PENGARUH PADA BUKIT TLC-3 TAMBANG TENGAH DI PT ANTAM Tbk. UBPN POMALAA KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA
TUGAS AKHIR II
Oleh Zaenal Abbidin Kamarullah NIM : 711106072
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA 2010
ii
PERHITUNGAN CADANGAN NIKEL MENGGUNAKAN METODE PENAMPANG TEGAK DAN METODE DAERAH PENGARUH PADA BUKIT TLC-3 TAMBANG TENGAH DI PT ANTAM Tbk. UBPN POMALAA KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA TUGAS AKHIR II Karya Tulis ini Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Program Studi Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta Oleh : Zaenal Abbidin Kamarullah NIM. 711106072
Yogyakarta, November 2010 Menyetujui Pembimbing II Pembimbing I
(Ir. St. Soebantidjo, Msi) (Ir. Ag. Isjudarto, M.T) NIP : 131476787 NIK : 19730068 Mengetahui : Kaprodi Teknik Pertambangan
(Ir. Ag. Isjudarto, M.T) NIK : 19730068 ii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Katakanlah ; Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui! sesungguhnya orang yang berakallha yang dapat menerima pelajaran. (Q.S 39 : 9) Allah meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Q.S 58 : 11)
Sekiranya saya mengucap banyak syukur dan pujian sebesar-besarnya kepada Allah SWT karena dengan nikmat dan karuniaNYA yang diberikan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir 2 ini dengan baik. Tak lupa pula salawat dan salam saya haturkan keharibaan junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta keluar, sahabat dan pengikut beliau yang merupakan panutan bagi kaum muslimin dan muslimat Karya Tulis ini Kupersembahkan Kepada 1. Kedua orang tuaku tercinta Ibu Farida Mukarram dan Ayah Umayyah Kamarullah yang telah melahirkan, membesarkan dan mendidikku yang tidak sanggup penulis gantikan dengan apapun. 2. Adik-adik tercinta (Ridwan Kamarullah, Nurhafni Kamarullah dan Nurhasanah Kamarullah) terima kasih atas dukungan dan support selama ini. 3. Istri dan Anak-anak tercinta (Zaitum Marichar Sahib, Nurul Chalwa Luqyana, Alfiah Fairus) yang juga meberikan semangat dan dorongan serta doanya dalam suka dan duka.
Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Rekan-rekan seperjuangan tambang 03 Aques, Yuyun, Pace Jhon, Krisi, Manto, Aba, Pedro, Nikson, Yesri, Brown, Rini, Gusti, Anang, Topan, Yusias, Sahidul, terima kasih untuk semuanya dan untuk kebersamaannya. 2. Rekan-rekan HMTA STTNAS Yogyakarta iii
Zulfi 02, Ode 07, Utam 04, Beni 04, Al 04, Lia 06, Non 02, Marito 07, Lalu 08, Alfi 07, Oyong 09 serta semua anggota HMTA yang tidak dapat disebtkan satu persatu, Selalu dalam loyalitas HMTA, viva tambang yes.
3. Sohib-Sohib dan Saudara Acango, Uceng, Fatimah, Dr Ichad, Noval, Ko uci, K Sil, K Uban, Ian, Gei, dan teman dekat serta saudara yang tidak penulis sebutkan satu- persatu terima kasih telah memberi dorongan dan nasehatnya. 4. Dan semua pihak baik langsung maupun tidak langsung yang telah membantu penulis selama menjalankan proses di bangku kuliah sampai selesainya penulisan Tugas Akhir I ini.
iv
SARI
Penambangan bahan galian merupakan kegiatan dalam rangka penyediaan bahan baku untuk keperluan pembangunan disegala bidang. Maka dari itu usaha pertambangan tidak lepas dari pekerjaan-pekerjaan dalam mencari bahan tambang. Estimasi cadangan merupakan salah satu pekerjaan yang penting dalam mengevaluasi suatu proyek pertambangan, dimana diperlukan suatu perkiraan mengenai keberadaan bahan galian agar dapat dimanfaatkan secara maksimal
Perhitungan cadangan berperan penting dalam menentukan jumlah, kualitas, dan kemudahan dalam eksplorasi secara komersial dari suatu endapan. Sebab dari hasil perhitungan cadangan yang baik dan akurat yang sesuai dengan keberadaannya dilapangan dapat menentukan investasi yang akan ditanam oleh investor sebagai penanaman modal dalam usaha penambangan, penentuan kerja produksi, cara penambangan yang akan dilakukan, bahkan dalam memperkirakan waktu yang akan dibutuhkan oleh perusahaan dalam melaksanakan usaha penambangannya.
Berdasarkan data yang tersedia di peta kemajuan tambang maka perhitungan cadangan dapat dilakukan dengan mengetahui jumlah cadangan berdasarkan metode yang dipakai, yakni metode penampang tegak dan metode daerah pengaruh. dan juga dapat menganalisa kadar rata-rata Ni.
Hasil perhitungan dengan metode penampang tegak didapatkan cadangan nikel sebesar 659.955,8515 WMT dan dengan metode penampang tegak didapatkan hasil sebesar 742.800 WMT dengan selisih dari kedua metode tersebut sebesar 82.844,15 WMT. sedangkan persentasi kesalahan sebesar 13%. persentase kesalahan ini menurut Mc. Kelvey dianggap rendah dengan mengasumsikan pada klasifikasi cadangan terukur dengan persentase kesalahan 20%.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena dengan karunia dan inayahNYA penulis dapat menyelesaikan tugas akhir II ini dengan baik. Tujuan penulisan tugas akhir II ini dengan judul Perhitungan Cadangan Nikel Menggunakan Metode Penampang Tegak dan Metode Daerah Pengatuh Pada Bukit TLC-3 Tambang Tengah di PT. ANTAM UBPN Pomalaa Kolaka Sulawesi Tenggara, adalah sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana teknik pada Program Studi Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta. Penulisan tugas akhir II ini berdasarkan data yang tersedia dari peta kemajuan tambang pada tanggal 31 Oktober 2008. Atas segala bantuan, bimbingan serta saran-saran dalam penyusunan tugas akhir ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Bapak Imron Rosyidin ST Selaku Manajer, Staf Pomalaa Mining Manager. 2. Bapak Wiwit Setiawan ST, selaku pembimbing penulis selama melakukan penelitian. 3. Bapak Ir. H. Ircham, M.T selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta. 4. Bapak Ir. Ag. Isjudarto, M.T selaku Ketua Program Studi Teknik Pertambangan, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta, dan juga selaku Dosen Pembimbing I 5. Bapak Ir. St. Soebantijo, Msi selaku Dosen Pembimbing II. 6. Serta semua pihak yang telah membantu penulis selama proses penyusunan sampai selesainya tugas akhir II ini.
vi
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan tugas akhir II ini, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca sekalian. semoga kritik dan salam dapat memberikan motifasi kepada penulis untuk lebih baik lagi kedepan. Dan semoga tugas akhir II ini dapat bermanfaat bagi kita semua Amin
Yogyakarta,.2011
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN.. ii HALAMAN PERSEMBAHAN.. iii SARI.. v KATA PENGANTAR. vi DAFTAR ISI vii DAFTAR GAMBAR x DAFTAR TABEL xi DAFTAR LAMPIRAN xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 1.2. Perumusan Masalah. 2 1.3. Batasan Masalah.. 2 1.4. Tujuan Penelitian. 2 1.5. Metode Penelitian 3 1.6. Manfaat Penelitian... 4
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1. Lokasi Kesampaian Daerah. 5 2.2. Keadaan Geologi Penelitian.... 7 2.2.1. Geologi Umum Sulawesi. 7 2.2.2. Morfologi. 7 2.2.3. Fisiografi.. 8 2.2.4. Stratigrafi Daerah Penelitian 9 2.2.5. Struktur Geologi.. 11 2.3. Genesa Endapan Nikel 13 2.4. Kondisi Iklim dan Curah Hujan.. 20 viii
2.5. Penambangan Bijih Nikel. 21
BAB III DASAR TEORI 3.1. Kegiatan Eksplorasi.. 29 3.2. Pengertian Cadangan 33 3.3. Perhitungan Cadangan. 35 3.4. Metode Perhitungan Cadangan 37 3.4.1. Metode Penampang Tegak 38 3.4.2. Metode Daerah Pengaruh. 39 3.5. Penentuan Batas Cadangan.. 42
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Metode Penampang Tegak 44 4.2. Metode Daerah Pengaruh. 46
BAB V PEMBAHASAN 5.1. Perhitungan Cadangan.. 49 5.1.1. Metode Penampang Tegak 49 5.1.2. Metode Daerah Pengaruh. 49 5.2. Kesalahan Perhitungan.. 50
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 51 6.2. Saran.. 51
DAFTAR PUSTAKA. 52
LAMPIRAN 53
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 2.1. Peta Lokasi Penelitian 6 2.2. Stratigrafi Lembar Kolaka. 12 2.3. Peta Geologi Daerah Pomalaa 13 2.4. Penampang Endapan Nikel Sulfida 16 2.5. Penampang Endapan Nikel Laterit. 17 2.6. Skema Pembentukan NIkel Laterit. 19 2.7. Grafik Rata-Rata Curah Hujan... 20 2.8. Grafik Rata-Rata Hari Hujan.. 21 2.9. Kegiatan Pemboran. 22 2.10. Pengukuran Kemajuan Tambang 22 2.11. Persiapan Daerah Penambangan. 24 2.12. Kegiatan Pereparasi Conto. 26 2.13. Alat Analisis Kadar Pada Bijih Nikel 26 2.14. Proses Pengolahan dan Pemurnian Bijih Nikel.. 28 3.1. Diagram Alir Tahap-Tahap Kegiatan Pertambangan. 31 3.2. Metode Eksplorasi.. 32 3.3. Klasifikasi Cadangan.. 35 3.4. Metoda Penampang Standar... 39 3.5. Metoda Daerah Pengaruh 41 F.1. Peta Lubang Bor dan Sayatan. 119 G.1. Peta Lubang Bor dan Daerah Pengaruh.. 120
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 2.1. Mineral Utama yang Mengandung Nikel... 13 4.1. Perhitungan Metoda Penampang Standar.................................. 44 4.2. Perhitungan Cadangan Dengan Metode Penampang Tegak...... 45 4.3. Perhitungan Cadangan Menggunakan Metode Daerah Pengaruh 47 A.1. Data Curah Hujan dan Hari Hujan............................................. 53 B.1. Data Analisa Titik Bor dan Kadar.............................................. 54
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman A. Data Curah Hujan dan Hari Hujan.............................................. 53 B. Data Analisa Titik Bor dan Kadar............................................... 54 C. Perhitungan Luas Sayatan Metode Penampang Tegak................ 80 D. Perhitungan Cadangan Dengan Metode Penampang Tegak........ 94 E. Perhitungan Cadangan Dengan Metode Daerah Pengaruh.......... 100 F. Peta Lubang Bor dan Sayatan....................................................... 119 G. Peta Lubang Bor dan Daerah Pengaruh........................................ 120
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penambangan bahan galian merupakan kegiatan dalam rangka penyediaan bahan baku untuk keperluan pembangunan disegala bidang. Maka dari itu usaha pertambangan tidak lepas dari pekerjaan-pekerjaan dalam mencari bahan tambang. Estimasi cadangan merupakan salah satu pekerjaan yang penting dalam mengevaluasi suatu proyek pertambangan, dimana diperlukan suatu perkiraan mengenai keberadaan bahan galian agar dapat dimanfaatkan secara maksimal. Perhitungan cadangan berperan penting dalam menentukan jumlah, kualitas, dan kemudahan dalam eksplorasi secara komersial dari suatu endapan. Sebab dari hasil perhitungan cadangan yang baik dan akurat yang sesuai dengan keberadaannya dilapangan dapat menentukan investasi yang akan ditanam oleh investor sebagai penanaman modal dalam usaha penambangan, penentuan kerja produksi, cara penambangan yang akan dilakukan, bahkan dalam memperkirakan waktu yang akan dibutuhkan oleh perusahaan dalam melaksanakan usaha penambangannya. Bila dilihat secara keseluruhan, betapa pentingnya mineral bagi kehidupan manusia, sehingga makin maju dan modern kehidupan manusia, akan banyak lagi mineral-mineral yang akan dibutuhkan dimasa yang akan datang. Bahkan para ahli berpendapat kemajuan peradaban manusia dapat diukur dengan pemakaian mineral. Kalau ditinjau dari sejarah, dimana penamaan suatu periode atau jaman disebut berdasarkan pemakaian mineral saat itu. Mulai dari jaman batu sampai jaman besi (logam). Nikel merupakan salah satu bahan galian tambang yang digunakan dalam berbagai bidang kehidupan, dimana kebutuhan akan nikel semakin besar seiring meningkatnya penggunaan unsur nikel tersebut dalam pembangunan. Selain itu terdapat pula kendala saat ini dimana semakin berkurangnya cadangan nikel yang merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, maka dari salah satu 2
cara untuk menyelidiki cadangan nikel yang lebih banyak, diperlukan suatu metode eksplorasi yang lebih akurat dan sesuai. Untuk menentukan estimasi cadangan diperlukan metode estimasi yang sesuai dengan kodisi geologi, genesa, dan mineralisasi pada daerah penelitian, maka penulis mencoba untuk menghitung nilai evaluasi cadangan bijih nikel di PT. Aneka Tambang (Tbk) Unit Bisnis Pertambangan Nikel Operasi Pomalaa, (PT.Antam Tbk UBPN) Sulawesi Tenggara terutama di tambang tengah pada bukit TLC 3 dengan membandingkan Metode penampang tegak dengan metode daerah pengaruh.
1.2 Perumusan Masalah Penelitian yang dilakukan dengan mencari data analisa pemboran melalui pengamatan langsung daerah penambangan yang pada saat ini semakin berkurang, sehingga perlu diadakan pencarian kembali dan perhitungan cadangan nikel sesuai COG dengan menggunakan metode yang tepat. Adapun permasalahan yang dihadapi, metode perhitungan cadangan yang dilakukan PT. Antam (Tbk) UBPN Pomalaa hanya menggunakan metode daerah pengaruh, dengan endapan bijih nikel merupakan endapan yang bersifat heterogen, sehingga diperlukan metode lain yang sesuai dengan endapan bijih, salah satunya menggunakan metode penampang tegak.
1.3 Batasan Masalah Batasan masalah pada penelitian ini mengarah pada perhitungan cadangan menggunakan metode penampang dan metode daerah pengaruh, dan mengetahui penyebaran endapan bijih nikel dari hasil analisa conto dan hasil pemboran endapan bijih nikel
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah cadangan bijih nikel yang sesuai dengan Cut Off Grade (COG) yakni 1,6 %, dan memperoleh gambaran suatu metode estimasi cadangan yang sesuai untuk digunakan dalam 3
mengestimasi cadangan bijih nikel di PT. Antam (Tbk) UBPN Operasi Pomalaa pada tambang tengah di bukit TLC 3, ini dengan tinjauan geologi, genesa, dan mineralisasinya dengan mengunakan metode penampang tegak dan metode daerah pengruh dengan cara membandingkan kedua metode tersebut, mana yang lebih sesuai.
1.5 Metode Penelitian Metode penilitian yang dilakukan di PT. ANTAM POMALAA ini merupakan metode kuantitatif. Tahapan metode ini terdiri dari A. Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan dengan dua cara yakni 1. Data Primer Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan, yang terdiri dari: a. Jumlah titik bor. b. Cara penambangan. c. Pengambilan conto. 2. Data Sekunder Data sekunder didapat dari mengumpulkan data dari instansi terkait, berupa data analisis kadar, peta topografi, peta geologi, dan peta sebaran endapan nikel. B. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan dan analisis data yang ada untuk mendapatkan alternatif pemecahan permasalahan yang dibahas, kemudian melakukan perhitungan- perhitungan terhadap alternatif pemecah masalah, sehingga dapat menyelesaikan permasalahan yang dibahas C. Kesimpulan Sebagai rekomendasi kepada perusahaan untuk menyelesaikan permaslahan di lapangan berdasarkan hasil penelitian ini
4
1.6 Manfaat Penilitian Manfaat yang diperoleh dari penilitian ini adalah : A. Mengetahui pola sebaran endapan nikel. B. Sebagai masukan metode mana yang sesuai dengan perhitungan cadangan nikel.
5
BAB II TINJAUAN UMUM
2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi penambangan bahan galian bijih nikel yang dilakukan oleh PT. Antam (Tbk). UBPN Operasi Pomalaa, secara adsminitrasi terletak di daerah Pomalaa Kabupaten Kolaka, Propinsi Sulawesi Tenggara. Secara geografis terletak pada 12131 BT - 12140 BT dan 410 LS - 418 LS. Unit Bisnis Pertambangan Nikel Operasi Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Propinsi Sulawesi Tenggara berbatasan dengan : A. Disebelah Utara berbatasan dengan Sungai Huko-Huko B. Disebelah Timur berbatasan dengan Perbukitan Maniang C. Disebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Oko-Oko D. Disebelah Barat berbatasan dengan Teluk Mekongga Dearah penelitian memiliki iklim tropis dengan temperatur berkisar antara 25 - 32C dengan musim kering terjadi pada bulan Mei-Agustus sedangkan musin hujan terjadi pada bulan September-April. Angin Barat merupakan angin kencang yang biasanya terjadi di bulan Februari-Maret. Curah hujan rata-rata per tahun 1980 mm, dengan rata-rata hari hujan 129 hari. Lokasi penelitian berbatasan langsung dengan Propinsi Sulawesi Tengah di sebelah Utara Sulawesi Tenggara dimana dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat ke Kolaka dari Kendari. Ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara adalah Kota Kendari berjarak 165 km dari Kolaka, sedangkan Pomalaa terletak disebelah Selatan kota Kolaka dengan jarak 29 km. atau dapat juga ditempuh dari Makasar, Sulawesi Selatan dimana harus melewati Teluk Bone di penyeberangan Bajoe berjarak 178 km dari Makasar. Jadi rute menuju lokasi penelitian sebagai berikut Makasar Bajoe - (Penyebrangan Teluk Bone) Kolaka Pomalaa. Peta lokasi dan kesampaian daerah dapat dilihat pada gambar 2.1.
6
(Sumber : Arsip PT. ANTAM POMALAA) Gambar 2.1 Peta Lokasi Penelitian
0 14 28 Skala U : Jalan : Sungai : Gunung : Ibukota propinsi : Ibukota Kabupaten : Lokasi Penelitian Keterangan: 7
2.2 Keadaan Geologi Penelitian 2.2.1. Geologi Umum Sulawesi Sulawesi dan sekitarnya merupakan daerah dengan tatanan geologi yang sangat kompleks. Hal ini disebabkan karena Sulawesi terletak pada zona konvergen antara 3 lempeng litosfer, yaitu Lempeng Australia di bagian utara, pergerakan ke barat Lempeng Pasifik dan Lempeng Eurasia di bagian selatan- tenggara (Herman dan Hasan Sidi, 2000 dalam arsip PT. Antam, Tbk UBPN Operasi pomalaa). Pulau Sulawesi dan sekitarnya terdiri dari 3 Mandala Geologi yaitu: A. Mandala Geologi Sulawesi Barat, dicirikan oleh adanya jalur gunung api paleogen, intrusi neogen dan sedimen mesozoikum. B. Mandala Geologi Sulawesi Timur, dicirikan oleh batuan ofiolit yang berupa batuan ultramafik peridotit, harzburgit, dunit, piroksenit dan serpentinit yang diperkirakan berumur kapur. C. Mandala Geologi Banggai Sula, dicirikan oleh batuan dasar berupa batuan metamorf Permo-Karbon, batuan Plutonik yang bersifat granites berumur Trias dan batuan sedimen Mesozoikum. 2.2.2. Morfologi Menurut Hasanudin dkk, 1992 (arsip PT. Antam,Tbk UBPN Operasi Pomalaa), daerah penelitian termasuk dalam morfologi Lembar Kolaka, yang dapat dibedakan menjadi beberapa satuan morfologi, yaitu: morfologi pegunungan, perbukitan, daerah karst dan morfologi dataran rendah. Berdasarkan pembagian morfologi Lembar Kolaka, morfologi daerah Pomalaa terbagi 2, yaitu perbukitan dan dataran rendah. Daerah konsesi pertambangan PT. Aneka Tambang, Tbk UBPN Operasi Pomalaa termasuk dalam morfologi perbukitan. Daerah perbukitan menempati hampir seluruh daerah pertambangan yang meliputi daerah Tambang Utara, Tambang Tengah dan Tambang Selatan dengan ketinggian rata-rata daerah mencapai 250 meter di atas permukaan air laut dengan tingkat kelerengan landai sampai sedang.
8
2.2.3. Fisiografi Sulawesi dan pulau-pulau kecil disekitarnya secara fisiografis oleh Van Bemmelen 1994 (Arsip PT. Antam Tbk UBPN Pomalaa) dikelompokkan menjadi tujuh system, yaitu : A. Sangihe-Minahasa System. B. Northern Part of Celebes Orogen. C. Central Part of Celebas Orogen. D. Southern Part of Celebes Orogen. E. The Makasar System. F. The Buton System. G. System of The Lesser Surda Island. Menurut Rusmana dkk 1998 (Arsip PT. ANTAM Tbk UBPN Pomalaa), Sulawesi Tenggara adalah daerah lembar Kendari dan Kolaka morfologinya dapat dibedakan menjadi empat satuan yaitu,satuan pegunungan, satuan perbukitan, satuan karst, dan dataran rendah. Satuan pegunungan sebagian besar menenpati daerah di Tengah dan Barat lembar, dengan arah punggungnya memanjang Barat Laut- Tenggara. Pegunungan tersebut antara lain, Pegunungan Mekongga, Pegunungan Abuki, Pegunungan Tangkelomboke, dan Pegunungan Matarombeo. Daerah ini umumnya bertonjolan halus sampai kasar dan berlereng sedang sampai curam. Ketinggian puncak- puncaknya berkisar antara 750 meter samapai 3000 meter atas permukaan laut. Satuan perbukitan terdapat dibagian Barat dan Timur lembar sekitar kaki perbukitan. Satuan ini membentuk perbukitan bergelombang dengan ketinggian berkisar antara 75 meter samapai 750 meter atas permukaan air laut. Satuan Karst, sebagian terdapat dibagian Utara Perbukitan Matarombeo, sebagian diantara Perbukitan Mekongga dan Perbukitan Tangkelomboke, serta sebagian lagi di bagian Barat Kendari. Satuan dataran rendah terdapat didaerah muara-muara sungai besar seperti, Sungai Konaweha, Sungai Lahumbuti, Sungai Sampera, dan lain-lain. Ketinggian berkisar dari beberapa meter sampai 75 meter atas permukaan air laut.
9
2.2.4. Stratigrafi Daerah Penelitian Menurut Van Bemmelen, 1949 dan Hutchison, 1983 (arsip PT. Antam, Tbk UBPN Operasi Pomalaa), pada lengan tenggara Pulau Sulawesi, batuan ultramafik kebanyakan masif peridotit, sebagian besar harzburgit, dunit dan sedikit berasosiasi dengan gabro dan basalt. Menurut Hasanudin dkk, 1992 (arsip PT. Antam,Tbk UBPN Operasi Pomalaa), secara regional satuan batuan di Lembar Kolaka dapat dikelompokkan menjadi 2 Mandala Geologi Sulawesi Timur dan Mandala Geologi Banggai Sula. Mandala Geologi Sulawesi Timur dicirikan oleh gabungan batuan ultramafik, mafik dan malihan. Sedangkan Mandala Geologi Banggai Sula dicirikan oleh kelompok batuan sedimen malih. Menurut Simanjuntak dkk, 1994 (arsip PT. Antam,Tbk UBPN Operasi pomalaa), Stratigrafi Lembar Kolaka juga dapat dikelompokkan menjadi 2 Mandala, yaitu: 1. Mandala Geologi Sulawesi Timur Mandala geologi sulawesi timur disebut juga lajur ofiolit Sulawesi Timur, tersusun oleh batuan ultramafik, mafik, malihan dan sedikit batuan sedimen pelagos, berturut-turut dari tua ke muda adalah sebagai berikut: a. Kompleks Ultramafik Satuan ini terdiri dari: Harzburgit, dunit, serpentinit, gabro, mikrogabro basal, dolerit dan setempat-setempat gabro malihan dan amfibolit. Batuan ultramafik ini diperkirakan batuan tertua dan menjadi alas di Mandala Sulawesi Timur, diduga berumur Kapur Awal. b. Formasi Pompangeo (Kompleks Pompangeo) Formasi ini tersusun oleh berbagai jenis sekis, diantaranya sekis mika, sekis klorit, sekis kuarsa-mika dan setempat geneis, hornfels dan ekologit. Kompleks Pompangeo ini bersentuhan tektonik dengan batuan ultramafik dan mafik (ofiolit Sulawesi Timur), umur satuan ini belum diketahui secara pasti, tetapi diduga tidak lebih tua dari Trias Awal-Kapur Akhir.
10
c. Pualam Satuan ini terdapat secara setempat-setempat dengan ketebalan dari beberapa meter sampai puluhan meter. Kedudukannya melensa dan setempat menjari dengan batuan asal sedimen di Formasi Pompangeo. d. Formasi Mantano Formasi ini tersusun oleh kalsiluit dengan sisipan rijang dan batu sabak, satuan ini diperkirakan berumur Kapur Akhir. Formasi Matano dikelompokkan menjadi lajur ofiolit Sulawesi Timur. Hubungan antara batuan ultramafik dan mafik dengan batuan malihan adalah berhubungan secara tektonik. 2. Mandala Tukang Besi-Buton Mandala Tukang Besi-Buton tersusun oleh formasi yang berturut-turut dari tua ke muda yaitu: a. Kompleks Mekongga Kompleks ini tersusun oleh sekis, geneis dan kuarsit, umumnya diperkirakan berumur lebih tua dari Trias, bahkan mungkin Permo-Karbon. Kompleks ini tertindih tak selaras oleh Formasi Meluhu dan Formasi Laonti. b. Formasi Meluhu Formasi ini tersusun oleh filit, batusabak, batupasir terubah, kuarsit, serpih dan batugamping malihan. Formasi Meluhu merupakan satuan tertua pada Mandala Arjung Tukang Besi-Buton yang tersingkap disini dan menjadi alas batuan tersier dengan Formasi Laonti hubungannya menjari. c. Formasi Laonti Tersusun oleh batugamping malihan, pualam dan filit. Kedudukan formasi laonti menjari dengan formasi meluhu dan menunjukkan bahwa umurnya Trias Atas. Kedua Mandala tersebut tertindih oleh kelompok Molasa Sulawesi, sedimen klastik pasca Orogenesa Neogen. Kelompok tersebut berturut-turut dari tua ke muda:
11
Formasi Langkowala Formasi ini tersusun oleh batupasir, serpih dan konglomerat. Formasi ini tertindih secara tak selaras oleh Formasi Boepinang dan selaras dengan Formasi Eimiko. Umur Formasi Langkolawa ialah Miosen Akhir atau Akhir Miosen Tengah. Formasi Emoiko Formasi ini tersusun oleh kalkarenit, batugamping koral, batupasir dan napal. Berdasarkan kedudukan stratigrafinya yang selaras di atas Formasi Langkolawa, tertindih pula secara tak selaras oleh Formasi Buara dan Formasi Alangga. Formasi Boepinang Formasi ini tersusun oleh batu lempung pasiran, napal pasiran dan batupasir, umumnya berkisar antara Miosen Akhir-Pliosen. Formasi ini mempunyai hubungan menjari dengan Formasi Eimoko, menindih selaras dan setempat tak selaras oleh Formasi Langkolawa, tertindih pula secara tak selaras oleh Formasi Buara dan Formasi Alangga. Formasi Alangga Formasi ini tersusun oleh konglomerat dan batupasir. Formasi ini menindih tak selaras formasi Eimoko dan Boepinang, formasi ini berumur plistosen. Formasi Buara Formasi ini tersusun oleh terumbu koral, setempat terdapat konglomerat dan batupasir yang belum padat. Formasi ini masih memperlihatkan hubungan yang menerus dengan pertumbuhan terumbu pada pantai yang berumur Resen. 2.2.5. Struktur Geologi Struktur geologi daerah penelitian merupakan jalur batuan beku ultra basa. Jalur batuan beku ultrabasa di Sulawesi Tenggara mulai daerah Pomalaa. Jalur ini terbagi 2 kelompok, kelompok pertama menyebar kearah timur, sedangkan kelompok kedua menyebar kearah tenggara mulai Gunung Watumohae dan Bombakau sampai ke Torobulu. Kemudian kedua kelompok ini bergabung lagi ke 12
ujung tenggara di Sulawesi Tenggara. Di daerah Pomalaa singkapan batuan ultrabasa ini umumnya telah mengalami pelapukan, berwarna kuning-coklat berbintik hitam atau abu-abu putih dengan warna kehijauan pada bagian luar tepi/pinggirnya, terlihat juga batuan ultrabasa di Pomalaa ini telah mengalami proses serpentinisasi yang cukup kuat. Untuk menentukan jenis batuan ultrabasa Pomalaa ini perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis atas sejumlah conto batuan yang dianggap belum begitu lapuk dari beberapa bukit yang telah ditambang. Conto diambil dari beberapa rock sample dan core sample.
FORMASI/SATUAN Mandala Geologi Sulawesi Timur Mandala Geologi Banggai Sula Ultramafik mafik Formasi Boroboro Formasi Laonti Formasi Kabaena Komplek Pompangeo Pualam Anggota Konglomerat Anggota Batupasir Formasi Langkowala Formasi Boepinang Formasi Eemoiko Formasi Buara Aluvium Kolovium Aluvium Endapan Rawa Formasi Alangga Kapur UMUR Holosen Plistosen Pliosen Akhir Tengah Awal Oligosen Eosen Paleosen Jura Trias Perm Karbon K u a r t e r
K e n o z o i k u m
T e r s i e r
M i o s e n
M e s o z o i k u m
P a l e o z o i k u m
(Hasanuddin dkk, 1992) Gambar 2.2. Stratigrafi Lembar Kolaka 13
2.3 Genesa Endapan Nikel Ada beberapa mineral utama yang mengandung nikel dalam endapan bijih nikel di alam ini, baik dilihat dari segi cara pembentukan, sifat maupun komposisi kimia mineralnya (Tabel 2.1). Tabel 2.1 Mineral utama yang mengandung nikel, (Kajian nikel Dept ESDM 1985) Mineral Rumus Kimia Kandungan Nikel Sulfida Pentlandit Millerit Heazlewoodit Linnaete Polidimit Violarit Siegenit
29,40 Silikat dan oksida Garnierit Limonit bernikel
(Ni,Mg) 6 Si 4 O 10 (OH) 8
(Fe,Ni)O(OH).nH 2 O
Berkisar sampai 47% Rendah tapi beragam
Inti bumi diperkirakan terdiri atas besi dengan kandungan nikel sekitar 7%. Zone diantara kerak bumi dan inti bumi, yaitu yang disebut mantel (mantle), diperkirakan tebalnya 2.898 km dan mengandung 0,1% - 0,3% nikel. Deposit nikel pada umumnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu nickel- copper sulfida, nickel silicate dan laterites and serpentines (Kajian nikel Dept ESDM 1985). Deposit nikel yang mengandung sulfida terdapat pada atau dekat peridotit atau intrusi norit yang diperkirakan saling berkaitan. Deposit tersebut tersebar dalam badan yang masif atau terkonsentrasi di dalam urat bijih (vein), balok (stringers) dan celah yang kosong (fissure filling) di sekitar induk batuan beku. Badan bijih pada umumnya berbentuk memanjang (elongated), lensa (lenticular) atau lembaran (sheetlike), dengan panjang beberapa ratus meter sampai ribuan meter. Formasi deposit nikel sulfida diperkirakan merupakan hasil dari proses pemisahan magma (magmatic segregation). Tetesan cairan sulfida diperkirakan memisah dari keluarga magma mafis atau ultra mafis magma selama kristalisasi. Tetesan sulfida yang jatuh bersama-sama itu, kemudian membentuk zone sulfida di bagian dasar intrusi. Endapan laterit dibentuk oleh pelapukan dan erosi pada periode waktu yang lama. Pelapukan tersebut akan menyingkap peridotit, dunit, piroksenit atau serpentin sehingga akan menghasilkan formasi laterit yang kaya akan besi dan 15
nikel. Laterit-laterit yang dibentuk dari pelapukan serpentin biasanya kaya akan kandungan besi (45% - 55%) dan mengandung nikel sekitar 1%. Tipe kedua dari nickelferous iron laterite adalah nikel silikat. Disebut nikel silikat karena nikel terdapat sebagai hydrosilicate garnierite atau sebagai nickel-bearing talc atau antigorit. Tipe laterit ini dihasilkan dari pelapukan pada batuan peridotit segar, dunit dan piroksenit. Nikel silikat mengandung besi kurang dari 30% dan kandungan nikelnya mencapai 1,5%. Berdasarkan cara terjadinya, endapan nikel dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu: endapan bijih nikel primer/sulfida dan endapan bijih nikel sekunder/laterit. 2.3.1 Endapan bijih nikel primer atau sulfida Endapan nikel dalam bentuk sulfida terdapat pada atau dekat suatu badan batuan yang kandungan besinya tinggi, mengandung magnesium dan silikon nisbi rendah, bervariasi dari gabro yang dikenal dari norit sampai peridotit. Endapan tersebut adalah batuan beku intrusi di permukaan bumi yang berasal dari terobosan magma pijar. Intrusi ini membentuk sekelompok massa yang pada keadaan tertentu menyebar dengan membentuk lapisan-lapisan serta di lain saat membentuk suatu bentuk yang tidak teratur. Bijih nikel yang utama adalah mineral phyrotit (Fe 7 S 8 ), yang di dalamnya terdapat mineral pentlandit ((Ni, Fe) 9 S 8 ) dan khalkopirit (CuFeS 2 ). Deposit mineral ini terbentuk sewaktu dan setelah proses pendinginan magma gabro dan norit (ultra basa/ultra mafis), yaitu ketika magma mencari jalan ke atas dan mengadakan intrusi di bagian atas kerak bumi (tanpa sampai ke permukaan bumi). Badan bijih biasanya mencapai panjang beberapa antara beberapa ratus sampai ribuan meter. Mengingat proses terjadinya jauh di bawah permukaan bumi, maka penambangan bijih nikel sulfida dilakukan dengan cara tambang dalam. Penampang endapan nikel sulfida dapat dilihat pada gambar 2.4. 16
2.3.2 Endapan bijih nikel sekunder atau laterit Mineral nikel yang terdapat di daerah Pomalaa pada dasarnya adalah bijih lateritis, yaitu hasil pelapukan batuan ultrabasa yang mengandung nikel. Bijih nikel laterit merupakan hasil pelapukan (weathering) batuan ultrabasa peridotit yang terdapat di atas permukaan bumi. Proses pelapukan terjadi karena pergantian musim panas dan dingin yang silih berganti, sehingga batuan menjadi pecah-pecah dan mengalami pelapukan. Ion-ion yang mempunyai berat jenis besar, termasuk nikel, mengalami pengayaan di tempat. Sementara ion-ion yang mempunyai berat jenis kecil dihanyutkan oleh air, angin atau media lain ke dataran yang lebih rendah. Pada umumnya bijih nikel laterit mengandung unsur besi, kobalt dan khromium. Proses pelapukan dimulai pada batuan peridotit. Batuan ini banyak mengandung olivin, magnesium silikat dan besi silikat yang pada umumnya mengandung 0,30% nikel. Batuan peridotit sangat mudah terpengaruh oleh pelapukan lateritik. Air tanah yang kaya CO 2 berasal dari udara luar dan tumbuh- tumbuhan akan menghancurkan olivin. Penguraian olivin, magnesium, nikel dan silika ke dalam larutan cenderung untuk membentuk suspensi koloid dari partikel- partikel silika yang submikroskopik. Di dalam larutan, besi akan bersenyawa
17
dengan oksida dan mengendap sebagai ferri hidroksida. Akhirnya endapan ini akan menghilangkan air dengan membentuk mineral-mineral seperti karat, yaitu geothit FeO(OH), Hematit (Fe 2 O 3 ) dan kobalt dalam jumlah kecil. Jadi besi oksida akan mengendap dekat dengan permukaan tanah. Sedang magnesium, nikel silika tertinggal di dalam larutan selama air masih asam. Tetapi jika dinetralisasi karena adanya reaksi dengan batuan dan tanah, maka zat-zat tersebut akan cenderung mengendap sebagai hydrosilikat. Nikel mempunyai sifat kurang kelarutannya dibandingkan magnesium. Perbandingan antara nikel dengan magnesium di dalam endapan lebih besar dari pada larutan, karena ada sedikit magnesium yang terbawa oleh air tanah. Kadang- kadang olivin di dalam batuan diubah menjadi serpentin sebelum tersingkap di permukaan. Serpentin terurai ke dalam komponen-komponennya bersama-sama dengan terurainya olivin. Adanya erosi air tanah asam dan erosi di permukaan bumi, akan menyerang nikel-nikel yang telah diendapkan. Zat-zat tersebut dibawa ke tempat yang lebih dalam, selanjutnya diendapakan sehingga terjadi pengayaaan pada bijih nikel. Kandungan nikel pada zat terendapkan akan semakin bertambah banyak dan selama itu magnesium tersebar pada aliran air tanah. Dalam hal ini proses pengayaan bersifat kumulatif (lihat Gambar 2.5.).
Proses pengkayaan dimulai dari suatu batuan yang mengandung 0,25% nikel, sehingga akan dihasilkan 1,50% bijih nikel. Keadaan ini merupakan suatu kadar yang sudah dapat ditambang. Waktu yang diperlukan untuk proses pengayaan tersebut mungkin dalam beberapa ribu atau bahkan berjuta-juta tahun. Bijih nikel pada endapan laterit yang mempunyai kadar paling tinggi terdapat dengan dasar zone pelapukan dan diendapkan pada retakan-retakan di bagian atas dari lapisan dasar (bedrock). Perlu ditambahkan bahwa endapan nikel laterit terletak pada lapisan bumi yang kaya akan besi. Pembagian yang sempurna dari besi dan nikel ke dalam zone-zone yang berbeda, tidak pernah ada. Pengayaan besi dan nikel terjadi melalui pemindahan magnesium dan silika. Besi dalam material ini paling banyak berbentuk mineral ferri oksida yang pada umumnya membentuk gumpalan (disebut limonit). Sehingga endapan nikel dapat ditunjukkan dengan adanya jenis limonit tersebut atau sebagai nickelferous iron ore. Hal ini berlawanan dengan endapan nikel yang bertipe silikat (kadang-kadang disebut sebagai bijih serpentin); pemisahan nikel dari besi lebih baik. Skema pembentukan endapan nikel daerah Pomalaa sebagai berikut:
19
Ni, SiO 2 , MgO Urat urat garnierite Urat urat krisopras Konsentrasi Residu Peridotit Serpentinit (lapuk) Proses Pelapukan dan Lateritisasi Peridotit serpentinit Proses Serpentinisasi Batuan Induk Peridotit (Ni Primer + 0.1%) Urat urat : Magnesit (MgCO 3 ) Dolomit (CaMg)CO 3 Kalsit (CaCO 3 ) Konsentrasi celah dari senyawa karbonat Terbawa sebagai partikel koloidal Terlarut sebagai larutan Ca Mg karbonat Bahan yang tertinggal (Fe, AL, Cr, Mn, Ni, Co) Bahan yang terbawa bersama larutan Konsentrasi Celah Fe, Ni, Co Saprolit Soft Brown Ore Hard Brown Ore Zona Tengah (Zona Saprolit) Zona paling bawah (Zona Bedrock) Konsentrasi residu Fe oksidasi Al hidroksida Ni - Co Zona paling atas (Zona overburden dan limonit) Skema Pembentukan Nikel Laterit Gambar 2.6. Skema pembentukan nikel laterit 20
2.4 Kondisi Iklim dan Curah Hujan Salah satu ciri tambang terbuka yang membedakannya dengan tambang bawah tanah adalah pengaruh iklim pada kegiatan penambangan. Elemen-elemen iklim seperti hujan, temperatur serta tekanan udara dapat mempengaruhi kondisi tempat kerja, efisiensi alat dan kondisi pekerja. Pada PT. Aneka tambang, Tbk UBPN Operasi Pomalaa, curah hujan yang turun tiap tahun rata-rata cukup tinggi. Dari stasiun pengamatan curah hujan PT. Aneka Tambang, Tbk UBPN Operasi Pomalaa diketahui curah hujan tertinggi dalam kurun waktu 5 tahun (2002-2007) terjadi pada bulan April sebesar 372,266 mm/bln. Sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 58,564 mm/bln. Hari hujan terbesar pada bulan April dan hari hujan terendah pada bulan Agustus. Grafik curah hujan dan hari hujan wilayah Pomalaa ditunjukkan pada gambar 2.7 dan gambar 2.8.
Gambar 2.7. Grafik rata-rata curah hujan Grafik Curah Hujan 0 50 100 150 200 250 300 350 400 J a n u a r i F e b r u a r i M a r e t A p r i l M e i J u n i J u l i A g u s t u s S e p t e m b e r O k t o b e r N o v e m b e r D e s e m b e r Bulan C u r a h
h u j a n Rata-rata curah hujan 21
2.5. Penambangan Bijih Nikel Kegiatan pada Industri Pertambangan PT. Aneka Tambang, Tbk UBPN Operasi Pomalaa terdiri atas beberapa kegiatan utama yaitu: 1. Kegiatan Eksplorasi Pekerjaan eksplorasi pada PT. Aneka Tambang, Tbk UBPN Operasi Pomalaa mempunyai tujuan untuk mengetahui: A. Macam cadangan B. Penyebaran cadangan C. Kuantitas dan kualitas cadangan
Adapun kegiatan eksplorasi yang dilakukan yaitu: a. Kegiatan Pemboran Kegiatan pemboran merupakan kegiatan utama pada eksplorasi untuk mengetahui kuantitas dan kualitas cadangan. Awal dari kegiatan ini adalah membuat rencana titik-titik bor. Rencana penentuan titik-titik bor dibuat pada peta topografi berskala 1 : 500 dengan grid pattern system yaitu membagi peta sehingga berbentuk bujur sangkar dengan jarak 25 meter antar titik bor. Gambar 2.8. Grafik rata-rata hari hujan Grafik Rata-rata hari hujan 0 2 4 6 8 10 12 14 J a n u a r i F e b r u a r i M a r e t A p r i l M e i J u n i J u l i A g u s t u s S e p t e m b e r O k t o b e r N o v e m b e r D e s e m b e r Bulan H a r i
h u j a n Rata-rata hari hujan 22
Kegiatan pemboran pada PT. Aneka Tambang, Tbk UBPN Operasi Pomalaa dilakukan oleh CV. Cipta Utama
b. Pengukuran Kemajuan Tambang Selain kegiatan eksplorasi, tim eksplorasi memiliki tugas penting lainnya yaitu melakukan pengukuran terhadap kemajuan tambang. Hal ini bertujuan untuk mengetahui jumlah cadangan nikel yang telah dieksploitasi pada suatu daerah penambangan sekaligus untuk mengetahui sisa cadangan yang dapat dieksploitasi selanjutnya. Alat yang digunakan adalah Theodolith Nikon Semi Digital.
Gambar 2.9. Kegiatan Pemboran Gambar 2.10. Pengukuran Kemajuan Tambang 23
2. Kegiatan Penambangan Kegiatan penambangan bijih nikel di PT. Aneka Tambang, Tbk UBPN Operasi Pomalaa dilakukan secara tambang terbuka dengan sistem open cut (selective mining). Tahapan pada kegiatan penambangan adalah: a. Persiapan daerah penambangan Merupakan persiapan awal sebelum melakukan kegiatan penambangan. Pekerjaan tersebut meliputi: Pioneering (pembuatan jalan produksi) Jalan produksi adalah jalan yang digunakan oleh dump truck untuk mengangkut bijih nikel ke tempat penimbunan bijih (stock yard) dari front penambangan atau sebaliknya. Berdasarkan perbedaan kondisi jalan, dikenal dua macam jalan, yaitu jalan utama yang menghubungkan tempat penimbunan dari kaki bukit dan cabang jalan utama yang menghubungkan kaki bukit ke front penambangan. Land Clearing (Pembabatan) Pekerjaan pembabatan dilakukan setelah lokasi penambangan telah ditentukan. Pekerjaan ini meliputi pembersihan daerah rencana penambangan dari semak-semak dan pohon-pohon. Alat yang digunakan adalah Bulldozer D85E-SS. Stripping of over burden Kegiatan ini dilakukan apabila pekerjaan pembabatan selesai. Alat yang digunakan adalah Bulldozer D85E-SS. Pengontrolan terhadap hasil stripping adalah dengan jalan mengadakan pengukuran terhadap tempat-tempat yang sudah dikerjakan, sambil memasang patok-patok kembali. Dari hasil pengukuran inilah dapat diketahui stripping sudah selesai atau perlu dilanjutkan lagi.
24
b. Penambangan Sistem penambangan yang digunakan adalah open cut dengan metode selective mining. Sistem selective mining digunakan karena sistem ini dianggap cukup efektif dalam memenuhi target produksi bijih nikel untuk saat ini. Kegiatan penambangan pada PT. Aneka Tambang, Tbk UBPN Operasi Pomalaa dilakukan oleh pihak beberapa pihak kontraktor antara lain PT. Sumber Setia Budi (SSB), PT. Jembatan Mas dan PT. Setia Budi Guna Abadi (SBGA). Alat muat yang digunakan adalah Backhoe Komatsu PC 200 sedangkan untuk pengangkutan dari lokasi tambang ke stock yard menggunakan Dump Truck Nissan Diesel CWM 432 HTRA yang berkapasitas 20 ton.
3. Pengapalan Pelabuhan yang ada di PT. Aneka Tambang, Tbk UBPN Operasi Pomalaa terdiri dari Pelabuhan Pomalaa dan Pelabuhan Tanjung Leppe. Pada kedua pelabuhan tersebut kapal tidak dapat merapat ke pantai karena dangkal. Oleh karena itu untuk mengangkut bijih nikel ke ore ship digunakan tongkang yang ditarik oleh tug boat. Ore ship yang berlabuh berasal dari beberapa negara yaitu Australia, Jepang dan Cina. Untuk memindahkan bijih nikel dari stock yard ke ore ship dibutuhkan peralatan darat dan peralatan laut.
Gambar 2.11. Persiapan daerah penambangan 25
a. Peralatan darat Yang dimaksud dengan peralatan darat adalah segala macam alat yang digunakan untuk kepentingan pemuatan bijih yang operasinya di darat. Macam-macam peralatan yang dipakai berdasarkan sistem yang digunakan adalah: Bijih Nikel diangkut secara langsung oleh dump truck ke dalam tongkang. Alat muat yang digunakan adalah Wheel Loader. Bijih Nikel diangkut dengan dump truck kemudian ditumpahkan pada feeder yang telah disiapkan pada pelabuhan. Tongkang diletakkan di bawah feeder sehingga bijih nikel tersebut akan langsung menuju tongkang. Alat muat yang digunakan adalah Wheel Loader. b. Peralatan Laut Yang dimaksud dengan peralatan laut adalah segala macam alat yang digunakan untuk pemuatan bijih ke ore ship yang beroperasi di laut. Macam-macam peralatan yang dipakai adalah: Tug boat dipergunakan untuk menarik tongkang yang telah berisi bijih nikel untuk dibawa ke ore ship. Untuk menarik sebuah tongkang digunakan 1 tug boat. Tongkang dipergunakan untuk membawa bijih nikel ke ore ship. Kapasitas tongkang yang digunakan adalah 500 ton. 4. Preparasi conto Preparasi conto adalah pekerjaan mempersiapkan conto baik dalam hal ukuran maupun jumlah sebelum conto tersebut dikirim ke laboratorium untuk dianalisa. Kegiatan preparasi conto meliputi conto eksplorasi, conto produksi dan conto pengapalan. Kegiatan preparasi conto ini dikerjakan oleh pihak kontaktor yaitu CV. Putra Mekongga.
26
5. Analisis Kadar Analisa kadar dilakukan dengan menggunakan X-Ray Spectrometer Simultix 12 (Rigaku). Penentuan kadar/unsur-unsur tidak hanya dilakukan untuk ore tetapi juga untuk metal, batu kapur dan slag.
6. Pengolahan, Peleburan dan Pemurnian Bijih Nikel dari lokasi tambang selain diekspor ada pula yang diolah sendiri oleh PT. Aneka Tambang, Tbk UBPN Operasi Pomalaa menjadi ferronikel. Saat ini, PT. Aneka Tambang, Tbk UBPN Operasi Pomalaa memiliki 3 unit pabrik pengolahan bijih nikel. Nama 3 unit pabrik pengolahan Gambar 2.12. Kegiatan preparasi conto Gambar 2.13. Alat Analisa Kadar pada bijih nikel 27
nikel tersebut adalah Feni 1, Feni 2 dan Feni 3. Bagan proses pengolahan, peleburan dan pemurnian bijih nikel dapat dilihat pada gambar 2.14. 7. Reklamasi Salah satu kegiatan yang sangat penting dalam industri pertambangan adalah reklamasi pada lahan tambang. Kegiatan reklamasi pada lahan tambang ini terdiri dari: a. Pembuatan sistem penyaliran dan kolam pengendapan. Hal ini berfungsi untuk mengatur aliran air dan mengurangi kekeruhan air khususnya air hujan sebelum dialirkan ke sungai atau ke laut dan mengantisipasi terjadinya genangan air hujan pada lubang-lubang bekas penambangan dan jalan tambang . b. Penghijauan daerah bekas tambang Sistem penghijauan pada daerah bekas tambang tersebut disesuaikan dengan lingkungan daerah bekas tambang tersebut. Beberapa cara penghijauan yaitu: Sistem Pot: Sistem ini digunakan pada daerah bekas tambang yang lokasinya berbatu-batu dan sulit untuk mendapatkan tanah humus. Sistem Teras: Sistem ini digunakan pada daerah bekas tambang yang topografinya landai serta mudah mendapatkan tanah humus.
28
(Sumber : Teknologi Pertambangan Indonesia, PPTM, 1994) Gambar 2.14. Proses Pengolahan, Peleburan dan Pemurnian Bijih Nikel Bijih Nikel Batubara Antrasit Batu Kapur Pengeringan dengan Rotary Dryer Pengayakan Pengayakan Pengayakan Pemecahan Pemecahan Pemecahan Penimbangan Penimbangan Penimbangan Pencampuran Kalsinasi dengan Rotary Kiln Umpan Panas Peleburan Desulfurisasi Deoksidasi Pencetakan Pemurnian Pengerjaan Akhir Fe-Ni 29
BAB III DASAR TEORI
3.1 Kegiatan Eksplorasi Eksplorasi merupakan bagian dari kegiatan pertambangan, dimana kegiatan dimulai dari propeksi, eksplorasi, evaluasi, penambangan, pengolahan, ekstraksi, dan pemasaran sampai reklamasi. Namun seluruh kegiatan tersebut selalu dilakukan, hal ini bergantung pada jenis bahan galian, pemakaian bahan galian tersebut dan permintaan pasar. Menurut Mc. Kinstry H.E dan Alan M. Bateman (ore deposit 1987), eksplorasi didefinisikan sebagai kegiatan yang tujuan akhirnya adalah penemuan geologis berupa endapan mineral yang bernilai ekonomis. Selain itu eksplorasi dapat juga diartikan sebagai pekerjaan selanjutnya setelah ditemukannya endapan mineral berharga, yang meliputi pekerjaan-pekerjaan untuk mendapatkan ukuran, bentuk, letak (posisi), kadar rata-rata, dan jumlah cadangan dari endapan tersebut (Nurhakim, bahan kuliah teknik eksplorasi Prodi Teknik Pertambangan Fakultas Teknk Universitas Lambung Mangkurat 2006). Tahapan kegiatan eksplorasi biasanya dilakukan berbeda untuk setiap jenis endapan mineralnya dan bahkan untuk endapan mineral yang sama sekalipun. Ini dikarenakan adanya perbedaan penekanan pada tahap-tahap eksplorasi yang dilakukan pada jenis endapan tertentu, kepentingan masing-masing serta kondisi geologi dan endapan mineral itu sendiri. Adapun kegiatan eksplorasi meliputi tahap-tahap sebagai berikut : A. Studi Literatur Studi literatur merupakan suatu kegiatan untuk mencari atau mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penentuan daerah cebakan mineral yang dieksplorasi. B. Tahap Pengamatan 30
Analisa data sekunder dan peninjauan lapangan, untuk menentukan layak atau tidaknya dilakukan eksplorasi. C. Penyelidikan Pendahuluan Mempersempit daerah prospek dengan cara pemetaan geologi, geokimia, atau geofisika udara untuk sasaran eksplorasi. Hasil yang didapat adalah endapan yang mungkin ekonomis dan masih merupakan cadangan tereka. D. Eksplorasi Detil Melanjutkan penyelidikan pada sasaran-sasaran eksplorasi dan mendapatkan cadangan yang merupakan cadangan terindikasi. E. Eksplorasi Lanjut Penentan secara pasti sifat-sifat yang diperlukan sebagai data persiapan penambangan dan persiapan produksi. Hasil yang didapat adalah endapan ekonomis dan sudah didapat cadangan terukur. Dan metode dari eksplorasi itu sendiri terdiri dari : 1. Metode Langsung Menghasilkan gejala geologi tersebut dapat diamati dengan mata geologist ; metode geologist. 2. Metode Tidak Langsung Menghasilkan suatu anomali yang dapat ditafsirkan sebagai gejala geologi yang dilacak dengan; metode geofisika dan metode geokimia.
31
Tidak Layak
(Partanto Prodjosumarto, pengantar teknologi mineral ITB, Bandung 1996) Gambar 3.1 Diagram Alir Tahap-Tahap Kegiatan Pertambanga
Layak Tidak ada Ada Eksplorasi Stop Analisis dan Perhitungan Cadangan Evaluasi Studi Kelayakan Development Penambangan Pengolahan/Ekstraks i Pemasaran Stop Arsip Ekplorasi Pendahuluan Eksplo Eksplorasi Detail rasi Lanjut Prospeksi 32
(Sumber : Nurhakim, 2006) Gambar 3.2 Metode Eksplorasi
Metoda Eksplorasi Metoda Geologi Dari ruang angkasa: Analisa Citra Satelit Metoda Geofisika Metoda Geokimia Survei Indera Jauh Dari Udara : Analisa Foto Udara, Citra Radar, dll Survei Geologi Permukaan Survei Geologi Tinjau (Reconnaissance) Suvei Geologi Singkapan Sumur Uji dan Paritan Pemboran Eksplorasi Survei Geologi Bawah Tanah Survei Geofisika Udara Survei Gravitasi Survei Magnetik Survei Geofisika Darat Survei Seismik Survei Gravitasi Survei Magnetik Survei Geolistrik IP EM Resistivitas SP Loging Sumur Penyontohan Aliran Sungai Penyontohan Batuan Penyontohan Tanah 33
3.2 Pengertian Cadangan Menurut Mc. Kelvey yang dimaksud dengan cadangan (reserves) adalah bagian dari sumber daya terindikasi dari suatu komoditas mineral yang dapat diperoleh secara ekonomis dan tidak bertentangan dengan hukum dan kebijaksanaan pemerintah pada saat itu. Suatu cadangan mineral biasanya digolongkan berdasarkan ketelitian dari eksplorasinya. Klasifikasi cadangan di Amerika menurut US Berau Of Mine and US Geological Survey (USBM and USGS) dan usulan Mc. Kelvey, 1973 sebagai berikut : A. Cadangan Terukur Cadangan terukur adalah cadangan yang kuantitasnya dihitung dari pengukuran nyata, misalnya dari pemboran, singkapan dan paritan, sedangkan kadarnya diperoleh dari hasil analisa conto. Jarak titik-titik pengambilan conto dan pengukuran sangat dekat dan terperinci, sehingga model geologi endpan mineral dapat diketahui dengan jelas. Struktur, jenis , komposisi, kadar, ketebalan, kedudukan , dan kelanjutan endapan mineral serta batas penyebarannya dapat ditentukan dengan tepat. Batas kesalahan perhitungan baik kuantitas maupun kualitas tidak boleh lebih dari 20%. B. Cadangan Terkira/Teridikasi (indicated) Cadangan terkira adalah cadangan yang jumlah tonase dan kadarnya sebagian diperoleh dari hasil perhitungan pemercontoan dan sebagian lagi dihitung sebagai proyeksi untuk jarak tertentu berdasarkan keadaan geologi setempat titik-titik pemerconto dan pengukuran jaraknya tidak perlu rapat sehingga struktur, kadar, ketebalan, kedudukan, dan kelanjutan endapan mineral serta batas penyebarannya belum dapat dihitung secara tepat dan baru disimpulkan/dinyatakan berdasar indikasi. Batas kesalahan baik kuantitas maupun kualitas 20% - 40%. C. Cadangan Terduga/Tereka (infered) Cadangan terduga adalah cadangan yang diperhitungkan kuantitasnya berdasarakan pengetahuan geologi, kelanjutan endapan mineral, serta batas dari penyebaran. Ini diperhitungkan dari beberapa titik conto, sebagian besar perhitungannya didasarkan kepada kadar dan kelanjutan endapan mineral yang 34
mempunyai ciri endapan sama. Toleransi penyimpangan kesalahan terhadap perhitungan cadangan adalah 60%. Di Indonesia mengikuti klasifikasi cadangan menurut Mc. Kelvey, karena dianggap paling detil, mempertimbangkan keadaan geologi, ekonomi, dan memiliki wawasan luas tentang klasifikasi cadangan. Klasifikasi cadangan yang diusulkan Mc. Kelvey ini berdasarkan pada : a. Kenaikan tingkat keyakinan geologi. b. Kenaikan tingkat kelayakan ekonomi. Kriteria keyakinan geologi didasarkan tingkat keyakinan mengenai endapan mineral yang meliputi ukuran, bentuk, sebaran, kuantitasnya sesuai dengan tahap eksplorasinya. Kriteria kelayakan ekonomi didasarkan pada faktor- faktor ekonomi layak atau tidaknya berdasarkan kondisi ekonomi pada saat itu. Tingkat kesalahan adalah penyimpangan kesalahan baik kuantitas maupun kualitas cadangan yang masih bisa diterima sesuai dengan tahap ekplorasinya. Selain itu juga Mc. Kelvey membagi cadangan didasarkan pada kenaikan tingkat pelaksanaan ekonomi dan tingkat keyakinan geologi yang dapat dilihat pada gambar 3.3
35
S u b
E c o n o m i c
S u b
M a r g i n a l ,
P a r a m a r g i n a l
Kenaikan Tingkat Keyakinan Geologi
(Sumber : Mc. Kelvey dalam Abdul Rauf Perhitungan cadangan endapan mineral, 1998) Gambar 3.3 Klasifikasi Cadangan dan Sumber Daya Mineral
3.3 Perhitungan Cadangan Setelah kita melakukan ekplorasi pada tahap-tahap kegiatan penambangan kemudian melakukan analisa dan perhitungan cadangan seperti terlihat pada Gambar 3.1. Adapun tujuan dari perhitungan cadangan yaitu agar dapat menentukan jumlah dan mutu kualitas yang dapat dipertanggung jawabkan untuk dieksploitasi sesuai dengan kebutuhan. Dengan perhitungan cadangan akan dapat mengetahui biaya produksi, membantu perencanaan, efisiensi operasi, control kehilangan dalam penambangan, unsur produksi tambang, dan sebagainya. Kegiatan lapangan untuk memperoleh data guna perhitungan cadangan adalah sebagai berikut : Total Resources Totalitas Sumber Daya Mineral Identified Teridikasi Undiscovered Tak Terindikasi Demontrated Terunjuk
A. Observasi Lapangan Merupakan gambaran praktis kondisi dan keadaan dilapangan meliputi pengambilan data geografi dan demografi. B. Pemetaan Tidak mutlak dilaksanakan, untuk pengambilan topografi, bentang alam, dan lereng awal jika peta telah tersedia maka hanya dilakukan ploting. C. Pengambilan Conto Dapat berupa air, tanah, endapan, singkapan sesuai dengan metodenya. D. Pengambilan Data Geologi Dapat dilakukan dengan studi literatur dan pengecekkan langsung dilapangan. E. Pengolahan Data Dilakukan di lapangan (pengecekkan mudah) atau dikirim ke kantor termasuk pekerjaan studio, uji laboratorium dan analisa. Untuk Estimasi cadangan tidak lepas dari metode yang akan digunakan, adapun metode perhitungan cadangan dapat dikategorikan menjadi : 1. Metode Konvesional a. Tertua dan paling umum digunakan. b. Mudah diterapkan, dikomunikasikan, dan dipahami. c. Mudah di adaptasi dengan semua edapan mineral. d. Kelemahannya sering menghasilkan perkiraan salah, karena cendrung menilai kadar tinggi saja. e. Kadar suatu luasan diasumsikan konstan sehingga tidak optimal secara matematika. f. Untuk endapan yang terpencar dapat terjadi penafsiran yang salah. 2. Metode Non Konvensional. a. Pengembangan teori matematik dan statistik. b. Secara teoritis akan lebih optimal. c. Kelemahannya rumit data terbatas tidak optimal.
37
3.4 Metode Perhitungan Cadangan Dalam melakukan metode perhitungan cadangan haruslah ideal dan sederhana, cepat dalam pengerjaan dan dapat dipercaya sesuai dengan keperluan dan kegunaan. Metode perhitungan harus dipilih secara hati-hati dan rumusan yang dipilih harus sederhana dan mempermudah perhitungan sehingga dapat menghasilkan tingakat ketepatan yang sama dengan metode yang komplek. Maka tingkat kebenaran perhitungan cadangan tergantung pada ketepatan dan kesempurnaan pengetahuan atas endapan mineral seperti asumsi-asumsi yang digunakan untuk menginterprestasikan variabel-veriabel pada batas-batas endapan dan pada perumusan matematika. Pemilihan metode untuk perhitungan cadangan tergantung pada : A. Keadaan Geologi dari Endapan Mineral Topografi daerah penelitian berupa perbukitan bergelombang B. Ketersediaan Data Tidak adanya data lubang bor yang menunjukkan ketebalan endapan bijih nikel sehingga data merupakan indikasi secara geologi saja. C. Jenis Bahan Galian. Bijih nikel merupakan jenis bahan galian golongan B yang mempunyai bentuk dan geometri yang sederhana, dan memiliki assosiasi dengan mineral-mineral lainnya. Secara umum endapan-endapan bahan galian dapat dikategorikan atas sederhana (simple) atau kompleks (complex) tergantung dari distribusi kadar dan bentuk geometrinya. Kriteria untuk mengkategorikan endapan bahan galian ini didasarkan atas pendekatan geologi. Untuk kategori kompleks dicirikan dengan kadar pada batas endapan dan pada tubuh bijihnya sangat bervariasi serta bentuk geometrinya yang kompleks, sedangkan untuk kategori sederhana dicirikan dengan bentuk geometri yang sederhana dan kadar pada batas endapan maupun pada badan bijih relatif homogen.
38
3.4.1. Metode Penampang Tegak (Cross Section) Prinsip dari metode ini yaitu pembuata sayatan pada badan bijih, dalam hal ini adalah nikel. Kemudian dihitung luasan masing-masing badan bijih tersebut, dan untuk menghitung volumenya digunakan jarak antar penampang. Untuk perhitungan volume dapat menggunakan rumus sebagai berikut : A. Rumus luas rata-rata 1. Volume penampang yang sejajar
V : Volume Cadangan S 1 : Luas Penampang Satu S 2 : Luas Penampang Dua L : Jarak Antar Penampang
2. Untuk menghitung tonase digunakan rumus T = V x BJ Dimana : T = Tonase (ton) V = Volume (m 3 ) BJ = Berat Jenis Material (ton/ m 3 )
Rumus Prismoida V = (S 1 + 4M + S 2 )
S 1 ,S 2 = Luas Penampang Ujung M = Luas Penampang Tengah L = Jarak Antar S 1 dan S 2
V = Volume Cadangan
39
3. Rumus Kerucut Terpancung
k S 1 : Luas Penampang Atas S 2 : Luas Penampang Bawah L : Jarak Antara S 1 dan S 2
V : Volume Cadangan
(Abdul Rauf 1998) Gambar 3.4. Metoda Penampang Standar
3.4.2. Metode Daerah Pengaruh Perhitungan cadangan menggunakan metode daerah pengaruh (Area Of Influence) merupakan salah satu metode estimasi cadangan secara konvensional, metode ini mempunyai luas daerah pengaruh yang sama dengan luas daerah pengaruh dari titik-titik conto terdekat. Dalam hal ini pola luasan yang dibentuk segi empat sama sisi dengan luas 625m 2 . Sedangkan kadar dari masing-masing 40
titik conto bervariasi, dan luas daerah pengaruh setiap titik dihitung dengan membagi jarak antara dua titik conto yang berdekatan menjadi dua. Metode ini umumnya menggunakan nilai titik conto yang berada dipusat blok sebagai pengganti terbaik nilai rata-rata luas tertentu didalam blok tersebut tanpa mempertimbangkan pengaruh, hubungan letak, dan ruang titk conto di sekelilingnya. Pada metode daerah pengaruh ini semua faktor ditentukan untuk titik tertentu pada endapan mineral, diekstensikan (perluasan) sejauh setengah jarak dari titik-titik sekitarnya yang membentuk daera pengaruh. Ukuran blok yang ditentukan oleh tiap-tiap titik conto dipengaruhi langsung oleh spasi conto. Jika spasi rapat maka ukuran blok akan semakin kecil begitu juga sebaliknya, maka ukuran blok dibatasi. Ukuran blok dapat ditantukan secara subyektif berdasarkan pengalaman dan perhitungan cadangan sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya. Dengan demikian pengaruh dari tiap-tiap titik akan membentuk suatu poligon tertutup, dimana bagian dari endapan yang akan diestimasi cadangannya diganti oleh beberapa prisma poligon, setiap prisma poligon atau blok menggambarkan volume daerah pengaruh suatu titik conto, Dengan demikian untuk mengestimasi volume daerah pengaruh tiap-tiap poligon, dilakukan dengan cara mengkalikan luas daerah pengaruh tiap-tiap poligon dengan tebal bijih pada daerah pengaruh tersebut (tebal pada tiap-tiap poligon) Volume dari masing-masing daerah pengaruh dapat diestimasi dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : V = a x t Keterangan : V = Volume daerah pengaruh (m 3 ) a = Luas daerah pengaruh (m 2 ) t = Tebal bijih (m) Sedangkan untuk mengestimasi volume total dari masing-masing poligon digunakan persamaan sebagai berikut : V total = V 1 + V 2 + V 3 + + Vn atau 41
= a 1 x t 1 + a 2 x t 2 + a 3 x t 3 + + a n x t n
Keterangan : V 1 , V 2 , V 3 , Vn = Volume masing-masing poligon (m 3 ) a 1 , a 2 , a 3 , a n = Luas daerah pengaruh dari masing-masing poligon (m 2 ) t 1 , t 2 , t 3 , t n = Tebal bijih dari masing-masing poligon (m) Untuk estimasi tonase bijih total digunakan persamaan sebagai berikut : T = T 1 + T 2 + T 3 + + Tn = (V 1 x x C 1 ) + (V 2 x x C 2 ) + (V 3 x x C 3 ) + (Vn x x Cn) Sedangkan rata-rata diestimasi dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : C AV = C 1 V 1 + C 2 V 2 + C 3 V 3 + + CnVn V 1 + V 2 + V 3 + Vn Keterangan : T = Tonase bijih total dari cadangan (WMT) T1, T2, T3, ,Tn = Tonase bijih dari masing-masing poligon (WMT) = Densitas Batuan (Ton/m 3 ) V 1 , V 2 , V 3 , ,Vn = Volume dari masing-masing poligon (m 3 ) C 1 , C 2 , C 3 ,. ,Cn = Kadar dari masing-masing poligon (%) Keterangan : Berprospek Tidak Berprospek
Gambar 3.5 Metode Daerah Pengaru 42
3.5. Penentuan Batas Cadangan Ketidakteraturan bentuk endapan bijih dan ketidakmerataan distribusi kadar akan menimbulkan kesulitan dalam penentuan batas-batas endapan bijihnya. Penanganan masalah ketidakteraturan bentuk endapan dan ketidakmerataan distribusi kadar merupakan satu rangkaian dalam penentuan batas-batas cadangan. Terdapat dua kriteria dalam penentuan batas cadangan, yaitu : 1. Penentuan batas cadangan didasarkan pada interprestasi geologi atas daerah mineralisasi, sehingga batas-batas struktur maupun litologi juga merupakan batas cadangan. 2. Batas cadangan didasarkan atas nilai kandungan bijih nikel (kadar) didalam bijih dengan acuan nilai Cut Off Grade sebesar 1.6 %.
43
BAB IV HASIL PENELITIAN
Berdasarkan analisa-analisa maka penentuan layak tidaknya bijih nikel akan ditambang didasarkan pada hasil ekplorasi yang telah dilaksanakan Pada usaha penambangan yang dikelola oleh PT. Antam (Tbk) UPBN operasi Pomalaa ini memiliki 4 Kuasa Wilayah (KW) penambangan yang terdiri dari : 1. KW 98PP0213 = 1584,00 Ha 2. KW 98PP0214 = 2372,00 Ha 3. KW 98PP0215 = 599,40 Ha 4. KW 98PP0216 = 3759,00 Ha + Total Kuasa Wilayah = 8314,40 Ha Di mana lokasi tambang tengah terletak di KW 98 PP0216. Di PT. Antam (Tbk) UBPN Operasi Pomala membutuhkan kualitas pasar yang terbagi atas 2 kualitas yaitu: 1. High Grade a. High Grade Saprolit Ore (HGSO) Dimana nikel yang mempunyai kualitas ekspor dengan kadar berkisar 2,0% Up atas permintaan dari Negara Jepang, Eropa, Thailland, dan Korea Selatan. b. High Grade Pabrik Kualitas ini untuk memenuhi kebutuhan akan pabrik FeNi 1 dan 2 yang dikelola PT. Antam (Tbk) sendiri yang akan menghasilkan Ferro-nikel sebagai bahan setengah jadi untuk dapat diproses selanjutnya 2. Low Grade Saprolit Ore (LGSO) Kualitas nikel untuk LGSO ini memiliki kualitas yang kadar Ni rendah, yaitu antara 1,60% sampai 2,0% dengan kadar besi (Fe) > 5% dan Bassisity > 50%. Kualitas LGSO ini merupakan permintaan akan negara Australia dimana selain nikel, mereka juga akan mengolah besi (Fe) sebagai mineral asosiasi.
44
4.1. Perhitungan Cadangan Dengan Metode Penampang Tegak Perhitungan cadangan dengan metode penampang tegak menggunakan metode standar, yakni mengikuti pedoman perubahan bertahap (rule of gradual changes), dengan menghubungkan titik-titik pengamatan terluar. Pada metode standar ini dengan prosedur : a. Penentuan luas semua seksi. b. Penentuan faktor rata-rata. c. Perhitungan volume. d. Perhitungan cadngan, satuan berat raw material / berat metal.
Tabel 4.1. Prosedur Perhitungan Metoda Penampang Standar (Sumber : Abdul Rauf 1998)
Perhitungan cadangan dengan metoda penampang tegak ini dilakukan dengan beberapa tahap : 1. Membuat sayatan pada badan bijh. 2. Mengitung luasan masing-masing sayatan dengan menggunakan rumus 1/3 simpson, dengan membagi beberapa segmen yang berjumlah genap pada masing-masing sayatan. Blok Seksi Luas Jarak Antar Seksi Volume Tonage Faktor Cadangan Raw Material Kadar Cadangan Mineral/ Metal 1 A-A' B-B' S 1 S 2 L 1 F Q 1 =V 1 .F c 1 P 1 =Q 1 .c 1
2 B-B' C-C' S 2 S 3 L 2 F Q 2 =V 2 .F c 2 P 2 =Q2.c 2
. . . . . . . . . . . . . . . . . .
n Y-Y' Z-Z' Sn Sn Ln F Qn=Vn.F cn Pn=Qn.cn 45
3. Menghitung volume antar sayatan yang stu dengan yang lain berdasarkan blok-blok. 4. Menghitung cadangan dengan mengalikan jumlah volume total dengan berat jenis material. Maka dengan menggunakan rums pada tabel diatas di dapat hasil perhitungan volume sebesar 343.727 m 3 dan cadangan raw material sebesar 659.955,8515 WMT sebagaimana terlampir (lampiran D). Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Cadangan Nikel Menggunakan Metode Penampang Tegak BLOK SEKSI LUAS PENAMPANG (m2) JARAK ANTAR PENAMPANG (m) VOLUME (m3) DENSITY (ton/m3) TONASE (WMT) 1 AA' 672,34 100 32958.34 1,92 63280.0128 BB' 645,74 2 BB' 645,74 100 48376.04 1,92 92881.9968 CC' 954,606 3 CC' 954,606 100 75759.11 1,92 145457.4835 DD' 1.496,09 4 DD' 1.496,09 100 48930.59 1,92 93946.7328 EE' 948,69 5 EE' 948,69 100 21498.69 1,92 41277.4848 FF' 411 6 FF' 411 100 19111 1,92 36693.12 GG' 374 7 GG' 374 100 19224 1,92 36910.08 HH' 377 8 HH' 377 100 16847 1,92 32346.24 II' 329,4 9 II' 329,4 50 5433.9 1,92 10433.088 JJ' 204,18 10 JJ' 204,18 50 21529.18 1,92 41336.0256 KK' 853 11 KK' 853 50 7742 1,92 14864.64 LL' 275,56 12 LL' 275,56 50 18975.56 1,92 36433.0752 MM' 748 13 MM' 748 100 7341.6 1,92 14095.872 NN' 131,872 TOTAL 343727 659955.8515
46
4.2. Perhitungan Cadangan Dengan Metode Daerah Pengaruh Estimasi cadangan dengan menggunakan daerah pengaruh, (Area of Influence) perhitungan-perhitungan berdasarkan kedalaman lubang bor, ketebalan, jarak pengaruh, dan analisis kadar Ni dibuat dalam satu tabel teratur dan terangkum. Estimasi cadangan dengan menggunakan metode ini dilakukan dengan membuat blok-blok daerah pengaruh berdasarkan aturan metode poligon, sehingga akan didapat estimasi luas dari masing-masing segi banyak hasil penggambaran secara manual. Adapun langkah-langkah perhitungan adalah sebagai berikut: a. Memasukkan data no blok, luas, ketebalan tanah penutup, dan ketebalan bijih nikel ke dalam lajur tabel yang telah dibuat.. b. Kemudian untuk mendapatkan volume dari masing-masing poligon, dilakukan dengan jalan mengkalikan luas dari tiap-tiap poligon dengan tebal bijih dari masing-masing poligon tersebut. V = a t Keterangan : V : volume daerah pengaruh (m 3 ) a : luas daerah pengaruh (m 2 ) t : tebal endapan nikel (m) c. Tonase bijih nikel didapatkan dari hasil perkalian antara volume poligon dengan densitas batuan yang mempunyai kadar Ni. T = V BJ Keterangan : T : tonase (WMT) V : volume (m 3 ) BJ: densitas batuan (ton/m 3 ) d. Total tonase bijih nikel diperoleh dengan menjumlahkan seluruh tonase bijih nikel dari tiap-tiap blok/poligon.
47
Maka dengan langkah perhitungan diatas didapat hasil perhitungan volume sebesar 386.875 m 3 , dan jumlah tonase sebesar 742.800 WMT (lampiran E)
5.1. Perhitungan Cadangan 5.1.1. Metode Penampang Tegak Untuk perhitungan dengan menggunakan metode penampang tegak, digunakan rumus 1/3 simpson untuk menghitug luasan dari masing-masing sayatan, kemudian digunakan rumus rata-rata (mean area formula) untuk menghitung volume. Penggunaan rumus rata-rata dianggap paling sederhana serta cocok untuk menghitung volume cadangan yang terletak diantara dua penampang dengan luas penampang 1 (S 2 ) dan luas penampang 2 (S 2 ) serta jarak antar penampang (L). Pembuatan sayatan sendiri dilakukan dengan menggunakan program Autocad 2005 dan Quicksurf 2005. pada perhitungan cadangan ini dibuat 14 sayatan sesuai dengan pola pemboran dengan jarak antar sayatan 100 m dan 50 m. Sayatn-sayatan tersebut dibagi dalam 13 blok daerah penambangan. Cadangan dihitung tiap-tiap blok (tabel 4.2). Hasil perhitungan cadangan nikel dengan metode penampang tegak diperoleh jumlah cadangan sebesar 659.955,8515 WMT.
5.1.2. Metode Daerah Pengaruh Untuk perhitungan cadangan menggunakan daerah pengaruh, dibuat luasan membentuk segi empat sama sisi dengan luasan 25 25. Kemudian dihitung volume dengan mengalikan ketebalan dengan luasan tiap daerah pengaruh. Bentuk luasan daerah pengaruh dibuat dengan menggunakan surfer 8, dan lubang bor sendiri berjumlah 58 titik bor. Hasil perhitungan cadangan dengan metode daerah pengaruh yakni 742.800 WMT.
50
5.2. Kesalahan Perhitungan Hasil perhitunga yang didapat dari kedua metode ini memiliki selisih perbedaan besar cadangan. Jumlah cadangan nikel yang didapat mempunyai jumlah selisih sebesar 82.844,15 WMT. Dari perhitungan kedua metode tersebut didapatkan persen kesalahan sebesar 13 %. nilai ini didapat dengan rumus dibawah ini :
= 13%. Persen kesalahan tersebut menunjukan bahwa kesalahan perhitungan cadangan yang dilakukan relatif rendah. ini didasarkan pada klasifikasi cadangan menurut Mc. Kelvey dengan toleransi tingkat kesalahan perhitungan untuk cadangan terukur yaitu 20%. Terdapatnya perbedaan jumlah dari perhitungan cadangan dengan dua metode tersebut dari kedua bentuk metode menunjukan perbedaan perhitungan. Faktor kesalahan lainnya adalah tingkat ketelitian dari program Autocad, Quicksurf dan Surfer dalam menentukan luas daerahnya.
51
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan-perhitungan yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut a. Besarnya cadangan nikel dihitung dengan merode penampang tegak sebesar 659.955,8515 WMT, dan untuk metode daerah pengaruh sebesar 742.800 WMT. b. Persen kesalahan perhitungan cadangan adalah sebesar 13%.
6.2. Saran Saran yang dapat penulis berikan berdasarkan hasil perhitungan cadangan nikel menggunakan metode penampang tegak dan metode daerah pengaruh yaitu : a. Kedua metode tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya yaitu : sederhana, murah dan dapat diterapkan secara umum, sedangkan kekurangan dari kedua metode tersebut adalah dalam menghitung luasan menggunakan Autocad, quicksurf dan surfer diperlukan ketelitian dalam penggambaran. b. Perbedaan hasil perhitungan diharapkan dapat saling melengkapi. c. Dalam kegiatan lebih lanjut (penambangan) sebaiknya menggunakan perkiraan jumlah cadangan dengan jumlah nilai cadangan yang kecil.
52
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdul Rauf, Perhitungan Cadangan Endapan Mineral, Modul Kuliah, Jurusan Teknik Pertambangan, UPN Veteran Yogyakarta, 1998
2. Abraham Beda, Rancangan Teknis Sistem Penyaliran di Bukit TBL Tambang Tengah PT. ANTAM UBPN Pomalaa, Tugas Akhir, Program Studi Teknik Pertambangan, STTNAS Yogyakarta, 2008
3. Agus Haris, Metode Perhitungan Cadangan, Modul Responsi, Dep Teknik Pertambangan, ITB, Bandung, 2005
4. Hasanudin dkk, Arsip PT. ANTAM Tbk UBPN POMALAA, 1992
5. J.E. Gill, R.A. Blais, V.A. Haw. Ore Reserve Estimation and Grade Control, The Canadian Institute Of Mining and Metalurgy, 1968
6. Nurhakim, Teknik Eksplorasi, Bahan Kuliah, Prodi Teknik Pertambangan, UNLAM, Banjarbaru, 2006
7. Partanto Prodjosumarto, Pengantar Teknologi Mineral, Diktat Kuliah, ITB, Bandung, 1996
8. -----, Kajian Nikel, Dep Energi dan Sumber Daya Mineral, 1985
9. -----, Teknologi Pertambangan Indonesia, PPTM, Bandung, 1994
LAMPIRAN C PERHITUNGAN LUAS SAYATAN METODE PENAMPANG TEGAK Untuk perhitungan luasan metode penampang tegak digunakan rumus 1/3 simpson, dengan membagi segmen-segmen tiap luasan penampang, jumlah segmen genap 1. Penampang A-A
L = 0.67 x [1002] L = 671.34
80
2. Penampang B-B
L = 0.83 x [778] L = 645.74
81
3. Penampang C-C
L = 1.167 x [818] L = 954.606
82
4. Penampang D-D
L = 1.167 x [1282] L = 1496.09
83
5. Penampang E-E
L = 0.83 x [1143] L = 948.69
84
6. Penampang F-F
L = 0.5 x [822] L = 411
85
7. Penampang G-G
L = 0.5 x [748] L = 374
86
8. Penampang H-H
L = 0.5 x [754] L = 377
87
9. Penampang I-I
L = 0.3 x [1098] L = 329.4
88
10. Penampang J-J
L = 0.83 x [246] L = 204.18
89
11. Penampang K-K
L = 0.5 x [1706] L = 853
90
12. Penampang L=L
L = 0.83 x [332] L = 275.56
91
13. Penampang M-M
L = 0.5 x [1496] L = 748
92
14. Penampang N-N
L = 0.416 x [317] L = 131.872
93
LAMPIRAN D PERHITUNGAN JUMLAH CADANGAN DENGAN METODE PENAMPANG TEGAK (CROSS SECTION)
Perhitungan Volume dan Tonase Pada peta cadangan nikel dibagi menjadi 13 blok, dan dihitung berdasarkan sayatan. Untuk mendapatkan jumlah cadangan pada masing-masing blok dilakukan dengan cara mengalikan jumlah volume dengan densitas material yakni 1,92 ton/m3.
Blok 1 : sayatan A-A dengan sayatan B-B
V = 32958.34 m 3
T = V BJ = 32958.34 m 3 1,92 ton/m 3
T = 63280.0128 ton Blok 2 : B-B dengan C-C
V = 48376.04 m 3
T = V BJ = 48376.04 m 3 1,92 ton/m 3
T = 92881.9968 ton 94
Blok 3 : C-C dengan D-D
V = 75759.106 m 3
T = V BJ = 75759.106 m 3 1,92 ton/m 3
T = 145457.4835 ton Blok 4 : D-D dengan E-E
V = 48930.59 m 3
T = V BJ = 48930.59 m 3 1,92 ton/m 3
T = 93946.7328 ton Blok 5 : E-E dengn F-F
V = 21498.69 m 3
T = V BJ = 21498.69 m 3 1,92 ton/m 3
T = 41277.4848 ton Blok 6 : F-F dengan G-G
95
V = 19111 m 3
T = V BJ = 19111 m 3 1,92 ton/m 3
T = 36693.12 ton Blok 7 : G-G dengan H-H
V = 19224 m 3
T = V BJ = 19224 m 3 1,92 ton/m 3
T = 36910.08 ton Blpk 8 : H-H dengan I-I
V = 16847 m 3
T = 16847 m 3 1,92 ton/m 3
T = 32346.24 ton Blok 9 : I-I dengan J-J
V = 5433.9 m 3
T = V BJ = 5433.9 m 3 1,92 ton/m 3
T = 10433.088 ton 96
Blok 10 : J-J dengan K-K
V = 21529.18 m 3
T = V BJ = 21529.18 m 3 1,92 ton/m 3
T = 41336.0256 ton Blok 11 : K-K dengan L-L
V = 7742 m 3
T = V BJ = 7742 m 3 1,92 ton/m 3
T = 14864.64 ton Blok 12 : L-L dengan M-M
V = 18975.56 m 3
T = V BJ = 18975.56 m 3 1,92 ton/m 3
T = 36433.0752 ton Blok 13 : M-M dengan N-N
97
V = 7341.6 m 3
T = V BJ = 7341.6 m 3 1,92 ton/m 3
T = 14095.872 ton Jumlah total Volume = Blok (1 + 2 +3 + 4 + 5 + 6 + 7 + 8 + 9 + 10 + 11 + 12 + 13) = 343.727m 3
0 100 200 300 400 2100 2150 2200 2250 2300 2350 2400 -1650 -1600 -1550 -1500 -1450 -1400 -1350 -1300 A B C D E F G H I J K L M N PETA LUBANG BOR & SAYATAN Skala 1 : 500 LEGENDA Garis Kontur (Interval Kontur 3 m) Lubang Bor Sayatan Lokasi : Areal penambangan nikel tambang tengah bukit TLC-3 PT. Antam Tbk UBPN Pomalaa,Kab Kolaka, Sulawesi Tenggara Oleh Nama : Zaenal Abbidin Kamarullah No. Mhs : 71106072 Jurusan : Teknik Pertambangan SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA LAMPIRAN F PETA LUBANG BOR DAN SAYATAN
0 100 200 300 400 2100 2150 2200 2250 2300 2350 2400 -1650 -1600 -1550 -1500 -1450 -1400 -1350 -1300 651A 650A 649A 648B 641A 641B 642A 643A 645A 645B 619A 617A 617B 615A 612A 592A 592B 593A 594A 596A 596B 597A 598B 574A 573A 572A 571A 570A 569A 546B 547A 548A 549A 529A 528B 528A 527A 505A 506A 507A 508A 494C 493A 492A 473F 473E 473A 473B 473D 475A 471F 470D 472B 471A 470A 469A 449 450A PETA LUBANG BOR & DAERAH PENGARUH Skala 1 : 500 LEGENDA Garis Kontur (Interval Kontur 3 m) Lubang Bor Daerah Pengaruh Lokasi : Areal penambangan nikel tambang tengah bukit TLC-3 PT. Antam Tbk UBPN Pomalaa,Kab Kolaka, Sulawesi Tenggara Oleh Nama : Zaenal Abbidin Kamarullah No. Mhs : 71106072 Jurusan : Teknik Pertambangan SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA LAMPIRAN G PETA LUBANG BOR DAN DAERAH PENGARUH