Anda di halaman 1dari 17

1

BAB II
MATERI DISKUSI
A. Tren Akuntansi
Ilmu akuntansi haruslah terus berkembang dengan lingkungan ekonomi itu sendiri agar
senantiasa berkembang untuk mengembangkan ilmu akuntansi itu sendiri.
Adolf J.H. Ethoven (1995) dalam Accounting Research Monograph No.5 yang berjudul
Mega Accounting Trends , bedasarkan mega Trend 2000-nya Naisbitt, ia merefleksikan
megatrend akuntansi akan menghadapi persoalan sebagai berikut :
1. Perlunya akuntansi memberikan pengukuran efisiensi dan produktivitas.
2. Perlunya keterpaduan akuntansi dengan bidang dan disiplin lainnya.
3. Perlunya mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi yang lebih relevan.
Kualitas relevan itu sendiri sudah menjadi ciri utama dari akuntansi , namun kualitas
relevan tersebut belum dapat dinilai baiknya. Untuk itu Enthoven menganjurkan
penyempurnaan infrastruktur akuntansi agar bisa memenuhi tuntutan tren itu, yaitu :
1. Penyempurnaan system pendidikan, pelatihan, dan riset dalam bidang akuntansi.
2. Struktur dan persyaratan sosio ekonomi dan budaya.
3. Persyaratan legal, status, dan persyaratan lainnya dalam profesi akuntan.
4. Praktik profesi dan kelembagaan akuntansi.
Tren yang dibuat Ethoven ini teranjak dari Megatrend-nya Naisbitt yaitu:
1. Dunia akan bergerak dari ekonomi nasional ke ekonomi global.
2. Dasar pemikiran orang akan beralih dari skup jangka pendek ke skup jangka panjang.
3. Ciri masyarakat kita akan beralih dari masyarakat industry ke masyarakat informasi.
4. Struktur organisasi akn berubah dari yang bersifat hierarki dengan inti kekuasaan ke
struktur organisasi yang bersifat jaringan atau net-working, kekuasaan sudah tidak
dikedepankan lagi.
5. Pilihan semakin banyak sehingga masyarakat beralih dari dua pilihan ke pilihan
banyak.
6. Pertumbuhan ekonomi akan beralih dari dunia bagian utara ke bagian selatan.
2

7. Keterlibatan politik masyarakat akan beralih dari demokrasi perwakilan ke democrasi
partiisipasi.
8. Dari bantuan institusi ke mandiri
9. Kemajuan teknologi akan beralih dari teknologi keras ke teknologi lunak.
10. Kekuasaan akan beralih dari sebtralisasi ke desentralisasi.
Baru-baru ini keluar buku Megatrends 2010 yang ditulis oleh Patrice Aburdene (2005).
Beliau mengemukakan paling tidajk ada tujuh kecenderungan bisnis yang tentu nantinya akan
mempengaruhi profesi akuntansi. Dan Teori akuntansi ke 7 Megatrend adalah:
1. Kekuatan Spiritual (the Power of Spirituality);
2. Munculnya Kapitalisme yang sadar (the Down of Conscious Capitalism);
3. Pemimpin lahir dari level tengah (Leading from the Middle);
4. Bisnis Spiritual (Spirituality in Business);
5. Konsumen berbasis Nilai (The Value-Driven Consumer);
6. Gelombang Solusi Kesadaran (The Wave of Conscious Solutions);
7. Boomnya investasi pada perusahaan yang memiliki tanggung jawab social (The
Socially Responsibility Investment boom).
2. Beberapa Teknik Baru Dalam Akuntansi
1. Triple Entry System
Kalau dahulu kita mengenal single entry, double entry maka sekarang kita mengenal
triple entry. Model ini adalah pengembangan dari double entry bookkeeping system. Dalam
model ini bukan saja transaksi yang memengaruhi pos-pos pada sisi aktiva dan pasiva yang
dilaporkan, tetapi juga force atau power yang menyebabkannya sehingga laporan neraca
misalnya menyajikan Wealth = Capital = Force. Akan ada tiga jenis laporan yaitu wealth
statement yang melaporkan kekayaan perusahaan, lalu capital statement yang melaporkan
komposisi dan perubahan modal sementara force statement memuat informasi perubahan
kekayaan juga, tetapi yang dipengaruhi oleh kenaikan atau penurunan laba saja.
Model ini sebenarnya merupakan upaya untuk menambah informasi kepada pembaca
khususnya pihak manajemen dan para pengambil keputusan yang berkepentingan dengan
laporan keuangan perusahaan. Triple entry sistem ini juga menjelaskan margin variance,
volume variance dan efficiency variance.
3

Dalam studies in Accounting research yang ditulis Yuji Ijiri menyatakan bahwa
double entry berdimensi dua dan triple entry berdimensi tiga, jadi triple entry merupakan
penyempurnaan dari sistem double entry.
2. Employee Reporting
Employee reporting merupakan bentuk laporan keuangan yang memuat informasi
yang relevan bagi karyawan atau serikat pekerja. Beberapa hal yang mendesak dan
mendorong perlunya employee reporting ini (Purdy dalam belkaoui,1985), Beberapa hal yang
mendesak dilakukan employee reporting ini adalah :
1. Tekanan semakin besar akan perlunya full disclosure.
2. Praktek dan masalah yang berkaitan dengan hubungan perburuhan.
3. Munculnya perdebatan tentang demokratisasi perusahaan.
4. Perkembangan di negara lain akan perlunya informasi dimaksud.
Beberapa informasi penting yang diminta dilaporkan dalam employee reporting ini
adalah:
1. Jumlah pegawai
2. Lokasi tempat kerja
3. Umur kekayaan
4. Jam kerja
5. Biaya tenaga kerja
6. Program pension
7. Program jaminan social, kecelakaan kerja, kesehatan dan hari tua
8. Pelatihan dan pendidikan
9. Pengakuan terhadap serikat pekerja
10. Daftar karyawan berdasarkan agama, suku, bangsa, kelamin
Bagi karyawan hal ini sangat penting untuk mengetahui hak-haknya, iklim atau
atmosfir yang terjadi dalam perusahaan, jaminan social yang dapat dinikmatinya,
pengembangan karir, dan sebagainya. Sedangkan bagi pemerintah hal ini dapat digunakan
untuk mengetahui sampai di mana perusahaan menyesuaikan diri dengan peraturan dan
hukum yang berlaku. Bagi investor, informasi ini sangat penting untuk mengetahui risiko
yang mungkin timbul dalamm perusahaan yang disebabkan kemungkinan tindakan karyawan.
4

Dari suatu survey laporan keuangan kepada karyawan sejak tahun 1919 sampai 1979
diketahui beberapa alasan pelaporan sebagai berikut (Lewis, et. Al 1984)
a. Menyampaikan perubahan.
b. Menyajikan propaganda manajemen.
c. Mempromosikan kepentingan memahami masalah dan prestasi perusahaan.
d. Menyampaikan keputusan manajemen.
e. Menyampaikan hubungan antara karyawan, manajemen, dan pemegang saham.
f. Menjelaskan tujuan perusahaan.
g. Mendorong partisipasi karyawan yang lebih besar.
h. Merespons tekanan legislative atau serikat pekerja.
i. Membangun imej perusahaan.
j. Memenuhi ketentuan UU tentang pengungkappan informasi yang dibutuhkan karyawan.
k. Merespon kekhawatiran manajemen terhadap berbagai tuntutan pegawai, maupun
persaingan.
l. Menunjukkan perhatian besar terhadap karyawan.
3. Value Added Reporting
Value Added Reporting (VAR) atau Laporan Pertambahan Nilai berkaitan juga
dengan Human Resources Accounting dan Employee Reporting terutama dalam hal informasi
yang disajikan. Value Added Reporting ini sebenarnya menutupi kekurangan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan utama, Neraca, Laba Rugi, dan Arus Kas. Karena semua
laporan ini gagal memberikan informasi:
a. Total produktivitas dari perusahaan
b. Share dari setiap stakeholder atau anggota tim yang ikut dalam proses
manajemen yaitu: pemegang saham, kreditor, pegawai, dan pemerintah
(Belkaoui, 1995)
Kalau laporan keuangan konvensional menekankan informasinya pada laba maka
VAR menekankan pada upaya meng-generate kekeayaan atau nilai tambah. Value Added
adalah kenaikan nilai kekayaan yang digenerate atau dihasilkan dengan penggunaan aset
produktif dari seluruh sumber-sumber kekayaan perusahaan oleh seluruh tim yang ada
termasuk pemilik modal, karyawan, kreditor, dan pemerintah. Laporan Pertambahan Nilai
jangan pula disamakan dengan Pajak Pertambahan Nilai.
5

Kesadaran akan pentingnya VAR ini sejalan dengan peralihan penekanan tujuan
manajemen dari pertama-tama memaksimalkan profit kepada pemilik modal, ke maksimalan
nilai tambah kepada stakeholders. Dalam konsep ekonomi Islam tampaknya konsep VAR ini
lebih sesuai karena konsep bisnis dalam Islam didasarkan pada kerja sama (musyawarah atau
mudharabah) yang adil, transparan, dan saling menguntungkan bukan salah satu
mengeksploitasi yang lain. Value Added Reporting (VAR) sekang dikenal dengan Value
Added Incentive Payment Scheme (VAIPS) dimana dasar pemberian instensif didasarkan
pada pertambahan nilai.
3. Akuntansi Perilaku
Aspek budaya dalam akuntansi disebut juga behavioral accounting. Di sini diperhatikan
berbagai budaya yang dapat memengaruhi peran atau hasil dari interaksi antara informasi
akuntansi dengan perilaku konsumennya atau penyajiannya. Dengan perkataan lain, berkaitan
dengan hubungan antara perilaku manusia dan system akuntansi baik dalam bidang akuntansi
keuangan maupun akuntansi manajemen. Bahkan ini dianggap sebagai bidang (cabang)
akuntansi yang khusus (Siegel, Ramanauskas-Marconi, 1989). Bidang akuntansi ini dimulai
dikembangkan pada awal tahun 1950-an. Pada tahun 1951 the Controllership Foundation of
America mensponsori penelitian untuk mengetahui pengaruh budget terhadap manusia. Riset
ini dilakukan oleh Cornell University dengan dipimpim oleh Chris Argyris. Penelitian ini
telah memberikan beberapa rekomendasi tentang beberapa perilaku yang muncul dalam
penerapan budget. Hasil riset ini muncul di Harvard business Review yang ditulis oleh
Argyris dengan judul Human Problems with budget. Sejak itu maka banyak ahli menjadi
pemerhati dan menjadi peneliti akuntansi perilaku ini seperti Mayo, Maslow, Mc gregor,
Likert.
Dalam akuntansi perilaku ini yang menjadi sorotan adalah dampak dari informasi
akuntansi terhadap perilaku orang yang membaca atau menyiapkannya. Juga melihat
bagaimana reaksi manusia terhadap informasi yang akuntansi yang diberikan. Dampak
perilaku dari system budget terhadap prilaku, dampak system responsibility accounting
terhadap oerilaku, dampak system desentralisasi ataupun sentralisasi pengambilan keputusan
terhadap perilaku, dimensi perilaku dalam system pengawasan internal, beberapa pola
perilaku auditor, aspek perilaku dalam proses pengambulan keputusan, factor perilaku dalam
kebutuhan pengungkapan, aspek perilaku dalam akuntansi sumber daya manusia, dan
6

sebagainya. Lebih simpel Siegel, Ramanauskas, dan Marconi (1989) membaginya atas tiga
bagian besar berikut ini :
1. Pengaruh perilaku manusia terhadap desain, konstruksi dan penggunaan system
akuntansi.
2. Pengaruh system akuntansi terhadap perilaku manusia.
3. Metode untuk meramalkan dan strategi untuk mengubah perilaku manusia.

4. Multidiclipine Paradigm
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan semakin munculnya
paradigma baru yang pada akhirnya menimbulkan ketergantungan dan keterkaitan yang
semakin erat antara satu disiplin ilmu dengan disiplin lainnya. Fenomena ini juga melanda
pada akuntansi.
Mulanya ilmu yang dikenal manusia adalah ilmu filsafat. Menurut Al-Farabi ilmu filsafat
adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang
sebenarnya. Kemudian ilmu itu berkembang menjadi 3 bagian, yaitu:

a. Ilmu Pengetahuan Alam (Natural Science), terdiri atas:
1) Biologi
2) Antropologi Fisik
3) Kedokteran
4) Farmasi
5) Pertanian
6) Ilmu Pasti
7) Ilmu Alam
8) Teknik
9) Geologi ,dll

b. Ilmu Sosial (Social Science), terdiri atas:
1) Ilmu Hukum
2) Ekonomi
3) Jiwa Sosial
4) Bumi Sosial
5) Sosiologi
7

6) Antropologi Sosial Budaya
7) Sejarah
8) Politik
9) Pendidikan
10) Publisistik dan Jurnalistik, dll

c. Humaniora (Humanities Study), terdiri atas:
1) Ilmu Agama
2) Ilmu Filsafat
3) Ilmu Bahasa
4) Ilmu Seni
5) Ilmu Jiwa (psikologi)

Dalam perkembangannya, Ilmu Ekonomi yang merupakan bagian dari ilmu sosial
berkembang menjadi berbagai ilmu seperti:
1) Ekonomi Mikro dan Makro
2) Ilmu Manajemen
3) Pembangunan
4) Pemasaran (Marketing)
5) Produksi (Production)
6) Keuangan (Finance)

Dalam ilmu manajemen, berkembang lagi menjadi berbagai disiplin ilmu seperti :
Akuntansi, Business Policy, Budgeting, Planning, Operating Research, Information System,
dll.
Begitu juga dalam ilmu Akuntansi yang berkembang lagi seperti : Akuntansi Keuangan,
Akuntansi Manajemen, Teori Akuntansi, Sejarah Akuntansi, Akuntansi Internasional, Sistem
Akuntansi, Controllership, Sistem Pengawasan Manajemen, Auditing, dsb.
Perkembangan ilmu di masing masing bidang ini selalu berkaitan erat dan saling
mengisi dengan disiplin ilmu yang lain. Contoh yang paling menarik adalah munculnya ilmu
Decision Science. Ilmu ini tampaknya mengkristal sebagai gabungan dari berbagai disiplin
ilmu seperti akuntansi, komputer, information system, decision science, mathematic, dan
management science. Dan masih banyak contoh lain yang sumber formula dan elemen
elemen nya berasal dari berbagai ilmu tadi. Dan fenomena inilah yang disebut Multidicipline
8

Pardigm. Fenomena ini menarik karena tampak sekali bahwa lengah sedikit saja dalam
pengembangan ilmu itu kita akan jauh ditelan kemajuan disiplin lain. Dan dalam megatren
akuntansi , Enthouven diharapkan akuntansi lebih memikirkan pendekatan terpadu dengan
disiplin ilmu lainnya.

5. Akuntansi dan Pembangunan Berkelanjutan
Dilaksanakannya Earth Summit mengingatkan kita pada isu yang sama diajukan oleh
Club of Rome tahun 1975 yang lalu yaitu Konsep Limit to Growth atau sering disebut juga
Zero Growth. Club para ahli nomor wahid ini menganggap bahwa kerusakan bumi timbul
dari kombinasi dari berbagai faktor yang harus direm perkembangannya seperti
perkembangan penduduk, investasi, konsumsi sumber alam, industri, ketidakadilan distibusi
pendapatan, pertanian, kehutanan. Club ini ingin menyelamatkan masa depan umat manusia
dengan mengingatkan kita perlunya keharmonisan pengelolaan ekosistem yang bersifat
global dan dependen. Subbab ini mencoba menjelaskan perlunya alat ukur untuk
memudahkan para pengambilan keputusan dalam memanajemen masalah pembangunan,
lingkungan, dan aspek sosial ekonominya.
1. Akuntansi sebagai Alat Ukur
Sebenarnya akuntansi diam-diam mempunyai perangkat penting dalam mengamankan
pembangunan bumi yang aman. Namun, para teknokrat barangkali belum tahu dan mungkin
tidak berpikir untuk memanfaatkannya. Bekas Presiden Bank Dunia A. W. Clausen pernah
mengeluh bahwa karena ketiadaan alat yang dapat mencatat, mengukur, dan melaporkan
posisi kejadian, dampak industri (pembangunan) kepada masyarakat, menimbulkan
kesukaran kita mengawasi dampak itu.
Keluhan beliau ini sebenarnya dapat diatasi oleh disiplin akuntansi sebagai satu
instrument measurement of quality. Para ahli akuntansi sejak awal tahun 1930-an sebenarnya
sudah melakukan pengkajian yang intensif tentang bagaimana mencatat, mengukur national
income, social accounting, dan dampak sosial yang diakibatkan oleh industri, perusahaan,
atau kegiatan pembangunan. Ini tidak berbeda apa yang dibicarakan dalam KTT Bumi
tersebut. Dalam pengertian lingkungan termasuk didalamnya manusia, flora, fauna, air, lahan,
dan segala isinya.
9

Komitmen negara maju terhadap keselamatan lingkunagan cukup besar. Hali ini
dibuktikan dengan ketatnya peraturan kongres, lembaga pemerinta seperti Security Exchange
Commission (SEC), Organisasi Profesi (seperti AICPA), Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) terhadap penyajian laporan keuangan. Badan ini biasanya mewajibkan agar setiap
lembaga termasuk perusahaan untuk untuk membuat laporan tentang dampak positif (social
benefit) dan dampak negatif (social cost) dari setiap kegiatan yang dilakukannya. SEC
misalnya meminta laporan tentang polusi, diskriminasi, pengaruh social ekonomi perusahaan
pada pendapatan nasional, dan lain-lain.
Kerusakan lingkungan yang tejadi di suatu negara memengaruhi dunia lain sehingga
kerusakan lingkungan yang berlangsung di suatu negara tanpa dapat dibatasi negara lain.
Negara berkembang berpacu mengejar ketertinggalan ekoniminya sehingga kadangkala
kerusakan lingkunganpun terpaksa ditelan untuk mengejar ketertinggalan dan kemiskinan
yang juga harus dipecahkan.
Untuk mengelola setiap suatu masalah perlu keputusan-keputusan. Keputusan yang
baik hanya dapat lahir dari analisis terhadap keadaan yang valid, faktual, dan relevan.
Keadaan yang faktual, valid, dan relevan dapat disupply oleh akuntansi. Dalam akuntansi
disiplin yang mensupply ini disebut: environmental accounting. Disiplin ini secara praktis,
teori-teorinya belum sepenuhnya disepakati oleh sebagian besar para ahli akuntansi dan
organisasi profesi. Bidang ini sampai saat ini masih menjadi lading penelitian para ahli dan
secara parsial, ada yang sudah diwajibkan dan ada yang masih dalam taraf dianjurkan
penyajiannya dalam laporan keuangan.
2. Perlunya Akuntansi Lingkungan
Keperluan akan akuntansi lingkungan ini sebenarnya sudah jelas. Konsep yang
menganggap bahwa perusahaan sebagai wadah hukum yang melakukan eksploitasi dalam
suatu wilayah dan negara dan mendapatkan keuntungan dari kekayaan alam wilayah itu,
mestinya juga menjadi penduduk yang baik, yang melindungi alamnya dan juga makhluk
pengisinya. Filosofi ini jelas dan rasional. Sebuah industri sebenarnya hidup dari lingkungan.
Ya faktor produksi alam, tenaga kerja, makhluk lainnya yang mendiami bumi. Adalah etis
seandainya perusahaan itu juga yang tergantung dengan makhluk lain sebagai penduduk bumi
ikut betanggung jawab melindungi bumi dari setiap kerusakan lingkungan yang kalau tidak
dijaga akhirnya akan merusak dia sendiri sehingga tidak dapat dilakukan pembangunan
berkelanjutan atau pembangunan berwawasan lingkungan.
10

3. Kesulitan Pengukuran
Kelemahan utama dari akuntansi bidang ini adalah ketidaksepakatan para ahli dlam
menentukan kriteria pengukuran. Mengukur nilai kerusakan lingkungan, nilai social cost
maupun social benefit-nya tidak semudah yang dibayangkan. Contohnya kasus Cernobly,
kasus Union Carbides, dan lain sebagainya menunjukkan betapa sukarnya melakukan
penetapan nilai kerusakan dan perbaikan lingkungan yang sama-sama diterima dan sesuai
pula dengan prinsip akuntansi yang sudah baku.
Namun, sebenarnya banyak lembaga yang sudah memberikan konsep pengukuran dan
penyajian masalah ini antara lain dari Institute of Management Accountant, The American
Accounting Association, dan beberapa para ahli seperti Flamholt, Eiptein, McDonouch,
Nikolai, Bazley, Brummet. Mereka ini telah berhasil mengidentifikasi beberapa kinerja
perusahaan yang disorot untuk menilai keterlibatan perusahaan dalam masalah lingkungan ini
seperti: keterlibatan sosial, pengembangan sumber daya manusia, penyehatan lingkungan,
kualitas produk dan jasa, kesehatan, kontribusi sosial, ilmu pengetahuan, kualitas air, polusi,
suara yang mengganggu masyarakat, bau tidak sedap, dan lain-lain.
4. Penyajian
Dari berbagai konsep yang diajukan lembaga dan para ahli ini ada yang menganjurkan
metode penyajian: penjelasan dalam laporan keuangan (footnote disclosure, narrative
disclosure), membuat pos sendiri, laporan khusus tentang kerusakan lingkungan, Social
Responsibility Report, Environmental Exchange Report, Social Income Statement Report,
Comprehensive Social Benefit Cost Model, dan Multidimensional Income Statement. SEC
biasanya mengharuskan perusahaan yang listed di bursa New York Stock Exchange untuk
melaporkan hal-hal yang bertalian dengan masalah lingkungan, dan social cost dan benefit
lainnya.
Semua negara tampaknya mempunyai kemauan politik untuk ikut bertanggung jawab
pada keamanan bumi yang kita diami ini. Model ini sudah cukup menjadi pegangan dalam
mengelola lingkungan. Untuk mengelola lingkungan diperlukan informasi yang sebenarnya
dapat disupply oleh environmental accounting yang masih terus dikembangkan oleh profesi
akuntan. Indonesia yang juga bertanggung jawab terhadap buminya sudah selayaknya
memulai memelopori penyusutan prinsip akuntansi lingkungan. Dalam hal-hal tertentu
akuntansi lingkungan sejalan dengan socio economic accounting. Dari kesepakatan global
11

initiative pada tahun 2013 perusahaan harus membuat laporan tentang Triple P (Profit,
People, Planet).
6. Kegagalan efficient Market Hypothesis
Dalam teori EMH ini menyatakan bahwa pasar akan menyesuaikan diri dengan setiap
informasi baru yang dikeluarkan mengenai saham, dalam teori ini yang dibahas bukan
mencatat transaksi, tetapi menyangkut:
a. Melihat hubungan antara pengumuman informasi akuntansi kepada public dan
reaksi pasar terhadap informasi itu yang dilihat dari indicator harga saham
dibursa.
b. Melihat pengaruh perubahan kebijakan akuntansi terhadap harga pasar.
Fama (1969) menyatakan bahwa beberapa syarat untuk menciptakan pasar yang efisien
adalah sebagai berikut:
1. Tidak ada biaya transaksi dalam perdagangan saham.
2. Semua informasi tersedia secara Cuma-Cuma bagi semua peserta pasar.
3. Semua sepakat terhadap informasi implikasi informasi saat ini terhadap harga
sekarang dan distribusi harga masa yang akan datang dari setiap saham.
Menurut fama informasi ada tiga set informasi:
a. Gerakan harga saham masa lalu.
b. Informasi yang tersedia bagi public.
c. Seluruh informasi baik uang tersedia bagi publik maupun perusahaan.
merupakan salah satu teori yang paling banyak memperoleh perhatian dalam literatur
keuangan. Perkembangan ini tidak terlepas dari perkembangan pasar modal yang terus
mengalami peningkatan di seluruh dunia. Pasar modal merupakan pasar yang paling
mendekati sempurna dibandingkan bentuk pasar lainnya karena kemudahan akses untuk
masuk-keluar pasar dan ketersediaan komoditi di pasar yang tinggi. Fama patut
mendapat penghargaan atas teorinya yang sampai saat ini menjadi bahan riset untuk
membuktikan efisien atau tidaknya suatu pasar.
Namun penelitian efisiensi pasar terpusat pada perhitungan mekanistis dan kuantitatis
mekanisme informasi dan harga. Hipotesis ini juga masih banyak menimbulkan
12

keraguan karena banyaknya anomali-anomali di pasar yang menimbulkan kebingungan
akan kebenaran adanya efisiensi di pasar. Hipotesis pasar modal juga mendapat kritik
dari asumsi-asumsi yang dikembangkannya yang tidak benar-benar tepat dalam
menunjukkan kenyataan di pasar modal. Oleh karena itu, riset di masa mendatang
hendaknya lebih melihat jauh ke dalam dan mengeksplorasi lebih luas para aktor di
pasar modal yang perilaku investor sebagai pemakai informasi dan perilaku emiten
sebagai penyedia informasi. Sebagaimana Lee (2001) menyarankan pendekatan yang
lebih proaktif dengan meneliti bagaimana, kapan dan mengapa harga menjadi efisien
(dan mengapa pada waktu yang lain tidak efisien) tanpa mengabaikan harga pasar saat
ini dan terus memperbaikinya.
7.Krisis Akuntansi Masa Depan
Walaupun profesi akuntan dinilai mengalami perkembangan yang demikian cepat, bukan
berarti profesi ini tidak menunjukan hal-hal yang bersifat suram. Disamping itu, akuntansi
tidak hanya memberikan informasi kuantitatif, tetapi juga informasi kualitatif. Akuntansi
konvensional juga sedang menjadi sorotan khususnya ketidakmampuannya memberikan
informasi yang relevan pada situasi dimana prinsip stable monetary unit tidak berjalan seperti
masa inflasi.
Akuntansi konvensional juga mendapat tantangan dari akuntansi islam, akuntansi
pertambahan nilai, akuntansi sumber daya manusia,dan pelaporan pegawai. Berbeda dengan
akuntansi kovensional , akuntansi islam lebih menekan pada aspek pertanggungjawaban
dengan penekanan pada keadilan dan kebenaran, bukan saja mengabdi kepada kepentingan
pemegang saham saja, tetapi juga semua pihak dan menaati semua hukum syariah. Fenomena
ini menunjukan ketidakpuasan terhadap akuntansi konvensional dan jika tidak ditanggapi
akan dapat menimbulkan krisis kepercayaan terhadap konvensional saat ini.
Akuntansi manajemen juga dapat mempengaruhi eksistensi akuntansi keuangan. Fungsi
akuntansi keuangan selama ini menekan pada kepentingan publik yang terkait dengan standar
yang ditetapkan oleh organisasi profesi atau regulator sehingga relevansinya terhadap
kepentingan manajemen berkurang. Akuntansi manajemen dianggap memberikan informasi
yang lebih relevan untuk kepentingan pengambilan keputusan.
Menurut penelitian, proses penurunan porsi penerimaan kantor akuntan dari jasa audit
semakin lama semakin menurun dan fungsi atau jasa konsultasi justru semakin meningkat.
Ketentuan itu adalah sebagai berikut:
13

a. Kantor akuntan hanya boleh memberikan jasa information technology (IT) dan
konsultasi lainnya jika Komite Dewan Audit menerimanya.
b. Auditor independen akan dinilai apakah investor yang biasa akan melihat ada
tidaknya konflik.
c. Auditor tidak dapat melakukan tugas internal auditing melebihi 40%. d. Perusahaan
harus mengungkapkan berapa mereka membayar untuk biaya audit, konsultasi, dan
jasa pajak.
Krisis menurut Belkaoui
Pada tahun 1989 Belkaoui menulis buku dengan judul The Coming Crisis in Accounting
yang membahas krisis akuntansi yang mungkin muncul dari hal-hal sebagai berikut:
1. Profesi Akuntan
Dalam profesi akuntan terjadi penurunan remunerasi, penurunan jumlah tenaga kerja,
peningkatan porsi jasa konsultasi dan pengurangan jasa akuntan/auditing. Akuntan
yang selama ini dianggap borjius justru menjadi proletar. Di samping itu, ada juga
anggapan bahwa akuntan sebetulnya bukan tergolong sebagai profesi karena
ketidakmampuan menjadi independen dan otonom dari langganannya dan kehilangan
monopolinya atas jasa informasi akuntansi yang saat ini banyak di-supply oleh IT.
2. Kecurangan Dalam Lingkungan Akuntansi
Kecurangan adalah tindakan kriminal. Banyak tindakan kecurangan yang dilakukan
korporasi maupun kecurangan yang melibatkan akuntan khususnya melalui laporan
keuangan. Publik menganggap meningkatnya kecurangan ini tidak lepas dari
kegagalan profesi akuntan. Bahkan di tanah air akuntan sering juga dicap tukang
angka yang bisa menentukan jumlah laba atau rugi perusahaan. Kasus faktual telah
banyak terjadi mendukung anggapan ini sehingga akuntan berada diambang krisis.
3. Menurunnya Work Load Dalam Proses Akuntansi
Karena kemajuan computer, tugas-tugas akuntansi sudah bisa dilakukan oleh software
yang user friendly sehingga tidak memerlukan keahlian akuntansi lagi. Dengan
demikian, beban kerja dari seorang ahli akuntan semakin terbatas yang akan
menimbulkan krisis profesi akuntan.
4. Iklim Organisasi Di Kantor Akuntan
Kantor akuntan adalah fakultas kedua setelah fakultas ekonomi. Kantor akuntan
hanya sebagai batu loncatan untuk memasuki dunia bisnis lain yang lebih
menggiurkan. Bahkan turnover perpindahan kerja di kantor akuntan cukup tinggi,
14

career path tidak jelas, job description yang tidak tegas, semakin kabur, dan bahkan
semakin tingginya konflik internal dalam kantor akuntan itu sendiri. Bahkan jasa yang
akan dibolehkan diberikan oleh akuntan semakin di atur dan dibatasi seperti baru-baru
ini diberlakukan oleh SEC di USA, di mana akuntan tidak bisa bebas memberikan
beberapa jasa pada perusahaan yang sama karena dianggap mengurangi independensi.
5. Problema produksi ilmu pengetahuan dalam akuntansi. Ilmu pengetahuan paling tidak
saat ini dari proses akademik sedangkan akuntansi adalah kebutuhan profesi yang
berkembang secara praktik dalam dunia bisnis. Hasil proses ilmu pengetahuan dari
proses akademik sering tidak match atau tidak sesuai dengan keinginan atau
kebutuhan dunia praktik sehingga terjadi gap antara dunia akademis dengan dunia
profesi. Banyaknya keluhan ditemukan pasar bahwa apa yang diajarkan di bangku
kuliah tidak relevan dengan apa yang diinginkan pasar atau user dari tenaga akuntan
yang dihasilkan perguruan tinggi itu. Jika hal ini berjalan terus maka akuntansi juga
akan mengalami krisis.
Disamping itu semua, Belkaoui (2006) mempertanyakan apakah akuntan itu benar
sebagai profesi atau tidak. Menurut beliau paling tidak ada persyaratan jika ingin disebut
sebagai suatu profesi, yaitu:
a. Memiliki disiplin ilmu pengetahuan.
b. Otonom dalam melaksakan profesinya.
c. Memiliki perasaan solidaritas kelompok yang paling setia.
d. Bisa mengatur sendiri praktik.
e. Memerlukan izin praktik.
f. Memiliki kekuasaan atas langganannya
g. Memiliki kode etik.
Menurut Belkaoui akuntan saat ini tidak memiliki otonomi yang cukup kepada langganan
dalam melaksanakan profesinya dan tidak memiliki kekuasaan atas langganan. Kemudian,
dengan berkembangnya ilmu komputer maka kompleksitas profesi menjadi berkurang akibat
kemampuan komputer mengambil sebagian besar fungsi akuntan terutama dalam penyajian
laporan keuangan. Dari sini Belkaoui menyimpulkan bahwa akuntansi berada dalam situasi
apakah sebagai yang tidak murni profesi atau berada pada proses bertahap de
professionalisasi.
Alternatif Akuntansi Konvensional
15

Skandal besar dalam korporasi belakangan ini yang mempengaruhi industri keuangan,
pasar modal, investor, profesi dan karyawan menurut Bazerman (2002) tidak lepas dari
tindakan korupsi, kriminalitas dari akuntan yang tidak memiliki etika yang memalsukan
angka-angka, melakukan penyelewengan baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk
melindungi kliennya. Hal ini tidak terlepas dari faktor unconscious bias yang berasl dari
sifat subjektif dari akuntansi itu sendiri serta hubungan yang sangat erat antara akuntan
publik dan langganannya.
Akuntansi kapitalisme dinilai dituduh hanya sebagai bentuk kesadaran palsu yang
memistikkan. Akuntansi dituduh bukan memberikan informasi yang benar tentang hubungan
sosial yang harmonis. Ia hanya membungkus kepentingan ekonominya dalam simbol
efisiensi, laba rugi, produktifitas, dan sebagainya (Harahap,1993). Dalam diri disiplin
akuntansi konvensional itu sendiri lahir beberapa konsep yang keluar dari mainstreamnya
seperti munculnya socio economic accounting, environmental accounting, employee
reporting, human resources accounting, value added reporting, Islamic aceounting. Current
Cost accounting (Belkaoui, 1984, Harahap, 2003).











16

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tren dalam akuntansi yang merupakan arah yang akan berkemungkinan akan dituju oleh
ilmu akuntansi atau bisa saja tidak sampai mencapainya. Hal ini mengarahkan pada
pembuatan akuntansi yang harus berdasarkan fakta yang terjadi di perusahaan tersebut dan
menerapkan praktik- praktik etika bisnis dalam mengambil keputusan dalam penyajian.
Aspek perilaku juga harus diperhatikan dari berbagai budaya yang dapat memengaruhi
peran atau hasil dari interaksi antara informasi akuntansi dengan perilaku konsumennya atau
penyajiannya. Dengan perkataan lain, berkaitan dengan hubungan antara perilaku manusia
dan system akuntansi baik dalam bidang akuntansi keuangan maupun akuntansi manajemen.
Tren akuntansi mencoba menjelaskan perlunya alat ukur untuk memudahkan para
pengambilan keputusan dalam memanajemen masalah pembangunan, lingkungan, dan aspek
sosial ekonominya.
Krisis akuntansi mungkin muncul:
1. Profesi akuntan
2. Kecurangan dalam lingkungan akuntansi
3. Menurunnya work load akuntansi
4. Iklim organisasi di kantor akuntan
5. Problema produksi ilmu pengetahuan dalam akuntansi.














17

DAFTAR PUSTAKA

Sofyan Safri Harahap. 2012. Teori Akuntansi. Edisi Revisi. Jakarta. Rajawali Pers
http:/atikamaghfirah.blogspot.com/2013/ Diakses tanggal 5 juni 2014

Anda mungkin juga menyukai