Tahun 1956 mereka mengangkut jamaah haji dan membuat jalur penerbangan
pertama ke Mekkah. 1960an: Tumbuh dan Berkembang Tahun 1960-an adalah era
kemajuan pesat Garuda. Pada tahun 1960, Garuda mendatangkan tiga pesawat
turboprop Lockheed L-188C Electra. Di tahun yang sama, Garuda membuka rute
penerbangan menuju Hong Kong. Garuda memasuki era jet pada tahun 1964 dengan
datangnya tiga pesawat baru Convair 990A yang diberi nama "Majapahit", "Pajajaran"
dan "Sriwijaya", dan menjadi maskapai pertama di Asia Tenggara yang
mengoperasikan pesawat jet subsonik. Dengan pesawat ini pula Garuda kemudian
membuka penerbangan antarbenua dari Jakarta ke Amsterdam melewati Kolombo,
Bombay, Roma, dan Praha. Di tahun 1966, Garuda kembali memperkuat armada
jetnya dengan mendatangkan sebuah pesawat jet baru, yaitu Douglas DC- 8.
Sementara, pada akhir tahun 1960-an, Garuda membeli sejumlah pesawat turboprop
baru, Fokker F27. Pesawat ini datang secara bertahap mulai tahun 1969 hingga 1970
dan dioperasikan untuk penerbangan domestik. Tahun 1970an-1980an: "New
Branding" Pada tahun 1970-an Garuda Indonesia membeli beberapa jenis narrow-
body jet yaitu McDonnell-Douglas DC-9 dan Fokker F28 serta pesawat jenis
turboprop Fokker F27 untuk penerbangan domestik. Pada 1973, maskapai ini mulai
membeli pesawat badan lebar McDonnell Douglas DC-10-30 untuk penerbangan
internasional jarak jauh, seperti ke Eropa,
Maskapai ini pun mengalami periode ekonomi sulit, karena, pada tahun yang
sama Indonesia terkena Krisis Finansial Asia. Setelah itu, Garuda sama sekali tidak
terbang ke Eropa maupun Amerika. Tetapi, dalam pertengahan tahun 2000-an ini
maskapai ini telah dapat mengatasi masalah-masalah di atas dan dalam keadaan
ekonomi yang bagus. 2000-Sekarang: Penurunan Reputasi, Pelarangan Uni Eropa,
dan Awal Kebangkitan Memasuki tahun 2000an, maskapai ini membentuk anak
perusahaan bernama Citilink, yang menyediakan penerbangan biaya murah dari
Surabaya ke kota-kota lain di Indonesia. Namun, Garuda masih saja bermasalah. Di
bagian finansial pada awal hingga pertengahan 2000an, maskapai ini selalu
mengalami kerugian. Beberapa peristiwa internasional (juga di Indonesia) juga
memperburuk kinerja Garuda, seperti Serangan 11 September 2001, bom bali I dan
bom bali II, wabah SARS, dan bencana tsunami Aceh 26 Desember 2004. Selain itu,
Garuda juga menghadapi masalah keselamatan penerbangan, terutama setelah
jatuhnya sebuah Boeing 737 di Yogyakarta ketika akan mendarat. Hal ini
mengakibatkan sanksi Uni Eropa yang melarang semua pesawat maskapai Indonesia
menerbangi rute Eropa.
Pada awal 2005 tim manajemen baru mengelola perusahaan ini dan melakukan
inisiatif di pengembangan bisnis serta memformulasikan rencana-rencana baru untuk
masa depan Garuda Indonesia. Manajemen baru Garuda Indonesia melakukan
evaluasi ulang yang komprehensif dan restrukturisasi keseluruhan di perusahaan ini.
Tujuannya adalah meningkatkan efisiensi operasional, mendapatkan stabilitias
keuangan yang melibatkan usaha-usaha di restrukturisasi utang termasuk kewajiban
penyewaan (leasing liabilities) dari European Export Credit Agency (ECA),
peningkatan kesadaran di antara karyawan tentang pentingnya pelayanan bagi para
penumpang, dan, yang paling penting, menghidupkan kembali dan merevitalisasi
semangat Garuda Indonesia. Setelah perbaikan besar-besaran, tahun 2010 maskapai
ini diperbolehkan kembali terbang ke Eropa, setelah misi inspeksi oleh tim pimpinan
Frederico Grandini yaitu rute Jakarta - Amsterdam. Rute Eropa lain seperti Paris,
London, dan Frankfurt juga dipertimbangkan untuk dibuka kembali, tergantung
keadaan perekonomian Indonesia kelak. Kesuksesan program restrukturisasi utang
dalam perusahaan ini membuka jalan bagi Garuda Indonesia untuk menawarkan
sahamnya ke publik (go public) pada 2011. Garuda Memasuki Bursa Saham Pada
tanggal 11 Februari 2011. Garuda memulai IPO sebagai langkah awal menuju bursa
saham. Pemerintah menyatakan bahwa harga saham Garuda adalah Rp.750 per saham
dan mengurangi penawaran saham dari 9,362 milyar lembar ke 6,3 milyar lembar
saham. Garuda Indonesia memutuskan mencatatkan diri di Bursa Efek Indonesia.
Pada 27 April 2012, CT Corp melalui PT Trans Airways membeli 10.9% saham
Garuda Indonesia di harga Rp 620 per lembar dengan total sebesar Rp 1,53 triliun.
Harga ini lebih rendah dari harga terendah yaitu Rp395 per lembar, tapi masih
dibawah harga IPO sebesar Rp750 per lembar.
Awal Garuda Indonesia berdiri hingga tahun 2004 Menurut pendapat saya,
sejak awal Garuda didirikan hingga tahun 1998 Garuda Indonesia menerapkan budaya
organisasi hierarchy di dalam perusahaan. Perusahaan maskapai terbesar di Indonesia
ini pernah mengalami krisis di era 1998 ke bawah hingga menyebabkan perusahaan
mengalami defisit yang cukup signifikan. Quality strategies Error Detection and
Measurement Garuda indonesia sempat dinyatakan bangkrut pada tahun 1998, karena
krisis ekonomi, dan tidak dapat melunasi sebagian utangnya. Pasca pergantian
kepemimpinan pada tahun 1998, Robby Djohan sebagai pimpinan berhasil
menemukan masalah-masalah yang kian memperburuk kinerja dan citra perusahaan
1. Garuda Indonesia adalah suatu travel business yang sangat jelas akan berorientasi
kepada profit.
6. Mengedepankan proses team work antar insan Garuda. Pada tahun kedua pula
Garuda mencanangkan program ketepatan waktu (On-time Performance). Di tahun ini
juga setiap karyawan diberikan target-target yang harus mereka capai setiap bulannya.
Kerugian yang paling mencolok terjadi pada tahun 2004 dengan kerugian
mencapai angkat 811 miliar dan pada tahun 2005 mencapai 688 miliar. Kesimpulan
Tipe kultur organisasi Garuda Indonesia sampai tahun 2004 masuk ke dalam tipe
hierarchy karena proses restrukturasi di dalam tubuh Garuda. Selama beberapa tahun
Garuda terus bergelut dalam pembenahan internal perusahaan dan CEO memiliki
peranan yang sangat penting dalam menata ulang sistem perusahaan. CEO berusaha
memperbaiki manajemen Garuda seperti pemakaian jatah tiket gratis yang ditata
kembali, praktik-praktik KKN dibersihkan, koordinasi dan reposisi jabatan
ditingkatkan.
5. Mengembangkan brand yang kuat yang didukung oleh kualitas produk dan layanan
sebagai diferensiasi untuk memenangkan persaingan.
7. Memenuhi kebutuhan akan sumber daya manusia dari sisi jumlah, kualitas dan
kualifikasi guna mendukung kinerja saat ini dan pengembangan usaha ke depan.
2. Kerja Sama dengan Airline Partners. Untuk meningkatkan kinerja dan memperluas
jaringan, Garuda Indonesia menjalin kerja sama dengan 11 airlineselama tahun 2012,
yaitu China Airlines, China Southern, KLM, Korean Air, Vietnam Airlines, Turkish
Airlines, Singapore Airlines, Silk Air, Royal Brunei, Philippines Airlines dan Etihad
Airways.
3. Garuda Indonesia dan China Airlines menandatangani kerja sama Sebagai upaya
untuk mengembangkan jaringan penerbangan kedua maskapai serta meningkatkan
kualitas pelayanan dan nilai tambah kepada pelanggan. Garuda Indonesia dan China
Airlines melaksanakan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) yang meliputi
kerja sama berbagai bidang seperti code share pengangkutan penumpang dan kargo
yang berlaku untuk rute Taipei– Jakarta–Taipei, Taipei–Denpasar–Taipei, dan rute
Taipei– Singapura–Surabaya pp. Ke depannya, kerja sama ini akan terus
dikembangkan untuk destinasi-destinasi lain seperti Los Angeles, San Fransisco, dan
Dubai.
Pangsa pasar Garuda Indonesia di tahun 2012 pada rute yang diterbangi dari
dan ke Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Ngurah Rai Denpasar, Sultan
Hassanuddin Makassar, dan Juanda Surabaya stabil di 28,2%. Hal ini merupakan efek
dari aktifnya ekspansi yang dilakukan Perusahaan pada akhir triwulan IV tahun 2012
ke rute-rute baru di pasar domestik.Secara total di semua rute domestik, Garuda
Indonesia dan Citilink berhasil meningkatkan pangsa pasar Perusahaan menjadi
23,5% di tahun 2012. Kesimpulan Dari tahun 2005 sampai saat ini Garuda termasuk
memakai kultur organisasi market. Hal ini bisa dilihat dari masuknya Garuda
Indonesia ke dalam lingkungan pasar yang kompetitif, dan menjadikan customer
sebagai faktor yang paling utama. Garuda juga membuat sebuah rencana jangka
panjang bernama Quantum Leap untuk tetap menjaga keberlangsungan perusahaan di
masa depan. Semua aktivitas yang dilakukan bertahap hingga tahun ini, mampu
membuat Garuda menjadi salah satu maskapai penerbangan terbaik yang pernah ada.
Terbukti dengan banyaknya penghargaan yang diraih Garuda, menunjukkan
kredibilitas Garuda sebagai maskapai penerbangan pilihan customer.