Presiden Direktur Lion Air ini adalah pelopor penerapan konsep penerbangan berbiaya murah (low cost carrier) di Indonesia. Gebrakannya meruntuhkan stereotip sebelumnya bahwa hanya orang kaya yang bisa naik pesawat. Hadirnya Lion Air dengan jargon We Make People Fly, membuat siapa saja kini bisa naik pesawat dengan harga tiket murah.
Pantas saja Warta Ekonomi menggelarinya Kapten Industri Penerbangan Indonesia. Rusdi Kirana, Pria kelahiran 17 Agustus 1963, oleh majalah ekonomi itu dinobatkan pula sebagai salah seorang Tokoh bisnis Paling Berpengaruh 2005. Sebab, langkah Rusdi masuk ke low cost carrier, dinilai telah menginspirasi pe bisnis lainnya untuk beramai-ramai masuk ke industri penerbangan.
Warta Ekonomi 28 Desember 2005: Rusdi memulai bisnis penerbangannya pada Oktober 1999. Dengan modal awal US$10 juta, Rusdi menggagas "revolusi" dalam dunia penerbangan dengan konsep berbiaya murah (low cost carrier). Gebrakannya itu membuat repot sesama perusahaan penerbangan.
Dalam waktu singkat, Rusdi mampu membawa Lion Air melesat. Hanya dalam tempo enam tahun, Lion Air kini memiliki 24 pesawat yang terdiri dari 19 MD80 dan lima pesawat DHC- 8-301. Dari sisi jumlah penumpang, Lion Air bisa meraih 600.000 orang lebih per bulan atau menguasai 40% dari seluruh segmen pasar. Pada 2004 Lion Air menempati posisi kedua, setelah Garuda Indonesia, dalam hal jumlah penumpang yang diangkut.
Prestasi ini ternyata belum cukup bagi Rusdi. Ia masih terus mengembangkan sayap-sayap bisnis Lion Air dan berniat menjadi market leader dalam penerbangan domestik. Maka, ia pun terus mempersiapkan segala sesuatunya, mulai dari infrastruktur, rute penerbangan, hingga penambahan jumlah pesawatnya.
Untuk infrastruktur, Rusdi bekerja sama dengan pihak TNI AU dan PT Dirgantara Indonesia menyewa hanggar di Lapangan Udara Husein Sastranegara, Bandung, guna dijadikan Lion Maintenance Facility (LMF). Ia juga membeli simulator pesawat bekas dari Skandinavia Air untuk melatih para pilotnya. Selain itu, Lion Air juga melakukan kerja sama dengan TNI AU untuk menjadi pengelola Bandara Halim Perdanakusuma, J akarta. Dengan demikian, kemungkinan besar base dari pesawat-pesawat Lion Air akan beralih ke Halim.
Untuk rute penerbangan, saat ini Lion Air telah mendarat di 36 kota besar di Indonesia. Di jalur internasional, Lion Air juga melayani penerbangan ke Singapura, Penang, Kuala Lumpur, Ho Chi Minh, dan Seoul. Mereka juga akan mengembangkan jalur ke Asia Tengah dan Asia Timur, seperti ke Hong Kong dan Cina.
Guna merealisasikan rencananya itu, tidak tanggung-tanggung, tahun ini Rusdi membeli 60 pesawat Boeing 737 senilai US$3,9 miliar.
SEJARAH LION AIR Presiden Direktur Lion Air, Rusdi Kirana memiliki kebiasaan yang mungkin bagi sebagian orang kurang baik. Yakni mengkhayal. Kebiasaan menghayal itu dia lakukan sejak masih kecil, terutama menjelang tidur. Mengkhayal tentang sesuatu yang positif sangat berguna, katanya. Diapun mengaku, sikap dan visi bisnisnya banyak dipengaruhi kebiasaan mengkhayal tersebut. Sebelum menjalankan usaha, direnungkan dulu, apa kira-kira untung ruginya kalau mengelola bisnis yang akan digarap. Terjun ke dunia bisnis secara mandiri sebetulnya baru dia lakukan sejak tahun 1990.
Tapi sebelumnya, pria kelahiran J akarta sekitar 39 tahun silam tersebut sudah mulai bekerja yakni sebagai karyawan pada sebuah perusahaan biro perjalanan tahun 1984. Waktu itu, Rusdi bekerja sambil kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Pancasila. Selama enam tahun berkiprah di dunia biro perjalanan, Rusdi sudah merasa mapan untuk mengelola usaha sendiri, sehingga setelah lulus kuliah tahun 1989, dia mempersiapkan untuk mendirikan perusahaan baru. Yakni Lion Tour.
Nama itu diambil dari simbol kelahirannya yang 17 Agustus yakni bintang Leo. Kebetulan simbolnya kepala singa atau lion. Singa merupakan lambang semangat dan keberanian. Maka jadilah nama Lion Tour. Dan ketika memulai menggarap bisnis penerbangan, lambang yang digunakan tetap sama, hanya saja gambar kepala singa ditambah dengan sayap dan matahari. Sayap sebagai jenis usaha yakni penerbangan dan matahari itu merupakan kebutuhan bagi semua orang.
Rusdi mengatakan, Lion Air tidak memiliki hubungan dengan perusahaan di luar negeri. Lion Air itu murni perusahaan dengan modal dalam negeri. Perusahaan ini dimulai dari nol. Mulai dari pembuatan logo, desain pakaian pramugari dan lainnya dikerjakan sendiri. Berbeda dengan perusahaan sejenis yang umumnya menggunakan tenaga ahli dari luar negeri. Menurut Rusdi yang tidak suka dengan kegiatan rutin tersebut, pihaknya tidak ikut-ikutan dalam memasuki bisnis penerbangan. Semuanya dilakukan melalui perhitungan yang matang. Termasuk dalam memilih tipe pesawat. Pada tahap awal, pesawat yang digunakan adalah Boeing 737-200 dan jenis Yak, buatan Rusia. Kemudian, pesawat Airbus 310.