Anda di halaman 1dari 125

Mekanika Fluida - TEP 201 1

BAB III KINEMATIKA FLUIDA


KONSEP ALIRAN DAN PERSAMAAN
DASARNYA
Tidak seperti gerak benda padat, gerak cairan
cukup komplek dan tidak selalu dapat
diselesaikan/dipecahkan dengan pasti dengan
analisa matematis. Hal ini karena elemen dari
cairan yang mengalir dapat bergerak dengan
kecepatan dan percepatan yang berbeda baik
menurut tempat maupun menurut waktu. Namun
demikian tidak berarti bahwa masalahnya tidak
dapat dipecahkan. Ada tiga konsep yang penting
dalam aliran benda cair, yaitu :
Mekanika Fluida - TEP 201 2
a. Hukum ketetapan massa, dimana dengan menggunakan
hukum ini dapat diturunkan persamaan kontinuitas.
b. Hukum ketetapan energi, dimana dengan prinsip ini
dapat diturunkan persamaan energi dengan melibatkan
energi kinetik, energi potensial dan energi internal dan
persamaan-persamaan lainnya.
c. Hukum momentum, dimana dapat diturunkan persamaan-
persamaan untuk gaya dinamis.
Di dalam bab ini akan diuraikan konsep aliran dan
persamaan dasar yang diperlukan untuk menganalisa
gerak aliran yaitu persamaan-persamaan yang
diturunkan dari hukum-hukum tersebut diatas untuk
aliran satu dimensi, yaitu aliran yang mengalami
perubahan di arah arus saja.
Mekanika Fluida - TEP 201 3
Parameter aliran seperti kecepatan, tekanan dan
kerapatan yang akan memberi ciri pada gerak aliran
atau karakteristik aliran, pada dasarnya dapat kembali
menurut tepat atau waktu, dari suatu titik ke titik
yang lain, atau dari suatu waktu ke waktu yang lain,
atau berubah menurut waktu dan tempat.
Dengan adanya kemungkinan perubahan parameter
terhadap waktu dan tempat tersebut, maka dapat
dibedakan beberapa tipe aliran dengan definisi
sebagai berikut :
Mekanika Fluida - TEP 201 4
Aliran tetap adalah suatu aliran dimana parameter aliran
tidak berubah menurut waktu. Dalam hal ini kedalaman
aliran (h) dan kecepatan aliran (u) tidak berubah menurut
waktu, atau dapat dianggap tetap dalam suatu interval
waktu tertentu. Hal ini dapat ditunjukkan dengan
persamaan-persamaan sebagai berikut :
(3.2.1)
(3.2.2)
dan
0
t
h
=

0
=

t
u
Mekanika Fluida - TEP 201 5
Aliran tidak tetap adalah kebalikan dari aliran tetap.
Dalam hal ini parameter aliran berubah menurut waktu,
yang dapat ditunjukkan dengan persamaan-persamaan :
(3.2.3)
(3.2.4)
dan
0

t
h
0

t
u
Mekanika Fluida - TEP 201 6
Aliran seragam adalah aliran dimana parameter alirannya
tidak berubah menurut tempat di sepanjang aliran. Hal ini
dapat ditunjukkan dengan persamaan-persamaan :
(3.2.5)
(3.2.6)
dan
0
=

s
h
0
=

s
u
Mekanika Fluida - TEP 201 7
Aliran tidak seragam adalah aliran dimana parameter-
parameter alirannya berubah menurut tempat.
Hal ini dapat ditunjukkan dengan persamaan-persamaan :
(3.2.7)
(3.2.8)
dan
Aliran tidak seragam dapat dibagi dua yaitu aliran
berubah lambat laun (gradually varied flow) dan aliran
berubah dengan cepat (rapidly varied flow )
0

s
h
s
0

u
Mekanika Fluida - TEP 201 8
Ketetapan dan keseragaman dari aliran tidak harus
terjadi bersama-sama.
Terdapat empat kombinasi ketetapan dan keseragaman
yang mungkin terjadi dalam aliran, yaitu :
a. Aliran tetap seragam (steady uniform flow)
yaitu apabila :
dan
Tipe aliran ini juga disebut aliran beraturan.
0 =

t
u
0 =

s
u
Mekanika Fluida - TEP 201 9
b. Aliran tetap tidak seragam (steady un uniform flow)
yaitu apabila dan
Tipe aliran ini banyak dijumpai di dalam praktek yaitu
aliran berubah lambat laun atau aliran berubah dengan
cepat.
c. Aliran seragam tidak tetap (unsteady uniform flow)
yaitu apabila dan
Tipe ini hampir tidak pernah terjadi.
0 =

t
u
0

s
u
0

t
u
0 =

s
u
Mekanika Fluida - TEP 201 10
d. Aliran tidak seragam tidak tetap (unsteady un uniform
flow)
yaitu apabila dan
0

t
u
0

s
u
Di dalam kuliah ini hanya akan disajikan tipe yang
pertama saja yaitu aliran tetap seragam. Kemudian,
karena aliran tetap tidak seragam banyak dijumpai dalam
aliran saluran terbuka maka akan disajikan di dalam
kuliah hidrolika saluran terbuka.
Mekanika Fluida - TEP 201 11

(a) Garis-garis arus
(b) garis arus
(c) pipa arus
Gambar 3.1.Suatu pola aliran, garis arus dan pipa arus
Suatu pola aliran adalah suatu karakteristik dari garis-
garis di dalam batas alirannya yang disebut garis-garis
arus.
Mekanika Fluida - TEP 201 12
Garis arus adalah suatu garis lurus atau melengkung yang
dibentuk oleh gerak partikel cairan sedemikian sehingga
garis singgung pada tiap-tiap titiknya merupakan vector
kecepatan pada titik tersebut. Karena arah kecepatan
menyinggung garis arus tersebut maka tidak akan ada
aliran yang memotong garis tersebut. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan memisalkan suatu aliran dari suatu
tanki melalui suatu lubang di salah satu sisinya seperti
pada gambar 3.1.a.
Pada gambar tersebut ditunjukkan sket pada lima titik pada
posisi yang berbeda-beda yaitu posisi a, b, c, d dan e.
Mekanika Fluida - TEP 201 13
Karena tidak ada aliran yang akan menembus dinding dan
dasar tanki yang kedap air, maka semua garis arus yang
berada di dekat dinding harus sejajar dengan batas kedap
air tersebut. Oleh karena itu vektor kecepatan d dan e
pada gambar 3.1.a. sejajar dengan dasar dan dinding
saluran. Selama partikel cairan bergerak pada arah garis
arus tersebut maka perpindahannya sejauh ds mempunyai
komponen dx, dy dan dz dan mempunyai arah dari vektor
kecepatan

V
yang mempunyai komponen kecepatan u, v
dan diarah x, y, dan z.
Dari gambar 3.1.b. dapat dilihat persamaan garis arus
adalah :
(3.31)
w
dz
v
dy
u
dx
= =
Mekanika Fluida - TEP 201 14
Pipa arus adalah sekumpulan garis-garis arus yang
diawali dan diakhiri dengan lengkung tertutup, seperti
tampak pada gambar 3.1.c. Dalam hal ini dapat
dinyatakan bahwa tidak terdapat aliran yang memasuki /
memotong pipa arus tersebut kecuali yang masuk dari
ujung-ujungnya yang merupakan lengkung tertutup
tersebut.
Mekanika Fluida - TEP 201 15
Lintasan arus adalah suatu garis yang menunjukkan
lintasan dari gerak partikel-partikel cairan yang
mengalir. Karena partikel-partikel cairan bergerak pada
arah garis singgung garis arus maka di dalam aliran tetap
dimana pada garis-garis arusnya tertentu, lintasan arus
akan berimpit dengan garis arus.
Di dalam suatu percobaan dengan menggunakan zat
pewarna yang kerapatannya sama dengan kerapatan air
tampak jelas garis-garis arus yang dimaksud diatas.
Garis-garis arus yang berwarna ini disebut garis tegas
( streak line ) dari garis arus.
Mekanika Fluida - TEP 201 16
Gambar 3.2. menunjukkan suatu pola aliran dari aliran
saliran terbuka (a) dan aliran diantara dua pelat (b).
Gambar 3.2. Pola aliran, (a) aliran saluran terbuka, (b)
aliran diantara dua pelat
(a) (b)
Mekanika Fluida - TEP 201 17
Pada umumnya aliran adalah tiga dimensi dalam arti
bahwa parameter-parameter aliran berubah dalam tiga
arah koordinat x, y dan z. Untuk beberapa kondisi aliran
tidak terdapat perubahan dalam salah satu arah salib
sumbu. Dalam aliran dua dimensi parameter-parameter
aliran merupakan fungsi dari waktu dan jarak di dua
koordinat ruang (misalnya x dan z) saja, misalnya aliran
melalui suatu bendung atau dibawah bendung seperti pada
gambar 3.3.
Mekanika Fluida - TEP 201 18
Gambar 3.3.Aliran dua dimensi (a) aliran melalui bendung
pelimpah dan (b) aliran dibawah bendung
x
u
(a)
(b)
z
z
V
u
v
v
Aliran yang paling sederhana adalah aliran satu dimensi,
dalam hal mana parameter-parameter aliran dapat
dinyatakan sebagai fungsi dari waktu dan tempat pada
satu arah koordinat saja.Salah satu contoh adalah suatu
aliran melalui pipa tertutup (conduit), dimana kecepatan
di tiap penampang adalah tetap, tetapi hanya berubah
menurut jaraknya di sepanjang aliran.
Mekanika Fluida - TEP 201 19
Kecepatan dan percepatan
v = ds / dt
Komponen percepatan
sepanjang dan normal
thd elemen ds :

Mekanika partikel :
dimana r : jari-jari
kurvatur ds
ds
dv
v
ds
dv
dt
ds
dt
dv
dt
ds
dt
d
dt
s d
a
s
= = =

= =
2
2
r
v
a
r
2
=
Mekanika Fluida - TEP 201 20
u = dx / dt dan v = dy / dt ; a
x
= du / dt dan a
y
= dv / dt
du = (u / x)dx + (u / y)dy dan
dv = (v / x)dx + (v / y)dy maka :
a
x
= u(u / x) + v(u / y) dan a
y
= u(v / x) + v(v /
y)
Analisa yang sama dapat dilakukan untuk koordinat kutub
dimana v
r
dan v
t
adalah fungsi r dan
Mekanika Fluida - TEP 201 21
Sirkulasi
Sirkulasi adalah sebuah integral garis
sekeliling sebuah kurva tertentu yang
dekat dalam aliran dan dimodelkan
dengan (gamma).
Element sirkulasi :
d= (V cos ) ds
Total elemen sirkulasi :
( )ds V d

= = cos
Mekanika Fluida - TEP 201 22
Vortisi
Vortisi, (xi) adalah diferensial sirkulasi per
satuan luasan yang tertutup.
untuk koordinat kutub :
Aliran rotasional : bila aliran memiliki vortisi
0
y
u
x
v
dxdy
d

=
r
v
r
v
r
v
r t t
Mekanika Fluida - TEP 201 23

Persamaan
Persamaan
kontinuitas
kontinuitas

aliran
aliran
satu
satu
dimensi
dimensi
menggunakan 2 prinsip :
kekekalan massa (massa tdk dapat diciptakan
dan tdk dapat dihilangkan
kontinuitas
Mekanika Fluida - TEP 201 24
Berdasarkan hukum kekekalan massa :

1
A
1
ds
1
=
2
A
2
ds
2
dibagi dt
1
A
1
ds
1
/dt =
2
A
2
ds
2
/dt
menjadi
1
A
1
V
1
=
2
A
2
V
2
persamaan kontinuitas
A V = konstan d(A V) = 0 atau
dA/A + d/+ dV/V = 0
apabila persamaan :
1
A
1
V
1
=
2
A
2
V
2
x g menjadi :
G =
1
A
1
V
1
=
2
A
2
V
2
untuk fluida variasi dapat diabaikan,
maka Q = A
1
V
1
= A
2
V
2
Mekanika Fluida - TEP 201 25
Debit aliran dengan notasi Q adalah jumlah kuantitas
cairan yang melalui suatu penampang tertentu dalam satu
satuan waktu. Kecepatan aliran adalah variabel pada
penampang dimana cairan mengalir. Misalnya pada suatu
elemen cairan seperti pada gambar 3.4., jumlah aliran
atau debit aliran melalui suatu penampang kecil dA
adalah V.dA, dan besarnya debit total adalah :
(3.5.1)

=
A
dA u Q
Mekanika Fluida - TEP 201 26

A
A
u
dA

V
X
Gambar
3.4.Kecepatan
tidak tegak lurus
(3.5.2)
Pada gambar 3.4. ditunjukkan suatu aliran melalui
penampang AA dengan kecepatan V yang arahnya tidak
tegak lurus bidang AA, maka perlu diambil komponen
kecepatan yang tegak lurus penampang. Dalam contoh
ini adalah komponen kecepatan diarah x, jumlah debit
aliran adalah :
dimana u adalah komponen kecepatan diarah x.


= =
A A
dA V dA u Q

cos
Mekanika Fluida - TEP 201 27
Dari persamaan tersebut dapat dicari besarnya kecepatan
rata-rata dengan cara sebagai berikut :
(3.5.2)
dimana u adalah komponen kecepatan diarah x.
(3.5.3)


= =
A A
dA V dA u Q

cos

= =
A
dA u A u Q

=
A
dA u
A
u
1
Mekanika Fluida - TEP 201 28
Penurunan persamaan gerak cairan dengan menggunakan
konsep volume kontrol digunakan atas dasar dua
pertimbangan, yaitu :
Pertama : menurunkan langsung persamaan dalam bentuk
integral, dimana persamaan dalam bentuk ini lebih mudah
penggunaannya daripada persamaan diferensial dari
persamaan gerak cairan.
Kedua : menunjukkan penggunaan hukum ketetapan
massa, hukum ketetapan energi dan hukum ketetapan
momentum ( law of conservation of mass, conservation of
energy and conservation of momentum ) untuk masalah
aliran cairan.
Mekanika Fluida - TEP 201 29
z z
x x
Sistem
Volume kontrol
II
y y
I
II
III
Volume kontrol
Sistem
(a) Volume control pada waktu t (b) Volume kontrol pada waktu t + dt
Gambar 3.5.Suatu aliran dengan volume kontrol yang identik pada waktu t
Gambar 3.5.a menunjukkan suatu volume dari suatu
sistem aliran yang didalamnya penuh cairan. Volume ini
diambil tetap (diukur terhadap tiga salib sumbu) dan
disebut volume kontrol. Permukaan (batas) dari volume
ini disebut permukaan kontrol (control surface).
Mekanika Fluida - TEP 201 30
Apabila H merupakan jumlah dari parameter aliran (masa,
energi atau momentum) dari cairan yang berada di dalam
suatu sistem, sedang h merupakan parameter tersebut tiap
satuan masa (h = H / m) maka dapat ditulis persamaan :
(3.6.1)
(3.6.2)
dimana :
V = volume cairan
m h H

=


=
V
dV h H

Mekanika Fluida - TEP 201 31
Misalkan :
= H dari sistem pada waktu t
= H dari sistem pada waktu t+t
= H dari volume kontrol pada waktu t
= H dari volume kontrol pada waktu t+t
Jumlah dari H di dalam sistem pada waktu t+t adalah
sama dengan H di dalam volume kontrol, ditambah H yang
keluar dari volume kontrol (H
0
) pada waktu t, dikurangi
H yang masuk ke dalam volume kontrol (H
i
) pada waktu
t.
1
H
2
H
1
1
H
1
2
H
Mekanika Fluida - TEP 201 32
Jadi :
selama masa cairan yang sama yang terdapat pada waktu t,
maka :
(3.6.3)
(3.6.4)
maka perbedaan H dari sistem adalah :
(3.6.5)
Apabila persamaan tersebut dibagi t
(3.6.6)
t
H H
t
H H
t
H
i o

1 2

= =
1 2 1 2
H H H H H H H
i o

=
1 1
H H
i
H H H H
+

=
0 2 2
Mekanika Fluida - TEP 201 33
Untuk t kecil sekali 0 , maka persamaan (3.6.6) dapat
dinyatakan dalam bentuk :
(3.6.7)
(3.6.8)
Karena volume dari masa cairan di dalam sistem berubah
menurut waktu maka penurunan terhadap waktu merupakan
penurunan dari integral parameter aliran, sedangkan masa
cairan di dalam volume kontrol adalah tetap sehingga
integral dari volume kontrol merupakan fungsi dari waktu,
jadi persamaan (3.6.8) dapat ditulis sebagai berikut :
(3.6.9)
dt
dH dH
dt
H d
dt
dH
i o

+

=


+

=

dt
dH dH
dV h
dt
d
dV h
dt
d
i o
V

dt
dH dH
dV
dt
d
dV h
dt
d
i o
CV CV

+ =


Mekanika Fluida - TEP 201 34
Permukaan masuk
dalam

A d

A d
dalam
Permukaan keluar
( a )
( b )
Gambar 3.6.Permukaan batas volume kontrol / permukaan kontrol
Dengan demikian jumlah H yang melalui seluruh permukaan
volume kontrol adalah :
(3.6.10)
=
CA
i o
dt dA u dH dH

cos
Mekanika Fluida - TEP 201 35
Selama integrasi dari persamaan (3.6.10) diambil untuk
permukaan kontrol dalam waktu tetap dt maka persamaan
tersebut dapat ditulis sebagai berikut :
atau
Apabila persamaan (3.6.11) dimasukkan ke dalam
persamaan (3.6.9) didapat persamaan:
atau
(3.6.11)
(3.6.12)
(3.6.13)

=
CA
i o
dA u h dt dH dH

cos

CA
i o
dA u h
dt
dH dH

cos

+

=
CA CV
dA u h dV h
t dt
dH

cos

=

CA CV
A d V h dV h
t dt
dH

Mekanika Fluida - TEP 201 36
(3.6.14)
Persamaan tersebut menyatakan bahwa besarnya tambahan
H dalam suatu waktu di dalam sistem aliran sama dengan
besarnya penambahan H dalam suatu waktu di dalam
volume kontrol ditambah dengan penambahan H dari aliran
melalui batas dari volume kontrol (permukaan kontrol).
Untuk aliran tetap (steady flow) tidak terdapat perubahan
menurut waktu sehingga persamaan (3.6.13) dapat
dinyatakan sebagai berikut :
Persamaan (3.6.13) merupakan persamaan dasar yang akan
digunakan untuk penurunan persamaan kontinuitas, energi
dan momentum.

=

CA
A d V h
dt
dH

Mekanika Fluida - TEP 201 37


Salah satu penerapan konsep volume kontrol yang paling
sederhana adalah penurunan persamaan kontinuitas, yaitu
persamaan yang menyatakan bahwa di dalam aliran cairan
termampatkan (compressible) jumlah aliran tiap satuan
waktu adalah sama di semua penampang di sepanjang
aliran. Penurunan persamaan kontinuitas dapat dilakukan
dengan menerapkan hukum ketetapan masa pada konsep
volume kontrol.
Hukum ketetapan masa menyatakan bahwa masa di dalam
suatu sistem aliran akan tetap menurut waktu, yaitu :
(3.7.1)
0
=
dt
dm
dimana m adalah jumlah masa di dalam sistem.
Mekanika Fluida - TEP 201 38
Misalkan H adalah jumlah masa di dalam sistem dan h adalah
1 = =
dm
dm
dm
dH

=

CA CV
A d V h dV h
t dt
dH

0 1 . . 1 . =

=


CA
A d V dV
t dt
dm

maka persamaan (3.6.13) dapat dinyatakan sebagai berikut :
(3.6.13)
(3.7.2)
Kemudian, untuk mencari harga


CA
A d V
dapat digunakan suatu volume kontrol yang berbentuk
suatu pipa arus seperti pada gambar 3.7 berikut ini :
Mekanika Fluida - TEP 201 39
Gambar 3.7.Aliran tetap melalui suatu pipa arus
1
dA
1

V
2

V
2
dA
VK
PK
VK = Volume kontrol (control volume/CV)
PK = Permukaan kontrol (control area/CA)
Volume kontrol dari pipa arus tersebut adalah bagian
yang dibatasi oleh tepi pipa diantara penampang 1 dan
penampang 2 yang ditunjukkan oleh garis putus-putus.
Luas penampang 1 adalah d
A1
dan kecepatan rata-rata
penampang ini adalah V
1
, sedang luas penampang 2
adalah d
A2
dengan kecepatan rata-rata V
2
.
Mekanika Fluida - TEP 201 40
Oleh karena aliran merupakan aliran tetap atau tidak
berubah menurut waktu, maka penurunan terhadap waktu
adalah nol. Dengan demikian suku pertama dari ruas kanan
persamaan 3.7.2 dapat dinyatakan sebagai berikut :
Dengan demikian persamaan (3.7.2) dapat disederhanakan
menjadi :
(3.7.4)
(3.7.3)
Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa jumlah netto
masa yang masuk kedalam dan keluar dari volume kontrol
adalah sama.
0 =

CA
dV
t

0 =


CA
A d V
Mekanika Fluida - TEP 201 41
Pada penampang 1 inflow dari masa cairan adalah :
dan outflownya adalah :
(3.7.5)
(3.7.6)
1 1 1 1 1 1
dA u A d V =

Selama tidak terdapat masa cairan yang masuk atau keluar
melalui tepi pipa maka jumlah cairan yang mengalir melalui
pipa arus diarah s (di arah arus) adalah :
atau
(3.7.7)
0
2 2 1 1
= + dA u dA u
2 2 1 1
dA u dA u =
Persamaan (3.7.7) tersebut dikenal sebagai persamaan
kontinuitas yang berlaku untuk dua penampang dari satu
pipa arus pada aliran tetap (steady flow).
2 2 2 2 2 2
dA u A d V =

Mekanika Fluida - TEP 201 42
Untuk sekumpulan pipa-pipa arus seperti pada gambar 3.8,
apabila
1
adalah kerapatan rata-rata pada penampang 1
dan
2
adalah kerapatan rata-rata penampang 2, maka :
2 2 2 1 1 1
A u A u m = =
1
A
S
S
2
A
1
u
Gambar 3.8.Sekumpulan pipa arus dalam batas tertentu
2
u adalah kecepatan rata-rata pada penam- dimana
pang 1 dan penampang 2
dan
(3.7.8)
Mekanika Fluida - TEP 201 43
Dari persamaan (3.5.2) diketahui bahwa besarnya debit
aliran Q adalah :

=
A
dA u Q
A u Q=

=
A
dA u
A
u
1
maka persamaan (3.7.8) dapat dinyatakan sebagai berikut :
2 2 1 1
Q Q =
untuk aliran cairan tak termampatkan (incompressible)
adalah tetap, dengan demikian persamaan (3.7.9) dapat
disederhanakan menjadi :
Q Q Q = =
2 1
2 2 1 1
A u A u Q = =
atau :
dimana
(3.7.9)
atau
(3.7.10)
Mekanika Fluida - TEP 201 44
( )

+
2
dx
u
x
u
dz dy dx
2
dx
2
dx
( )

2
dx
u
x
u
dz
dx
dy
P
x
y
z
Gambar 3.9.Suatu volume kontrol di dalam koordinat kartesian
Mekanika Fluida - TEP 201 45
Aliran yang masuk ke dalam volume kontrol melalui sisi
kiri adalah :
Sedang yang keluar dari volume kontrol melalui sisi kanan
adalah :
Dengan demikian selisih aliran yang keluar dari dan yang
masuk ke volume kontrol adalah :
( ) dz dy
dx
u
x
u

2

( ) dz dy
dx
u
x
u

+
2

( ) ( ) ( ) dz dy dx u
x
dz dy
dx
u
x
u dz dy
dx
u
x
u

+
2 2
Mekanika Fluida - TEP 201 46
Sehingga jumlah seluruh masa aliran keluar adalah :
( ) ( ) ( ) dz dy dx w
z
v
y
u
x


( ) ( ) ( )
t
w
z
v
y
u
x



(3.7.11)
Persamaan (3.7.11) adalah persamaan kontinuitas yang
berlaku umum baik untuk aliran tetap, aliran tidak tetap,
dari cairan termampatkan maupun tidak termampatkan.
Untuk aliran dua dimensi, misalnya aliran tidak berubah
diarah y maka persamaan kontinuitas menjadi :
(3.7.12)
0 =

z
w
x
u
dibagi dengan dx dy dz persamaan tersebut menjadi :
Mekanika Fluida - TEP 201 47
Sedang untuk persamaan aliran tetap satu dimensi,
persamaan kontinuitas menjadi :
Karena di dalam aliran satu dimensi ini, aliran hanya
berubah menurut x maka persamaan (3.7.13) dapat
dinyatakan sebagai berikut :
untuk suatu pipa seperti pada gambar 3.9 dimana aliran
merupakan aliran satu dimensi diarah s, persamaan
kontinuitas secara umum dapat dinyatakan :
atau
(3.7.15)
(3.7.13)
(3.7.14)
0 =

x
u
dx
du
( )
( )
t
A
A u
s

( ) ( )
0 =

s
u A
t
A
Mekanika Fluida - TEP 201 48
0 =

t
A
( )
0 =

s
u A
( )
0 =
ds
u A d
2 2 1 1
u A u A u A Q = = =
untuk aliran tetap
maka :
Karena hanya berubah diarah s maka persamaan (3.7.16)
dapat dinyatakan menjadi :
Atau A
u
= tetap
(3.7.16)
(3.7.17)
(3.7.18)
Mekanika Fluida - TEP 201 49
Penurunan persamaan energi dapat dilakukan dengan
menerapkan hukum ketetapan energi dalam konsep volume
kontrol dengan bantuan hukum dari thermodinamika.
W Q E =
dimana :
E = total energi
Q
H
= pemindahan panas pada sistem
W = kerja yang dilakukan pada atau oleh sistem
(3.8.1)
u p k
E E E E + + =
(3.8.2)
Mekanika Fluida - TEP 201 50
Kemudian apabila harga-harga tersebut dimasukkan ke
dalam persamaan (3.6.12) di dapat persamaan :
Dengan memasukkan persamaan (3.8.1) kedalam
persamaan (3.8.3) dan mengambil asumsi bahwa aliran
adalah aliran tetap maka didapat persamaan :
( ) ( )( )dA N v e e e dV e e e
t dt
dE
CA
u p k
CV
u p k

+ + + + +

=
( )

+ + = =

CA
u p k
H
A d V e e e
dt
dW
dt
dQ
dt
dE

(3.8.4)
(3.8.3)

+ + =

CA
u
H
A d V e z g
V
dt
dW
dt
dQ
2
2

dengan demikian maka persamaan (3.8.4) dapat


dinyatakan sebagai berikut :
(3.8.5)
Mekanika Fluida - TEP 201 51
Selanjutnya besarnya kerja yang dilakukan pada atau oleh
sistem dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
i. Kerja aliran (flow work) w
f
yaitu kerja yang dilakukan oleh gaya-gaya tekan
selama sistem bergerak di dalam ruang. Misalnya suatu
sistem bergerak melalui suatu pipa tertutup seperti
pada gambar 3.10.
1 N
1

V
2
N
2

V
1
2
1 A
2 A
Gambar 3.10.Sistem aliran bergerak melalui suatu
saluran tertutup
Mekanika Fluida - TEP 201 52
Pada penampang 2 gaya yang bekerja pada cairan adalah
p
2
A
2
dan jarak yang ditempuh oleh penampang ini dalam
waktu t adalah :
t V L =

2
Dengan demikian kerja yang dilakukan oleh sistem pada
cairan di dalam waktu t adalah :
t V A p w
f
=

2 2 2 2 ,

=
2 2 2 2 ,
V A p w
f

=
1 1 1 1 ,
V A p w
f
Jumlah kerja
Sama halnya dengan di penampang 1.
(3.8.6a)
(3.8.6b)

=

A d V p w
f
Di dalam bentuk vektor produk dari persamaan (3.8.6)
adalah :
(3.8.7)
Mekanika Fluida - TEP 201 53
ii. Kerja pada mesin (shaft work) w
s
yaitu kerja yang dilakukan oleh cairan pada mesin
(turbine) dimana energi dikeluarkan dari sistem, atau
kerja yang dilakukan pada cairan oleh mesin (pompa)
dimana energi diberikan pada sistem.
iii. Kerja geseran (shear work)
yaitu kerja yang dilakukan oleh gaya geser. Karena
gaya geser bekerja pada dinding dimana kecepatan
gerak cairan sama dengan nol maka kerja geseran ini
juga sama dengan nol.

+ + + =

CA
u
s H
A d V e z g
V p
dt
dw
dt
dQ
2
2

Dengan ketentuan-ketentuan tersebut maka persamaan


(3.8.5) dapat dinyatakan sebagai berikut :
(3.8.8)
Mekanika Fluida - TEP 201 54
Apabila persamaan (3.8.8) diterapkan untuk suatu sistem
aliran dimana terdapat satu pompa dan satu turbin seperti
pada gambar 3.11 akan didapat :
Gambar 3.11.Suatu sistem aliran melalui satu pompa
dan satu turbin
P
o
m
p
a
T
u
r
b
i
n
datum
s

1
N
1
p
1

V
2

V
2
N
2
p
1
Z
2
Z
3
N
3
p
3

V
Mekanika Fluida - TEP 201 55

+ + +
+

+ + +
+

+ + + = +

3
2
1
3
3
2
3
3
3
2
2
2
2
2
2
1
1
2
1
1
1
2
2
2
CA
u
CA
u
CA
u
T
p
H
A d V e z g
V p
A d V e z g
V p
A d V e z g
V p
dt
dw
dt
dw
dt
dQ

(3.8.9)
Mekanika Fluida - TEP 201 56
Apabila diambil asumsi bahwa , z p dan e
u
konstan
diseluruh penampang maka suku pertama ruas kanan
persamaan (3.8.9) dapat diuraikan sebagai berikut :
( )

=
1
1
1 1 1
1
1 1 1
3
2
1 1 1
1
1
1
2
1
dA V e dA V z g dA
V
dA V
p
u
CA

2 2
2 2
3

= =

V
dQ dA
V
A V
m
A

(3.8.10)
(3.8.11)
untuk selanjutnya diambil :
dimana = faktor koreksi pembagian kecepatan (akan
dijelaskan kemudian) pada suatu penampang yang
ditambahkan pada penggunaan kecepatan rata-rata
pangkat 3 ( )
3
V
Mekanika Fluida - TEP 201 57

= =
A
m
dA V u A Q
+

+ +

+ + = +
1 2
1
2
2
2
2 2
m m
T
p
H
Q z g
p u
Q z g
p u
dt
dw
dt
dw
dt
dQ

(3.8.12)
Analog untuk penampang 2 dan 3 maka persamaan (3.8.9)
dapat disederhanakan menjadi:
1 1 2 2
m u m u
Q e Q e +
(3.8.13)
Sedangkan
Mekanika Fluida - TEP 201 58
f m m u m u
H
k Q g Q e Q e
dt
dQ
= +
2 2 1 1
p m
p
k Q g
dt
dw
=
T m
T
k Q g
dt
dw
=
Apabila :
i. Jumlah panas yang disebabkan oleh geseran dan
menyebabkan kehilangan tinggi energi sebesar k
f
(3.8.14)
ii. Jumlah kerja yang dilakukan oleh pompa pada sistem
aliran yang menyebabkan tambahan tinggi energi sebesar
k
P
(3.8.15)
iii. Jumlah kerja yang dilakukan oleh sistem aliran pada
turbin yang menyebabkan kehilangan energi sebesar k
T
(3.8.16)
Mekanika Fluida - TEP 201 59
1
1
2
2
2
2
2
2
m
m p m T m f m
Q z g
p u
Q z g
p u
k Q g k Q g k Q g

+ +
+

+ + = +

1
2
2
2
2 2

+ +

+ + = + z
g
p
g
u
z
g
p
g
u
k k k
T p f

T f p
k k z
p
g
u
k z
p
g
u
+ + + + = + + +
2
2
2
2
1
1
2
1
2 2

atau :
Maka persamaan (3.8.12) dapat dinyatakan sebagai berikut :
(3.8.17)
Karena debit aliran konstan maka apabila persamaan
(3.8.17) dibagi dengan g Q
m
dimana Q
m
= Q
m1
= Q
m2
, akan
di dapat :
(3.8.18)
(3.8.19)
Mekanika Fluida - TEP 201 60
Persamaan (3.8.18) atau Persamaan (3.8.19) dikenal
sebagai bentuk umum persamaan energi (mechanical
energy balance) dalam dimensi tinggi energi

=L
F
F L
g
u
2
2

g
p

= tinggi letak dalam m


= tinggi tekanan dalam m
dimana :
= tinggi kecepatan dalam m
z
Mekanika Fluida - TEP 201 61
Pada gambar 3.12 berikut ini ditunjukkan suatu bentuk
prismatis dari partikel cairan dengan masa m = dA ds ,
yang bergerak sepanjang garis arus dalam arah s.
dA ds
ds
dp
p

+
d
s
dz
ds dA g
dA p
S
Gambar 3.12.Komponen gaya-gaya yang bekerja pada
suatu partikel cairan di arah aliran
Mekanika Fluida - TEP 201 62
Komponen gaya berat diarah s adalah :
(3.9.1)
Dengan menggunakan hukum Newton kedua :
(3.9.2)
(3.9.3)
cos sin ds dA g G =

=
s s
a dm f
s
a ds dA ds dA g dA ds
s
p
p dA p =

+ cos
s
a ds dA dA ds g dA ds
s
p
=

cos
0 cos
1
= + +

s
a g
s
p

Dibagi dengan dA ds persamaan (3.9.3) menjadi :


(3.9.4)
Mekanika Fluida - TEP 201 63
Apabila dz adalah selisih tinggi titik berat penampang hilir
dan penampang hulu :
(3.9.5)
Kemudian percepatan aliran dapat dinyatakan :
(3.9.6)
dimana u = kecepatan aliran diarah s. Karena u merupakan
fungsi tempat (s) dan waktu (t), atau u = f (s,t)
s
z
ds
dz

= = cos
dt
du
a
s
=
dt
dt
t
u
dt
ds
s
u
dt
du
dt
t
u
ds
s
u
du

=
t
u
s
u
u
dt
du

=
(3.9.7)
Mekanika Fluida - TEP 201 64
Dengan memasukkan persamaan (3.9.5), (3.9.6) dan
persamaan (3.9.7) ke dalam persamaan (3.9.4) akan
didapat :
0
1
=

t
u
s
u
u
s
z
g
s
p

0 =

t
u
0
1
=

s
u
u
s
z
g
s
p

Untuk aliran tetap , maka persamaan (3.9.8) menjadi :


(3.9.8)
Oleh karena parameter aliran hanya berubah di arah s saja
maka persamaan (3.9.9) dapat dinyatakan dalam bentuk :
0
1
= + +
ds
du
u
ds
dz
g
ds
dp

(3.9.10)
(3.9.9)
Mekanika Fluida - TEP 201 65
Persamaan (3.9.10) atau persamaan (3.9.11) dikenal
dengan persamaan gerak dari Euler dengan asumsi :
i. gerak cairan hanya sepanjang garis arus.
ii. cairan tidak berkekentalan (non viscous).
iii. tipe aliran adalah aliran tetap.
0 = + + du u dz g
dp

atau :
(3.9.11)
Mekanika Fluida - TEP 201 66
Integrasi dari persamaan Euler untuk aliran tetap tak
termampatkan dan bebas rotasi menghasilkan suatu
persamaan yang dikenal dengan persamaan Bernoulli.
Persamaan ini menghubungkan perubahan tinggi
kecepatan, tinggi tekanan dan tinggi letak dari aliran
cairan tak berkekentalan. Persamaan Euler untuk aliran
tetap diarah x adalah Persamaan (3.9.11).
Integrasi dari persamaan tersebut menghasilkan persamaan
sebagai berikut :
z g
p u
+ +
2
2
= konstan
(3.10.1)
Mekanika Fluida - TEP 201 67
= = + + H z
g
p
g
u
2
2
g
u
2
2
g
p

atau : konstan
(3.10.2)
dimana :
= tinggi kecepatan dalam m
= tinggi tekanan dalam m
= tinggi letak dalam m
= tinggi energi dalam m
z
H
Persamaan (3.10.2) disebut persamaan Bernoulli
(1700-1782).
Mekanika Fluida - TEP 201 68
Penggunaan persamaan tersebut dapat dijelaskan dengan
gambar 3.13 berikut ini :
Gambar 3.13.Hukum Bernoulli untuk aliran saluran terbuka
g
u
A
2
2
g
u
2
2
1
g
u
2
2
2
A
u
A
A
Z
1
2
1
Z
2
Z
g
p

2
Permukaan air
Datum Z = =0
H
g
u
g
p
z
g
u
z H
2 2
2
2 2
2
2
1
1
+ + = + =

(3.10.3)
Mekanika Fluida - TEP 201 69
Tiap-tiap suku dari ruas kiri persamaan (3.10.2)
dinyatakan sebagai tinggi energi kinetik, tinggi tekanan
dan tinggi energi potensial yang masing-masing dapat
dijelaskan sebagai berikut :
i. Tinggi energi kinetik
Tinggi energi kinetik atau tinggi kecepatan diartikan
sebagai energi kinetik tiap satuan berat.
Apabila jumlah energi kinetik cairan yang melalui suatu
penampang aliran seluas A adalah
maka tinggi kecepatan adalah :
dalam (m)
(3.10.4)
g
A u
2
3

g
u
A u g
A u
2 2
2 3
=

Mekanika Fluida - TEP 201 70


ii. Tinggi tekanan
Tinggi tekanan diartikan sebagai jumlah kerja aliran tiap
satuan berat. Kerja aliran adalah suatu kerja yang
dilakukan oleh elemen cairan pada sekitarnya selama
cairan tersebut mengalir. Seperti telah ditunjukkan
pada persamaan (3.8.6), besarnya kerja aliran dari suatu
masa cairan yang bergerak adalah :
u A p w
f
=
(3.8.6)
Dengan demikian tinggi tekanan adalah sama dengan
w
f
/ G atau :
g
p
u A g
u A p
G
w
f

= =
dalam (m) (3.10.5)
Mekanika Fluida - TEP 201 71
iii. Tinggi energi potensial
Tinggi energi potensial atau tinggi letak diartikan
sebagai energi potensial tiap satuan berat. Hal ini dapat
dijelaskan dengan mengambil contoh perhitungan jumlah
kerja yang diperlukan untuk mengangkat suatu elemen
cair seberat G ke suatu posisi setinggi z. Besarnya
energi potensial tersebut adalah :
dengan demikian tinggi energi potensial adalah :
dalam (m)
(3.10.6)
z g m w
p
=
z
g m
z g m
G
w
p
= =
Ruas kanan dari persamaan (3.10.2) adalah tinggi
energi total (total head) H.
Mekanika Fluida - TEP 201 72
Selanjutnya untuk menunjukkan penerapan hukum
Bernoulli pada suatu sistem aliran digunakan contoh pada
gambar 3.14 berikut ini :
Gambar 3.14.Penerapan Hukum Bernoulli untuk suatu
garis arus dari aliran di dalam saluran terbuka
g
u
2
2
1
g
p

1
g
u
2
2
2
g
p

2
1 2
Penampang 1 Penampang 2
Datum Z 0 =
Mekanika Fluida - TEP 201 73
Untuk suatu garis arus diantara penampang 1 dan
penampang 2 seperti pada gambar 3.14 dapat diterapkan
persamaan Bernoulli antara penampang 1 dan penam-
pang 2.
(3.10.7)
(3.10.8)
atau :
g
u
g
p
z
g
u
g
p
z H
2 2
2
2 2
2
2
1 1
1
+ + = + + =

0
2
2
2
2
1 2 1
2 1
=

+
g
u u
g
p p
z z

2 1
z z
g
p p

2 1

g
u u
2
2
2
1

= selisih tinggi letak antara titik 1 dan titik 2
= selisih tinggi tekanan antara titik 1 dan titik 2
= selisih tinggi kecepatan antara titik 1 dan titik 2
semua diukur dari dataran
dimana :
Mekanika Fluida - TEP 201 74
Seperti dijelaskan dimuka bahwa Hukum Bernoulli
diturunkan dengan beberapa asumsi yang dalam keadaan
sebenarnya jarang terjadi. Oleh karena itu penggunaan
Hukum Bernoulli mempunyai batas-batas yang disebut
batas berlakunya Hukum Bernoulli, yaitu :
1. Hukum Bernoulli diturunkan dengan asumsi bahwa
kecepatan aliran pada suatu penampang adalah sama
karena yang diambil adalah penampang kecil sekali
yaitu A. Dalam persoalan sesungguhnya kecepatan
aliran di tiap titik di suatu penampang tidak sama, oleh
karena itu dalam penggunaan persamaan Bernoulli yang
dicantumkan adalah kecepatan rata-rata

= dA u
A
u
1
Kemudian, karena besarnya energi kinetik tergantung
pada u
3
dimana
3 3
u u
Mekanika Fluida - TEP 201 75
maka apabila yang digunakan di dalam persamaan
Bernoulli adalah
besarnya energi kinetik harus dikalikan dengan suatu
koefisien yaitu koefisien energi (Penjelasan
mengenai akan disajikan di dalam sub bab tersendiri).
u
2. Hukum Bernoulli diasumsikan dengan asumsi bahwa
tidak terdapat gaya-gaya luar yang bekerja pada aliran
kecuali gaya berat. Di dalam kenyataan aliran selalu
terdapat gaya geser, baik gaya geser antara lapisan-
lapisan cairan itu sendiri, maupun antara cairan dan
dinding saluran. Dengan demikian, persamaan Bernoulli
dapat digunakan apabila gaya-gaya geser tersebut dan
gaya-gaya luar lainnya kecil sekali dan dapat diabaikan.
Mekanika Fluida - TEP 201 76
3. Hukum Bernoulli diturunkan dengan asumsi bahwa tidak
terdapat kehilangan energi di dalam aliran. Di dalam
kenyataan aliran akan terjadi kehilangan energi akibat
geseran, apabila yang mengalir adalah cairan
berkekentalan. Dengan demikian persamaan Bernoulli
baru dapat digunakan apabila cairan yang mengalir
dianggap tidak berkekentalan sehingga kehilangan
energi karena geseran dapat diabaikan.
4. Hukum Bernoulli diturunkan dengan asumsi bahwa
kerapatan cairan di dalam aliran adalah konstan
( = konstan). Dengan demikian persamaan Bernoulli
dapat digunakan apabila kerapatan cairan dianggap
konstan.
Mekanika Fluida - TEP 201 77
FAKTOR KOREKSI ENERGI KINETIK ( )
Analisa suatu aliran di dalam saluran terbuka atau di
dalam saluran tertutup seringkali dilakukan dengan
menganggap bahwa aliran adalah aliran satu dimensi.
Dalam hal ini aliran dianggap sebagai suatu pipa arus
besar dengan kecepatan rata-rata
det / m u
penampang melintangnya. Namun demikian perlu di
perhatikan bahwa besarnya energi kinetik tiap satuan
berat, atau tinggi kecepatan, yang diambil dari harga g u 2 /
2
pada setiap
bukan merupakan harga rata-rata dari u
2
/2g yang
diambil dari seluruh luas penampang tersebut.
Mekanika Fluida - TEP 201 78
Hal ini dapat dijelaskan dengan gambar dan persamaan
sebagai berikut :
Gambar 3.15.Pembagian kecepatan dan kecepatan rata-
rata suatu aliran
dA u
u
u
Gambar 3.15 menunjukkan suatu pembagian kecepatan
pada suatu penampang aliran dimana kecepatan aliran di
tiap-tiap titiknya adalah u, dan kecepatan rata-rata
penampang adalah
u
Mekanika Fluida - TEP 201 79
dengan u dA adalah berat cairan tiap satuan waktu yang
mengalir melalui penampang seluas dA, dan u
2
/2g adalah
energi kinetik tiap satuan berat. Dengan menyamakan
harga tersebut pada jumlah energi kinetik melalui suatu
penampang dalam bentuk
Besarnya energi kinetik melalui penampang aliran tiap
satuan waktu adalah :

= dA u
g
u
A u
g
u
2 2
2 2

Sehingga didapat persamaan :

A
dA u
g
u
2
2

A u g u

2 /
2
Mekanika Fluida - TEP 201 80

=
A
dA
u
u
A
3
1

Dengan harga tersebut persamaan Bernoulli menjadi :


(3.11.2)
Harga selalu lebih besar daripada satu dimana untuk
aliran laminer di dalam suatu pipa biasanya diambil =2,
sedang untuk aliran turbulen di dalam suatu pipa diambil
harga berkisar antara 1,01 sampai 1,10 atau seringkali
diambil =1 kecuali untuk perhitungan yang teliti.
g
u
g
p
z
g
u
g
p
z
2 2
2
2 2 2
2
2
1 1 1
1

+ + = + +
atau :
(3.11.1)
Mekanika Fluida - TEP 201 81
juga perlu diberi faktor koreksi. Faktor koreksi untuk
momentum adalah yang besarnya dapat ditentukan dari
persamaan berikut ini :
momentum yang diambil dari harga kecepatan rata-rata
FAKTOR KOREKSI MOMENTUM ( )
Apabila pembagian kecepatan aliran di suatu penampang
adalah seperti pada gambar 3.16, maka besarnya
A u dA u
2 2
=

= dA
u
u
A
2
1

sehingga :
(3.11.3)
Seperti halnya faktor koreksi , harga faktor koreksi
juga selalu lebih besar daripada satu.
u
Mekanika Fluida - TEP 201 82
Penerapan hukum ketetapan momentum dalam penggunaan
konsep volume kontrol akan menghasilkan persamaan
momentum. Apabila H adalah besarnya momentum di
dalam suatu sistem aliran maka :
dt
V dm
dt
dH

=
m
V m
m
H
h

= =
dan (3.12.1)
(3.12.2)
Dengan memasukkan Persamaan (3.12.1) dan Persamaan
(3.12.2) kedalam persamaan (3.6.12) didapat :

CA CV
A d V V dV V
t dt
V m d
(3.12.3)
Mekanika Fluida - TEP 201 83
Menurut hukum Newton II, jumlah gaya-gaya yang
bekerja pada aliran adalah :
(3.12.4)
dt
V m d
dt
V d
m a m F

= = =

. .

CA CV
A d V V dV V
t dt
V m d
F
(3.12.5)
atau
Persamaan (3.12.5) tersebut menunjukkan bahwa
resultante gaya-gaya yang bekerja pada volume kontrol
sama dengan pertambahan (linier) dari besarnya
momentum di dalam volume kontrol dalam suatu waktu
tertentu dengan jumlah netto momentum dari aliran yang
keluar dari volume.
Mekanika Fluida - TEP 201 84
y
x
1
u
1

V
1

A d
1
2
2

A d
2

V
2

u
x
F

=

CA
A d V V F
Gambar 3.16.Aliran tetap
melalui suatu volume kontrol
Untuk aliran tetap
persamaan (3.12.5) dapat
disederhanakan menjadi :
(3.12.6)
Apabila u dalah komponen kecepatan di arah x maka jumlah
gaya-gaya yang bekerja di arah x adalah :
1 1 1 1 2 2 2 2
u V A u V A F
x
=
(3.12.7)
Mekanika Fluida - TEP 201 85
Dengan menggunakan hukum kontinuitas yaitu
V
1
A
1
= V
2
A
2
= Q, maka untuk aliran cairan dengan
kerapatan konstan adalah :
( )
1 2
u u Q F
x
=


( )
1 2
u u Q F
x
=


( )
1 2
v v Q F
y
=


(3.12.8)
( )
1 2
w w Q F
z
=


(3.12.11)
u, v dan w adalah komponen-komponen kecepatan di arah
x, y dan z (seperti urutan).
Adapun resultante gaya-gaya tersebut adalah :
(3.12.12)
(3.12.10)
(3.12.9)
Persamaan (3.12.8) menjadi :
2 2 2
z y x
F F F F + + =

Selanjutnya Persamaan (3.12.9) s/d (3.12.11) disebut


persamaan momentum .
Mekanika Fluida - TEP 201 86
PANCARAN YANG DIPANTULKAN OLEH SUATU
PELAT ATAU BALING-BALING TETAP
Teori turbomachine didasarkan pada hubungan antara
pancaran dan baling-baling. Mekanika pemindahan kerja
dan energi dari suatu pancaran cairan dipelajari sebagai
suatu penerapan hukum momentum.
Apabila suatu pancaran cairan bebas melanggar atau
mengenai suatu plat licin yang melengkung atau baling-
baling seperti pada Gambar 3.17, pancaran tersebut akan
dipantulkan oleh plat. Pantulan tersebut menyebabkan
momentumnya berubah dan suatu gaya akan bekerja pada
baling-baling.
Mekanika Fluida - TEP 201 87
Pancaran dianggap mengalir pada baling-baling dalam
arah tangensial tanpa kejut, dan geseran antara pancaran
dengan baling-baling diabaikan. Kecepatan dianggap
seragam di seluruh pancaran di hulu maupun di hilir
baling-baling. Karena pancaran terbuka di udara maka
tekanan pada ujung-ujung baling-baling adalah sama.
Gambar 3.17.Pancaran air pada suatu pelat atau baling-baling
melengkung horizontal
0
V
0
V

Baling-baling
y
y
F
x
F
x
1
A
1

V
2
u
2

V
2
v
Mekanika Fluida - TEP 201 88
Dengan asumsi-asumsi tersebut diatas komponen gaya-
gaya yang dikerjakan oleh baling-baling pada pancaran
yaitu F
x
dan F
y
dapat dicari dengan menerapkan
persamaan momentum berikut ini :
dengan menggunakan hukum kontinuitas, yaitu :
( ) ( )
2 0 2 1 0 1 0
. A V u A V u A d V u F
CA
x
+ =

2 0 1 0
A V A V Q
didapat :
(3.13.1)
(3.13.2)
Untuk mendapatkan besarnya gaya-gaya yang dikerjakan
oleh pancaran pada baling-baling adalah sama tetapi
dengan tanda minus atau plus kebalikan dari tanda pada F
x
dan F
y
dari Persamaan (3.13.1) dan Persamaan (3.13.2)
tersebut.
= =
( ) ( ) 1 cos
0 1 2
= = V Q u u Q F
x
( ) ( ) sin
0 1 2
= = V Q v v Q F
y
Mekanika Fluida - TEP 201 89
PANCARAN YANG DIPANTULKAN OLEH
SUATU PELAT ATAU BALING-BALING
YANG BERGERAK
Pancaran yang dipantulkan oleh suatu baling-baling yang
bergerak dilihat pada pancaran pada baling-baling turbin.
Tipe analisa seperti yang telah diuraikan di dalam sub bab
3.13.1 dapat digunakan disini, namun akan lebih mudah
apabila volume kontrol dianggap bergerak bersama
baling-baling. Apabila baling-baling dapat dipindah kerja
dapat dilakukan baik oleh pancaran pada baling-baling
atau oleh baling-baling pada cairan.
Pada Gambar (3.17.a) ditunjukkan suatu baling-baling
yang bergerak dengan cairan mengalir padanya dalam
arah tangensial. Gaya-gaya tekan yang dilakukan oleh
baling-baling pada cairan adalah F
x
dan F
y
.
Mekanika Fluida - TEP 201 90
u

y
x
(a)
2
A
u V
0
1
2

y
F
(b)
0

0
V
u
(c)

u V
0

2
V

0
V
CA
CV
y
F
x
F
x
F
Gambar 3.18.Baling-baling bergerak (a), tampak aliran
baling-baling sebagai aliran tetap dengan superposisi
dari kecepatan u ke kiri (b), diagram vektor pola (c).
Mekanika Fluida - TEP 201 91
Penerapan persamaan momentum atau persamaan
(3.12.6) diarah x :
( ) ( ) [ ]
( ) ( ) [ ]
0 0 0
0 0 0
0
cos
A u V u V
A u V u V T A d V V F
x
CA
x x
+
+ = =


( ) ( ) cos 1
0
2
0
= A u V F
x
( ) ( ) [ ]
0 0 0
sin A u V u V F A d V V F
y y y
= =



( ) sin
0
2
0
A u V F
y
=
(3.13.4)
atau : (3.13.3)
diarah y :
atau :
(3.13.5)
( )
(3.13.6) dan
( ) cos 1
0 0
= u V Q F
x
( ) sin
0 0
u V Q F
y
=
untuk suatu seri baling-baling persamaan-persamaan
tersebut dinyatakan dalam hubungannya dengan debit
aliran, yaitu :
Mekanika Fluida - TEP 201 92
PANCARAN MEMBENTUR SUATU
PERMUKAAN
Untuk menjelaskan lebih lanjut penerapan persamaan
momentum pada panjaran yang membentur suatu bidang,
dimisalkan suatu pancaran yang membentur suatu
permukaan datar yang lebar dan terletak pada
kemiringan
o
terhadap horizontal seperti pada Gambar
3.19 berikut ini :
Mekanika Fluida - TEP 201 93
F
m


0
V

1
A
S

2
A

0
V

0
A
cos
0
V u =

sin
0
V

0
V
Gambar 3.19.Pancaran membentur suatu bidang
Mekanika Fluida - TEP 201 94
Persamaan momentum di arah s untuk aliran tetap dapat
dinyatakan sebagai berikut :
(3.13.7)
dimana u = komponen kecepatan di arah s.
atau :


= =

0
CS
S
A d V u F
(3.13.8)
(3.13.9)
Kemudian dengan penerapan persamaan kontinuitas dimana:
(3.13.10)
( ) ( ) 0 cos
2 0 0 0 0 0 1 0 0
= + + A V V A V V A V V
cos
0 2 1
Q Q Q =
2 1 0
Q Q Q + =
Mekanika Fluida - TEP 201 95
didapat harga-harga Q
1
dan Q
2
sebagai berikut :
(3.13.11)
(3.13.12)
Gaya-gaya yang bekerja pada bidang datar tersebut harus
tegak lurus padanya, yaitu di aarah n. Persamaan
momentum di arah n adalah :
(3.13.13)
( ) cos 1
2
0
1
+ =
Q
Q
( ) cos 1
2
0
2
=
Q
Q
( )
0 0 0
sin A V V F A d V v F
CA
n
= = =



sin
0 0
V Q F
n
=
Mekanika Fluida - TEP 201 96
PENDAHULUAN
Kehilangan energi sepanjang aliran dapat disebabkan oleh
geseran atau perubahan penampang aliran oleh gangguan
lokal. Dibanding dengan kehilangan energi akibat geseran,
kehilangan energi akibat perubahan penampang atau arah
aliran adalah kecil oleh karena itu disebut kehilangan
energi minor (minor losses). Akan tetapi apabila
kehilangan minor ini berjumlah banyak di sepanjang aliran
maka akan mengakibatkan kehilangan yang berarti bagi
sistem aliran. Oleh karena itu tetap perlu dipertimbangkan
di dalam analisa aliran. Di dalam sub bab ini akan
disajikan beberapa bentuk kehilangan energi minor dan
persamaan dasar yang digunakan.
Mekanika Fluida - TEP 201 97
PELEBARAN TIBA-TIBA
Kehilangan energi pada aliran di dalam saluran yang
melebar tiba-tiba dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan energi dan persamaan momentum.
Aliran saluran tertutup adalah aliran di dalam saluran
tertutup yang terisi penuh dan tidak berhubungan dengan
udara luar (atmosfer), atau tidak mempunyai permukaan
cairan yang berbatasan dengan udara luar. Misalnya di
dalam suatu saluran tertutup dengan penampang
memanjang seperti pada Gambar 3.20 melebar tiba-tiba
dari luas penampang A
1
menjadi A
2
.
a) ALIRAN SALURAN TERTUTUP
Mekanika Fluida - TEP 201 98
1
2
1
u
2
u

1
A

1
V
1
P
1 2

2
A

2
V
2
P
(a) (b)
Gambar 3.20.Saluran tertutup melebar tiba-tiba
Dengan mengambil asumsi bahwa kecepatan aliran adalah
seragam di seluruh penampang dan besarnya sama
dengan kecepatan rata-rata, serta dengan menganggap
bahwa kehilangan energi akibat geseran dapat diabaikan,
penerapan persamaan momentum adalah sebagai berikut :
Mekanika Fluida - TEP 201 99
atau :
(3.14.2)
atau :
Penerapan persamaan energi antara penampang 1 dan
penampang 2, dengan = 1 adalah :
(3.14.3)
( ) ( )
( ) ( )
( )
1 2
2
2 1
1 2 2 1 2
1 1 1 2 2 2 1 2 1 1
1
u u
A
Q
g
p p
u u Q p p A
A u u A u u A p A p
=

=
+ =


( )
g
u u u p p
1 2 2 2 1

=

e
h
g
u
g
p
z
g
u
g
p
z + + + = + +
2 2
2
2 2
2
2
1 1
1

(3.14.1)

=

CA
A d V u F
Mekanika Fluida - TEP 201 100
Dengan menggabungkan Persamaan (3.14.2) dan (3.14.4)
didapat
( )
g
u u u u u
h
h
g
u u
g
u u u
e
e
2
2 2
2
1 2
2
2
2
1
2
2
2
1
2
2 1 2 2
+ +
=
+

( )
g
u u
h
e
2
2
1 2

=
atau :
(3.14.5)
h
e
= kehilangan tinggi energi (dalam m)
(3.14.4)
karena z
1
=z
2
, maka :
e
h
g
u u
g
p p
+

2
2
1
2
2 2 1

e
h z z
g
u u
g
p p
+ +

1 2
2
1
2
2 2 1
2
atau :
Mekanika Fluida - TEP 201 101
Aliran saluran terbuka adalah aliran di dalam saluran
terbuka sehingga terdapat udara luar (atmosfer).
Penurunan persamaan energi di dalam saluran terbuka
yang mengalami perlebaran tiba-tiba dapat dilakukan
dengan contoh aliran seperti pada Gambar 3.21. berikut
ini :
b) ALIRAN SALURAN TERBUKA
1
h
1
z
2
h
datum
g
u
2
2
1

g
u
2
2
2

H
H
1
h g
2
h g
( )
1 1
z h g +
Gambar 3.21.Perlebaran tiba-tiba (di arah vertikal) aliran saluran terbuka
Mekanika Fluida - TEP 201 102
Penerapan hukum energi antara penampang 1 dan 2 :
(3.14.6)
apabila = 1 :
(3.14.7)
dimana :
= kehilangan tinggi energi
= perbedaan tinggi permukaan air antara penamapang 1
dan penampang 2
H
g
u
h
g
u
h z + + = + +
2 2
2
2
2
2
1
1 1

2 1 1
2
2
2
1
2
h h z
g
u u
H
L
+ +

=
h
g
u u
H
L

=
2
2
2
2
1
L
H
h
Mekanika Fluida - TEP 201 103
Penerapan persamaan momentum :
( ) ( )
1 2
2
2 1 1 2 1
2
1
2
1
2
1
2
1
u u q h g z z h h g h g
A d V u F
CA
= + + +

( ) ( )
( ) { } ( )
( ) { } ( ) { } ( )
( ) { } ( ) { } ( )
1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1
1 2 2 2 2 1 1 2 1 1
1 2 2 2
2
2
2
1 1
1 2 2 2
2
2
2
1 1
2
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
u u h u h h z h h z h g
u u h u h z h h z h g
u u h u h z h g
u u h u h g z h g
= + + +
= + + +
= +
= +


( ) { } ( ) { } ( )
1 2 2 2 2
2
2
1
u u h u h h h g = +
untuk saluran lebar sekali q = Q /B
(3.14.8)
Mekanika Fluida - TEP 201 104
sehingga Persamaan (3.14.8) dapat disederhanakan
menjadi :
( )( ) ( )
1 2 2 2 2
2
2
1
u u h u h h g =
( )
g
u u u
h
1 2 2

=
(3.14.9)
dengan menggabungkan Persamaan (3.14.9) dan
Persamaan (3.14.7) didapat :
( )
g
u u u u
g
u u u
g
u u
H
L
2
2
2
2
2
2
2 2 1
2
1 1 2 2
2
2
2
1
+
=

=
( )
g
u u
H
L
2
2
2 1

=
(3.14.10)
Persamaan (3.14.10) dikenal dengan nama Persamaan
Carnot dan Borda.
Mekanika Fluida - TEP 201 105
Persamaan kehilangan tinggi energi tersebut dapat
dinyatakan dalam beberapa bentuk lain, yaitu :
(3.14.11)
(3.14.12)
Kemudian dengan menggunakan persamaan kontinuitas :
atau :
kehilangan tinggi energi juga dapat dinyatakan sebagai
berikut :
(3.14.13)
g
u
u
u
H
L
2
1
2
1
2
1
2

=
g
u
u
u
H
L
2
1
2
2
2
2
1

=
2 2 1 1
u A u A Q = =
g
u
A Q
A Q
H
L
2 /
/
1
2
1
2
1
2

=
g
u
A
A
H
L
2
1
2
1
2
2
1

=
Mekanika Fluida - TEP 201 106
(3.14.14)
g
u
A
A
H
L
2
1
2
2
2
1
2

=
Apabila aliran cairan melalui suatu saluran tertutup
berbentuk pipa berdiameter D
1
yang melebar tiba-tiba
menjadi diameter D
2
maka Persamaan (3.14.13) dan
Persamaan (3.14.14) dapat dinyatakan sebagai berikut :
(3.14.15)
atau :
(3.14.16)
atau :
g
u
D
D
H
L
2
1
2
1
2
2
2
2
1

=
g
u
D
D
H
L
2
1
2
2
2
2
1
2
2

=
Persamaan-persamaan kehilangan tinggi energi tersebut
menunjukkan bahwa kehilangan tinggi energi di dalam
aliran turbulen adalah proporsional pada kecepatan
aliran.
Mekanika Fluida - TEP 201 107
Apabila besaran h tidak diabaikan terhadap 2h
2
(lihat
Persamaan 3.14.9) maka persamaan kehilangan tinggi
energi dapat dinyatakan sebagai berikut :
(3.14.17)
( )
( )
g
u u u
h h
h
g
u u
H
L
2 2
4
2
1 2 2
2
2
2
2
2
1

=
( ) ( ) ( )
( )
2 1 1
2 1 1 2 1 2
2
2 1
2
2
2 h z h
h z h
g
u u u
g
u u
H
L
+ +
+
+

=
(3.14.18)
Dalam hal aliran mempunyai diagram kecepatan
sedemikian sehingga harga koefisien momentum tidak
sama dengan satu, maka Persamaan (3.14.10) harus
dikoreksi dengan memasukkan harga sehingga
menjadi :
( )
g
u u
H
L
2
2
2 2 1 1

=
(3.14.19)
Mekanika Fluida - TEP 201 108
PERUBAHAN DARI PIPA KE SUATU TANDON (RESERVOIR)
Perlebaran tiba-tiba dapat terjadi pada perubahan aliran
dari suatu satu pipa ke suatu tandon. Misalnya aliran
tersebut seperti pada Gambar (3.22) dibawah ini :
1
D
Gambar 3.22.Perubahan
penampang aliran dari
suatu pipa ke suatu tandon
g
u
H
L
2
2
1
=
(3.14.20)
Kehilangan tinggi energi ini juga dikenal dengan sebutan
Erit Loss.
Mekanika Fluida - TEP 201 109
PELEBARAN LAMBAT LAUN (DIFFUSER)
1
D
2
D
2
u
Di dalam praktek sering dijumpai aliran di dalam suatu
pipa yang melebar tetapi tidak tiba-tiba. Perlebaran
tersebut melalui suatu transisi sehingga aliran melebar
secara lambat laun, seperti tampak pada Gambar 3.23
dibawah ini.
Gambar 3.23.Aliran di dalam pipa yang mengalami
perubahan diameter secara lambat laun
Mekanika Fluida - TEP 201 110
Perlebaran secara lambat laun ini dibuat untuk
menurunkan kehilangan enegi karena perlebaran aliran,
dengan cara mengurangi pusaran-pusaran arus yang
terjadi. Perlebaran semacam ini dikenal sebagai
penyebaran arus (diffuser). Dengan perlebaran lambat
laun ini menyebabkan timbulnya kehilangan tinggi energi
akibat geseran dinding yang besarnya dapat berkurang
apabila sudut bertambah. Besarnya kehilangan energi
karena perlebaran lambat laun ini dapat dicari dengan
cara Gibson dengan menggunakan persamaan :
(3.14.21)
( )
g
u u
K H
L
2
2
1 2

=
dimana K adalah suatu koefisien yang besarnya dapat
dicari diagram seperti pada Gambar 3.24 berikut ini :
Mekanika Fluida - TEP 201 111
1
V
2
V
o
0
o
20
o
40
o
60
o
80
o
100
o
120
o
140
o
160
o
180
0
2 , 0
4 , 0
6 , 0
8 , 0
0 , 1
2 , 1
( )
g
V V
K HL
2
2
1 2

=
3
1
2
=
D
D
5 , 1
1
2
=
D
D
Gambar 3.24.Koefisien kehilangan energi untuk
perlebaran lambat laun
Mekanika Fluida - TEP 201 112
dimana K
E
adalah koefisien kehilangan tinggi energi
karena perlebaran lambat laun yang dapat ditentukan
dengan menggunakan tabel 3.1.
Selain dengan menggunakan perumusan Gibson, kehilangan
tinggi energi pada perlebaran aliran lambat laun juga dapat
ditentukan dengan cara lain yaitu dengan menggunakan
Persamaan (3.14.22) berikut ini :
(3.14.22)

=
g
u
K H
E L
2
2
1
1
D
2
D

Bentuk perlebaran
D
1
/ D
2
K
E
= 10
0
K
E
= 180
0
0
0,2
0,40
0,60
0,80
0,13
0,11
0,06
0,03
1,00
0,92
0,72
0,42
0,16
Mekanika Fluida - TEP 201 113
Cara lain untuk menentukan harga kehilangan tinggi
energi karena perlebaran lambat laun adalah dengan
menggunakan Persamaan (3.14.21), yaitu :
( )
g
u u
K H
L
2
2
2
2
1

=
(3.14.21)
dimana harga K dapat ditentukan menurut harga sebagai
berikut :
Tabel 3.2.Harga K menurut besarnya
0

0
=
K =
20 40 60 80
0,20 0,28 0,32
0,35
Mekanika Fluida - TEP 201 114
PENYEMPITAN TIBA-TIBA
2
D
1
D
C
A
1
2
Gambar 3.25.Penyempitan tiba-tiba
Pada aliran yang mengalami penyempitan tiba-tiba akan
mengalami kontraksi. Gambar 3.26 menunjukkan bahwa
tepat di hilir penyempitan terjadi suatu vena kontrakta,
yaitu suatu penampang tersempit dimana garis-garis
arusnya lurus. Sesudah vena kontrakta aliran melebar
lagi untuk memenuhi penampang pipa. Perlebaran ini
menyebabkan terjadinya pusaran-pusaran arus diantara
vena kontrakta sampai ke dinding pipa.
Mekanika Fluida - TEP 201 115
Dari Gambar 3.25 dapat dilihat bahwa diantara vena
kontrakta dan penampang 2 dimana aliran kembali
seragam, pada aliran adalah sama dengan pola aliran
yang melebar tiba-tiba. Dengan demikian persamaan
kehilangan tinggi energi karena pelebaran tiba-tiba dapat
digunakan disini yang pertama adalah Persamaan
(3.14.14), yaitu :
(3.14.22)
dimana A
C
= penampang penyempitan atau (vena kontrakta).
g
u
A
A
H
C
L
2
1
2
2
2
2

=
Persamaan tersebut dapat disederhanakan menjadi :
(3.14.23)
g
u
K H
C L
2
2
2
=
dimana K
C
disebut koefisien kehilangan tinggi energi
akibat penyempitan yang besarnya dapat ditentukan
dengan menggunakan tabel sebagai berikut :
Mekanika Fluida - TEP 201 116
Disamping itu, seorang bernama Weisback menggunakan
koefisien kontraksi C
C
untuk menentukan besarnya
kehilangan tinggi energi pada penyempitan tiba-tiba.
D
1
/ D
2
4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,10 1,00
K
C
0,45 0,43 0,42 0,40 0,37 0,28 0,01 0
2
A
A
C
C
C
=
Tabel 3.3.Koefisien kehilangan tinggi energi akibat
penyempitan tiba-tiba
Persamaan yang digunakan juga Persamaan (3.14.22)
dengan mengambil harga
sehingga Persamaan (3.14.22) berubah menjadi :
Mekanika Fluida - TEP 201 117
atau :
(3.14.25)
g
u
C
H
C
L
2
1
1
2
2
2

=
A
2
/A
1
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0
C
C
0,624 0,632 0,643 0,659 0,681 0,712 0,755 0,813 0,892 1,000
dimana harga C
C
dapat ditentukan dari harga-harga di
dalam tabel 3.4 berikut ini :
Tabel 3.4.Harga-harga koefisien kontraksi C
C
g
u
A C
A
H
C C
C
L
2
1
2
2
2

=
Mekanika Fluida - TEP 201 118
PERUBAHAN ALIRAN DARI TANDON KE
SUATU PIPA
Suatu hal khusus dari kehilangan tinggi energi akibat
penyempitan tiba-tiba adalah kehilangan tinggi energi
pada masuknya aliran dari suatu tandon (reservoir) ke
dalam suatu pipa yang dikenal dengan entry loss
(lihat Gambar 3.27). Karena luas basah dari penampang
melintang tandon jauh lebih besar daripada luas
penampang pipa maka perbandingannya D
2
/ D
1
0
atau A
2
/ A
1
0.
Mekanika Fluida - TEP 201 119
2
1
2
D Q
Vena kontratta
Gambar 3.26.Perubahan aliran dari suatu tandon ke suatu pipa
Besarnya kehilangan tinggi energi ditentukan dengan
menggunakan Persamaan (3.14.26), yaitu :
g
u
K H
C L
2
2
2
=
(3.14.26)
dimana harga K
C
tergantung pada bentuk hubungan antara tandon
dan pipa (bentuk inlet ke pipa) yang ditunjukkan pada Gambar 3.27
berikut ini :
Mekanika Fluida - TEP 201 120
D
D
D
D

50 , 0 40 , 0 =
C
K
18 , 0
60 30 :
30 , 0 10 , 0
0 0
=
< <
=
C
C
K
untuk
K


2
cos 2 , 0 cos 3 , 0 50 , 0 + + =
C
K
0 , 1 8 , 0 =
C
K
(a) (b)
(c)
(d)
(e)
d R/
C
K
05 , 0
25 , 0
1 , 0
17 , 0
2 , 0
08 , 0
3 , 0
05 , 0
4 , 0
04 , 0
Tandon
Tandon
Tandon
Tandon
Tandon
2 / D

R
Gambar 3.27.Bentuk pemasukan ke dalam pipa dan
koefisien kehilangan tinggi energi
Mekanika Fluida - TEP 201 121
PENYEMPITAN LAMBAT LAUN (CONFUSOR)
Seperti halnya perlebaran, aliran yang menyempit juga
dapat terjadi secara lambat laun seperti tampak pada
Gambar 3.28 berikut ini :
2
D
1
D
1
U
2
U
Gambar 3.28.Aliran pada penyempitan lambat laun
Besarnya kehilangan tinggi energi pada penyempitan
lambat laun dapat ditentukan dengan menggunakan
Persamaan (3.14.27), yaitu :
(3.14.27)
( )
g
u u
K H
L
2
2
2
2
1

=
Mekanika Fluida - TEP 201 122
dimana K dapat diambil dari harga-harga di dalam tabel
3.5 berikut ini :
Tabel 3.5.Koefisien kehilangan tinggi energi K
untuk penyempitan lambat laun

o
6 10 20 40 60 80 100 120 140
K untuk D
1
= 3 D
2
0,12 0,16 0,39 0,80 1,00 1,06 1,04 1,04 1,04
K untuk D
1
= 1,5 D
2
0,12 0,16 0,39 0,96 1,22 1,16 1,10 1,06 1,04
Mekanika Fluida - TEP 201 123
BELOKAN DAN SAMBUNGAN PADA BELOKAN
Apabila aliran membelok pada suatu lintasan arus yang
melingkar, akan terdapat gaya-gaya yang bekerja di arah
radial ke dalam yang menyebabkan percepatan ke dalam.
Dengan demikian akan terdapat peningkatan tekanan di
dekat dinding belokan luar mulai dari titik A dan naik
sampai harga maksimum di titik B (lihat Gambar 3.29)
A
B
C
D
(a)
Gambar 3.29.Aliran di dalam belokan
Mekanika Fluida - TEP 201 124
Bersamaan dengan itu terjadi pula pengurangan tekanan
di dekat dinding belokan dalam dengan tekanan maximum
pada C dan diukur suatu kenaikan dari C sampai D. Oleh
karena itu cairan akan mengalami suatu gradien tekanan
terbalik yang menyebabkan pemisahan aliran dari dinding
dan akibatnya terjadi kehilangan energi. Disamping itu,
kehilangan energi juga diakibatkan oleh aliran sekunder
(secondary flow) yang terjadi pada belokan. Untuk
keperluan praktis kehilangan energi tinggi energi pada
aliran di dalam belokan dapat ditentukan dengan
menggunakan Persamaan (3.14.28), yaitu :
(3.14.28)
g
u
K H
b L
2
2
=
dimana harga K dapat diambil dari harga-harga di dalam
tabel 3.6 berikut ini :
Mekanika Fluida - TEP 201 125
Tabel 3.6.Harga koefisien kehilangan tinggi energi
pada belokan
Pembuatan belokan tidak tajam seperti tampak pada Gambar b di Pembuatan belokan tidak tajam seperti tampak pada Gambar b di
dalam Tabel 3.6 biasanya dilakukan dengan sambungan. dalam Tabel 3.6 biasanya dilakukan dengan sambungan. Harga Harga Kb Kb
tersebut tersebut telah telah mempertimbangkan mempertimbangkan adanya adanya sambungan sambungan tersebut tersebut. .
R/D 1 2 3 4 5 6 7 8 9
K
b
0,30 0,16 0,12 0,11 0,09 0,09 0,08 0,08 0,08
5
0
10
0
15
0
30
0
45
0
60
0
90
0
K
b
0,02 0,04 0,05 0,15 0,28 0,55 1,20

(a)
Belokan
tajam

D
(b)
R
Bentuk belokan Harga koefisien kehilangan tinggi energi

Anda mungkin juga menyukai