Anda di halaman 1dari 24

laporan PKL apotik (farmasi)

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan salah satu modal penting dalam pembangunan kualitas sumber daya
manusia. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk mewujudkan
masyarakat Indonesia yang sejahtera maka kualitas sumber daya manusianya perlu
ditingkatkan secara terus menerus termasuk derajat kesehatannya.

Untuk meningkatkan derajat kesehatan manusia dalam rangka mewujudkan kesejahteraan
rakyat perlu dilakukan upaya yaitu dengan membangun sarana-sarana kesehatan yang merata
dan terjangkau oleh pemerintah dan masyarakat termasuk swasta secara menyeluruh, terpadu
dan berkesinambungan sehingga masyarakat dapat menikmati pelayanan kesehatan dengan
baik dan optimal,dengan adanya pembangunan sarana-sarana kesehatan tersebut pemerintah
dan masyarakat mampu meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup
sehat.

Apotek merupakan salah satu sarana kesehatan yang diperlukan dalam menunjang upaya
pelayanan kesehatan. Apotek adalah suatu tempat tertentu tempat dilakukan pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi. Perbekalan kesehatan lainnya kepada
masyarakat. ( Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1998 dan Keputusan Menkes Nomor
1332/Menkes/SK/X/ 2002.

Akademi Analis Farmasi dan Makanan (AKAFARMA) Malahayati Bandar Lampung
merupakan program Diploma III farmasi yang bertujuan menyiapakan tenaga kesehatan
professional Asisten Apoteker yang dibutuhkan di unit-unit pelayanan farmasi (apotek,
rumah sakit, took obat, dan puskesmas ) termasuk produksi, distribusi, pengolahan,
pengendalian sediaan farmasi dan peralatan kesehatan.

Untuk mempersiapkan lulusannya telah disusun Kurikulum Pendidikan Diploma III Akademi
Analis Farmasi dan Makanan yang berbasis kompetensi, yang mewajibkan mahasiswa dan
mahasiswi semester akhir melaksanakan Praktek Kerja Lapangan pada instansi-instansi
farmasi, kosmetik dan makanan. Praktek Kerja Lapangan tersebut bertujuan agar mahasiswa
dan mahasiswi dapat mempraktekkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan secara nyata dengan
sifat professional sesuai profesinya sehingga lulusan Ahli Madya Analis Farmasi dan
Makanan (AKAFARMA) Malahayati Bandar Lampung dapat langsung terjun ke masyarakat
nantinya dengan baik.

Dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan dalam pelayanan kesehatan penulis memilih
Apotek Enggal Bagas, yang terletak di Jalan Ki Maja Blok BB-3 Way Halim Permai, Bandar
Lampung, karena kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Apotek tersebut sesuai
dengan kurikulum yang ada di AKAFARMA UNiversitas Malahayati, Bandar Lampung.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

1.2.1 Tujuan Khusus

1. Mengembangkan dan menerapkan disiplin ilmu pengetahuan mahasiswa dan mahasiswi yang
telah diperoleh selama kuliah pada unit-unit pelayanan farmasi pada masyarakat sesuai
dengan profesinya.
2. Memberikan kesempatan bagi mahasiswa dan mahasiswi untuk menerapkan ilmu yang telah
diperoleh ke dalam semua kegiatan yang terdapat pada Apotek secara nyata.
3. Melatih dan mempersiapkan mahasiswa sebagai calon Asisten apoteker (AA) yang memiliki
pengetahuan, keterampilan, inisiatif dan memiliki etos kerja yang tinggi serta bertanggung
awab.
4. Agar mahasiswa dan mahasiswi memperoleh pengetahuan yang belum pernah didapatkan
selama proses perkuliahan.



1.2.2 Tujuan Umum

1. Mempelajari semua struktur dalam suatu Apotek, mulai dari pembangunan.
2. Melatih mahasiswa dan mahasiswi agar dapat berkomunikasi, bersosialisasi dan
mengembangkan mental dengan baik dalam lingkungan kerja.
3. Mengajarkan kepada mahasiswa dan mahasiswi tentang pentingnya kerjasama dalam dunia
kerja.
4. Mempelajari secara langsung kegiatan yang dilakukan di Apotek.

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKL

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan pada tanggal 1 Maret sampai dengan
tanggal 30 Maret di Apotek Enggal Bagas, yang bertempat di Jalan Ki Maja Blok-3 Way
Halim Permai, Bandar Lampung.



BAB II
TINJAUAN APOTEK SECARA UMUM

2.1 Pengertian Apotek

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/
SK/IX/2004 bahwa apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada
masyarakat. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional
dan kosmetik. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang
diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Sedangkan menurut Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang peker-jaan kefarmasian,
pengertian apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian
oleh Apoteker. Pekerjaan kefarmasian yang dimaksud adalah pembuatan, pegendalian mutu
sediaan farmasi pengama-nan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran
obat, penge-lolaan obat, pelayanan obat atau resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional. (Undang-Undang Ten-tang Kesehatan
No. 23 Tahun 1992).


2.2 Peraturan PerUndang-Undangan Perapotekan

Dalam rangka menunjang pembangunan nasional di bidang kesehatan perlu dikembangkan
peraturan yang baik mengenai pengelolaan apotek, sehingga pemerintah dapat mengatur dan
mengawasi persediaan, pembuatan, penyim-panan, peredaran, pemakaian obat dan perbekalan
farmasi.

Pada peraturan pemerintah No 25 tahun 1980 tentang apotek :
- Pasal 3
Apotek dapat diusahakan oleh :
a. Lembaga atau instansi bukan pemerintah dengan tugas pelayanan kesehatan di pusat dan di
daerah.
b. Perusahaan milik negara yang ditunjuk oleh pemerintah.
c. Apotek yang telah mengucapkan sumpah dan telah memperoleh izin kerja dari Menteri
Kesehatan.
- Pasal 5
Untuk mendirikan apotek harus ada izin dari Menteri Kesehatan yang menetapkan ketentuan-
ketentuan mengenai :
a. Syarat-syarat kesehatan dari ruangan (tempat) Apotek.
b. Alat-alat perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan untuk menjalankan pekerjaan
kefarmasian.
c. Hal-hal lain yang dianggap perlu.

Pertanggung jawaban teknik farmasi sebuah apotek terletak pada seorang Apoteker yang telah
mengucapkan sumpah dan telah memperoleh izin kerja dari Menteri Kesehatan.

Agar dapat melakukan usaha-usaha di bidang farmasi dan pekerjaan kefarma-sian sebuah
apotek harus memiliki Surat Izin Apotek (SIA) yaitu surat yang diberikan oleh Menteri Kesehatan
kepada Apoteker atau Apoteker bekerja sama dengan pemilik sarana untuk menyelenggarakan
apotek di suatu tempat tertentu. Izin apotek berlaku untuk seterusnya selama apotek yang
bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan Apoteker Pengelola Apotek dapat
melaksanakan pekerjaannya dan masih memenuhi persyaratan.

2.3 Tugas dan Fungsi Apotek

Tugas dan Fungsi apotek adalah :
a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan
b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan
penyebaran obat serta bahan obat.
c. Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyalurkan obat yang diperlukan
masyarakat secara luas dan merata.
d. Sebagai sarana informasi obat kepada masyarakat dan tenaga kerja lainnya.


2.4 Persyaratan Apotek

Untuk menciptakan sarana pelayanan kesehatan yang mengutamakan kepentingan masyarakat,
maka apotek harus memenuhi syarat yang meliputi lokasi, bangunan, perlengkapan apotek,
perbekalan farmasi dan tenaga kesehatan yang harus menunjang penyebaran dan pemerataan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat tanpa mengurangi mutu pelayanan. (SK Menkes RI
No. 278/Menkes/SK/V/1981) .

2.4.1 Lokasi

Lokasi apotek sangat berpengaruh terhadap maju mundurnya usaha, sehingga lokasi apotek
sebaiknya berada di daerah yang :
a. Ramai
b. Terjamin keamanannya
c. Dekat dengan rumah sakit / klinik
d. Sekitar apotek ada beberapa dokter yang praktek
e. Mudah dijangkau
f. Cukup padat penduduknya

2.4.2 Bangunan

Bangunan apotek harus mempunyai luas secukupnya dan memenuhi persyaratan teknis,
sehingga dapat menjamin pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu
perbekalan kesehatan di bidang farmasi. Luas bangunan apotek sekurang-kurangnya 50
M
2
terdiri dari ruang tunggu, ruang peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi, ruang
penyimpanan obat, dan tempat pencucian alat.

Bangunan apotek harus mempunyai persyaratan teknis sebagai berikut :
a. Dinding harus kuat dan tahan air, permukaan sebelah harus rata, tidak mudah mengelupas dan
mudah dibersihkan.
b. Langit-langit harus terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak dan permukaan sebelah dalam
berwarna terang.
c. Atap tidak boleh lembab, terbuat dari genteng, atau bahan lain yang memadai.
d. Lantai tidak boleh lembab, terbuat dari ubin, semen, atau bahan lain yang memadai.
e. Setiap apotek harus memasang papan pada bagian muka apotek, yang terbuat dari papan, seng
atau bahan lain yang memadai, sekurang-kurangnya berukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan
tinggi huruf 5 cm dan tebal 5 mm. Papan nama harus memuat :
a) Nama apotek
b) Nama Apoteker Pengelola Apotek
c) Surat Izin Apotek
d) Alamat Apotek
e) Nomor Telepon Apotek

2.5 Perlengkapan Apotek

Apotek harus memiliki perlengkapan sebagai berikut :
a. Alat pembuatan, pengelolaan dan peracikan obat / sediaan farmasi.
b. Perlengkapan dan alat penyimpanan khusus narkotika dengan ukuran 140 x 80 x 100 cm dan
terbuat dari kayu.
c. Kumpulan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan dengan apotek, Farmakope
Indonesia dan Ekstra Farmakope Indonesia edisi terbaru serta buku lain yang ditetapkan oleh
Direktorat Jenderal

2.6 Perbekalan Kesehatan di Bidang Farmasi

Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang meliputi sediaan farmasi, alat kesehatan dan
perbekalan lainnya. Perbekalan kesehatan dikelola dengan memperhatikan pemenuhan
kebutuhan, kemanfaatan, harga dan faktor yang berkaitan dengan pemerataan penyediaan
perbekalan kesehatan. Pemerintah ikut serta dalam mem-bantu penyediaan perbekalan
kesehatan yang menurut pertimbangan diperlukan oleh sarana kesehatan.




2.7 Tenaga Kesehatan

Disamping Apoteker Pengelola Apotek (APA), di apotek sekurang-kurangnya harus mempunyai
seorang tenaga kefarmasian. Bagi apotek yang Apoteker Pengelola Apotek-nya
pegawai instalasi pemerintah lainnya harus ada apoteker pendamping atau tenaga teknis
kefarmasian.

2.8 Struktur Organisasi

Struktur organisasi di apotek diperlukan untuk mengoptimalkan kinerja apotek dalam pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat dan dengan adanya struktur organisasi dalam apotek maka
setiap pegawai memiliki tugas dan tangung jawab masing-masing, sesuai dengan jabatan yang
diberikan, serta untuk mencegah tumpang tindih kewajiban serta wewenang maka dengan
adanya suatu struktur organisasi sebuah Apotek akan memperjelas posisi hubungan antar
elemen orang.

Berikut ini adalah contoh-contoh struktur organisasi yang ada di apotek :
2.8.1 Contoh struktur organisasi I (data terlampir, lampiran 1)
2.8.2 Contoh struktur organisasi II (data terlampir, lampiran 1)
2.8.3 Contoh struktur organisasi III (data terlampir, lampiran 1)
2.8.4 Contoh struktur organisasi IV (data terlampir, lampiran 1)



2.9 Personalia

Sikap karyawan yang baik, ramah dan cepat melayani pembeli, mengenal pasien di daerah
sekeliling apotek sebanyak mungkin dapat membangkitkan kesan baik, sehingga peran
karyawan sangat penting dalam laba yang diinginkan atau direncakan. Untuk mendapatkan
karyawan yang baik di dalam apotek, perlu dilakukan kegiatan-kegiatan :
a. Mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan
b. Mendorong para karyawan untuk bekerja lebih giat
c. Memberi dan menempatkan mereka sesuai dengan pendidikannya
d. Merekrut calon karyawan dan mendidik sebagai calon pengganti yang tua.

2.10 Fungsi dan Pembagian Tugas

Di dalam sebuah apotek perlu adanya job description (uraian tugas), sehingga setiap pegawai
yang bekerja mengetahui apa tugas dan tanggung jawabnya. Pembagian tugas di dalam apotek
adalah sebagai berikut :

2.10.1 Apoteker

Tugas apoteker :
1. Memimpin seluruh kegiatan apotek.
2. Mengatur, melaksanakan dan mengawasi administrasi yang meliputi :
a) Administrasi kefarmasian
b) Administrasi keuangan
c) Administrasi penjualan
d) Administrasi barang dagangan atau inventaris
e) Administrasi personalia
f) Administrasi bidang umum
3. Membayar pajak yang berhubungan dengan perapotekan.
4. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang optimal sesuai
dengan rencana kerja.

Tanggung jawab Apoteker : apoteker bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup apotek
yang dipimpinnya dan bertanggung jawab kepada pemilik modal. (Anief.2003)

2.10.2 Koordinator Kepala

Tugas Koordinator Kepala yaitu :
1. Mengkoordinir dan mengawasi kerja bawahannya termasuk mengatur daftar giliran dinas,
pembagian tugas dan tanggung jawab (narkotika, pelayanan dokter dan kartu stock di lemari
masing-masing)
2. Secara aktif berusaha sesuai dengan bidang tugasnya untuk meningkatkan atau
mengembangkan hasil usaha apotek
3. Mengatur dan mengawasi penyimpanan dan kelengkapan obat sesuai dengan teknis farmasi
terutama di ruang peracikan.
4. Memelihara buku harga dan kalkulasi harga obat yang akan dijual sesuai dengan kebijaksanaan
harga yang telah ditentukan.
5. Membina serta memberi petunjuk soal teknis farmasi kepada bawahannya, terutama pemberian
informasi kepada pasien.
6. Bersama-sama dengan tata usaha mengatur dan mengawasi data-data administrasi untuk
penyusunan laporan managerial dan laporan pertanggungjawabannya.
7. Mempertimbangkan usul-usul yang diterima dari bawahannya serta meneruskan atau
mengajukan saran-saran untuk perbaikan pelayanan dan kemajuan apotek kepada pemimpin
apotek.
8. Mengatur dan mengawasi pengamanan uang penghasilan tunai setiap hari.
9. Mengusulkan penambahan pegawai baru, penempatan, kenaikan pangkat, peremajaan bagi
karyawan bawahannya kepada pemimpin apotek.
10. Memeriksa kembali
a. Resep-resep yang telah dilayani
b. Laporan-laporan obat yang harus ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA).
Tanggung jawab Koordinator Kepala : Asisten Kepala ber-tanggung jawab penuh kepada
pemimpin apotek (Apoteker Pengelola Apotek) atas pelaksanaan tugas dan fungsinya sebagai
asisten Kepala.

2.10.3 Tenaga teknis kefarmasian

Tugas tenaga teknis kefarmasian adalah :
1) Mengerjakan pekerjaan sesuai dengan profesinya, yaitu :
a. Dalam pelayanan obat bebas dan resep (mulai dari menerima resep dari pasien sampai
menyerahkan obat yang diperlukan)
b. Menyusun buku defecta setiap pagi (membantu bagian pembeli), memelihara buku harga
sehingga selalu benar dan rapi
c. Mencatat dan membuat laporan keluar masuknya obat.
d. Menyusun resep-resep menurut nomor urut dan tanggal, digulung kemudian disimpan
e. Memelihara kebersihan ruang peracikan, lemari obat, gudang dan rak obat
2) Dalam hal darurat, dapat menggantikan pekerjaan sebagai kasir, penjual obat bebas dan juru
resep.
Tenaga teknis kefarmasian bertanggung jawab kepada asisten kepala sesuai dengan tugasnya,
artinya bertanggung jawab atas kebenaran segala tugas yang diselesaikannya, tidak boleh ada
kesalahan, kekeliruan, kekurangan, kehilangan dan kerusakan. (Anief.M,2003)
2.10.4 Tata Usaha (Keuangan)

Tugas Kepala Tata Usaha, yaitu :
1) Mengkoordinir dan mengawasi kerja.
2) Membuat laporan harian, diantaranya :
a) Pencatatan penjualan kartu kredit (kartu titan).
b) Pencatatan pembelian (kartu hutang) dicocokkan dengan buku penerimaan barang.
c) Pencatatan hasil penjualan, tagihan dan pengeluaran setiap hari.
3) Dinas luar mengurus pajak, izin-izin, dan asuransi.
4) Membuat laporan bulanan.
5) Membuat laporan tahunan tutup buku (neraca dan perhitungan rugi laba).
6) Surat menyurat.
Kepala tata usaha bertanggung jawab kepada apoteker pengelola apotek.

2.10.5 Pemegang Kas (Kasir)

Tugas kasir adalah :
1) Mencatat penerimaan uang setelah dihitung terlebih dahulu, begitu pula dengan pengeluaran
uang, yang harus dilengkapi pendukung berupa kwitansi dan nota yang sudah diparaf oleh
pengelola apotek dan pejabat yang ditunjuk.
2) Menyetorkan dan mengambil uang, baik dari kasir besar atau bank.
Tanggung jawab Kasir : Kasir bertanggungjawab atas kebenaran jumlah uang yang
dipercayakan kepadanya dan bertanggung jawab langsung kepada pengelola apotek.

2.11 Kegiatan Apotek

Untuk mencapai tujuan yang maksimal di dalam suatu apotek harus dilakukan pengolahan yang
baik, meliputi :
1. Pembuatan, pengolahan, peracikan, pencampuran, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan
obat atau bahan obat.
2. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya
3. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi lainnya, yaitu :
a. Pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi diberikan baik kepada dokter dan
tenaga-tenaga kesehatan lainnya maupun kepada masyarakat.
b. Pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat, keamanan, bahaya sautu obat dan
perbekalan lainnya.

2.11 Kegiatan Teknis farmasi

2.11.1 Pengadaan Barang (Pembelian)
Berhasil tidaknya tujuan usaha tergantung kepada kebijaksanaan pembelian. Pembelian harus
menyesuaikan dengan hasil penjualan sehingga ada keseimbangan antara penjualan dan
pembelian. Selain itu harus sesuai dan cukup ekonomis dilihat dari segi penggunaan dana yang
tersedia.

Dalam melakukan pembelian harus memperhitungkan faktor-faktor :
1) Waktu pembelian
Hal yang paling utama untuk menentukan waktu pembelian yaitu keadaan persediaan barang,
oleh karena itu sebelum persediaan habis pembelian harus sudah dilakukan
2) Lokasi apotek
Apotek yang terletak di kota-kota besar yang terdapat banyak PBF sangat mudah untuk
melakukan pembelian, dibandingkan dengan lokasi apotek di daerah terpencil, sehingga
pembelian dapat dilakukan pada saat barang hampir habis.
3) Frekuensi dan Volume Pembelian
Makin kecil volume barang yang dibeli, maka makin tinggi frekuensinya dalam melakukan
pembelian, sehingga akan memperbanyak pekerjaan barang masuk dari pembeli, baik kontan
maupun kredit. Pembelian harus berencana, disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan di
apotek tersebut. Jenis obat yang diperlukan dapat dilihat dari buku defecta, baik dari bagian
penerimaan resep atau obat bebas maupun dari petugas gudang.
a) Prosedur Pembelian meliputi :
1) Persiapan
Yaitu pengumpulan data obat-obat yang dipesan, data tersebut diperoleh dari buku defecta,
racikan maupun gudang.
2) Pemesanan
Untuk setiap pemesanan sebaiknya disiapkan minimal rangkap dua, satu untuk supplier yang
dilampirkan dengan faktur pada waktu mengirim barang, dan yang satu untuk mengontrol
kiriman barang yang kita pesan.
3) Penerimaan
Petugas penerima barang harus mencocokkan dengan fak-
tur dan surat pesanan. Apabila ada tanggal kadaluarsa dicatat dalam buku tersendiri.
4) Penyimpanan
Barang/obat disimpan ditempat yang aman, tidak terkena sinar matahari langsung. Untuk
narkotika didalam lemari khusus dan obat-obat yang mudah rusak pada suhu ruang sebaliknya
disimpan didalam lemari es.
5) Pencatatan
Dari faktur disalin dalam buku penerimaan barang yang mencakup nama supplier, nama obat,
banyaknya, harga satuan, potongan harga, nomor urut dan harga. Setiap haari dijumlah,
sehingga diketahui banyaknya hutang. Faktur-faktur kemudian diserahkan kepada tata usaha
untuk diperiksa, lalu dibundel untuk menunggu waktu jatuh tempo.
6) Pembayaran
Barang yang sudah diterima dibayar pada saat jatuh tempo. Setelah faktur dikumpulkan lalu
masing-masing dibuatkan bukti kas keluar sertacheque / giro, kemudian diserahkan kepada kasir
besar untuk ditandatagani oleh pimpinan sebelum dibayarkan kepada supplier.

b) Sistem Pengadaan Barang (Pembelian)
(1) Pembelian tetap (Stable Purchase Level)
Merupakan pembelian dalam jumlah yang tetap dengan menggunakan sistem kontrak.
Distributor mengirim barang tiap bulan dalam jumlah yang tetap. Kerugiannya adalah stock
barang akan menumpuk bola omzet penjualan menurun.
(2) Stock tetap (Stable Inventory Level)
Merupakan pembelian dalam jumlah terbatas. Pembelian ini dilakukann hanya untuk menjaga
stock digudang tetap. Kerugiannya adalah apabila omzet penjualan meningkat, ada
kemungkinan permintaan tidak dapat terpenuhi. Hal ini dilakukan bila dana terbatas dan PBF
berada dalam satu kota.

Pembelian dan stock fleksibel (Flexible Purchase and Inventory Level) Merupakan pembelian
dengan jumlah yang tidak tetap, disesuaikan dengan kebutuhan tergantung situasi dan kondisi.
Pengawasan stock obat atau barang melalui kartu stock sangat penting, dengan demikian dapat
diketahui persediaan yang telah habis dan yang kurang laku.

Pembelian juga dapat dilakukan dengan cara :
(1) Hand to Mouth Buying
Yaitu pembeliaan dalam jumlah terbatas sesuai dengan
kebutuhan, hal ini dilakukan bila dana terbatas dan P.B.F. berada dalam satu kota.

(2) Pembeliaan secara spekulasi
Pembeliaan ini dilakukan dalam jumlah yang lebih besar dari kebutuhan, dengan harapan akan
ada kenaikan harga dalam waktu dekat atau karena adanya diskon atau bonus.

(3) Pembelian berencana
Pembelian berencana sangat berkaitan dengan pengendalian persediaan barang, pembelian
berencana dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
- Membandingkan jumlah pembelian dengan penjualan tiap bulan.
- Dengan melihat kartu stock untuk mengontrol mutasi obat dan persediaan lain.
- Economic Order Quality (EQQ)

2.11.2 Penyimpanan Barang

Obat atau barang dagangan yang sudah dibeli tidak semuanya langsung dijual, oleh karena itu
harus disimpan dalam gudang terlebih dahulu dengan tujuan antara lain :
1) Tidak dapat terkena sinar matahari langsung.
2) Cukup almari, kuat dan dapat dikunci dengan baik.
3) Tersedia rak yang cukup baik.
4) Merupakan ruang tersendiri dalam komplek apotek.

Obat yang disimpan dalam gudang tidak diletakkan begitu saja, tetapi disimpan menurut
golongannya, yaitu :
1) Bahan baku disusun secara abjad dan dipisahkan antara serbuk, setengah padat, bentuk cairan
yang mudah menguap agar disendirikan.
2) Obat jadi disusun menurut abjad, menurut pabrik atau menurut persediaannya.
3) Sera, vaksin dan obat-obatan uang mudah rusak atau mudah meleleh disimpan di kamar atau
disimpan di lemari es.
4) Obat-obat narkotika disimpan di lemari khusus sesuai dengan persyaratan
5) Obat-obat psikotropika (OKT) sebaiknya disimpan tersendiri.

Akhir-akhir ini sudah menjadi mode digunakannya lemari obat berbentuk rumahlebah, dan
berkotak-kotak. Selain menghemat ruang, tempat kerja pun menjadi rapih dan bersih. Rak-rak
obat dapat terbuat dari kayu dan besi.

Penyusunan obat dipakai sistem FIFO (First in First Out), artinya obat-obatan yang masuk
terlebih dahulu ke gudang, terlebih dahulu keluarnya. Jadi yang terlebih dahulu masuk diletakkan
di depan sedangkan yang terakhir masuk diletakkan dibelakang. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam penyimpanan obat yaitu :
1) Pencatatan tanggal kadaluarsa setiap macam obat terutama obat antibiotika, sebaiknya dicatat
dalam buku tersendiri
2) Untuk persediaan obat yang telah menipis jumlahnya perlu dicatat dalam bukudefecta, yang
nantinya diberitahukan kepada bagian yang bertanggungjawab dalam hal pembelian.
(Wijayanti.N,1990)

2.11.3 Pelayanan Kefarmasian (Penjualan)

Dalam melakukan pelayanan suatu apotek seharusnya mempunyai motto:
1) Pembeli adalah raja, yang harus dilayani sebaik mungkin.
2) Pembeli yang membawa resep dokter ke apotek harus diusahakan semaksimal mungkin
sehingga mau menebus obatnya di apotek tersebut, dengan kata lain yang masuk keluarnya
harus obat.
3) Pembeli apapun di apotek harus diusahakan agar mereka menjadi pembeli apotek tersebut.
Sebuah apotek perlu memperhatikan hal-hal yang dapat menarik para pembeli obat, antara lain
dengan ruang tunggu yang diatur dengan baik, menyenangkan, penerangan yang cukup pada
malam hari, pelayanan yang ramah, baik dan cepat. Pelayanan di apotek meliputi pelayanan
resep dan non resep.
a. Pelayanan non Resep
Obat-obat bebas membutuhkan penataan di lemari etalase secara farmakologis atau
berdasarkan khasiat obat. Hal-hal penting yang harus diperhatikan adalah :
a) Harga harus bersaing dengan toko-toko obat di sekitarnya, kurang lebih 10% - 15% dari harga
pembelian.
b) Penyetokan dilakukan dengan cara stock tetap yang sering disebutmoeder stock, yaitu obat
tertentu harganya tetap.

b. Pelayanan Resep
Resep obat adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker
untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan.
Pelayanan resep sepenuhnya atas tanggung jawab apoteker pengelola apotek. Dalam hal
pasien tidak mampu menebus obat yang ditulis dalam resep, apoteker wajib berkonsultasi
dengan dokter untuk pemilihan obat alternatif.

Apoteker wajib memberi informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan
kepada pasien. Informasi meliputi cara penggunaan obat, dosis dan frekuensi pemakaian,
lamanya obat digunakan indikasi, kontra indikasi, kemungkinan efek samping dan hal-hal lain
yang diperhatikan pasien. Apabila apoteker menganggap dalam resep terdapat kekeliruan atau
penulisan resep yang tidak tepat, harus diberitahukan kepada dokter penulis resep. Bila karena
pertimbangannya dokter tetap pada pendiriannya, dokter wajib membubuhkan tanda tangan atas
resep. Salinan resep harus ditanda tangani oleh apoteker.

Pelayanan resep didahului proses skrining resep yang meliputi pemeriksaan kelengkapan resep,
keabsahan dan tinjauan kerasionalan obat. Resep yang lengkap harus ada nama, alamat dan
nomor ijin praktek dokter, tempat dan tanggal resep, tanda R pada bagian kiri untuk tiap
penulisan resep, nama obat dan jumlahnya, kadang-kadang cara pembuatan atau keterangan
lain (iter, prn, cito) yang dibutuhkan, aturan pakai, nama pasien, serta tanda tangan atau paraf
dokter.

Tinjauan kerasionalan obat meliputi pemeriksaan dosis, frekuensi pemberian, adanya
polifarmasi, interaksi obat, karakteristik penderita atau kondisi penyakit yang menyebabkan
pasien menjadi kontra indikasi dengan obat yang diberikan.

Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, mencampur, mengemas dan memberi etiket pada
wadah. Pada waktu menyiapkan obat harus melakukan perhitungan dosis, jumlah obat dan
penulisan etiket yang benar. Sebelum obat diserahkan kepada penderita perlu dilakukan
pemeriksaan akhir dari resep meliputi tanggal, kebenaran jumlah obat dan cara pemakaian.
Penyerahan obat disertai pemberian informasi dan konseling untuk penderita beberapa penyakit
tertentu. (Mulyani Bunyamin.I, 2007)

Resep merupakan sarana pengubung antara dokter sebagai pemeriksa / pendekteksi penyakit,
penderita dengan apoteker sebagai pengelola Apotek. Sehingga memerlukan pengetahuan
khusus sesuai dengan prosedur yang berlaku, maka dokter sebagai penulis resep harus
mendalami peraturan perundang undangan tentang obat-obatan (S.P Men Kes RI No.
193/Keb/BVII/71.

Apabila dalam suatu resep terdapat kekeliruan atau penu-lisan resep yang tidak tetap sehingga
dapat membahayakan pasien, maka apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis
resep dan jika tidak dapat dihubungi penyerahan obat dapat ditunda.

Agar dalam melayani lebih maksimal, sebaiknya seorang Tenaga teknis kefarmasian jangan
mengerjakan lebih dari 100 resep setiap hari dinasnya yang biasanya berkisar antara 6-7
jam. Penjualan obat melalui resep dapat dilakukan dengan alur sebagai berikut :
A. Pasien membawa resep diserahkan kepada Apoteker / AA
B. Apoteker / AA
1) Mengontrol apakah resepnya syah dan lengkap
2) Mengontrol apakah dosis sesuai atau belum
3) Mengontrol harga obatnya
C. Kasir
1) Menerima uang berdasarkan harga yang telah dihitung
2) Memberi nomor apada resep
3) Pasien diberi karcis nomor resepnya
4) Resep diserahkan pada apoteker / AA
D. Apoteker
1) Obatnya dibuat dan dilayani sesuai resep
2) Obatnya diberi etiket dengan dicantumkan tanggal, nomor, nama dan aturan pakai
3) Dilakukan pengontrolan terhadap obatnya
E. Obat diserahkan pada pasien
1) Pasien mengembalikan karcis nomor resep
2) Apoteker / AA memberikan informasi tentang peng-gunaan obat dan lain-lain.

Berikut ini adalah
gambar Skema Penjualan Obat Melalui Resep secara keseluruhan :






2.11.4 Pengelolaan Apotek (UU RI No. 22.1997)

a. Produksi

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan perubahan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi, sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan
ketergantungan. Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, serta menjamin
ketersediaan obat narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan atau pengembangan ilmu
pengetahuan.

Untuk keperluan ketersediaan narkotika setiap tahun, Menteri Kesehatan memberikan izin
khusus untuk memproduksi narkotika kepada pabrik Kimia Farma yang telah memiliki izin sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan melakukan pengendalian tersendiri
dalam pelaksanaan pengawasan terhadap proses produksi, bahan baku narkotika dan hasil
akhir dari proses produksi narkotika.

b. Peredaran

Setiap kegiatan dalam rangka peredaran narkotika wajib dilengkapi dengan dokumen yang syah.
Peredaran narkotika meliputi setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan penyerahan narkotika
baik dalam rangka perdagangan, bukan perdagangan, pemindah tangan untuk kepentingan
pelayanan kesehatan dan pengetahuan. Narkotika dalam bentuk obat jadi hanya dapat
diedarkan setelah terdaftar pada Departemen Kesehatan.

Penyerahan narkotika hanya dapat dilakukan oleh apotek, rumah sakit dan dokter. Penyerahan
narkotika kepada pasien hanya dapat dilakukan berdasarkan resep dokter. Resep yang
mengandung narkotika harus dipisahkan dan disimpan tersendiri dari resep yang lain.

c. Penyimpanan

Setiap apotek harus mempunyai tempat khsus untuk menyimpan obat-obatan yang mengandung
narkotika. Tempat khusus tersebut seluruhnya harus terbuat dari bahan kayu atau bahan lain
yang kuat serta dilengkapi dengan kunci pengaman.

Untuk obat-obatan lainnya, sistem penyimpanannya disusun berdasarkan abjad dari nama obat
tersebut ataupun berdasarkan nama pabrik obat yang memproduksi obat-obatan tersebut,
sedangkan obat-obatan lainnya yang memerlukan perlakuan khusus pada proses
penyimpanannya seperti pada tempat yang bersuhu dingin haruslah disimpan dalam lemari es
yang khusus menyimpan obat-obatan jenis ini. Obat yang disimpan pada tempat penyimpanan
sebaiknya dilengkapi dengan kartu stock guna mempermudah pendataan dari obat-obat yang
telah dikeluarkan dari tempat persediaan.

2.12 Kegiatan Non Teknis Kefarmasian
2.12.1 Pembukuan
Pembukuan diperlukan untuk menampung seluruh kegiatan perusa-
haan dan mencatat transaksi-transkasi yang telah dilaksanakan. Buku-buku harian yang
diperlukan antara lain :
a. Buku bank
b. Buku kas
c. Buku permintaan barang apotek
d. Buku penerimaan barang
e. Buku laporan penjualan apotek
f. Buku pembelian
g. Buku penjualan pedangan besar
Tenaga pembukuan yang benar-benar mengerti dalam bidang pembukuan sangat diperlukan
dalam sebuah apotek, karena pada tiap akhir tahun harus menyiapkanacara per tanggal 31
Desember dan perhitungan laba rugi.

2.12.2 Pelaporan
Untuk memudahkan dalam penulisan laporan yang akan dilaporkan kepada Kantor Wilayah
Departemen Kesehatan maka untuk obat narkotika diadakan stock opname setiap sebulan sekali
pada tanggal satu dan dibuat laporannya sebanyak tiga rangkap yang ditunjukan ke Dinas
Kesehatan Kota, serta tembusan ke Dinas Kesehatan Propinsi dan Badan POM sediaan lainnya
diadakan stock opname setiap setahun sekali tiap akhir tahun.
Apoteker Pengelola Apotek (APA) menyusun resep yang telah dikerjakan menurut urutan
tanggal dan nomor urut penerimaan resep. Resep harus disimpan setiap sekurang-kurangnya
selama tiga tahun. Resep yang mengandung narkotika harus dipisahkan dari resep lain. Untuk
pelaporan resep harus dituliskan jumlah resep yang masuk dengan mencantumkan harga dari
masing-masing resep. Resep yang telah disimpian melebihi jangka waktu penyimpanan dapat
dimusnahkan dan dibuat berita acaranya.

BAB III
TINJAUAN APOTEK ENGGAL BAGAS

3.1 Sejarah Apotek Enggal Bagas

Seiring dengan semakin banyaknya permintaan pelayanan farmasi di Bandar Lampung
khususnya di daerah Way halim, membuat bapak Abrani Sulaiman yang merupakan pemilik
Apotek Enggal yang terletak di Jl. Raden Intan No.122 Tanjung Karang berfikiran untuk
mendirikan Apotek Enggal Bagas. Apotek Enggal Bagas didirikan pada tangggal 16
november 1999 oleh Bapak Ibrani Sulaiman, beliau merupakan seorang apoteker senior yang
sangat berpengalaman di dunia farmasi. Apotek Enggal Bagas memiliki surat izin kerja
dengan nomor PO. 00. 02. 41. 462 dengan pemilik sarana apotek adalah Ibu Endang Retna
Juwita, Apoteker Pengelola Apotek Ibu Septiyana Lia Armansyah, Ssi, Apt. Apotek ini
berlokasi di jalan Ki Maja Blok BB Way Halim permai Bandar Lampung. Apotek Enggal
Bagas mempunyai tenaga medis yaitu Dr. Boy Zaglulzaini (dokter umum) dan Drg. Anita
Andryani (Dokter Gigi).

Apotek Enggal Bagas dibuka setiap hari kecuali hari minggu dan hari besar, dan dibagi
menjadi dua shift yaitu pagi dari jam 07.30 s/d 14.30 dan sore dari jam 14.30 s/d 21.30.
Karyawan yang bekerja ada 12 orang, yaitu tiga orang asisten apoteker, tiga orang sebagai
kasir, lima orang sebagai juru racik dan satu orang bagian pembukuan.


3.2 Lokasi Apotek Enggal Bagas
Apotek Enggal Bagas dibangun di daerah yang strategis yaitu di Jalan ki Maja Blok BB 3
Way Halim Permai Bandar Lampung. Apotek ini berada di wilayah yang ramai di pusat kota
yang mudah dijangkau oleh masyarakat karena akses jalan yang mudah.


3.3 Tata Ruang Apotek Enggal Bagas

Ruang Apotek Enggal Bagas terdiri dari :
1) Ruang tunggu pasien di depan apotek.
2) Etalase obat bebas yang tersusun rapi, meja kasir dan mesin kasir yang tertata rapi.
3) Meja kerja untuk menghitung harga dan menganalisa resep yang masuk.
4) Rak obat paten yang digunakan untuk menyusun obat paten yang disusun berdasarkan abjad.
5) Lemari obat keras tertentu (OKT) yang digunakan untuk menyimpan obat golongan
psikotropik.
6) Rak obat generik yang digunakan untuk menyimpan obat-obat generik.
7) Meja kerja A.P.A. dan A.A. yang digunakan untuk mengontrol resep yang akan diserahkan
pada pasien.
8) Lemari obat narkotik yang digunakan secara khusus untuk menyimpan sediaan obat
golongan narkotik.
9) Rak obat sediaan salep, sediaan tetes, gel dan cream.
10) Rak obat untuk racikan obat pemakaian luar seperti salep, bedak.
11) Meja racik yang dilengkapi dengan mortir, stamper yang digunakan untuk meracik obat,
kertas puyer dan cangkang kapsul.
12) Lemari es yang digunakan untuk menyimpan obat yang harus disimpan ditempat yang sejuk
seperti suppositoria, ovula, obat yang mudah lembab, salut gula, suft kapsul dan obat suntik.
13) Gudang penyimpanan persediaan obat dan perlengkapan apotek lainnya.
14) Dapur.
15) Toilet.

3.4 Struktur Organisasi Apotek Enggal Bagas
Struktur organisasi Apotek Enggal Bagas
3.4.1 Susunan karyawan Enggal Bagas

Apotek Engga Bagas dibuka setiap hari dan dibagi dalam dua shift yaitu shift pagi dimulai
dari pukul 07.30 WIB s/d 14.30 WIB dan shift sore dimulai dari pukul 14.30 WIB s/d 21.30
WIB. Jumlah karyawan yang bekerja pada masing-masing sift antara lain :
1) Asisten Apoteker 3 orang
2) Bagian pengadaan 2 orang
3) Bagian pembukuan 1 orang
4) Juru racik 3 orang
5) Kasir 3 orang

3.4.2 Tugas dan Tanggung jawab

Adanya struktur organisasi menunujukkan bahwa telah adanya pelimpahan serta pembagian
tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas. Sehingga akan memudahkan dalam
pengawasan dan setiap karyawan harus bekerja dengan efisien dan berdaya guna sesuai
dengan job description masing-masing dan bertanggung jawab terhadap atasannya.

Kasir bertugas mencatat penerimaan dan pengeluaran uang yang harus dilengkapi dengan
pendukung berupa kwitansi dan nota yang sudah diparaf pengelolah apotek dan melayani
penjualan obat bebas. Kasir bertanggung jawab langsung kepada pengelolah apotek atas
kebenaran jumlah uang dan dapat dipercaya.

Petugas gudang bertugas dalam hal penyimpanan persediaan obat di gudang, mencatat setiap
keluar masuknya obat di apotek dan membuat data dalam kartu stok, serta bertangung jawab
pada pengadaan barang dan pemesanan barang yang mulai habis kepada Pedagang Besar
Farmasi (PBF).

Juru racik bertugas dalam hal meracik obat sesuai dengan permintaan resep. Juru racik
bertanggung jawab kepada Asisten Apoteker. Sedangkan Asisten Apoteker, bertanggung
jawab kepada APA dan PSA.

3.5 Kegiatan di Apotek Enggal Bagas
Secara garis besar kegiatan yang dilakukan di Apotek Enggal Bagas meliputi kegiatan teknis
farmasi dan non farmasi.
3.6 Kegiatan Teknis Farmasi
3.6.1 Pengadaan obat
Pengadaan obat di Apotek Enggal Bagas dilakukan dengan cara pemesanan melalui telepon
atau sales yang datang ke Apotek dengan menggunakan surat pesanan obat kepada Pedagang
Besar Farmasi (PBF). Khusus obat golongan narkotika, pemesanan hanya dilakukan kepada
PBF Kimia Farma dengan terlebih dahulu membuat surat pesanan, dengan sistem
pembayaran cash and carry, artinya harus dibayar langsung pada saat obat datang. Surat
pesanan narkotik dibuat lima rangkap dan tiap surat pesanan hanya berisi satu jenis obat.
Pertimbangan dalam memilih PBF dilihat dari penyalur resmi obat tersebut, pelayanan cepat
dan tepat dan adanya bonus diskon maka itu yang dipilih. Sebelum melakukan pembelian
dilihat terlebih dahulu buku defecta yang berisi barang-barang yang harus dibeli, kalau
stoknya hampir habis / telah habis. Obat yang dikirim oleh PBF melalui sales atau
loper diperiksa kembali apakah obat yang datang sesuai dangan pesanan dan mengecek
tanggal kadaluarsa, kemasan dan jumlah obat, kemudian obat diterima. Faktur ditandatangani
dan diberi stempel apotik. Jadi sistem pembelian barang atau obat menggunakan cara hand to
mouth buying.

3.6.2 Penyimpanan Obat
Obat yang sudah diterima dicatat dalam buku khusus barang masuk yang dan ditentukan
harga jual apotek (HJA). Obat disimpan dalam lemari yang tidak langsung menyentuh lantai
atau dinding, tidak lembab dan bebas dari hewan pengerat. Obat disusun berdasarkan abjad,
sifat kimia dan bentuk sediaan. Sistem penyimpanan obat atau perbekalan farmasi di Apotek
Enggal Bagas menggunakan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (first Expired First
Out) yaitu obat yang terlebih dahulu masuk dan yang tanggal kadaluarsanya lebih awal harus
keluar terlebih dahulu.

3.6.3 Pelayanan Obat
Pelayanan obat di Apotek Enggaal Bagas terbagi atas dua bagian yaitu pelayanan pembelian
obat bebas dan resep.
1) Pelayanan Obat Bebas
Obat bebas, obat bebas terbatas dan obat wajib apotek dapat dibeli di apotek tanpa resep
dokter. Khusus untuk obat wajib hanya jika pasien datang dengan indikasi dan hanya
Apoteker dan Asisten Apoteker yang boleh menyerahkan. Pelayanan obat dilakukan dengan
cara melayani pembeli dengan ramah, sopan, penuh simpati dan bersedia memberikan
infomasi kepada pasien sebaik mungkin sesuai yang diminta pasien.


2) Pelayanan resep
Pelayanan resep sepenuhnya adalah tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek dengan
dibantu oleh Asisten Apoteker. Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab
dan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat. Apotek tidak diijinkan
untuk mengganti obat generik yang diitulis dalam resep dengan obat paten, dalam hal pasien
tidak mampu menebus obat yang tertulis dalam resep. Apoteker wajib berkonsultasi dengan
dokter jika obat yang ditulis Dokter tidak tersedia di Apotek dan Dokter memberikan
alternatif obat penggantinya. Apoteker dan Asisten Apoteker wajib memberikan informasi
yang berkaitan dengan obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi penggunaan obat
secara tepat, aman dan rasional. Apabila Apoteker atau Asisten Apoteker menganggap bahwa
dalam resep ada kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat maka harus
memberitahukannya kepada dokter penulis resep. Apabila dokter tetap kukuh dalam
pendiriannya, dokter wajib membubuhkan tanda tangan yang lazim diatas resep atau
menyatakan secara tertulis. Salinan resep harus ditandatangani oleh Apoteker.
3.6.4 Pengelolaan Obat Golongan Narkotika
Apotek Enggal Bagas melakukan pembelian obat golongan narkotika kepada PBF tunggal
yaitu PBF kimia Farma. Surat pemesanan harus dibuat terlebih dahulu dan dilakukan
permohonan untuk memesan obat golongan narkotika. Setiap surat pemesanan obat golongan
narkotik hanya memuat satu item obat dan surat pesanan dibuat lima rangkap. Sistem
pembayaran menggunakan sistem cash and carry,yaitu harus dibayar pada saat obat
diantarkan oleh PBF. Obat golongan narkotika di Apotek Enggal Bagas disimpan di lemari
khusus dan diberi kunci pengaman.
3.7 Kegiatan Non-Teknis Farmasi

3.7.1 Pembukuan
Pembukuan perlu dilakukan untuk mendokumentasikan seluruh kegiatan Apotek dan seluruh
transaksi-transaksi yang telah dilaksanakan. Buku buku harian yang digunakan adalah :
1) Buku kas, buku laporan keuangan.
2) Buku kasir, buku penjualan barang dan transaksi penjualan.
3) Buku kontraktor.
4) Buku gudang, buku keluar masuknya barang dan penerimaan barang.

3.7.2 Pelaporan
Semua kegiatan di apotek dikontrol oleh Dinas Kesehatan dan BPOM termasuk dalam hal
pelaporan. Oleh karena itu Apotek Enggal Bagas melakukan pelaporan obat bebas, OKT dan
generik tiap satu bulan sekali kepada Dinas Kesehatan Bandar Lampung, Dinas Kesehatan
Propinsi dan BPOM. stock opnamedilakukan setiap satu tahun sekali, dilakukan pada akhir
tahun yang ditujukan untuk mengetahui laba dan rugi Apotek. Pada saat stock
opname Apotek di tutup agar tidak adanya barang yang keluar dan masuk.

Di Apotek Enggal Bagas ada bagian khusus menyusun resep yang telah dikerjakan menurut
tanggal dan nomor urut penerimaan atau pembuatan resep. Resep yang mengandung obat
golongan narkotika dan psikotropika dipisahkan dari resep lainnya dan disimpan dalam
tempat tersendiri. Untuk pelaporan resep harus dituliskan jumlah resep yang masuk dengan
mencatumkan harga dari masing-masing resep. Resep yang telah disimpan melebihi jangka
waktu tiga tahun dapat dimusnahkan dan dibuat berita acara pemusnahan, pada berita acara
pemusnahan memuat hari dan tanggal pemusnahan, tanggal terawal dan terakhir dari resep,
berat resep yang dimusnahkan dalam kilogram dan ditanda tangani oleh Apoteker Pengelola
Apotek dan seorang petugas apotek yang ikut memusnahkan.

Anda mungkin juga menyukai