,9% dari
total PB sebanyak 417.286 peserta. Di wilayah J awa Bali pencapaian PB di
klinik Pemerintah sebanyak 134.084 peserta atau 51,9% dari total regional
J awa Bali sebanyak 257.983 peserta. Dilihat per provinsi persentase
tertinggi di provinsi Banten 58,2% dan terendah provinsi DI. Yogyakarta
32,4%. Di luar J awa Bali I melayani PB sebanyak 78.747 peserta atau
9 9
70,2% dari total regional LJ B I sebanyak 112.247 peserta. Pada provinsi di
wilayah LJ B I persentase tertinggi terdapat di NTB 89,1% dan terendah
Lampung 57,3%. Sedangkan di luar J awa Bali II klinik pemerintah
melayani PB sebanyak 33.181 peserta atau 70,5% dari total regional LJ B II
sebanyak 47.056 peserta, provinsi tertinggi dengan PB yang dilayani oleh
klinik pemerintah terdapat di NTT 97,4%, terendah di provinsi Riau dan
Kepri sebesar 49,8%.

Klinik Swasta, melayani PB sebanyak 22.241 peserta atau 5,3%,
dari total PB sebanyak 417.286 peserta. Secara regional di J awa Bali klinik
swasta melayani PB sebanyak 15.314 peserta atau 5,9% dari jumlah
seluruh PB di wilayah J awa Bali sebanyak 257.983 peserta. Dilihat per
provinsi persentase tertinggi terdapat di D.I. Yogyakarta sebesar 25,1% dan
terendah di Bali sebesar 0,8%. Pada regional Luar J awa Bali I klinik swasta
melayani PB sebanyak 5.400 peserta atau 4,8% dari jumlah total wilayah
LJ B I sebanyak 112.247 peserta. Persentase pencapaian tertinggi terdapat
di Kalimantan Barat 14,9% dan terendah di Bangka Belitung dan Sulawesi
Barat 0,0%. Di Luar J awa Bali II PB yang dilayani oleh klinik swasta
sebanyak 1.527 peserta dengan persentase sebesar 3,2% dari total regional
J awa Bali II sebanyak 47.056 peserta. Di provinsi pencapaian tertinggi di
Kalimantan Timur sebesar 8,5%, terendah di Provinsi Kapulauan Riau
dengan pencapaian 0,2%.

Dokter Praktek Swasta, melayani PB sebanyak 12.684 atau 3,0%,
dari total PB sebanyak 417.268 peserta. Secara regional di wilayah J awa
Bali DPS melayani PB sebanyak 9.307 peserta, dengan persentase
sebesar 3,6% dari total pencapaian PB di J awa Bali 257.983 peserta.
Pencapaian tertinggi terdapat di DKI J akarta 11,4% dan terendah di DI
Yogyakarta 1,6%. Sedangkan untuk wilayah Luar J awa Bali I pencapaian
PB yang dilayani oleh DPS sebanyak 1.888 peserta atau 1,7% dari total
pencapaian regional J awa Bali I sebanyak 112.247 peserta. Pencapaian
tertinggi terdapat di Sulawesi Utara 5,5%, sedangkan terendah terdapat di
Gorontalo 0,0%. Pada LJ B II pencapaian PB yang dilayani oleh DPS
sebanyak 1.489 peserta atau 3,2% dari total pencapaian wilayah LJ B II
sebanyak 417.286 peserta. Pencapaian tertinggi terdapat di Kalimantan
Timur sebesar 9,6% dan terdapat dua provinsi yang pencapaiannya masih
dibawah 0,0% yaitu :NTT, Papua dan Irian J aya Barat

Bidan Praktek Swasta, melayani PB sebesar 136.349 atau 32,7%;
dari total PB sebanyak 417.286 peserta. Pada wilayah J awa Bali
pencapaian PB dilayani BPS sebanyak 99.278 peserta atau 38,5% dari total
regional J awa Bali sebanyak 257.983 peserta. Dilihat per provinsi tertinggi di
provinsi Bali 57,4% dan terendah Provinsi J awa Barat dan Banten masing-
masing sebesar 34,7%. Untuk wilayah LJ B I pencapaian PB yang dilayani
oleh BPS sebanyak 26.212 peserta atau 23,4% dari total pencapaian
Wilayah LJ B I sebesar 112.247 peserta. Untuk pencapaian tertinggi yaitu
1 10 0
provinsi Sumatera Barat sebesar 39,4%, dan terendah Provinsi Sumatera
Utara 9,9%. Sedangkan wilayah LJ B II BPS melayani PB sebanyak 10.859
peserta atau sebesar 23,1% dari total PB di regional LJ B II sebanyak 47.056
peserta, pencapaian tertinggi terdapat di Kepulauan Riau 48,3% dan
terendah terdapat di Provinsi NTT 1,3%. (lampiran P/6).

J umlah Peserta KB Baru yang menggunakan jasa layanan Klinik KB
Pemerintah pada bulan J anuari 2008 sebanyak 246.012 peserta dengan
jumlah KKB Pemerintah yang melapor sebanyak 14.615 KKB. Dengan
demikian dapat diperkirakan bahwa rata-rata setiap Klinik KB Pemerintah
melayani Peserta KB Baru sebanyak 16,8 peserta. Pencapaian tidak jauh
berbeda bila dibandingkan dengan pencapaian di bulan J anuari 2007 yaitu
sebesar 16,8 peserta per KKB.

Pada Klinik KB Swasta, jumlah PB pada bulan J anuari 2008 tercatat
sebesar 22.241 peserta, sedangkan Klinik KB Swasta yang melapor
sebesar 2.099 klinik sehingga dapat dikatakan rata-rata setiap Klinik KB
swasta menangani 10,6 peserta. Pencapaian tersebut sedikit lebih tinggi
bila dibandingkan dengan bulan J anuari 2007 yang mencapai 10,2 peserta.

Peserta KB baru yang menggunakan jasa layanan Dokter Praktek
Swasta (DPS) pada bulan J anuari 2008 sebanyak 12.684 peserta,
sedangkan DPS yang melapor sebanyak 8.053 sehingga setiap DPS rata-
rata melayani sebesar 1,6 peserta. Angka rata-rata tersebut sedikit lebih
rendah bila dibandingkan dengan pencapaian bulan yang sama tahun lalu
yaitu sebesar 1,7 peserta.

J umlah peserta KB baru yang menggunakan jasa pelayanan Bidan
Praktek Swasta (BPS) pada bulan J anuari 2008 tercatat sebesar 136.349
peserta dengan 32.081 BPS yang melapor. Dengan kata lain rata-rata
setiap BPS melayani 4,2 peserta. Angka rata-rata ini lebih tinggi bila
dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu yaitu sebesar 3,9 peserta.
(Lampiran P/7)

5. Peserta KB Baru Swasta

Peserta KB baru swasta adalah mereka yang menggunakan sarana
pelayanan non pemerintah pada saat menjadi peserta KB baru, atau yang
dilayani melalui Klinik Swasta, Dokter dan Bidan Praktek Swasta. Secara
nasional dari laporan tempat pelayanan KB Swasta yang dapat
dikumpulkan, jumlah peserta KB Baru swasta pada bulan J anuari 2008
adalah sebanyak 171.274 peserta atau 41,0% dari total PB bulan ini
sebanyak 417.286 peserta. Di regional J awa Bali pencapaian PB swasta
sebanyak 123.899 peserta. Rata-rata pencapaian PB swasta sebesar
48,0% dari total PB di wilayah J awa Bali sebanyak 257.983 peserta. Dilihat
menurut provinsi, pencapaian tertinggi adalah provinsi DI. Yogyakarta
1 11 1
67,6% dan terendah provinsi Banten 41,8%. Untuk regional LJ B I
pencapaian PB swasta sebanyak 33.500 peserta atau 29,8% dari
pencapaian total PB di wilayah LJ B I sebanyak 112.247 peserta, dengan
provinsi tertinggi Lampung 42,7% dan terendah Provinsi NTB 10,9%.
Sedangkan wilayah LJ B II pencapaian PB swasta sebanyak 13.875 peserta
atau 29,5% dari seluruh jumlah PB regional LJ B II sebanyak 47.056 peserta,
provinsi tertinggi terdapat di Kalimantan Timur 51,8% dan terendah di
Provinsi NTT 2,6%. (Lampiran P/6) )

6. Komplikasi

Kasus komplikasi berat pemakaian kontrasepsi dapat dipakai sebagai
salah satu tolok ukur kualitas pelayanan KB di lapangan. Asumsinya bila
kualitas pelayanan semakin baik diharapkan akan semakin kecil komplikasi
yang dialami, demikian pula sebaliknya. Untuk mengukur kasus komplikasi
adalah dengan melihat persentase kejadian terhadap population at risk
masing-masing jenis kontrasepsi. Population at risk yang digunakan, sesuai
dengan Standard Pelayanan Minimal yaitu: J umlah kejadian komplikasi dari
peserta KB IUD, Kontap, Implant dan Suntikan pada kurun waktu tertentu.
dibandingkan dengan jumlah PB IUD tiga tahun terakhir, PB Kontap tahun
ini, serta PA Implant dan Suntikan pada kurun waktu yang sama.

Kejadian Komplikasi berat yang dilaporkan pada bulan J anuari 2008
mencapai 206 kasus, komplikasi yang terbanyak terdapat pada IUD
sebanyak 87 kasus (42,2%), Implant sebanyak 41 kasus (19,9%), Suntikan
sebanyak 76 kasus (36,9%), MOW terjadi 1 kasus (0,5%), dan pada MOP
sebanyak 1 kasus (0,5%). Apabila dibandingkan terhadap population at risk
masing-masing kontrasepsi pada bulan J anuari 2008 diperoleh gambaran
sebagai berikut: J umlah kejadian komplikasi berat IUD sebesar 87 kasus
atau 0,011% terhadap population at risk nya (jumlah PB IUD 3 tahun
terakhir sebanyak 767.969 peserta), komplikasi Suntikan tercatat sebesar
76 kasus, atau sebesar 0,000% bila dibandingkan dengan population at risk
nya (jumlah PA Suntik sebesar 16.292.001 peserta) Kemudian untuk
Komplikasi berat Implant sebesar 41 kasus atau sekitar 0,00%, dari
population at risk nya (jumlah PA Implant sebesar 1,680,546 akseptor).
Untuk MOW sebesar 1 kasus, atau 0,00% dari population at risk (PB MOW
sebesar 68.844 peserta). Sedangkan komplikasi berat MOP sebesar 1
atau 1,01% dari population at ris (PB MOP sebesar 9.356 peserta).
(lampiran P/8a dan 8b).

7. Kegagalan

Kegagalan kontrasepsi yang dilaporkan pada bulan J anuari tahun
2008 sebanyak 158 kasus, yang terbanyak terdapat pada kontrasepsi IUD
yaitu 68 kasus (43,0%), kemudian Implant sebanyak 65 kasus (41,1%),
MOW sebanyak 20 kasus (12,7%) dan MOP 5 kasus (3,2%). Apabila
1 12 2
dibandingkan dengan population at risk masing-masing kontrasepsi, yaitu
peserta aktif masing-masing metode tersebut, maka tingkat kegagalan
untuk pemakai IUD sampai dengan bulan J anuari 2008 sebanyak 68 kasus
(0,003%), untuk Implant sebanyak 65 kasus (0,004%), untuk MOW
sebanyak 20 kasus (0,002%), dan untuk MOP sebanyak 5 kasus (0,003%).
(lihat lampiran P/9a dan 9b).

8. Pencabutan Implant

Secara nasional jumlah Implant yang sudah dicabut berdasarkan
tempat pelayanan pada bulan J anuari 2008 adalah sebanyak 8.334 kasus,
jumlah tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan bulan Desember
2007 sebanyak 12.127 kasus.

Implant
Tempat pelayanan Desember 2007 Januari 2008
1. Klinik KB
2. Dokter
3. Bidan
7.633 (72,4%)
217 (2,1%)
2.695 (25,6%)
6.138 (73,6%)
122 (1,5%)
2.078 (24,9%)
L La am mp pi ir ra an n P P/ /1 10 0 a a

Pencabutan Implant pada bulan J anuari 2008 sebanyak 8.334 kasus.
Dari jumlah tersebut dibandingkan dengan pencabutan Implant pada bulan
yang sama tahun 2007 sebanyak 10.441 terlihat pencabutan Implant tahun
ini lebih rendah. Sementara itu Implant yang akan dicabut dari hasil
pendataan keluarga tahun 2006 sebanyak 388.851, berarti masih 380.517
Implant yang belum dicabut sampai dengan J anuari 2008.

Tempat pelayanan Januari 2007 Januari 2008
1. Klinik KB
2. Dokter
7.475 (71,6%)
194 (1,9%)
3. Bidan
LampiranP/10b

2.772 (26,6%)
6.134 (73,6%)
122 (1,5%)
2.078 (24,9%)

B. PROGRAM KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA.

Program ini dilakukan dalam rangka menyiapkan kehidupan
berkeluarga yang bertanggung jawab yang dilakukan melalui promosi
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat, keluarga dan remaja tentang
kesehatan reproduksi remaja (KRR), hak-hak reproduksi, pendewasaan
usia perkawinan, penanggulangan penyakit menular seksual serta
penyalahgunaan NAPZA.
1 13 3

Sasaran yang akan dicapai adalah meningkatnya pengetahuan
masyarakat, keluarga dan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja,
serta meningkatnya pengetahuan dan cara-cara pencegahan penularan
penyakit seksual dan penyalahgunaan NAPZA.

Untuk kegiatan promosi kesehatan reproduksi remaja sampai dengan
tahun 2007, tercatat jumlah Pusat Informasi dan Konsultasi Remaja (PIK)
sebanyak 3.146 buah. PIK-KRR untuk tahun 2008 diharapkan sebanyak
4.599 buah. Dengan demikian jumlah PIK-KRR diharapkan meningkat
sebanyak 1.453 pada akhir tahun 2008.

Sementara itu untuk jumlah tenaga terlatih terdapat tiga kelompok yaitu
kelompok Pendidik Sebaya terlatih berjumlah 4.249, Konselor Sebaya
terlatih sebanyak 2.237, dan Pengelola PIK KRR terlatih sebanyak 3.852.
Pada tenaga terlatih ini ada beberapa provinsi yang belum mempunyai
tenaga yang terlatih yaitu sekitar delapan provinsi. (Sumber Direktorat
Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi).

Dalam rangka memperluas promosi kesehatan reproduksi remaja juga
mendistribusikan buku-buku bacaan yang memuat informasi tentang KRR
pada santri di pondok pesantren. Dari jumlah Pondok Pesantren (ponpes)
Alliyah sebanyak 1582 ponpes, jumlah buku KRR yang didistribusikan
sebanyak 750 exp. Untuk penyuluhan pencegahan NARKOBA dengan buku
KRR yaitu Sedia Payung Sebelum Hujan didistribusikan sebanyak 700
exp, yaitu ke provinsi sebanyak 155 exp, dan ke kabupaten/kota sebanyak
545 exp. Pengadaan buku KRR Proses Belajar Aktif merupakan buku
modul bagi fasilitator dalam memberikan informasi dan advokasi program
KRR, yang telah didistribusikan sebanyak 650 exp, ke provinsi sebanyak
155 exp, dan dikirim ke kabupaten/kota sebanyak 495 exp.

J umlah remaja (usia 10-19 th) yang ada di seluruh Indonesia
berdasarkan hasil Proyeksi Penduduk Indonesia per Propinsi tahun 2005
dari BPS berjumlah sekitar 43 juta orang. Sementara itu jumlah tenaga
dilatih KRR yang dibina oleh BKKBN sebanyak 28.373 orang. Dengan
demikian rasio antara tenaga terlatih dengan remaja adalah bahwa setiap
tenaga terlatih harus mampu menjangkau sekitar 1.500 remaja.


C. PROGRAM KETAHANAN DAN PEMBERDAYAAN KELUARGA.

Program ini ditujukan untuk membentuk keluarga yang memiliki
keuletan dan ketangguhan fisik-materil dan psikis-mental spiritual guna
hidup mandiri serta mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup
harmonis sesama anggota keluarga dan lingkungannya dalam
meningkatkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan bathin.
1 14 4

Sasaran yang akan dicapai adalah meningkatnya kemampuan keluarga
dalam pengasuhan dan penumbuhkembangan anak, pembinaan remaja
dan pembinaan potensi lansia serta pengetahuan tentang kualitas
lingkungan keluarga; dan peningkatan keluarga pra-sejahtera dan keluarga
sejahtera I dalam mengakses sumber daya ekonomi dan kemampuan
berusaha.

Upaya pemberdayaan ekonomi keluarga yang dilakukan melalui
Kelompok Upaya Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS)
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan keluarga dalam meningkatkan
pendapatan keluarga guna memenuhi kebutuhan dasar keluarga. J umlah
Kelompok UPPKS yang ada di bulan J anuari 2008 sebanyak 169.957,
sedangkan yang melapor sebanyak 104.847 kelompok atau 61,6%. Upaya
pemberdayaan ekonomi keluarga ini terutama ditujukan kepada para
wanita usia subur peserta KB dari keluarga Prasejahtera dan Keluarga
Sejahtera I (KS-I) yang tergabung sebagai anggota UPPKS.

Pada laporan, Pengendalian Lapangan bulan J anuari 2008 tercatat
anggota UPPKS yang Pra S dan KS I ini sebanyak 1.967.324 keluarga, atau
66,1% dari 2.977.589 keluarga yang menjadi anggota UPPKS. Diantara
keluarga anggota UPPKS yang mendapat bantuan modal sebanyak
1.400.404 keluarga, terdapat keluarga Pra S dan KS I sebanyak 1.043.810
keluarga atau 74,5%. J umlah keluarga anggota UPPKS yang berusaha
sebanyak 1.505.222 keluarga. Dari jumlah keluarga tersebut terdapat
keluarga Pra S dan KS I yang berusaha sebanyak 1.090.104 keluarga atau
72,4%, sementara jumlah yang diharapkan dari kontrak kinerja dengan
seluruh provinsi tahun 2008 sebanyak 1.200.000 kelompok. Dengan
demikian secara nasional dapat dikatakan bahwa jumlah keluarga UPPKS
yang berusaha lebih sedikit dibandingkan jumlah keluarga yang
mendapatkan bantuan modal atau tidak semua keluarga yang mendapat
bantuan modal mempunyai usaha produktif. (Lampiran P/11)

Berdasarkan informasi dari Direktorat Pemberdayaan Ekonomi
Keluarga, kelompok UPPKS yang menerima Bantuan Modal Khusus dari
APBN sebanyak 2.412 kelompok yang tersebar di 33 Propinsi, dengan
total dana sebesar Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyard rupiah).

Kegiatan lain yang dilakukan dalam rangka meningkatkan ketahanan
keluarga adalah melalui kegiatan peningkatan kemampuan keluarga dalam
pengasuhan dan penumbuh kembangan anak. Kegiatan ini dilakukan
melalui mengembangkan keterpaduan pelaksanaan kegiatan
pengembangan ketahanan keluarga melalui kegiatan Caturbina yaitu Bina
Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR), Bina Keluarga Lansia
(BKL) untuk pembinaan keluarga yang punya lansia, dan peningkatan
kualitas lingkungan .
1 15 5

Berdasarkan data rekap laporan pengendalian lapangan dari 33 provinsi
yang masuk pada bulan J anuari 2008, menunjukkan bahwa jumlah
kelompok kegiatan Caturbina secara nasional dapat dilihat sebagai berikut :

1. J umlah kelompok BKB yang ada tercatat sebanyak 69.573 kelompok,
sedangkan jumlah kelompok BKB yang melapor 52.517 atau 75,4%
dari jumlah kelompok BKB yang ada. J umlah keluarga yang menjadi
anggota BKB tercatat 2.412.526. Dari jumlah anggota BKB tersebut
tercatat jumlah keluarga yang hadir sebanyak 1.453.200, bila
dibandingkan dengan kontrak kinerja antara Kepala BKKBN Pusat
dengan Kanwil BKKBN Provinsi yang mencatat bahwa jumlah
anggota BKB yang aktif/hadir sebanyak 2.406.571 keluarga. Maka
persentase anggota BKB yang aktif/hadir dalam kegiatan BKB yaitu
60,4%. (Lampiran P/13a)

2. J umlah kelompok BKR yang melapor tercatat sebanyak 22.623 atau
77,3% dari jumlah kelompok BKR yang ada sebanyak 29.248
kelompok. J umlah keluarga yang menjadi anggota BKR tercatat
sebanyak 1.050.978 keluarga, sedangkan keluarga yang hadir
sebanyak 511.257 atau 50,7% dari jumlah anggota BKR yang
seharusnya aktif/hadir sesuai kontrak kinerja Kepala BKKBN Pusat
dengan Kanwil BKKBN Provinsi BKR yang aktif/hadir sebanyak
1.007.471 keluarga. (Lampiran P/13b).

3. J umlah kelompok BKL yang ada tercatat sebanyak 28.408 kelompok,
sedangkan kelompok BKL yang melapor sebanyak 23.063 atau
81,1%. J umlah keluarga yang menjadi anggota BKL tercatat
sebanyak 950.625 keluarga, sedangkan keluarga yang hadir
sebanyak 518.032 keluarga atau 54,4% dari jumlah seluruh keluarga.
Kelompok BKL yang melapor tersebut tercatat melakukan
pertemuan/penyuluhan sebanyak 34.753 kali, sehingga dengan rata-
rata jumlah pertemuan/penyuluhan per kelompok BKL melapor 1,51
kali, dengan rata-rata jumlah keluarga yang hadir sebesar 14,9
keluarga. (Lampiran P/13c)

4. Pada bulan J anuari 2008 dari jumlah provinsi yang telah membentuk
kelompok Model Keluarga Peningkatan Kualitas Lingkungan
Keluarga yang masuk PKLK sampai saat ini sudah mencapai 30
provinsi dan tersebar di 271 kabupaten/kota, dari jumlah
kabupaten/kota tersebut diperoleh 1.705 keluarga Model PKLK,
jumlah model PKLK tersebut mengalami peningkat bila dibandingkan
dengan tahun 2006 yaitu sebanyak 845, sedangkan jumlah ideal
yang diinginkan setiap kabupaten/kota mempunyai minimal dua
kelompok PKLK, untuk itu perlu di adakan pembinaan secara
berkelanjutan (Sumber data dari DITLIN)
1 16 6

D. PROGRAM PENGUATAN PELEMBAGAAN KELUARGA KECIL
BERKUALITAS

Program ini diarahkan untuk meningkatkan kemandirian sekaligus
meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan Kependudukan dan
Keluarga Berencana/Kesehatan Reproduksi serta Pemberdayaan Keluarga,
terutama yang diselenggarakan oleh masyarakat dan juga dimaksudkan
untuk meningkatkan mutu kinerja para pengelola dan pelaksana di lapangan
dalam rangka melembagakan keluarga kecil berkualitas. Program ini juga
bertujuan untuk penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas
kinerja, termasuk dalam pengembangan kebijakan pembangunan Keluarga
Berencana Nasional yang kuat dan terintegrasi dengan kebijakan
pembangunan Kependudukan.

Sasaran yang akan dicapai adalah meningkatnya jumlah lembaga
dan institusi pelayanan bidang Keluarga Berencana yang diselenggarakan
oleh masyarakat, meningkatnya kesertaan masyarakat dalam ber-KB
secara mandiri, serta meningkatnya cakupan pendataan keluarga yang
berbasis data mikro.

Petugas lapangan KB/Penyuluh KB adalah ujung tombak pelaksana
di lapangan yang melakukan pembinaan terhadap Institusi Masyarakat,
kader KB, dan masyarakat terutama keluarga. Pembinaan keluarga calon
peserta dan peserta KB, tercapainya keakuratan data keluarga, serta
keberhasilan berbagai substansi kegiatan program KB Nasional di tingkat
lapangan sangat tergantung kepada peranserta aktif kader KB di lini
lapangan. Untuk menunjang seluruh kegiatan KB dilapangan tentunya
dilakukan pembenahan petugas dilapangan, juga kader-kader KB,
pembenahan kelembagaan di Kabupaten/Kota.

1. Kelembagaan KB di Daerah

Dengan diterbitkannya Peraturan pemerintah (PP) nomor 38 Tahun
2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara pemerintah Provinsi
dan pemerintah Kabupaten/Kota, serta PP nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah (OPD), jelas dikatakan bahwa Keluarga
Berencana (KB) dan Keluarga Sejahtera (KS) merupakan salah satu
urusan wajib diantara 28 urusan wajib (Pasal 7). Hal ini berarti bahwa KB
dan KS merupakan salah satu kebutuhan dasar masyarakat sehingga
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota wajib menyelenggarakan KB dan
KS.

Perkembangan status kelembagaan OPD-KB sesuai dengan PP 41 Tahun
2007 dari sebanyak 463 Kabupaten/Kota sampai saat ini adalah sebagai
berikut :

1 17 7

No. Status Kelembagaan Jumlah Kab./Kota
1. Peraturan Daerah 55
2. Rancangan Peraturan Daerah 84
3. SK. Bupati/Walikota 2
3. Konsep 36
4. Wacana 55
JUMLAH 232


2. Perkembangan Petugas KB di Lapangan

Pengalihan wewenang program KB kepada Pemerintah
Kabupaten/Kota tampaknya berpengaruh terhadap keberadaan petugas KB
di lapangan. J umlah tenaga penyuluh KB (P-PLKB dan PLKB) di lapangan
pada tingkat Kecamatan sebanyak 4.404 orang. J umlah tersebut terdiri dari
PPLKB sebanyak 1.741 orang, Ka. UPT sebanyak 1.222 orang, sebagai
Cabang Dinas (Cabdin) sebanyak 235 orang, dan sebagai Koordinator KB
sebanyak 1.206 orang. Sedangkan jumlah PLKB/Penyuluh KB di tingkat
Desa/Kelurahan berjumlah 21.007 orang, dari jumlah tersebut terdapat
tenaga PLKB sebanyak 1.932 orang, tenaga PKB sebanyak 17.504, tenaga
honorer PLKB/PKB sebanyak 1.049, dan tenaga PLKB/PKB yang CPNS
tahun 2005 yang direkrut oleh 22 provinsi berjumlah 522 orang. Keberadaan
PPLKB dan PLKB sangat besar pengaruhnya bagi kelangsungan program
KB dilapangan. Tenaga tersebut dapat memberikan implikasi besar bagi
kinerja dan mekanisme operasional program KB di lapangan. (Sumber
Direktorat Institusi dan Peran Serta)

Selama ini para petugas lapangan tersebut berperan sebagai pembina
Institusi Masyarakat Pedesaan (IMP). Dalam masa transisi kelembagaan KB
di Kabupaten/Kota ini perhatian yang kurang terhadap para petugas
lapangan ini akan berpengaruh pada pembinaan IMP. Peranserta IMP
seperti PPKBD pada J anuari 2008 jumlah PPKBD yang lapor sebanyak
76.703 atau 90,6% dari PPKBD yang ada sebanyak 84.695. Sedangkan
jumlah Sub PPKBD melapor sebanyak 333.273 atau 92,0% dibandingkan
dengan Sub PPKBD yang ada sebanyak 362.218. (Lampiran P/2b)

Dari Rekap Laporan pengendalian lapangan Provinsi yang melapor
pada bulan J anuari 2008 sebanyak 33 propinsi dapat dilaporkan pula
pelaksanaan kegiatan operasional lapangan sebagai berikut :

a. Pelaksanaan Rapat Koordinasi KB (Rakor KB) Kelurahan tercatat
sebanyak 35.341 rakor. J ika dibandingkan dengan jumlah
desa/kelurahan yang ada sebanyak 73.907 desa/kelurahan dapat
1 18 8
dikatakan bahwa yang melaksanakan rakor hanya 47,8% dari jumlah
desa/kelurahan yang ada. Sementara Rakor KB Kecamatan sebanyak
4.117 rakor atau 70,5% dari jumlah kecamatan yang ada sebanyak
5.838.

b. Demikian pula kegiatan TKBK dari kecamatan ke desa tercatat sebanyak
26.874 TKBK, atau berarti TKBK dilakukan sekitar 36,3% dari seluruh
jumlah desa/kelurahan yang ada (Lampiran P/13)

1 19 9
V. KESIMPULAN

Dari laporan pengendalian proyek pada bulan J anuari 2008 ini, dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut:

A. PROGRAM

1. Pada awal tahun 2008 yaitu bulan J anuari berdasarkan laporan
Rek/Prop/F/II/KB dari 33 provinsi tercatat sebanyak 33 provinsi melapor,
dengan jumlah Kabupaten/Kota melapor sebanyak 367 atau 83,4% dari
440 kabupaten/kota yang ada. J umlah sarana pelayanan secara
keseluruhan yang terdiri dari klinik Pemerintah, Klinik Swasta, Dokter
Praktek Swasta dan Bidan Praktek Swasta, yang melapor sebanyak
56.848 atau 71,3% dari 79.689 sarana pelayanan yang ada. Sementara
dari hasil laporan instutusi KB di lapangan (Rek/F/I/Prov-Dal/KB)
tercatat jumlah kabupaten/kota yang melapor sebanyak 361 atau 82,1%
dari 440 kabupaten/kota yang ada. J umlah kecamatan yang ada
sebanyak 5.838 sedangkan yang lapor sebanyak 4.970 (85,1%) jumlah
desa/kelurahan yang lapor sebanyak 58.963 atau 79,8% dari 73.907
desa/kelurahan yang ada.

2. Pencapaian PB pada bulan J anuari 2008 secara nasional berdasarkan
klinik yang melapor (71,3%) tercatat sebanyak 417.286 peserta. Bila
dibandingkan dengan pencapaian PB bulan yang sama pada tahun lalu
sebanyak 394.984 peserta, maka terlihat pencapaian bulan J anuari
2008 lebih rendah sebanyak 22.302 peserta. Sedangkan pencapaian
PB tersebut bila dibandingkan dengan PPM PB 6.665.203, maka
diperoleh persentase sebesar 6,3%.

3. J umlah komplikasi berat pada bulan J anuari tahun 2008 tercatat
sebanyak 206 kasus, dan jumlah kegagalan sebanyak 1158 kasus.
Sedangkan kasus pencabutan Implant pada bulan J anuari 2008 tercatat
sebanyak 8.334 kasus.

4. Secara nasional jumlah kelompok BKB yang ada pada bulan Desember
tahun 2007 tercatat sebanyak 69.573 yang ada, sedangkan kelompok
yang melapor sebanyak 52.517 atau 75,5%. J umlah keluarga yang ikut
kegiatan BKB sebanyak 2.412.526 peserta, dengan jumlah
pertemuan/penyuluhan sebanyak 43.403 kali. Untuk BKR jumlah
kelompok yang ada tercatat sebanyak 29.248 kelompok, sementara
jumlah kelompok yang melapor sebanyak 22.623 atau 77,3%. J umlah
keluarga yang ikut BKR sebanyak 1.050.978 dengan jumlah pertemuan
sebanyak 19.106. Sedangkan untuk BKL jumlah kelompok yang ada
tercatat 28.408 kelompok, dengan jumlah yang melapor sebanyak
23.063 Kelompok. J umlah keluarga yang ikut BKL sebanyak 950.625
keluarga, dengan jumlah pertemuan sebanyak 34.753 kali. J umlah
i i
kelompok UPPKS yang ada secara nasional tercatat sebanyak 169.957
peserta, sedangkan yang melapor sebanyak 104.847 dari 33 propinsi
yang melapor, sedangkan keluarga yang ikut UPPKS sebanyak
2.977.589 keluarga.

5. J umlah tenaga lapangan PPLKB sebanyak 4.404 orang Sedangkan
jumlah PLKB/Penyuluh sebanyak 21.007 orang. Sementara itu
pelaksanaan kegiatan dilapangan tercatat bahwa Rapat Koordinasi KB
Desa/Kelurahan hanya dilakukan sekitar 47,8% dari seluruh
desa/kelurahan, sedangkan di tingkat kecamatan masih dilakukan rakor
sebanyak 70,5%, dari kecamatan yang ada, dan kegiatan TKBK masih
dilakukan sebanyak 36,4% dari seluruh desa/kelurahan yang ada.

i ii i
DAFTAR ISI


I. PENDAHULUAN ...................................................................................1

II. CAKUPAN LAPORAN PROGRAM KB...................................................2

A. LAPORAN PELAYANAN KONTRASEPSI.........................................2

B. LAPORAN PENGANDALIAN LAPANGAN........................................4

III. PERKEMBANGAN PENCAPAIAN PROGRAM ....................................5

A. PROGRAM KELUARGA BERENCANA ...........................................5

B. PROGRAM KESEHATAN REPRODUKSI REMAJ A .......................12

C. PROGRAM KETAHANAN DAN PEMBERDAYAAN KELUARGA....13

D. PROGRAM PENGUATAN PELEMBAGAAN KELUARGA
KECIL BERKUALITAS....................................................................16


VI. KESIMPULAN
PROGRAM ..........................................................................................29

NOTULEN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
i ii ii i

Anda mungkin juga menyukai