Anda di halaman 1dari 13

Terapi Keluarga

Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga sebagai unit
penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar keluarga mampu melaksanakan
fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi;
tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya.

Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diidentifikasi dan kontribusi dari
masing-masing anggota keluarga terhadap munculnya masalah tersebut digali. Dengan demikian
terleih dahulu masing-masing anggota keluarga mawas diri; apa masalah yang terjadi di
keluarga, apa kontribusi masing-masing terhadap timbulnya masalah, untuk kemudian mencari
solusi untuk mempertahankan keutuhan keluarga dan meningkatkan atau mengembalikan fungsi
keluarga seperti yang seharusnya.

Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase 2 (kerja), fase 3
(terminasi). Di fase pertama perawat dan klien mengembangkan hubungan saling percaya, isu-
isu keluarga diidentifikasi, dan tujuan terapi ditetapkan bersama. Kegiatan di fase kedua atau
fase kerja adalah keluarga dengan dibantu oleh perawat sebagai terapis berusaha mengubah pola
interaksi di antara anggota keluarga, meningkatkan kompetensi masing-masing individual
anggota keluarga, eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga, peraturan-peraturan yang selama
ini ada. Terapi keluarga diakhiri di fase terminasi di mana keluarga akan melihat lagi proses yang
selama ini dijalani untuk mencapai tujuan terapi, dan cara-cara mengatasi isu yang timbul.
Keluarga juga diharapkan dapat mempertahankan perawatan yang berkesinambungan.














MAKALAH TERAPI KELUARGA
BAB I
PENDAHULUAN

Menurut Kamus Webster keluarga adalah A social unit consisting of parent and the
children they rear(sebuah unit sosial yang terdiri dari orang tua dan anak yang mereka asuh) atau
A group of people related by ancestry or marriage(sekelompok orang yang dihubungkan oleh
keturunan atau perkawinan).

Sementara itu, menurut PP No. 21 tahun 1994, keluarga adalah unit terkecil dalam
masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya,
atau ibu dan anaknya.

Menurut WHO, keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui
pertalian darah, adopsi atau perkawinan.

Berdasarkan 3 definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sebuah unit
terkecil dalam kehidupan sosial dalam masyarakat yang terdiri dari orang tua dan anak baik yang
terhubung melalui pertalian darah, perkawinan, maupun adopsi.

Menurut ahli keluarga yaitu Friedman(1998) menjelaskan bahwa keluarga dalam
memenuhi kebutuhan kehidupannya memiliki fungsi-fungsi dasar keluarga. Fungsi dasar tersebut
terbagi menjadi 5 fungsi yang salah satunya adalah fungsi affektif, yaitu fungsi keluarga untuk
pembentukan dan pemeliharaan kepribadian anak-anak, pemantapan kepribadian orang dewasa
serta pemenuhan kebutuhan psikologis para anggotanya. Apabila fungsi affektif ini tidak bisa
berjalan semestinya maka akan terjadi gangguan psikologis yang berdampak pada kejiwaan dari
keseluruhan unit keluarga tersebut.

Mengenai fungsi affektif ini banyak kejadian dalam keluarga yang bisa memicu
terjadinya gangguan kejiwaan baik pada anggotanya maupun pada keseluruhan unit keluarganya,
contoh kejadian-kejadian tersebut seperti perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, kultural,
dll. Kejadian tersebut tidak semata-mata muncul tetapi selalu ada pemicunya, dalam konsep
keluarga yang biasanya menjadi pemicu adalah struktur nilai, struktur peran, pola komunikasi,
pola interaksi, dan iklim keluarga yang mendukung untuk mencetuskan kejadian-kejadian yang
memicu terjadinya gangguan kejiwaan pada keluarga tersebut.Sehingga dalam hal ini di
perlukan terapi keluarga dalam menormalisasikan individu dalam kehidupannya baik untuk
dirinya sendiri,keluarga maupun masyrakat sekitarnya khususnya dalam hubungan sosial.










BAB II
PEMBAHASAN



A.Pengertian Terapi Keluarga

Terapi keluarga adalah salah satu bentuk intervensi psikologi keluarga sebagai sub bab
pada psikologi klinis. Terapi keluarga merupakan pendekatan terapeutik yang melihat masalah
individu dalam konteks lingkungan khususnya keluarga dan menitik beratkan pada proses
interpersonal. Tetapi keluarga merupakan intervensi spesifik dengan tujuan membina komunikasi
secara terbuka dan teraksi keluarga secara sehat.

B.Konsep dan Prinsip Dasar

Terapi keluarga adalah model terapi yang bertujuan mengubah pola interaksi keluarga
sehingga bisa membenahi masalah-masalah dalam keluarga (Gurman, Kniskern & Pinsof, 1986).
Terapi keluarga muncul dari observasi bahwa masalah-masalah yang ada pada terapi individual
mempunyai konsekuensi dan konteks sosial. Contohnya, klien yang menunjukkan peningkatan
selama menjalani terapi individual, bisa terganggu lagi setelah kembali pada keluarganya.

Terapi keluarga didasarkan pada teori system (Van Bertalanffy, 1968) yang terdiri dari 3 prinsip
:

Pertama, adalah kausalitas sirkular, artinya peristiwa berhubungan dan saling bergantung
bukan ditentukan dalam sebab satu arahefek perhubungan.
Kedua, ekologi, mengatakan bahwa system hanya dapat dimengerti sebagai pola integrasi,
tidak sebagai kumpulan dari bagian komponen. Dalam system keluarga, perubahan perilaku
salah satu anggota akan mempengaruhi yang lain.
Ketiga, adalah subjektivitas yang artinya tidak ada pandangan yang objektif terhadap suatu
masalah, tiap anggota keluarga mempunyai persepsi sendiri dari masalah keluarga.

Ketika masalah muncul, terapi akan berusaha untuk mengidentifikasi masalah keluarga atau
komunikasi keluarga yang salah, untuk mendorong semua anggota keluarga mengintrospeksi diri
menyangkut masalah yang muncul. Tujuan umum terapi keluarga adalah meningkatkan
komunikasi karena keluarga bermasalah sering percaya pada pemahaman tentang arti penting
dari komunikasi (Patterson, 1982).

Terapis keluarga biasa dibutuhkan ketika :
1. Krisis keluarga yang mempengaruhi seluruh anggota keluarga
2. Ketidak harmonisan seksual atau perkawinan
3. Konflik keluarga dalam hal norma atau keturunan


C.Sejarah :

Penelitian mengenai terapi keluarga dimulai pada tahun 1950-an oleh seorang
Antropologis bernama Gregory Bateson yang meneliti tentang pola komunikasi pada keluarga
pasien skizofrenia di Palo Alto, California.

Pada pertengahan 1970-an, masyarakat prefesional mulai menganggap serius perspektif
dan terapi keluarga. Sejalan dengan itu, buku-buku dan artikel-artikle bermunculan, begitu juga
program pelatihan terapi keluarga (Gale dan Long, 1996)

Munculnya buku-buku semipopuler sejak tahun 1968 hingga 1992 memberikan
pandangan dan proses yang melekat pada kehidupan perkawinan dan pasangan yang senantiasa
berubah


D.Indikasi Pemberian Terapi

Terapi keluarga akan sangat bermanfaat jika digunakan pada kasus yang tepat. Indikasi
terapi keluarga menurut Walrond Skinner adalah : Gejala yang timbul merupakan ekspresi
disfungsi dari sistem keluarga. Gejala yang timbul lebih menyebabkan beberapa perubahan
dalam hubungan anggota keluargannya dan dapat merupakan masalah secara individual..


E.Manfaat Terapi Keluarga

Manfaat untuk pasien yaitu mempercepat proses kesembuhan melalui dinamika
kelompok atau keluarga. Memperbaiki hubungan interpersonal pasien dengan tiap anggota
keluarga atau memperbaiki proses sosialisasi yang dibutuhkan dalam upaya rehabilitasinya. Jika
dilakukan pada program rawat jalan diharapkan dapat menurunkan angka kekambuhan.

Manfaat untuk keluarga yaitu memperbaiki fungsi dan struktur keluarga sehingga peran masing
masing anggota keluarga labih baik. Keluarga mampu meningkatkan pengertiannya terhadap
pasien/klien sehingga lebih dapat menerima, lebih toleran dan lebih dapat menghargainya
sebagai manusia maupun terhadap potensi potensinya masih ada. Keluarga dapat meningkatkan
kemampuannya dalam membantu pasien/klien dalam rehabilitasi.


F.Efektifitas Terapi Keluarga :

Walau efektifitas dari terapi keluarga merupakan komponen penting dalam proses
pemulihan klien, integrasi terapi keluarga memiliki tantangan sebagai berikut :
Pertama, terapi keluarga lebih kompleks daripada pendekatan non-keluarga karena lebih banyak
orang yang terlibat.
Kedua, perlu keterampilan dan pelatihan khusus untuk terapi keluarga yang berbeda dari lainnya.
Ketiga, terapi keluarga selama ini sudah terbukti keberhasilannya.


G.Pemberian Terapi Keluarga dalam perawatan klien gangguan jiwa

Keluarga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan interpersonal dengan
lingkungannya. Keluarga dipandang sebagai satu sistem sehingga gangguan yang terjadi pada
salah satu anggota dapat mempengaruhi sistem, disfungsi dalam keluarga dapat sebagai
penyebab gangguan.Berbagai pelayanan keperawatan jiwa bukan tempat klien seumur
hidup.Salah satu faktor penyebab gangguan jiwa adalah keluarga tidak tahu cara merawat klien
dirumah. Kenyataannya banyak klien di RSJ yang jarang dikunjungi keluarga, keluarga tdk
mengikuti proses perawatan klien. Tim kesehatan jiwa di RS merasa bertanggug jawab terhadap
upaya penyembuhan klien & jarang melibatkan keluarga. Setelah sembuh, RS memulangkan
klien, beberapa hari, minggu, bulan klien kembali dirawat dengan alasan perilaku klien tidak bisa
diterima oleh keluarga & lingkungan. Hal tersebut terjadi karena selama dirumah klien tidak
boleh keluar & gerak-gerik klien selalu diawasi dan curigai. Keluarga mempunyai tangung jawab
dalam Proskep di RS, persiapan pulang & perawatan dirumah,Adaptasi klien dengan lingkungan
berjalan baik.Terapi keluarga ADALAH Suatu cara utk menata kembali masalah hubungan antar
manusia (Stuart & Sundeen, 1991)

Adapu tujuan dari perawatan tersebut adalah :

1. Menurunkan konflik kecemasan keluarga
2. Meningkatkan kesadaran keluarga terhadap kebutuhan masing-masing anggota keluarga.
3. Meningkatkan kemampuan penanganan terhadap krisis.
4. Mengembangkan hubungan peran yang sesuai
5. Membantu keluarga menghadapi tekanan dari dalam maupun dari luar anggota keluarga.
6. Meningkatkan kesehatan jiwa keluarga sesuai dengan tingkat perkembangan anggota keluarga.

Manfaat Terapi Keluarga
Klien :
1. Mempercepat proses penyembuhan
2. Memperbaiki hubungan interpersonal
3. Menurunkan angka kekambuhan

Keluarga :
1. Memperbaiki fungsi & struktur keluarga
2. Keluarga mampu meningkatkan pengertian terhadap klien sehingga lebih dapat menerima,
toleran & menghargai klien sebagai manusia.
3. Keluarga dpt meningkatkan kemampuan dlm membantu klien dlm proses rehabilitasi


PERAN PERAWAT

1. mendidik kembali dan mengorientasikan kembali seluruh anggota keluarga
2. memberikan dukungan kepada klien serta sistem yang mendukung klien untuk mencapai tujuan
dan usaha untuk berubah
3. mengkoordinasi dan mengintegrasikan sumber pelayanan kesehatan
4. memberi penyuluhan, perawatan di rumah, psiko edukasi,dll


Aktifitas :
Komponen dikdaktik : memberikan informasi & pendkes tentang gangguan jiwa, sistem
keswa & yankep.
Komponen ketrampilan : latihan komunikasi, asertif, menyelesaikan konflik, mengatasi
perilaku & stress
Komponen emosi : memberikan kesempatan untuk memvalidasi perasaan & bertukar
pengalaman
Komponen proses keluarga fokus pada koping keluarga & gejala sisa terhadap keluarga.
Komponen sosial : meningkatkan penggunaan dukungan jaringan formal/informal untuk klien
& keluarga

Selain Peran perawat yang perlu diperhatikan juga adalah bagaimana perawat membantu
serta mendorong keluarga untuk terlibat dalam mencegah klien kambuh. Alasan keluarga
dilibatkan dalam mencegah kekambuhan pada klien adalah :
1. keluarga merupakan tempat individu pertama memulai hubungan interpersonal dengan
lingkungan
2. keluarga merupakan suatu sistem yang utuh dan tidak terpisahkan sehingga jika ada satu yang
terganggu yang lain ikut terganggu
3. keluarga menurut Sullinger(1988) merupakan salah satu penyebab klien gangguan jiwa
menjadi kambuh lagi sehingga diharapkan jika keluarga ikut berperan dalam mencegah klien
kambuh setidaknya membantu klien untuk dapat mempertahankan derajat kesehatan mentalnya
karena keluarga secara emosional tidak dapat dipisahkan dengan mudah



Peran keluarga dalam terapi itu sendiri adalah :

1. membuat suatu keadaan dimana anggota keluarga dapat melihat bahaya terhadap diri klien dan
aktivitasnya
2. tidak merasa takut dan mampu bersikap terbuka
3. membantu anggota bagaimana memandang orang lain
4. tempat bertanya serta pemberi informasi yang mudah dipahami klien
5. membangun self esteem
6. nenurunkan ancaman dengan latar belakang aturan untuk interaksi
7. menurunkan ancaman dengan struktur pembahasan yang sistematis
8. pendidikan ulang anggota untuk bertanggung jawab




Ciri-ciri Fungsional Keluarga

Mempertahankan keseimbangan, fleksibel & adaptif perubahan tahap transisi dalam hidup
Problem emosi merupakan bagian dari fungsi tiap individu
Kontak emosi dipertahankan oleh tiap generasi & antar keluarga
Hubungan antar keluarga yang erat & hindari menjauhi masalah
Perbedaan antar anggota keluarga mendorong untuk meningkatkan pertumbuhan & kreativitas
individu.
Orang tua & anak hubungan terbuka.

Disfungsi Keluarga

1. Tdk memiliki satu atau lebih fungsi keluarga.
2. Ibu yg terlalu melindungi atau ayah yang tidak dirumah.
3. Ayah & ibu yang super, sibuk, pasif dll.
4. Pasangan yang tidak harmonis


HARAPAN:

1. Memberikan stimuli dalam perkembangan individual
2. Menumbuhkan hubungan interpersonal
3. Mengerti tentang kesehatan jiwa & gangguan kesehatan jiwa
4. Mengetahui penyebab gangguan jiwa
5. Mengetahui ciri-ciri gangguan jiwa
6. Mengetahui fungsi & tugas keluarga
7. Upaya pencegahan gangguan jiwa oleh keluarga
8. Upaya perawatan klien gangguan jiwa di RSU dan Puskesmas.




BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan

Salah satu bentuk intervensi Psikologi Keluarga adalah terapi keluarga. Terapi keluarga
merupakan salah satu terapi modalitas yang melihat masalah individu dalam konteks lingkungan
khususnya keluarga. Untuk dapat menajalankan terapi keluarga dengan baik diperlukan
pendidikan dan latihan dengan dilandasi berbagai teoeri yaitu psikoterapi kelompok, konsep
keluarga struktur dan fingsi keluarga,dinamika keluarga, terapi perilaku dan teori komunikasi.

Manfaat peran keluarga dalam proses terapi pasien dapat diperbesar melalui terapi keluarga.
Dengan terapi keluarga diharapkan selain bermanfaat untuk terapi dan rehabilitasi pasien juga
dapat memperbaiki kesehatan mental dari keluarga, termasuk tiaptiap anggota keluarga dalam
arti memperbaiki peran dan fungsi atau hubungan interpersonalnya.

B.Saran

Dalam makalah ini sekiranya masih ada kekurangan pada cakupan isi mau pun sumber
yang tidak komprehensif. Karenanya perlu diadakan telaah lebih mendalam dalam pemilihan
materi yang sejatinya terdapat dalam buku-buku terbaru yang lebih populer dan
revolusioner.Diharapkan juga makalah ini dapat menjadi acuan sumber pembelajaran mahasiswa
keperawatan agar nantinya dapat diterapkan dalam melakukan asuhan keperawatan pada
keluarga.







DAFTAR PUSTAKA


Chaplin, JP. 1968. Dictionary of Psychology (Kamus Lengkap Psikologi). M: 355. Terjemahan
oleh Dr. Kartini Kartono. 1981. Jakarta : Raja Grafindo


Sundberg, D, Winebarger, A, Taplin, J. 2007. Psikologi Klinis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar


Wiramihardja, S.A. 2004. Pengantar Psikologi Klinis (Edisi Revisi). Bandung : Refika Aditama

Friedman, Marlyn M. 1998. Praktik Keperawatan Keluarga: Teori, Pengkajian, Diagnosa, dan
Intervensi. Toronto: Appleton&Lange.
Hershenson, David B.; Power, Paul W.; & Waldo, Michael. 1996. Community Counseling,
Contemporer Theory and Practice.
Massachusetts, A Simon & Scuster Company. Imbercoopersmith, Evan. 1985. Teaching Trainee
To Think In Triad. Journal of Marital and Family Therapy, Vol.11, No.1,61-66.













PERSIAPAN PASIEN
Fase pertama
Melakukan pertemuan di rumahnya dr.Veny Kusuma

Anda mungkin juga menyukai