Anda di halaman 1dari 68

,,,

PENGEMBANGAN PROGRAM LATIHAN KEBUGARAN JASMANI BERUPA


LATIHAN FISIK UNTUK MENINGKATKAN V02
PADA PESERTA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER SEPAK BOLA
DI MAN TlOGO BLITAR
PROPOSAL SKRIPSI
Pembimbing:
Oleh:
HUMAID ALI HASAN
NIM 208711415983






UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN
DESEMBER


DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang .
2. Rumusan Masalah.
3. Tujuan Penelitian
4. Spesifikasi Produk yang diharapkan..
5. Pentingnya Pengembangan .
6. Asumsi keterbatasan pengembangan .
7. Definisi Istilah.
8. Sistematika penulisan
9. Definisi Operasional.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
1. Kesegaran Jasmani
2. Tujuan kesegaran jasmani.
3. Komponen-komponen Kesegaran Jasmanai.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesegaran Jasmani
5. Program latihan .
6. Prinsip Latihan
7. Beban Latihan .
8. Metode Latihan Fisik .
9. Penjelasan Tentang program latihan untuk meningkatkan VO2
10. Latihan kebugaran jasmani berupa latihan fisik untuk meningkatkan VO2
11. Peran Kesegaran Jasmani dalam Permainan sepak bola
12. Kegiatan Ekstrakurikuler..
13. Karakteristik Sepak Bola.
BAB III METODE PENELITIAN
1. model pengembangan.
2. prosedur pengembangan
3. uji coba produk,.
4. subjek uji coba.
5. jenis data
6. intrumen penelitian..
7. tehnik analisis data
BAB I
PENDAHULUAN
1. A. Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia merupakan perwujudan manusia yang bertujuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa berdasarkan (UUD 1945). Pendidikan merupakan suatu hal
yang sangat penting bagi kehidupan bangsa dan kemajuan suatu negara. Dengan adanya
pendidikan bangsa indonesia akan mengalami kemajuan dan meninggalkan suatu bentuk
keterpurukan, seperti sekarang ini. Untuk itu pemerintah harus lebih berkosentrasi terhadap
pendidikan di indonesia dan juga harus membuat suatu kebijakan yang mengarahkan pada
perkembangan pendidikan di indonesia.
Pendidikan merupakan cara yang srategis untuk mencetak sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas. Dengan kebijakan yang berkelanjutan khususnya dalam dunia pendidikan di
indonesia, bukan mustahil pendidikan di indonesia akan menciptakan SDM yang berwawasan
luas dan berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas akan membawa pada kemajuan
bangsa terutama dalam menjadikan masyarakat madani. Sehingga dengan adanya pendidikan
yang bermutu maka semua hal yang berhubungan dengan masalah pendidikan akan cepat
terselesaikan. Salah satu Pendidikan yang mengarahkan pada perkembangan perkembangan
keseluruhan aspek manusia adalah pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani hakikatnya
adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan
holistik dalam kualitas individu baik secara jasmani dan rohani. Sehingga pendidikan jasmani
merupakan salah satu pendidikan yang sangat penting dan utama untuk kemajuan suatu
bangsa.
Pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam mengintensifikasi
penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung
seumur hidup. Pendidikan jasmani memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat
langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain, dan
berolahraga yang dilakukan secara sistematis ,terarah dan terencana. Pembekalan pengalaman
belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif
sepanjang hayat. Badan Standart Nasional Pendidikan (2006:729) menyatakan bahwa:
Pendidikan jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan
secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,keterampilan
gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas
emosional,tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui
aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pada hakekatnya pendidikan jasmani tidak hanya untuk mengembangkan badan tetapi juga
untuk mengajarkan perilaku sosial, kebudayaan, dan menghargai etika serta mengembangkan
kesehatan mental emosional ( adisasmita, 1989:2 ) selain itu adisasmita juga berpendapat
bahwa kegiatan jasmani tertentu yang dipilih dapat membentuk sikap / membentuk karakter
yang berguna bagi pelakunya.
Untuk mencapai tujuan tersebut harus ada lingkungan yang lebih banyak dari pihak lain
seperti keluarga, sekolah, serta lingkungan. Untuk pendidikan jasmani yang diberikan di
sekolah , tentu pihak sekolah mempunyai peran dan tanggung jawab yang tinggi. Dalam hal
ini guru pendidikan jasmani harus mempunyai inovasi inovasi untuk melaksanakan
pembelajaran pendidikan jasmani guna mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani dan mengembangkan bakat dan minat siswa
pihak sekolah menyelenggarakan kegiatan ekstrakulikuler. Menurut ahmadi ( 1984:105)
kegiatan ekstrakulikuler adalah kegiatan kegiatan di luar jam pelajaran sekolah yang
mempunyai fungsi pendidikan dan biasanya berupa klub klub, misalnya: olahraga,
kesenian, ekspresi dan lain- lain. Kegiatan ekstrakulikuler bertujuan untuk memperluas
pengetahuan siswa mengenai hubungan antara berbagai berbagai mata pelajaran, meyalurkan
bakat dan minat serta melengkapi upaya pembinaan menusia seutuhnya ( sahertian,1978:83 ).
Jadi sekolah merupakan tempat dimana siswa dapat mengembangkan bakat dan minatnya
kegiatan ektrakulikuler.
Di MAN tlogo Blitar salah satu sekolah lanjutan akhir di blitar dengan jumlah siswa 850
siswa juga melaksanakan kegiatan ektrakulikuler. Man Tlogo blitar merupakan sekolah
madrasah aliyah negeri di blitar yang menjadi salah satu sekolah favorit dengan keuggulan
dalam ilmu agama dan umum. Akan tetapi tidak hanya ekstrakulikuler yang bergerak dalam
bidang akademik saja yang banyak diminati oleh siswa , mereka juga sangat berantusias
dalam mengikuti kegiatan ekstrakulikuler yang bergerak dalam bidang olahraga. Kegiatan
ektrakulikuler olahraga diadakan oleh pihak sekolah bertujuan selain untuk menunjang proses
belajar mengajar khususnya pendidikan jasmani untuk mengembangkan bakat dan minat
yang dimiliki oleh siswa. Kegiatan ekstrakulikuler di Man Tlogo Blitar terdiri dari berbagai
banyak cabang olahraga, diantaranya Badminton, sepak Bola, Tenis Meja, bola voli, dan
futsal. Dari kelima ektrakulikuler tersebut siswa bisa memiliki ekstrakulikuler yang
diinginkan sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki oleh siswa.
Data peserta ekstrakulikuler olahraga di Man Tlogo Blitar sebagaimana ditunjukan sebagai
berikut:
No Cabang Olahraga Jumlah Peserta
1. Badminton 25
2. Sepak Bola 22
3. Bola Voly 27
4. Futsal 23
5. Tenis Meja 24
( Sumber : Koordinator ekstrakulikuler di Man Tlogo Blitar ).
Dari tabel diatas diketahui bahwasanya dari ke lima kegiatan ekstrakulikuler yang termasuk
dalam kegiatan olahraga, cabang olahraga sepak Bola paling sedikit pesertanya dibanding
dengan olahraga lain, tetapi dalam sisi prestasi cabor sepak bola masih mempunyai nama
daripada ektrakulikuler yang lain. Dalam survei beberapa hari kemarin teryata Prestasi sepak
bola Man Tlogo blitar cukup menjanjikan.Terhitung beberapa Prestasi telah diraih khususnya
di tahun 2008 2010. Pada tahun 2008/2009 Tim Sepak bola Man Tlogo blitar telah
mencatat prestasi menjadi juara tiga PORSENI tingkat MAN/ MA se Kabupaten Blitar.
Kemudian tahun 2009/2010 Tim Sepak Bola Tim Man Tlogo Blitar telah meraih Prestasi
Juara 1 POPDA Tingkat SMA/ MAN sederajat se- Kabupaten Blitar.
Seiring perjalananya waktu Tim Manega dalam berapa bulan terakhir khususnya dari segi
Prestasi agak menurun dan banyak faktor yang mempengaruhinya. kemarin saya mencatat
banyak dari anggota Tim MANEGA banyak mengalami kekelahan dan keletihan sehingga
para pelatih kebingungan dalam mengatasi anak buahnya. Faktanya menunjukan dengan
kebugaran jasmani yang tidak bagus, dalam pertandingan Uji Coba selama3 kali berturut
turut hasilnya mengecewakan. 2 kali kalah dan 1 kali seri . Dari itu pelatih dengan peneliti
pada hari sabtu tanggal 23 september menyetujui kesepakatan untuk mengetahui tingkat
kebugaran jasmani para pemain perlu adanya Tes dan pengukuran. Tes yang dipilih oleh
seorang pelatih dan peneliti adalah Tes Multistage. Peserta yang mengikuti tes
kebugaranjasmani pada waktu itu tercatat sebanyak 20 orang.
Berdasarkan analisis kebutuhan yang saya lakukan dengan metode observasi maka dengan
diadakanya tes kebugaran jasmani dengan lari multistage teryata dari 20 sampel dari para
peserta ekstrakulikuler sepakbola masih dibawah standart minimal kebugaran jasmani. Di
bawah ini hasil dari Tes Multistage pada ekstrakulikuler sepak bola di Man Tlogo Blitar
sebagai berikut:\
Tabel Hasil Tes Lari Multitahap Siswa
No Nama Usia Shutlle Level
1. Denta Permana 17 5 5
2. Fuad Sholiki 16 6 3
3. Faris Fahrul Rizal 17 8 7
4. Agus Rohman 18 7 1
5. Hendro WIJAYA 15 6 4
6. Farid jalal Main 17 5 3
7. M. labib 18 7 2
8. M. fitrian Risfendi 18 5 9
9. Imam Bahroini 16 4 3
10. Kharis Khusen 17 5 8
11. Andika Wardana 16 6 5
12. Dadang Permana 18 5 4
13. Susilo Dwi P 16 7 3
14. Galang Panjalu 15 6 6
15. Budi 17 5 7
16 Zaky Fahrani 18 5 4
17. Bambang Hendro 17 7 5
18 Joko susilo 16 6 2
19 Adi wendarta 15 6 1
20 Levi setiambudi 18 8 4
21 M. Fahrudin 17 9 2
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwasanya para peserta anggota ekstrakulikuler Man
Tlogo Blitar khususnya sepak bola dalam hal kebugaran jasmaninya masih dalam keadaan
kurang baik. Oleh karena itu maka untuk mencapai kebugaran jasmani yang bagus harus ada
solusi atau sejenis jalan keluar untuk mangatasi masalah ini. Pada hari yang lalu kami telah
bertanya kepada pelatih apabila anak didiknya kita beri suatu bentuk program
latihan kebugaran jasmani berupa latihan fisik, teryata juga setuju dan pelatih akan terbantu
apabila dari kami bisa membuat pengembangan program latihan kebugaran jasmani berupa
latihan fisik guna meningkatkan VO2 para atle sepak bola MAN TLOGO Blitar.
Untuk memenuhi tuntutan daya tahan tersebut seorang para anggota Tim Manega harus
mempunyai energi dalam jumlah banyak. Tuntutan energi dalam jumlah banyak itu akan
diproduksi melalui sistem erobik yang memerlukan oksigen, oleh karena itu tinggi rendahnya
daya tahan seorang para pemain Tim Manega tergantung dari tinggi rendahnya kapasitas
oksigen maksimal atau VO
2
maks. Menurut Del Asri (2004:4) besaran energi yang dapat
tersedia per satu satuan waktu melalui proses erobik dapat ditentukan oleh volume oksigen
yang dapat diangkut dengan maksimal oleh darah dari paru-paru seseorang. Pada orang
normal (bukan atlet) nilai tingkat VO
2
maks yang baik untuk wanita adalah diatas 40
ml/kg/menit dan untuk pria diatas 45 ml/kg/menit (Howley dan Frank, 1997:211).
Tinggi rendahnya VO
2
maks para pemain Tim Manega sangat berpengaruh pada kondisi fisik
atau kesegaran jasmani anggota Tim. Menurut Wagner (2008) tinggi rendahnya VO
2
maks
seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis latihan, keturunan, pengaruh keadaan,
komposisi badan, jenis kelamin, dan umur. Fox (dalam Umar, 2001:59) menyatakan
Seseorang yang memiliki VO
2
maks yang tinggi tidak saja mampu melakukan aktivitas daya
tahan dengan baik tetapi lebih dari itu, mereka akan mampu melakukan recovery (pemulihan
asal) kondisi fisiknya lebih cepat dibandingkan dengan orang yang memiliki VO
2
maks yang
rendah. Sehingga kemampuan mereka untuk untuk melakukan aktivitas berikutnya bisa lebih
cepat dan mampu bertahan dalam jumlah waktu yang lama. Tinggi rendahnya VO
2
maks
seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu dari faktor tersebut adalah organ
tubuh yang pada dasarnya organ-organ tubuh tersebut sangat menunjang terhadap tingkat
VO
2
maks. Organ-organ tersebut seperti; paru yang berfungsi untuk memasukkan oksigen
dari luar kedalam tubuh, kualitas darah (hemogoblin) yang berfungsi untuk mengikat oksigen
dan membawanya ke seluruh jaringan, jantung yang berfungsi memompa darah, dan sistem
sirkulasi (pembuluh darah) yang berfungsi tempat jalannya darah serta jaringan tubuh yang
akan mempergunakan oksigen untuk proses oksidasi sehingga menghasilkan energi.
Bagi para pemain Tim Manega semakin baik kualitas faktor-faktor tersebut maka semakin
baik dan tinggi pula tingkat VO
2
maks seorang pemain, sehingga tingkat daya tahannya juga
baik yang pada akhirnya bagi TIM Manega memiliki tingkat kesehatan dan kesegaran
jasmani yang tinggi pula . sehingga apabila tingkat kesegaran Jasmani para pemain Tim
Manega bagus maka prestasi juga akan dapat meningkat dan lebih bagus lagi. Sebaliknya jika
Para pemain Tim Manega mempunyai daya tahan yang rendah, maka mereka akan cepat
mengalami kelelahan yang mengakibatkan emosi yang tidak stabil, mudah terombang-
ambing dalam situasi atau suasana, kurang kosentrasi dan tidak fokus dalam pertandingan
sehingga para pemain tim manega dalam segi prestasi akan menurun.
Untuk meningkatkan VO
2
maks latihan fisik harus dilakukan, peningkatan VO
2
maks
sebaiknya dengan cara program latihan erobik karena dengan latihan erobik sudah ada
pembebanan yang meningkatkan jantung maupun paru. Sedangkan untuk meningkatkan VO
2
maks yang dilakukan dengan Program latihan anerobik, secara langsung dapat diberikan
beban maksimum pada sistem jantung dan paru. Prestasi tinggi Tim manega dalam tingkat
kabupaten hanya dicapai dengan menjalani latihan yang sistematik dan teratur, dengan latihan
yang sistematik dan teratur maka kapasitas oksigen maksimal dapat meningkat sampai 20%.
Dari keterangan diatas maka untuk meningkatkan dan memperbaiki prestasi Tim Manega
dalam ekstrakulikuler di Man Tlogo harus adanya Program latihan kebugaran jasmani berupa
program latihan fisik khususnya dalam hal meningkatkan daya tahan jantung dan paru
paru (VO2) dengan cara latihan aerobik dan anaerobik.
Berdasarkan Latar belakang diatas maka peneliti sangat tertarik untuk membuat jenis
Pengembangan Program Latihan Kebugaran Jasmani berupa latihan fisik untuk
meningkatkan V02 pada ektrakulikuler sepak bola di Man Tlogo Blitar.
1. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang diatas , rumusan masalah yang diangkat adalah belum adanya
program latihan berkenaan kebugaran jasmani bagi Ektrakulikuler Di Man Tlogo Blitar.
Oleh karena itu untuk meningkatkan kebugaran fisik dan daya tahan V02 pada para peserta
Ekstrakulikuler Sepak Bola Di Man Tlogo Blitar maka diterapkanya Program Latihan
kebugaran Jasmani peserta Ekstrakulikiler di Man Tlogo blitar.
Untuk itulah peneliti akan membuat Program latihan kebugaran jasmani di Ektrakulikuler
Sepak Bola di Man Tlogo Blitar .
1. C. Tujuan Penelitian
Mengacu permasalahan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah
pembuatan program latihan kebugaran jasmani untuk sepak bola sehingga paserta
ektrakulikuler dapat meningkatkan kebugaran jasmani dalam melakukan permainan sepak
bola yang bagus dan juga demi untuk mencapai prestasi yang bagus.
1. D. Spesifikasi Produk Yang diharapkan
Untuk memecahkan masalah diatas, maka peneliti akan menerapkan Program latihan
kebugaran jasmani dalam permainan Sepak Bola di MAN Tlogo Blitar.Produk yang
dihasilkan adalah Program Latihan Kebugaran Jasmani.di dalam akan memmuat berbagai
variasi latihan kebugaran jasmani. Produk ini disusun untuk peserta ekstrakulikuler sepak
bola di MAN Tlogo Blitar.
Adapun Spesifikasi Penerapan program Latihan untuk Peserta Ekstrakulikuler sepak bola di
MAN Tlogo blitar adalah sebagai berikut:
1. Tahap Pendahuluan
1. Tahap Pendahuluan
1) Aktivitas yang digunakan berupa Gerak Stretching sistematis mulai dari kepala sampai
kaki.
2) Aktivitas kalestenik dengan berbagai variasi gerak sistematis dari kepala sampai kaki.
3) Aktivitas pemanasa sebelum latihan inti.
1. Tahap Inti
Pada tahap inti terdiri berbagai bentuk variasi latihan program jasmani yang akan diuraikan
sebagai berikut:
1) 1. E. Bentuk-bentuk Latihan Kondisi Fisik
Ada berbagai bentuk latihan kondisi fisik antara lain :
1. Fartlek
Fartlek adalah bentuk latihan yang dilakukan dengan lari jarak jauh seperti halnya pada cross
country. Bentuk latihan in iberasal dari Swedia yang berarti spee play atau bermain-main
dengan kecepatan, waktu, latihan tidak dibatasi tetapi atlit bebas melakukan latihan ini
dengan berbagai variasi bentuk lari sesuai dengan medianya. Sebaiknya untuk latihan fartlek
ini dipilihnya latihan (medan) yang mempunyai pemandangan indah sedikit rintan gn dengan
lintasan yang berbeda-beda : lumpur-keras-terjal-turun-pasir-rumput-salju atau lainnya.
Pemandangan yang indah akan menyebabkan atlit lupa akan kelelahan sehingga dengan
bebas melakukan latihannya. Coch ataupun atlitnya sendiri dapat menentukan bentuk larinya
maupun lamanya latihan.
Kecepatan bentuk lari dapat diatur dengan berbagai variasi, misalnya (costa holmen) :
2) 1. Mulai dengan lari lambat 5-10 menit.
2. Kecpatan yang konstan dan cukup tinggi.
3. Jalan cepat (istirahat aktif).
4. Lari lambat-lambat diselingi lari yang makin lama makin cepat (win sprin).
5. Lari lambat-lambat diselingi 3-4 langkah mendadak cepat.
6. Naik bukit dengan kecepatan tinggi.
7. Lari dengan tempo yang cepat (pace) selama 1 menit
Tujuan latihan sama dengan cross country terutama untuk daya tahan atau stamina. Bentuk
latihan in baik sekali dilakukan pada periode persiapan atau bahkan pada periode latihan
1. Internal Trainning
Pada khir0akhir ini sistem latihan interfasi mulai digunakan untuk semua cabang olah raga :
atletik, balap sepeda, mendayung, dan macam-macam permainan.
Interval trainning merupakan bentuk latihan yang diselingi dengan istirahat tertentu
(intervasi). Bentuk latihan in pada mulanya ditemukan oleh seorang dokter yang juga coach
atletik dari Jerman : dr. Woldemar Cersshler.
3) Interval trainning merupakan penyempurnaan dari fartlek dengan memebrikan koreksi
secara teliti dalam : menentukan jarak, istirahat, banyaknya ulangan (repetation) dan waktu
latihan. Latihan interval juga menggunakan prinsip penambahan beban latihan.
Contoh :
1. Jarak lari ditentukan: 1600 m (4 kali keliling lintasan lari.
2. b. Ulangan (repetition) : 4 kali, berarti 4 X 400m.
3. c. Waktu untuk menempuh jarak (400 m): 90 detik.
4. d. Waktu istirahat (recovery interval): 120 detik.
Untuk lari pertama latihan boleh digunakan ulangan 2-3 kali terlebih dahulu, kemudian untuk
seterusnya 4 kali ulangan. Atlit diharuskan menempuh jarak 400 m dengan waktu 90 detik,
kemudian jalan selama 120 detik, baru kemudian lari untuk putaran kedua, istirahat lagi dan
seterusnya sampai selesai 4 x 400 m lari. Demikianlah untuk seterusnya latihan dilakukan
akan tetapi waktu istirahat makin lama makin di kurangi dari 120 detik menjadi 90 60 50
detikdan setrerusnya sampai tujuan akhir tercapai yaitu lari 4 x 400 m tanpa istirahat = 1600
m.
Untuk memper berat latihan disamping pengurangan waktu istirahat dapat pula dengan
meningkatkan bentuk istirahat dari jalan, jalan cepat atau lari-lari kecil. Cara meningkatkan
beban dapat pula dengan memperberat salah satu dari faktor faktor di atas dikombinasikan,
misalnya:
1. Jaraknya yang ditambah.
2. Ulangan yang diperbanyak.
3. Waktu dipercepat.
3. Tahap Penutup
Pada tahap penutup diberikan evaluasi dari proses program latihan yang telah dilaksanakan
dan melakukan pendinginan, Streching individu dan berpasangan.
Pembuatan intrumen evaluasi untuk siswa yang mengikuti ekstrakulikuler sepak bola di
MAN Tlogo Blitar Kabupaten Blitar. Lembar intrumen evaluasi ini berisi tentang butir butir
pertayaan tentang Program latihan kebugaran jasmani.
1. E. Pentingnya Pengembangan
Pengembangan ini adalah untuk memperoleh pengalaman yang nyata juga mengaplikasikan
teori dan praktek selama mengikuti kegiatan ekstrakulikuler dalam bentuk penelitian
pengembangan bentuk bentuk program latihan kebugaran jasamani di kegiatan
Ekstrakulikuler MAN Negeri Tlogo Kab Blitar.
1. a. Bagi peneliti
Sebagai sarana untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan khususnya yang
berhubungan dengan kesegaran jasmani. Selain itu sebagai calon guru pendidikan jasmani
penelitian ini dapat dijadikan bekal dalam membina kegiatan ekstrakurikuler.
b. Bagi atlet
Untuk meningkatkan kebugaran jasmani para atlet
1. c. Bagi pelatih
Dapat dijadikan acuan bagi pelatih dalam peningkakatan kebugaran jasmani para atlet.
d. Bagi Universitas Negeri Malang
Hasil penelitian ini dijadikan bahan dasar kepustakaan dalam penelitian
selanjutnya khususnya yang berhubungan dengan kesegaran jasmani.
1. F. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
Asumsi yang dijadikan landasan peneliti untuk penerapan Program Latihan kebugaran
jasmani, di ekstrakukuler Sepak Bola MAN Negeri Tlogo Kab. Blitar.
a) Dengan adanya penerapan Program latihan Kebugaran Jasamani, maka siswa dapat
mengerti tentang program latihan kebugaran jasmani dalam permainan sepak bola.
b) Sarana dan prasarana yang digunakan dalam melakukan latihan kebugaran jasmani
cukup memadai dan bervariasi.
Keterbatasan produk penerapan kebugaran jasmani di kegiatan esktrakulikuler Sepak Bola
MAN Tlogo Blitar ini adalah sebagai berikut:
Penerapan Program latihan kebugaran jasmani hanya diperuntukan untuk siswa yang
mengikuti kegiatan ekstrakulikuler bola voli di MAN Negeri Tlogo Blitar.
Materi program latihan kebugaran jasmani hanya terbatas pada materi kebugaran
jasmani saja.
1. G. Definisi Istilah
2. Pengertian Kebugaran Jasmani
Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang pemain sepak bola di Man Tlogo
Blitar untuk melakukan kegiatan latihan sehari-hari maupun pertandingan tanpa mengalami
kelelahan yang berarti dan masih memiliki tenaga yang cukup untuk melakukan aktivitas
yang lainnya. (Pussegjas, 1995:3).
1. Pengertian Program latihan
Latihan adalah suatu proses yang sistrematis secara berulang-ulang, secara tetap dengan
selalu memberikan peningkatan beban.
Tujuan pokok dari latihan adalah prestasi maksimal di samping kesehatan serta kesegaran
jasmani bagi atlet. Beban latihan atau disebut juga bahan latihan atau loading adalah suatu
bentuk-bentuk latihan jasmani dan rohani atlet guna mencapai prestasi olah raga. Aerobik
adalah suatu sistem altihan yang mendorong kerja jantung, darah, dan paru-paru untuk
periode waktu yang cukup untuk menghasilkan perbaikan-perbaikan dan keadaan tubuh.
1. Pengertian Esktrakulikuler
Menurut ahmadi ( 1984:105) kegiatan ekstrakulikuler adalah kegiatan kegiatan di luar jam
pelajaran sekolah yang mempunyai fungsi pendidikan dan biasanya berupa klub klub,
misalnya: olahraga, kesenian, ekspresi dan lain- lain. Kegiatan ekstrakulikuler bertujuan
untuk memperluas pengetahuan siswa mengenai hubungan antara berbagai berbagai mata
pelajaran, meyalurkan bakat dan minat serta melengkapi upaya pembinaan menusia
seutuhnya ( sahertian,1978:83 ).
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa (termasuk pada waktu
libur) yang diterapkan oleh sekolah dengan tujuan agar siswa MAN TLOGO Blitar dapat
memperluas pengetahuan dan mengembangkan bakat dan minat di bidang yang digemari
sehingga siswa memperoleh prestasi di bidangnya yaitu mahir bermain Sepak bola.
1. Peserta ekstrakurikuler tenis lapangan adalah siswa yang mengikuti ekstrakukulikuler
Sepak Bola di Man Tlogo Blitar di luar jam sekolah yang sudah dijadwalkan oleh
sekolah dalam pengembangan bakat dan minat siswa.
2. Sepak bola adalah salah satu olahraga yang sangat populer di dunia. Dalam
pertandingan, olahraga ini dimainkan oleh dua kelompok berlawanan yang masing-
masing berjuang untuk memasukkan bola ke gawang kelompok lawan (Rino, 2008:1).
1. H. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan ini terdiri dari dua bagian; bagian pertama: memuat tentang kajian
Analisis, bagian yang kedua memuat tentang produk yang dihasilkan dari pengambangan.
Bagian pertama memuat tentang:
1.BAB I PENDAHULUAN: Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
spesifikasi produk yang diharapkan, pentingnya pengembangan, asumsi dan keterbatasan
pengembangan, difinisi istilah dan sistematika penulisan.
2.BAB II KAJIAN PUSTAKA:
Kesegaran Jasmani, Tujuan kesegaran jasmani, Komponen-komponen Kesegaran Jasmanai,
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesegaran Jasmani, Program latihan, Prinsip Latihan,
Beban Latihan , Metode Latihan Fisik , Penjelasan Tentang program latihan untuk
meningkatkan VO2, Latihan kebugaran jasmani berupa latihan fisik untuk meningkatkan
VO2 ,Peran Kesegaran Jasmani dalam Permainan sepak bola, Kegiatan Ekstrakulikuler,
Karakteristik Sepak Bola.
3.BAB III METODE PENGEMBANGAN: taktik pengembangan, prosedur pengembangan,
Uji coba produk, desain Uji coba, Subjek uji coba,Intrumen pengumpulan data, tehnik
analisis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. A. KESEGARAN JASMANI
Kesegaran jasmani merupakan hal yang sudah populer di kalangan masyarakat saat ini.
Untuk mempertegas agar pengertian lebih sesuai dengan apa yang dimaksud, ada beberapa
pendapat para ahli atau pakar kesegaran jasmani.
Kesegaran jasmani menurut ahli faal dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang
untuk melakukan satu tugas khas yang memerlukan kerja muskular di mana kecepatan dan
ketahanan merupakan kriteria utama. Sedang menurut ahli-ahli pendidikan jasmani kesegaran
jasmani adalah kapasitas fungsional total seseorang untuk melakukam sesuatu kerja tertentu
dengan hasil yang baik tanpa kelelahan yang berarti (Depdikbud, 1992:9).
Seseorang yang memilik kasegaran jasmani yang baik dapat diartikan cukup mempunyai
kesanggupan untuk melakukan pekerjaannya dengan efisien tanpa menimbulkan kelelahan
yang berarti, sehingga masih memiliki sisa tenaga untuk mengisi waktu luangnya dan tugas-
tugas mendadak lainnya. Bisa dikatakan pula bahwa tingkat kesegaran jasmani yang baik
memberikan seseorang kesanggupan pada seseorang untuk menjalankan hidup yang produktif
dan dapat menyesuaikan diri pada tiap pembebanan yang banyak.
Menurut Sajoto (1995:8-11) kondisi fisik atau kesegaran jasmani adalah satu kesatuan yang
utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja. Baik peningkatan
maupun pemeliharaannya. Disebutkan pula bahwa komponen kondisi fisik meliputi:
kekuatan, daya tahan, daya otot, kecepatan, daya lentur, kelincahan, koordinasi,
keseimbangan, dan ketepatan.
Sedangkan menurut Pussegjas (1995:1) kesegaran jasmani adalah perwujudan kemampuan
dan kesanggupan fisik seseorang untuk melakukan pekerjaan baik sebagai pribadi, anggota
masyarakat, maupun sebagai warga negara perlu mendapat perhatiaan dan tanggapan yang
lebih memadai.
Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat di simpulkan bahwa kesegaran jasmani dapat
diartikan sebagai kemapuan fisik untuk melakukan tugas pekerjaan sesuai dengan bidangnya
tanpa mengalami kelelahan yang berlebih dan mendapat pemulihan yang cepat seperti pada
saat belum melakukan aktivitas.
1. TUJUAN KESEGARAN JASMANI
Kesegaran jasmani sangatlah penting bagi semua orang termasuk anak-anak usia
sekolah.
Muhajir (dalam Sipayung, 8:2007) mengatakan bahwa tujuan kesegaran jasmani
adalah untuk meningkatkan kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung, komponen
kondisi tubuh, ekonomi gerakan pada waktu latihan, pemulihan yang cepat dari tubuh
sewaktu-waktu respon demikian diperlukan.
Kesegaran jasmani juga diperlukan anak usia sekolah untuk dapat melaksanakan
aktifitas sehari-hari, baik ketika berada di sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap manusia perlu menjaga dan
meningkatkan kesegaran jasmaninya sendiri, agar dapat hidup sehat, terhindar dari
penyakit dan selalu ceria sepanjang hidup.
1. C. KOMPONEN KEBUGARA JASMANI
Pengertian kesegaran jasmani adalah pengertian yang sangat kompleks, oleh karena itu untuk
mengetahui dan memahami secara mendalam perlu mempelajari komponen-komponen yang
membentuk dan saling bertautan antara yang satu dengan yang lainnya. Dwiyogo dan
Sulistyorini (1991:24) menjelaskan bahwa komponen-komponen kesegaran jasmani adalah:
a) daya tahan, b) daya tahan otot, c) daya tahan jantung, d) kelentukan, e) kecepatan, f)
kelincahan, g) koordinasi, h) keseimbangan dan, i) ketepatan. Penjelasan tentang peranan
masing-masing komponen adalah sebagai berikut:
1. 1. Kekuatan
Kekuatan atau strength, adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya
dalam mempergunakan otot dalam menjalankan aktivitas (Dwiyogo dan Sulistyorini,
1991:25). Tetapi menurut Kirkendall dkk (1980:226) kekuatan adalah kemampuan atau
kekuatan otot tubuh yang bekerja mengeluarkan energi untuk mengatasi atau melawan
kontraksi dari luar yang berfungsi untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain atau
memindahkan benda mendekati tubuh atau menjauhi tubuh.
Dari pendapat di atas, maka dapat ditarik kesimpilan bahwa kekuatan adalah kemampuan otot
untuk mengatasi atau melawan beban dengan usaha yang maksimal dalam melaksanakan
aktivitas tertentu.
1. 2. Daya Tahan
Daya tahan otot tidak hanya dikenal pada istilah kekuatan tetapi juga kemampuan otot
berkontraksi dalam beberapa waktu tanpa mengalami kelelahan. Suharno (dalam Budiwanto,
2004:35)) menjelaskan bahwa daya tahan adalah kemampuan organ atlet untuk melawan
kelelahan yang timbul saat melakukan aktivitas olahraga dalam waktu yang lama.
Daya tahan atau endurance dalam hal ini dikenal dua macam daya tahan, yakni: daya tahan
umum atau general endurance kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung,
paru-paru, dan peredaran darahnya secara efektif dan efisien untuk menjalankan kerja secara
terus menerus yang melibatkan kontraksi sejumlah otot dengan intensitas tinggi dalam waktu
yang cukup lama. Daya tahan otot atau local endurance yaitu kemampuan seseorang dalam
mempergunakan ototnya untuk berkontraksi secara terus menerus dalam waktu yang relatif
lama dengan beban tertentu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa daya tahan/endurance merupakan salah satu komponen
kesegaran jasmani yang paling penting untuk dilatih, karena daya tahan ini secara langsung
juga untuk melatih otot, kelenturan dan komponen kesegaran jasmani lainnya.
1. 3. Power
Menurut Kirkendall dkk (1980:228) power adalah masa kerja dibagi dengan waktu atau lama
kerja. Dijelaskan pula bahwa power dapat diperoleh dalam melakukan kegiatan tertentu.
Power menurut pendapat Gabbard dkk (dalam Budiwanto, 2004:34) adalah gabungan antara
kekuatan dan daya ledak (kecepatan), kontraksi otot dengan kekuatan maksimum dan
kecepatan maksimum. Sedangkan definisi yang dikemukakan oleh Kent (dalam Budiwanto,
2004:34), power adalah kemampuan untuk mengubah energi fisik ke dalam kekuatan yang
sangat cepat dan tergantung pada banyaknya adenosine triphosphat (ATP) yang diproduksi
setiap satuan waktu.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa power itu adalah kemampuan tubuh untuk memadukan
kekuatan dan kecepatan dalam waktu yang bersamaan.
1. 4. Kecepatan
Kecepatan atau speeds, adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan
berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkat-singkatnya. Seperti
dalam lari cepat, pukulan dalam tinju, balap sepeda, smash dalam bulutangkis, dan lain-lain
(Dwiyogo dan Sulistyorini, 1991:29).
Kecepatan menurut Kirkendall dkk (1980:243) adalah jarak dibagi waktu; kecepatan diukur
dengan satuan jarak dibagi dengan satuan waktu. Menurut Kent (dalam Budiwanto, 2004:37)
kecepatan adalah jarak tempuh per satuan waktu yang diukur dalam menit atau skala
kuantitas, kecepatan adalah kemampuan melakukan gerakan dalam periode waktu yang
pendek.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kecepatan adalah kemampuan
tubuh atau bagian tubuh untuk melakukan gerakan dalam waktu yang pendek.
1. 5. Kelincahan
Kelincahan atau agility adalah kemampuan seseorang mengubah posisi di area tertentu.
Seseorang yang mampu mengubah posisi yang berbeda dalam kecepatan tinggi dengan
koordinasi yang baik, berarti kelincahannya cukup baik.
Menurut Kirkendall dkk (1980:243) kelincahan adalah kemampuan badan untuk mengubah
arah tubuh atau bagian tubuh lainnya dengan sangat cepat dan efisien. Jadi kelincahan tidak
hanya memerlukan suatu kecepatan saja,
akan tetapi juga memerlukan fleksibilitas yang baik dari sendi-sendi anggota tubuh. Untuk
melatih kecepatan, dibutuhkan bentuk latihan yang sesuai dan mengharuskan orang itu untuk
dapat bergerak dengan cepat dan mengubah arah dengan lincah. Seseorang dikatakan
memiliki kelincahan cukup baik apabila mampu merubah satu posisi ke posisi yang berbeda
dengan kecepatan tinggi dan koordinasi gerakan yang baik.
Sedangkan kelincahan menurut Verducci (dalam Budiwanto, 2004:39) disampaikan bahwa
pembentukan kelincahan lebih sulit dari pada pembentukan yang lainnya. Kelincahan adalah
hasil pembentukan dari unsur kecepatan, kekuatan dan keseimbangan.
Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya kelincahan adalah
kemampuan mengubah arah atau posisi badan secara cepat dan melakukan gerakan yang lain.
1. 6. Kelenturan
Daya lentur atau flexibility, adalah ukuran kemampuan seseorang dalam penyesuaian diri
untuk segala aktivitas dengan penguluran tubuh yang luas, hal ini akan sangat mudah ditandai
dengan tingkat flexibility persendian pada seluruh tubuh. Bompa (dalam Budiwanto, 2004:40)
menjelaskan bahwa kapasitas melakukan gerakan dengan rentangan yang luas diketahui
sebagai kelenturan.
Kelenturan menurut Kirkendall dkk (1980:248) adalah kemampuan tubuh atau bagian-bagian
tubuh untuk melakukan berbagai gerakan dengan leluasa dan seimbang antara kelincahan dan
respon keseimbangan. Secara umum, suhu badan dan usia sangat mempengaruhi luasnya
gerakan bagian-bagian tubuh.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelenturan adalah ukuran kemampuan seseorang
yang mempunyai ruang gerak yang luas dalam sendi-sendinya dan yang mempunyai otot-otot
yang elastis.
1. 7. Keseimbangan
Keseimbangan menurut Kent (dalam Budiwanto, 2004:41) adalah kemampuan memelihara
suatu yang berorientasi pada keadaan stabil dan khusus dikaitkan dengan lingkungan saat itu.
Sedangkan Dwiyogo dan Sulistyorini (1991:33) menjelaskan bahwa keseimbangan adalah
kemampuan untuk mempertahankan tubuh agar tetap stabil.
Sedangkan Kirkendall dkk (1980:257) mengemukakan bahwa keseimbangan adalah
fenomena yang kompleks yang melibatkan vestibular system pada bagian dalam telinga,
penglihatan mata, otak menafsirkan secara komplek, menghasilkan berbagai respon gerakan
pada situasi fisik tertentu. Di bidang olahraga banyak hal yang harus dilakukan oleh atlet
dalam masalah keseimbangan ini baik dalam menghilangkan atau mempertahankan
keseimbangan.
Dari beberapa uraian di atas, maka keseimbangan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
mempertahankan posisi badan dalam berbagai keadaan, sehingga tidak mendapat gangguan
pada keseimbangannya atau bisa juga diartikan bahwa keseimbangan adalah kemampuan
sikap tubuh yang tepat pada saat melakukan gerakan.
1. 8. Koordinasi
Menurut Kirkendall dkk (1980:257), koordinasi adalah kerjasama yang selaras antara
sekelompok otot selama bergerak yang dilakukan dengan indikasi keterampilan yang sama.
Sedangkan koordinasi menurut Kent (dalam Budiwanto, 2004:42) adalah kemampuan untuk
menyatukan sistem indera, sistem syaraf dan sistem otot rangka menjadi rangkaian untuk
mengatur bagian-bagian badan secara terpisah yang terlibat dalam satu pola gerak yang rumit
dan mempersatukan bagian-bagian tersebut menjadi suatu gerak tunggal dan berhasil
mencapai beberapa tujuan.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa koordinasi adalah kemampuan tubuh
seseorang yang selaras antara sekelompok otot selama bergerak yang terlibat dalam satu pola
gerak yang rumit dan mempersatukan bagian-bagian tersebut menjadi suatu gerak tunggal
dan berhasil mencapai beberapa tujuan.
1. 9. Ketepatan
Ketetapan atau accuracy, adalah kemampuan gerak tubuh seseorang untuk mengendalikan
gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran. Sasaran ini dapat merupakan jarak atau mungkin
suatu objek langsung yang harus dikenal dengan salah satu bagian tubuh.
Ketepatan menurut Dwiyogo dan Sulistyorini (1991:33) adalah kemampuan seseorang untuk
mengarahkan suatu gerak ke suatu sasaran sesuai dengan tujuan. Cara mengembangkan
ketepatan ialah dengan mengulang-ulang gerakan dengan frekuensi yang banyak,
mempercepat gerakan, dan menjauhkan atau mempersempit gerakan.
1. D. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUGARAN JASMANI
Berikut ini adala beberpa hal yang terkait dengan kesegaran jasmani khususnya yang
berhubungan dengan daya tahan kardiovaskuler. Moeloek (1984:3)menjelaskan tentang
beberapa faktor fisiologis yang mempengaruhi daya tahan kardiovaskuler antara lain adalah:
1. Faktor Keturunan (Genetik)
Dari penelitian yang telah dilakukan, dibuat kesimpulan bahwa kesegaran jasmani dtentukan
oleh faktor genetik yang hanya diubah dengan latihan sampai pada batas maksimal.
2. Faktor Usia
Menyatakan bahwa mulai anak-anak sampai sekitar usia 20 tahun, daya tahan kardiovaskuler
meningkat, mencapai maksimal pada usia 20-30 tahun dan kemungkinan berbanding terbalik
dengan usia, sehingga pada orang yang berusia 70 tahun diperoleh daya tahan 50% dari yang
dimiliki pada usia 17 tahun.
3. Faktor Jenis Kelamin
Sampai dengan usia remaja tidak terdapat perbedaan daya tahan kardiovaskuler pria dan
wanita. Setelah usia tersebut nilai pada wanita lebih rendah dari pada pria. Perbedaan tersebut
disebabkan oleh adanya perbedaan maximal muscular power yang berhubungan dengan luas
permukaan tubuh, komposisi tubuh, kekuatan otot, jumlah hemoglobin, kapasitas paru dan
sebagainya.
4. Faktor Aktivitas Fisik
Berdasarkan hasil penelitian efek latihan aerobik selama delapan minggu setelah istirahat
memperlihatkan peningkatan daya tahan kardiovaskuler 62% dari nilai akibat itirahat dan bila
dibandingkan dengan keadaan sebelum istirahat di tempat tidur maka nilai peningkatan
adalah 18%. Artinya bahwa aktivitas fisik yang terarah juga dapat meningkatkan kesegaran
jasmani di samping terjadi penurunan berat badan.
1. E. PENJELASAN TENTANG PROGRAM LATIHAN
Seorang atlit untuk mencapai prestasi yang maksimal hendaklah atlit tersebut terus berlatih
dan berlatih tanpa merasa bosan, itulah sebabnya dibutuhkan penyusunan dan perencanaan
latihan yang baik dan tepat, yang mana semua itu terdapat dalam program latihan. Program
latihan harus disusun secara teliti dan dilaksanakan secara tekun dan teratur sesuai dengan
prinsip-prinsip latihan. Program yang demikian memungkinkan bagi seorang pelatih dapat
memberikan sebanyak mungkin kesempatan kepada atlet guna perkembangan pengetahuan
dan keterampilannya.
Menurut Suharno (1993:1) program latihan adalah suatu petunjuk atau pedoman yang
mengikat secara tertulis berisi cara-cara yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan masa
mendatang yang telah ditetapkan. Selain itu dalam buku yang sama juga mengungkapkan
program latihan adalah cara seorang pelatih untuk mempersiapkan atletnya guna menunjang
program latihan yang telah direncanakan atau terprogram.
Suharno (1993:1) Program latihan dikatakan baik dan tepat apabila rencana dibuat telah
mempertimbangkan faktor-faktor penentu untuk mencapai tujuan, faktor itu antara lain: bakat
atau materi atlet, kemampuan atlet, umur atlet, sarana dan prasarana, dana, lingkungan atlet,
tenaga pelatih, dan waktu yang tersedia.
Suharno (1993:7) menyebutkan bahwa program latihan umumnya dibagi menjadi tiga, yaitu:
(1) Program jangka panjang (5 tahun-12 tahun) tujuan rencana jangka panjang merupakan
tujuan akhir untuk cita-cita prestasi prima. (2) program jangka menengah (2 tahun-4 tahun)
rencana jangka menengah merupakan pelaksanaan langsung jangka panjang, (3) program
jangka pendek (1 tahun kebawah) merupakan pelaksanaan operasional rencana jangka
menengah. Sasaran-sasaran latihan pun merupakan penjabaran sasaran dari program jangka
menengah. Program latihan jangka pendek terdiri dari: program latihan tahunan, program
latihan bulanan, program latihan mingguan, program latihan harian.
Dari pengertian dan penjelasan tentang program latihan yang telah dikemukakan di atas,
dapat disimpulkan bahwa program latihan adalah petunjuk atau pedoman latihan yang
bertujuan untuk menentukan tujuan latihan, menentukan cara-cara yang efektif serta usaha-
usaha untuk mencapai tujuan dari latihan yang dilakukan.
1. F. PRINSIP LATIHAN
Harsono (1993:2) pengertian latihan atau training adalah sesuatu proses berlatih yang
sistematis yang dilakukan secara berulang-ulang, dan yang kian hari junlah beban latihannya
kian bertambah. Menurut Kosasih (1984:46) latihan atau training adalah proses kerja yang
harus dilakukan secara sistematis, berulang-ulang dan jumlah beban yang diberikan semakin
hari bertambah. Tetapi dalam menentukan beban latihannya harus benar-benar diperhatikan.
Suharno (1993:5) menjelaskan bahwa latihan ialah suatu proses penyempurnaan kualitas atlet
secara sadar untuk mencapai prestasi yang maksimal dengan diberi beban fisik dan mental
secara teratur, terarah, bertahap, meningkat dan berulang-ulang waktunya. Beutelstah
(1986:124) menyatakan bahwa training adalah persiapan para pemain masing-masing secara
individu membimbing dan membentuk mereka sehingga dapat menampilkan prestasi
tertinggi secara individual maupun regu. Sedangkan Latihan fisik adalah latihan yang
betujuan untuk meningkatkan kondisi fisik, yaitu faktor yang paling penting bagi setiap atlet
(Suharno 1993:1).
Untuk memperoleh prestasi yang maksimal dalam olahraga memerlukan latihan yang
intensitas dan frekuensinya banyak. Latihan juga dapat didefinisikan sebagai peran serta yang
sistematis dalam latihan yang bertujuan untuk meningkatkan fungsdional fisik dan daya tahan
latihan dalam bidang olahraga. Tujuan akhir latihan adalah untuk meningkatkan kemampuan
olahraga (Dwijowinoto, 1993:317).
Hal ini sesuai dengan pendapat Harsono (1993:1) bahwa tujuan utama dari pelatihan olagraga
prestasi adalah untuk meningkatkan keterampilan dan prestasi semaksimal mungkin. Prestasi
tinggi akan dapat dicapai apabila keempat aspek, yaitu: aspek-aspek fisik, teknik, taktik, dan
mental dikembangkan setinggi mungkin.
Untuk mencapai peningkatan kemampuan dalam kondisi fisik, teknik, taktik, dan mental
diperlukan proses dan waktu yang relatif lama. Program latihan perlu disusun dengan prinsip-
prinsip latihan, menurut Bompa (1994:29) prinsip-prinsip program latihan fisik adalah
sebagai berikut:
Prinsip beban bertambah (over load), prinsip spesialisasi (specialitation), prinsip perorangan
(individualization), prinsdip variasi (variety), prinsip beban meningkat bertahap (progressive
increase of load), prinsip perkembangan multilateral (multilateral development), prinsip pulih
asal (recovery), prinsip reversibilitas (reversibility), menghindari beban latihan berlebih
(overtraining), prinsip melampaui batas latihan (the abuse of training), prinsip aktif dalam
latihan dan prinsip proses latihan menggunakan model.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan prinsip-prinsip latihan adalah suatu
usaha sadar yang harus dilakukan atlet untuk mencapai prestasi maksdimal yang dilakukan
berulang-ulang, terarah kian hari jumlahnya semakin meningkat dengan proses yang
sistematis.
Sementara itu, pengertian dari prinsip-prinsip latihan yang telah disebutkan di atas. Maka
Menurut Bompa (1994:29-48) adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Beban Lebih (Over Load)
Pemberian beban latihan harus melebihi kebiasaan sehari-hari secara teratur. Hal ini
bertujuan agar sistem fisiologis dapat menyesuaikan dengan tuntutan fungsi yang dibutuhkan
untuk tingkat kemampuan tinggi. Latihan yang baik harus mengakibatkan penekanan fisik
dapat ditimbulkan dengan jalan pemberian beban latihan yang lebih dari batas kemampuan si
atlet (Suharno, 1985:13).
Stress fisik akan menimbulkan kelemahan anatomis, fisiologis dan organisme atlet terhadap
kelelahan akibat beban latihan tersebut, seterusnya atlet akan mengalami kenaikan
kemampuan (superkompensasi). Stress terus menerus yang diberikan pelatih tanpa istirahat
akan menimbulkan penurunan prestasi bagi atlet.
1. Prinsip Spesialisasi
Spesialisasi menunjukkan unsur penting yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan dalam
olahraga. Spesialisasi bukan proses unilateral tetapi satu yang kompleks yang didasarkan
pada suatu landasan kerja yang solid dari perkembangan multilareral. Prinsip spesialisasi
harus disesuaikan pengertian dan penggunaanya untuk latihan anak-anak yunior di mana
perkembangan multilateral harus berdasarkan perkembangan khusus.
Menurut Bompa (1994:32) Latihan harus bersifat khusus sesuai dengan olahraga dan
pertandingan yang akan dilakukan. Dalam mengatur program latihan yang paling
menguntungkan harus mengembangkan kemampuan fisiologis khusus yang diperlukan untuk
melakukan keterampilan olahraga atau kegiatan tertentu yang akan dilakukan.
1. Prinsip Individual
Latihan harus memperhatikan dan memperlakukan atlet sesuai dengan kemampuan, potensi,
karakteristik belajar dan kekhususan olahraga. Seluruh konsep latihan harus direncanakan
sesuai dengan karakteristik fisiologis dan psikologis atlet, sehingga tujuan latihan dapat
ditingkatkan secara wajar
Individualisasi dalam latihan adalah satu kebutuhan yang penting dalam masa latihan dan itu
menunjukkan pada pemikiran untuk setiap atlet, mengabaikan tingkat prestasi diperlukan
secara individual sesuai kemampuan dan potensinya, karakteristik belajar dan kekhususan
cabang olahraga.
1. Prinsip Variasi
Latihan harus bervariasi dengan tujuan mengatasi sesuatu yang monoton dan membosankan
saat latihan. Atlet harus memiliki disiplin latihan, tetapi mungkin lebih penting untuk
memelihara motivasi dan perhatian dengan memvariasi latihan fisik dan latihan secara rutin.
Masa latihan adalah suatu aktivitas yang sangat memerlukan beberapa jam kerja atlet.
Volume dan intensitas latihan secara terus menerus meningkat dan latihan diulang-ulang
banyak sekali.
Dalam upaya mengatasi monoton dan kebosanan dalam latihan, seseorang pelatih perlu
kreatif dengan memiliki pengetahuan dan sumber latihan yang banyak yang memungkinkan
dapat merubah secara periodik. Keterampilan dan latihan dapat diperkaya dengan
mengadopsi pola gerakan teknik yang sama, atau dapat mengembangkan kemampuan gerak
yang diperlukan dengan olahraga.
1. Prinsip Menambah Beban Latihan secara Progresif
Pemberian beban latihan harus ditingkatkan secara bertahap, teratur dan terus-menerus
sehingga mencapai beban maksimum. Program latihan harus direncanakan, beban
ditingkatkan secara pelan bertahap, yang akan menjamin memperoleh adaptasi secara benar.
Prinsip beban bertambah secara pelan-pelan menjadi dasar rencana latihan olahraga, dari
siklus mikro olimpiade, dan akan diikuti oleh semua atlet yang mengabaikan tingkat
kemampuannya. Beban ditambah pelan-pelan pada tiga siklus mikro pertama dengan
menguragi atau tahap tanpa beban, memungkinkan atlet dibentuk.
1. Prinsip Partisipasi Aktif dalam Latihan
Atlet yang melakukan latihan haruslah tetap berlatih diluar jam latihan wajib meskipun tanpa
pengawasan dari pelatih. Kesungguhan dan aktif ikut serta dalam latihan akan dimaksimalkan
jika pelatih secara periodik, ajeg mendsiskusikan kemajuan atletnya dengannya. Pengertian
ini atlet akan menghubungkan keterangan obyektif dari pelatih dengan prakiraan
subyektif kemampuannya.
Partisipasi aktif tidak terbatas hanya pada latihan. Seseorang atlet akan melakukan
kegiatannya meskipun tidak dibawah dan perhatian pelatih. Selama waktu bebas atlet dapat
melakukan pekerjaaan dalam aktifitas sosial yang memberikan kepuasan dan ketenangan,
tetapi dia tentu harus istirahat yang cukup.
1. Prinsip Perkembangan Multilateral
Perkembangan multilateral lambat laun saling bergantung antara seluruh organ dan sistem
manusia, serta antara proses fisiologis dan psikologis. Kebutuhan perkembangan multilateral
muncul untuk diterima sebagai kebutuhan dalam banyak lapangan pendidikan dan usaha
manusia.
Prinsip multilateral akan digunakan pada latihan anak-anak yunior. Tetapi, perkembangan
multilateral secara tidak langsung atlet akan menghabiskan semua waktu latihannya hanya
untuk program tersebut.
1. Prinsip Pulih Asal
Beban latihan yang telah diberikan telah banyak mengeluarkan energi tubuh untuk itu
diperlukan pemulihan untuk mengembalikan kondisi tubuh seperti semula.
1. Prinsip Reversibilitas
Beban latihan yang diberikan pada saat latihan harus dikurangi secara perlahan-lahan pada
saat akhir latihan. Oleh sebab itu latihan harus berkesinambungan untuk memelihara kondisi.
10. Prinsip Menghindari Kelebihan Beban Latihan (Over Training)
Program latihan yang dijalani tidak akan mencapai hasil jika atlet mengalami kelelahan,
untuk itu harus menghindari kelebihan beban latihan. Penyebab terjadinya overtraining antara
lain: a) diberikan beban latihan over-loads secara terus menerus tanpa memperhatikan
interval, b) diberikan latihan intensif secara mendadak setelah lama tidak berlatih, c) proporsi
latihan dari ekstensif ke intensif tidak cepat, d) beban latihan diberikan dengan beban
melompat.
11. Prinsip Latihan Menggunakan Model
Latihan yang dilakukan didesain sedemikian rupa seakan-akan seperti pada kenyataan yang
akan terjadi di lapangan pertandingan. Tujuan suatu model adalah untuk memperoleh suatu
yang ideal, dan meskipun dalam keadaan abstrak ideal diatas adalah kenyataan konkrit, itu
juga menggambarkan sesuatu yang diusahakan untuk dicapai, suatu peristiwa yang dapat
diperoleh.
Melalui latihan model pelatih berusaha memimpin dan mengorganisasi waktu latihannya
dalam cara yang obyektif, metode dan isi yang sama dengan situasi pertandingan
1. G. BEBAN LATIHAN
Menurut Suharno (1993:1) Beban latihan adalah suatu bentuk rangsangan motorik yang dapat
dikontrol oleh pelatih untuk meningkatkan kualitas atlet dalam rangka mencapai prestasi
maksimal. Ada dua macam beban latihan yang harus dibedakan pengertiannya menurut
Suharno (1993:29) adalah: (1) Beban Luar (outer load): volume, intensitas, recovery,
frekuensi, rythme, (2) Beban Dalam (inner load)
1. Beban Luar (Outer Load)
Beban luar adalah rangsangan motorik yang dapat diatur dikontrol dengan cara
memvariasikan ciri beban latihan seperti volume, intensitas, recovery, frekuensi, irama dalam
suatu unit program latihan.
Di bawah ini ciri-ciri beban luar (Suharno, 1993:29): (1) Volume adalah beban latihan yang
biasa dinyatakan dengan satuan jarak, jumlah beberapa elemen jenis latihan, total waktu
latihan, beban berat yang diangkat, jumlah set dalam latihan interval dan sirkuit sebagai
ukuran rangsangan motorik dalam suatu unit latihan. Begitu juga menurut Suharto (1997:97)
menyatakan bahwa pada dasarnya volume latihan meliputi unsur-unsur: waktu atau lama
latihan, jarak tempuh atau berat beban, jumlah ulangan latihan atau unsur teknik yang
dilakukan dalam waktu tertentu. Dan unsur tersebut mencerminkan kwantitas atau banyaknya
latihan yang dilakukan pada saat latihan. (2) Intensitas adalah takaran yang menunjukkan
kadar/tingkatan pengeluaran energi atlet dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan maupun
pertandingan. Menurut Suharto (1997:98) menyatakan bahwa intensitas latihan merupakan
komponen kualitatif yang mengacu pada jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu unit waktu
tertentu. Dan intensitas latihan dapat dikalisfikasikan tinggi rendahnya berdasarkan beberapa
indikator, antara lain: 1) berdasarkan persentase kecepatan dan kekuatan yang digunakan
dalam latihan, 2) berdasarkan jumlah denyut nadi dalam mereaksi beban latihan. Skala
intensitas untuk latihan kecepatan dan kekuatan sebagai berikut (Suharno, 1993:22): (1) super
maksimal 101% ke atas dari prestasi terbaik, (2) maksimal 100% dari prestasi terbaik, (3)
sub maksimal 80% 99% dari prestasi terbaik, (4) medium 60% 70% dari prestasi terbaik,
(5) low (rendah) 59% ke bawah dari prestasi terbaik. Cara menghitung intensitas dengan MR
(maximum repeatation), MR push-up atlet dapat dihitung misalnya: mampu 30 kali, ini
berarti intensitas maksimal untuk atlet tersebut 30 kali/100%. Bila pelatih menginginkan
intensitas sub-maksimal dalam latihan, berarti dalam satu giliran latihan push-up ditemukan
80% x 30 kali (MR) = 24 kali. Sedangkan untuk menghitung denyut nadi yaitu pertama
dihitung DNM (denyut nadi maksimal) dengan rumus: 220 umur. Kemudian tentukan
takaran intensitas latihannya, yaitu 80% dari DNM dan umur atlet 20 tahun, maka 80% x
(220 20) = 160 kali/menit (intensitas sub maksimal).
(3) Recovery adalah waktu yang digunakan untuk pemulihan tenaga kembali antara satu
dengan elemen bahan latihan elemen berikutnya. Kepekatan rangsangan densitas tergantung
lama dan pendeknya waktu recovery, (4) Frekuensi adalah ulangan gerak berapa kali atlet
harus melakukan gerak setiap giliran. Frekuensi tinggi berarti ulangan gerak banyak sekali
dalam satu giliran, sedang frekuensi rendah artinya ulangan gerak sedikit dalam satu giliran.
Frekuensi dapat juga diartikan berapa kali latihan perhari atau berapa hari latihan
perminggunya, (5) Rythme adalah sifat irama latihan yang berhubungan dengan tinggi
rendahnya tempo dan berat ringannya suatu latihan dalam satu unit latihan maupun
mingguan, bulanan dan tahunan.
1. Beban Dalam (Inner Load)
Beban dalam adalah perubahan fisiologis organisme atlet akibat pengaruh latihan beban luar
yang ditandai dengan kenaikan denyut nadi (Suharno, 1985:16). Beban dalam dikatakan
maksimal apabila denyut nadi atlet setelah melakukan satu unit latihan meningkat (Suharno,
1993:23)
Beban dalam mempunyai dampak perubahan fungsional organisme atlet meliputi: (1)
susunan anatomis/struktur tubuh yang dimaksud disini adalah latihan dapat menambah
jumlah serabut otot, yaitu yang melalui proses pemecahan serabut pada waktu latihan dan
terjadi pembesaran otot yang disebabkan karena bertambah luasnya serabut otot (Sajoto
1988:111) . Begitu juga dengan Suharto (1997:72) menyatakan bahwa perubahan massa otot
bukanlah disebabkan pertambahan jumlah sel otot melainkan karena pertambahan dari anak
serabut otot yang membesar akibat latihan, (2) fungsi fisiologis organisme, (sistem peredaran
darah, pernafasan dan metabolisme) yang dimaksud disini yaitu pada secara reflek akan
terjadi perubahan pengaliran darah, seperti timbulnya kenaikan volume darah tiap menit dan
bertambahnya jumlah darah yang mengalir keotot-otot yang lebih aktif, sementara terjadi
penurunan aliran kearah jaringan-jaringan yang kurang aktif. Namun aliran darah ke daerah-
daerah rawan seperti kearah otak dan jantung akan tetap atau meningkat sedangkan tekanan
darah dalam arteri secara sistematik dan pemenuhan kebutuhan dalam jaringan dalam tubuh,
diperlukan koordinasi dalam jantung guna memompa darah keseluruh tubuh secara optimal.
Proses ini dikerjakan secara serentak oleh syaraf, mekanika biologis dan hormon-hormon
yang dengan teratur mempertahankan homeostatis tubuh pada waktu istirahat maupun latihan
(Sajoto, 1988:193). Dan untuk denyut jantung seorang yang normal rata-rata antara 60-80
kali tiap menit, sedang utuk orang yang terlatih atau atlet denyut jantung mereka waktu
istirahat dapat mencapai tingkat yang paling rendah yaitu antara 28-40 (Sajoto, 1988:196).
Untuk aliran darah pada saat istirahat hanya 15%-20% darah dari seluruh volume tiap menit,
yang dialirkan keotot, sementara pada waktu latihan yang cukup melelahkan, otot akan
menerima 80%-85% dari seluruh volume tiap menit, (4) susunan biokimia dalam otot lebih
baik, (5) psikologis yang dimaksud disini yaitu bahwa psikologis juga berpengaruh lebih baik
terutama menigkatnya kemampuan menerima tekanan (strees), daya konsentrasi, perhatian
dan mengatasi masalah yang merupakan tantangan bagi atlet..
Setelah memahami ciri beban luar dan beban dalam maka para pelatih harus membuat dan
memberikan latihan pada atletnya sesuai dengan berat ringannya beban latihan yang
dikehendaki. Apabila seorang pelatih ingin membuat program latihan fisik dan ingin
memperberat volume atau meningkatkan intensitas, memperpendek waktu recovery,
menambah frekuensi dan rythme, maka seorang pelatih harus memperhatikan bahan-bahan
beban luar latihan di atas.
1. H. METODE LATIHAN FISIK
Metode latihan menurut Hadisasmita dan Syarifuddin (1996:142) adalah suatu cara tertentu,
system bekerja seseorang pelatih atau olahragawan sehubungan dengan pengetahuan dan
kemampuannya yang cukup. Namun metode bukan suatu bentuk mengajar, karena suatu
metode melayani ketentuan pengorganisasian dari suatu kegiatan.
Berikut ini akan dibahas beberapa metode dalam latihan fisik yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kemampuan fisik para atlet. Metode-metode latihan fisik tersebut diantaranya
yaitu: (1) Metode latihan sirkuit (circuit training) adalah suatu sistem latihan yang selain
menghasilkan perubahan-perubahan positif pada kemampuan motorik, juga memperbaiki
secara serempak kesegaran jasmani daripada tubuh, kekuatan otot, daya tahan, kecepatan dan
fleksibelitas (Hadisasmita dan Syarifuddin, 1996:110), (2) Metode latihan beban (weight
training) adalah latihan-latihan yang sistematis, dimana beban hanya dipakai sebagai alat
untuk menambah tahanan terhadap kontraksi otot, untuk mencapai tujuan tertentu
(Hadisasmita dan Syarifuddin, 1996:109). Menurut Bompa (dalam Budiwanto, 2004:71)
Weight training adalah program latihan kekuatan menggunakan tahanan yang diberikan oleh
beban seperti barbel dan dumbell, (3) Latihan Interval (Interval Training) adalah suatu
system latihan yang berganti-ganti melakukan dengan giat (interval kerja) teratur dan
berulang-ulang dengan periode kegiatan dengan intensitas rendah (periode sela) dalam setiap
latihan (Kent dalam Budiwanto, 2004:74). Latihan interval adalah latihan kondisi yang
sangat dianjurkan oleh semua pelatih terkenal karena dalam mengembangkan daya tahan dan
stamina atlet hasilnya sangat positif (Hadisasmita dan Syarifuddin, 1996:106), (4) Metode
latihan lari bermain-main kecepatan (speed play atau fartlek) adalah suatu system latihan
daya tahan untuk membangun, mengembalikan atau memelihara kondisi tubuh seorang atlet
(Hadisasmita dan Syarifuddin, 1996:105). Menurut Suharno (1993:2) menyatakan bahwa
speed play atau fartlek adalah suatu system latihan daya tahan yang maksudnya adalah untuk
membangun, mengembalikan, atau memelihara kondisi tubuh seseorang. (5) Metode latihan
naik turun bangku (bench stepping), Pada latihan naik turun bangku ini merupakan latihan
fisik yang sederhana dimana didalam melakukan latihannya menggunakan kotak, bangku
atau sejenisnya menurut Hawkey (dalam Budiwanto, 2004:76), (6) Metode latihan aerobik
adalah kekuatan yang kecil atau sedang yang dapat dipertahankan untuk jangka waktu yang
lama menggunakan energi yang berasal dari pembakaran O
2
. Aerobic tidak berkaitan dengan
dengan usaha peningkatan kekuatan, tenaga, kelenturan, kelincahan atau kecepatan gerakan
tubuh yang sangat dibutuhkan dalam atletik, tetapi aerobic berbicara tentang tenaga aerobic
yang diperlukan untuk ketahanan fisik. Tenaga aerobic adalah kemampuan tubuh untuk
memanfaatkan oksigen dan disepakati sebagai cara terbaik untuk mengukur kondisi
kardiovaskuler (Baley, 1986:159), (7) Metode latihan anaerobic, pada latihan ini dijelaskan
bahwa pada suatu waktu kerja dengan intensitas dan kecepatan tinggi dalam waktu yang
pendek memerlukan energi segera, yang tidak diperoleh secara cepat dari sumber aerobic.
Keadaan seperti ini ada proses lain yang disebut metabolisme anaerobic. Anaerobic berarti
tanpa oksigen, sehingga energi anaerobic dikeluarkan jika masukan oksigen tidak cukup
Getchell (dalam Budiwanto, 2004:82)
Berdasarkan penjelasan di atas ada beberapa metode Latihan Fisik yaitu: (1) Metode Latihan
Sirkuit (Circuit Training), (2) Metode Latihan Beban (Weight Training), (3) Latihan Interval
(Interval Training), (4) Metode Latihan Lari Bermain-main Kecepatan (Speed Play atau
Fartlek), (5) Metode Latihan Naik Turun Bangku (Bench Stepping), (6) Metode Latihan
Aerobic, (7) Metode Latihan Anaerobic.
Setelah memahami metode latihan fisik maka seorang pelatih dalam membuat program
latihan fisik dan memberikan latihan fisik pada atletnya harus mengacu pada beberapa
metode latihan fisik seperti yang telah dijelaskan diatas
1. I. PENJELASAN TENTANG LATIHAN UNTUK MENINGKATKAN V02
. Menurut Hadisasmita dan Syarifudin (1996:129) mempersiapkan komponen kondisi fisik
umum seperti kekuatan, daya tahan, kecepatan dan lain-lain seharusnya dilakukan latihan
dalam waktu yang cukup lama, persiapan tersebut dapat berlangsung selama 2-3 bulan.
Peningkatan VO
2
maks tidak bisa dilakukan tanpa adanya suatu program atau pola latihan
yang sesuai dengan prinsip-prinsip latihan fisik. Peningkatan VO
2
maks juga tidak bisa
dilakukan dengan hanya beberapa latihan tetapi harus secara terus menerus dan berlanjut
yang sesuai dengan program yang dilaksanakan, agar VO
2
maks atau kondisi fisik tetap
terjaga dengan baik. Lebih lanjut Mc Ardle (2001:477) mengatakan bahwa VO
2
maks dapat
meningkat kira-kira 15-25 % lebih pada latihan intensif selama 3 bulan pertama dan mungkin
akan meningkat mencapai 50 % lebih dalam waktu 2 tahun.
Menurut Soekarman (1987:58) ada beberapa pendapat mengenai latihan untuk meningkatkan
VO
2
maks:
(1) Sebaiknya mengerjakan latihan erobik karena dengan latihan erobik sudah ada
pembebanan yang meningkatkan kerja jantung maupun paru, tetapi ada juga yang
mengatakan bahwa untuk meningkatkan VO
2
maks harus dikerjakan latihan anerobik, karena
dengan latihan anerobik dapat diberikan beban maksimum pada sistem jantung dan paru. (2)
Sebetulnya beban untuk meningkatkan VO
2
maks tidak perlu maksimal, dengan sub
maksimal sudah dapat meningkatkan, tetapi beban sub maksimal sebagian besar sudah
merupakan peristiwa anerobik. Jadi sebaiknya untuk meningkatkan VO
2
maks dilakukan
latihan anerobik dengan inyerval istirahat. (3) Untuk ketahanan erobik selain dibutuhkan
kemampuan jantung dan paru untuk mengangkut oksigen yang banyak, maka kemampuan sel
untuk menggunakan oksigen juga lebih tinggi. Apabila kita berlari 20 km, maka energi yang
dibutuhkan tidak dapat dipenuhi dengan pembakaran karbohidrat saja, tetapi harus membakar
lemak. Persediaan lemak dalam otot hanya dapat ditingkatkan dengan latihan erobik yaitu
denagn beban ringan untuk jangka waktu yang lama.
Olahraga sepakbola adalah olahraga yang bersifat anerobik, akan tetapi dalam olahraga
sepakbola juga harus didukung oleh latihan yang bersifat erobik. Ekblom (dalam
Dwijoyowinoto, 1993:256) mengatakan bahwa keadaan latihan, kebiasaan kegiatan dan latar
belakang latihan olahragawan dapat mempengaruhi nilai VO
2
maks. Sedangkan Dwiyogo dan
Sulistyorini (19991:60) menyatakan:
Latihan dan proses erobik yang lama akan memberikan perbaikan-perbaikan pada jantung
dan peredaran darah. Jantung akan lebih kuat dan mampu memompa lebih banyak darah. Hal
tersebut menyebabkan pengangkutan oksigen yang diambil di dalam paru-paru dan dikirim
ke seluruh serta pembuangan sisa metabolisme menjadi lebih efisien.
Aktivitas fisik yang teratur dapat menyebabkan badan menjadi lebih tahan pada tuntutan
latihan. Selama latihan, otot-otot kaki menghendaki energi agar segera diisi lagi. Kenaikan
kebutuhan energi memberi penekanan pada kemampuan badan untuk menyediakan oksigen
dan bahan bakar yang diperlukan otot (Sumosardjuno, 1994:3).
Tujuan latihan peningkatan kondisi fisik adalah meningkatkan kekuatan, ketahanan,
kelentukan, kelincahan dan kecepatan. Menurut Soekarman (1986:82) komponen-komponen
ini berhubungan dengan struktur dan faal dalam tubuh, oleh karena itu latihan-latihan yang
dikerjakan terutama untuk otot serta ketahanan jantung dan paru, maka dengan sendirinya
yang terlihat adalah perubahan-perubahan dalam kedua alat tersebut. Sedangkan Thompson
dan Mc Ghee (dalam Strauss,1984:4) mengatakan bahwa hasil fisiologis yang utama dari
program latihan daya tahan adalah peningkatan dalam latihan atau VO
2
maks.
Latihan daya tahan juga dapat merubah faktor-faktor penting lainnya, seperti perubahan pada
komposisi tubuh, perubahan pada tekanan darah, perubahan pada penyesuain terhadap panas,
perubahan pada jaringan ikat, perubahan pada otot dan serabut-serabut otot. Menurut Cooper
(dalam Wahyu, 2005:35) pengaruh latihan dapat meningkatkan VO
2
maks dan dapat dicapai
dengan cara meningkatkan efisiensi kerja semua sarana penyedia serta penyalur oksigen.
Pengaruh yang lebih luas lagi menurut Arnheim (1995:64) bahwa latihan daya tahan bukan
hanya penting untuk memperbaiki VO
2
maks dan menurunkan tekanan darah tapi hal tersebut
juga merupakn faktor kunci dalam pencegahan cedera.
Program latihan peningkatan kondisi fisik atau VO
2
maks memerlukan persiapan fisik dan
perancangan program yang baik sesuai dengan prinsip-prinsip program latihan kesegaran
jasmani. Menurut Djidie (1997:77) program dan aplikasi pelatihan fisik harus dirancang
pengembanganya melalui tahapan sebagai berikut:
(1) Persiapan fisik umum, bertujuan meningkatkan kemampuan kerja organ-organ tubuh ,
sehingga memudahkan upaya-upaya peningkatan komponen pelatihan pada tahap berikutnya,
(2) Persiapa fisik khusus, bertujuan meningkatkan kemampuan fisik pada taraf lebih tinggi
atau baik menjelang pertandingan, (3) Peningkatan kemampuan gerak motorik khusus. Pada
fase ini pelatihan bertujuan memahirkan gerakan-gerakan utuh, sesuai dengan kebutuhan
gerak atau penampilan dalam olahraga itu, khususnya menghadapi pertandingan.
Menurut Ramana (dalam Wahyu, 2005:49) adaptasi dari latihan berperan dalam perubahan
yang nyata pada kapasitas oksigen maksimal, jadi program latihan peningkatan VO
2
maks
harus berlangsung cukup lama dan sesuai dengan perencanaa dan metode yang benar.
Harsono (dalam Harsuki dan Elias 2003:308) mengatakan, akibat dari perencanaan yang
matang itu ialah bahwa degree of training (derajat latihan) dan kualitas latihan akan naik
sehingga akan dapat meningkatkan kapasitas kerja serta penampilan.
Dalam menyusun suatu program latihan penigkatan kondisi fisik hendaknya memperhatikan
beberapa prinsip latihan fisik antara lain:
1. Prinsip Dasar Latihan
Menurut Pussegjasrek (1994:56) prinsip-prinsip dasar latihan antara lain; (a)prinsip beban
berlebih, (b) prinsip tahanan tambahan, (c) prinsip latihan beraturan, (d) prinsip spesifik, (e)
prinsip individu.
1. Macam atau Jenis Latihan Fisik
Bentuk latihan fisik yang baik menurut Pussegjasrek (1994:57) antara lain; (1) gerakan-
gerakanya melibatkan otot-otot besar tubuh, (2) harus dapat memperlancar peredaran darah
ke jantung secara efektif, (3) waktu yang digunakan produktif (efektif dan efisien).
1. Intensitas Latihan Fisik atau Olahraga
Intensitas adalah takaran yang menunjukkan kadar/tingkatan pengeluaran energi seorang
olahragawan dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan maupun pertandingan.
1. Lama Latihan
Wilmore dan Costill (dalam Sajoto, 1988:210) menyatakan bahwa lama latihan yaitu antara
12-16 minggu untuk tujuan endurance, sedangkan antara 8-10 minggu untuk tujuan anerobik.
1. Frekuensi Latihan
Menurut Dwiyogo dan Sulistyorini (1991:70) frekuensi latihan diartikan sebagai jumlah
latihan yang dilakukan setiap minggunya. Sedangkan menurut Pussegjasrek (1994:59) untuk
mencapai tingkat kesegaran jasmani yang baik, maka latihan hendaknya dilakukan minimal 3
kali dalam seminggu agar mendapatkan efek latihan yang diharapkan. Apabila latihannya
kurang dari 2 kali seminggu maka akan kurang mendapatkan efek latihan yang diharapkan.
1. J. LATIHAN FISIK UNTUK MENINGKATKAN VO2
Bentuk latihan fisik yang baik menurut Pussegjasrek (1994:57) antara lain; (1) gerakan-
gerakanya melibatkan otot-otot besar tubuh, (2) harus dapat memperlancar peredaran darah
ke jantung secara efektif, (3) waktu yang digunakan produktif (efektif dan efisien).
Sedangkan menurut Harre (dalam Mutohir, 1999:67) bahwa latihan pada umumnya
dikategorikan dalam tiga bentuk:
(1) Latihan kompetisi (competitive exercise): latihan kompetisi merupakan bentuk latihan
yang urutan gerak dan tipe karakteristik geraknya menyerupai tuntutan suatu kompetisi
khusus suatu event cabang olahraga yang merupakan spesialisasi atlet yang bersangkutan. (2)
latihan khusus (special exercise): latihan khusus ini terdiri dari dua bentuk; bentuk yang
pertama hamper sama urutan geraknya dengan latihan kompetisi tetapi karakteristik
pembebanannya berbeda dan latihannya mencakup elemen-elemen atau kombinasi elemen
dari latihan kompetisi; dan bentuk latihan khusus yang kedua, terdiri dari latihan yang
mengandung gerak-gerak bagian dari seluruh rangkaian gerak. (3) latihan umum (general
exercise); latihan umum diambil dari latihan olahraga tertentu atau senam yang tidak berisi
elemen-elemen gerka kompetisi dan dilakukan tanpa menggunakan peralaten senam.
1. 1. Intensitas Latihan Fisik atau Olahraga
Intensitas adalah takaran yang menunjukkan kadar/tingkatan pengeluaran energi seorang
olahragawan dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan maupun pertandingan. Suharno
(dalam Budiwanto, 2005:13) menjelaskan bahwa:
Beban latihan (loading) adalah bentuk latihan jasmani yang menimbulkan rangsangan fisik
dan mental atlet untuk dilawan selama aktivitas berlatih dalam mencapai prestasi olahraga.
Beban latihan dibedakan menjadi dua yaitu beban latihan luar dan dalam. Beban luar adalah
volume, intensitas, frekuensi, durasi dan irama. Beban dalam adalah suatu beban latihan yang
mempengaruhi fisiologi dan psikologi atlet.
Menurut Suharto (1997:98) menyatakan bahwa intensitas latihan merupakan komponen
kualitatif yang mengacu pada jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu unit waktu tertentu.
Dan intensitas latihan dapat diklasifikasikan tinggi rendahnya berdasarkan beberapa
indikator, antara lain: 1) berdasarkan persentase kecepatan dan kekuatan yang digunakan
dalam latihan, 2) berdasarkan jumlah denyut nadi dalam mereaksi beban latihan. Skala
intensitas untuk latihan kecepatan dan kekuatan sebagai berikut (Suharno, 1993:22): (1) super
maksimal 101% ke atas dari prestasi terbaik, (2) maksimal 100% dari prestasi terbaik, (3)
sub maksimal 80% 99% dari prestasi terbaik, (4) medium 60% 70% dari prestasi terbaik,
(5) low (rendah) 59% ke bawah dari prestasi terbaik.
Cara menghitung intensitas dengan maximum repeatation (MR), MR push-up individu dapat
dihitung misalnya: mampu 30 kali, ini berarti intensitas maksimal untuk individu tersebut 30
kali/100%. Bila menginginkan intensitas sub-maksimal dalam latihan, berarti dalam satu
giliran latihan push-up ditemukan 80% x 30 kali (MR) = 24 kali. Sedangkan untuk
menghitung denyut nadi yaitu pertama dihitung denyut nadi maksimal (DNM) dengan
rumus: 220 umur. Kemudian tentukan takaran intensitas latihannya, yaitu 80% dari DNM
dan umur atlet 20 tahun, maka 80% x (220 20) = 160 kali/menit (intensitas sub maksimal).
1. 2. Lama Latihan
Wilmore dan Costill (dalam Sajoto, 1988:210) menyatakan bahwa lama latihan yaitu antara
12-16 minggu untuk tujuan endurance, sedangkan antara 8-10 minggu untuk tujuan anerobik.
Sedangkan menurut Pussegjasrek (1994:59) bahwa latihan fisik pada intensitas yang lebih
besar maka waktu yang dibutuhkannya lebih pendek, dan jika intensitas latihan fisik lebih
kecil maka waktu latihan yang dibutuhkan lebih lama, agar menghasilkan latihan dan tingkat
kesegaran jasmain yang lebih baik.
1. 3. Frekuensi Latihan
Menurut Dwiyogo dan Sulistyorini (1991:70) frekuensi latihan diartikan sebagai jumlah
latihan yang dilakukan setiap minggunya. Untuk mencapai tingkat kesegaran jasmani yang
baik, maka latihan hendaknya dilakukan minimal 3 kali dalam seminggu agar mendapatkan
efek latihan yang diharapkan. Apabila latihannya kurang dari 2 kali seminggu maka akan
kurang mendapatkan efek latihan yang diharapkan.
1. K. Pengaruh latihan kebugaran jasmani terhadap sepak bola
2. L. Karakteristik Esktrakulikuler
Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler
Keterbatasan waktu berolahraga yang dilakukan secara formal sangat menghambat
tercapainya pembinaan secara maksimal untuk perkembangan dan pertumbuhan siswa. Oleh
karena itu sering sekali atau pun wajib diadakan kegiatan di luar jam sekolah untuk
memaksimalkan kegiatan bagi siswa yang mengikutinya walaupun kegiatan tersebut tidak
formal. Dengan adanya kegiatan yang dilakukan di luar sekolah maka siswa dapat
menyalurkan, memaksimalkan dan mengembangkan kemampuan beserta bakatnya yang
terpendam di dalam dirinya masing-masing. Melalui ekstrakurikuler siswa dapat benar-benar
menjadi manusia yang intensif. Siswa dapat belajar untuk menghormati keberhasilan orang
lain, bersikap sportif, berjuang untuk mencapai prestasi secara jujur dan lain-lain.
Ekstrakurikuler adalah suatu program yang dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan,
di mana hal-hal yang tidak dapat diselesaikan dalam program yang telah ditentukan dalam
jam-jam pelajaran sekolah, dapat diberikan pada jam-jam di luar sekolah (Sarifudin,
1982:33). Sahertian (1987:83) menyatakan kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar
jam pelajaran biasa (termasuk pada waktu libur) yang dilakukan di sekolah ataupun di luar
sekolah dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa mengenai hubungan antara
berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat serta melengkapi upaya pembinaan
manusia seutuhnya.
Menurut Ahmadi (1984:105) kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan-kegiatan di luar jam
pelajaran sekolah yang mempunyai fungsi pendidikan dan biasanya berupa klub-klub,
misalnya: olahraga, kesenian, ekspresi dan lain-lain. Dwiyogo (2007:55) menyatakan
kegiatan pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan,
bakat, minat, setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah
kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran (tatap muka) dengan maksud untuk membantu
pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka
melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik atau tenaga kependidikan
yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah.
Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler
Menurut Sarifudin (1982:33) bahwa program ekstrakurikuler dapat menunjang tercapainya
tujuan pendidikan, di mana hal-hal yang tidak dapat diselesaikan dalam program yang telah
ditentukan dalam jam-jam pelajaran sekolah, dapat diberikan pada jam-jam di luar sekolah.
Selain itu ekstrakurikuler mempunyai tiga tujuan dasar sebagai berikut:
(1) Membina minat dan bakat siswa. Kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat membina dan
mengembangkan minat yang ada pada siswa serta memupuk bakat yang dimiliki siswa, (2)
Sebagai wadah di sekolah. Dengan aktifnya siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler, secara
otomatis siswa telah membentuk wadah-wadah kecil yang di dalamnya akan terjalin
komunikasi antar anggota dan sekaligus dapat belajar vdalam mengorganisir setiap aktivitas
kegiatan ekstrakurikuler, (3) Pencapaian prestasi yang optimal. Beberapa cabang
ekstrakurikuler baik secara perorangan maupun kelompok diharapkan dapat meraih prestasi
yang optimal, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah
(http://ekskulabsky.multiply.com)
Selain itu tujuan lain dari kegiatan ekstrakurikuler adalah:
Menumbuh kembangkan pribadi peserta didik yang sehat jasmani dan rohani, bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki kepedulian dan tanggung jawab terhadap
lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya, serta menanamkan sikap sebagai warga
negara yang baik dan bertanggung jawab melalui berbagai kegiatan positif di bawah
tanggung jawab sekolah (http://nisanurdini.blogspot.com).
Dari paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan kegiatan ekstrakurikuler adalah
untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan, untuk memperluas pengetahuan, untuk
menyalurkan bakat dan minat dan untuk melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya.
Tujuan kegiatan ekstrakurikuler tidak akan berhasil tanpa adanya partisipasi dari pihak lain
seperti: prasarana, orang tua, guru, teman, dan masyarakat.
Ciri-ciri Kegiatan Ekstrakurikuler
Sarifudin (1982:45) menyebutkan ciri-ciri kegiatan ekstrakurikuler sebagai berikut:
(a) Merupakan bentuk kegiatan yang berkaitan atau berhubungan langsung dengan kurikulum
sekolah, artinya mempunyai pengaruh terhadap pencapaian tujuan kurikulum, (b) Diberikan
di luar jam pelajaran dan diawasi oleh guru yang bertanggung jawab tentang bidang pelajaran
tersebut, (c) Mempunyai subyek yang sama atau sasaran yang sama, yaitu anak didik. Melalui
ekstrakurikuler dibina satu kesatuan individu yang utuh fisik dan psikis, (d) Ekstrakurikuler
pelaksanaannya berbeda dalam cara dan sifat pelaksanaan dari kurikuler, (e) Ekstrakurikuler
dapat berupa olahraga, kesenian, pramuka, darmawisata, dan rekreasi, dan beberapa macam
kegiatan yang dapat berpengaruh terhadap kesempurnaan proses dan keberhasilan proses
belajar mengajar.
Dari ciri-ciri yang dikemukakan oleh Sarifudin di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kegiatan ekstrakurikuler mempunyai ciri-ciri sebagi berikut: (1) diselenggarakan di luar
pembelajaran formal, (2) diberikan untuk mengembangkan bakat dan minat siswa, (3)
diberikan untuk upaya pembinaan manusia seutuhnya.
1. M. KARAKTERISTIK SEPAK BOLA
Sepakbola dan Karakteristiknya
Di manapun, kapanpun, dan apapun bentuk sepakbola? Olahraga ini adalah salah satu
olahraga yang paling digemari diseluruh dunia, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa,
mulai dari pelosok-pelosok desa sampai kota-kota besar, semuanya melakukan permainan
sepakbola. Pada mulanya sepakbola merupakan olahraga untuk sekedar hobi tapi lambat laun
sepakbola menjelma sebagai olahraga yang bisa mendatangkan uang atau dengan kata lain
sepakbola merupakan suatu pekerjaan.
Sepakbola adalah permainan beregu yang dimainkan masing-masing regu sebelas pemain
termasuk seorang penjaga gawang. Permainan ini hampir seluruhnya menggunakan
kemahiran kaki, kecuali seorang penjaga gawang yang bebas menggunakan anggota badan
apapun (Abdoellah, 1981:409).
Menurut Luxbacher (1998:2) menyatakan bahwa sepakbola adalah suatu pertandingan yang
dimainkan 2 tim yang masing-masing beranggotakan 11 orang pemain, dengan waktu 245
menit. Sedangkan menurut Batty (2004:8) sepakbola adalah permainan beregu yang
dimainkan oleh individu-individu untuk menyebar luaskan gagasan dari pelatih agar
sepakbola menjadi permainan yang lebih baik dan menyerang dalam kerangka suatu
kerjasama beregu.
Sepakbola merupakan permainan beregu yang dimainkan tiap regu terdiri dari 11 pemain
termasuk penjaga gawang. Permainan ini dimainkan di lapangan berumput dengan ukuran
panjangnya 100-110 meter dan lebarnya 64-75 meter yang mana lamanya permainan
sepakbola ini adalah 245 menit dengan dipimpin oleh 1 orang wasit dan 2 orang asisten
wasit. Tujuan dari sepakbola ini adalah memasukkan bola ke gawang lawan dan berusaha
mempertahankan gawangnya agar tidak kemasukan. Kendati demikian sepakbola mempunyai
banyak aspek atau bagian yang masing-masing perlu diperhatikan, seperti: teknik, fisik,
taktik, dan strategi. Untuk itu sebagai seorang pemain sepakbola hendaklah memiliki
keempat hal yang tersebut diatas terutama teknik dan fisik yang merupakan teknik dasar
dalam bermain sepakbola.
Menurut Hariyoko dan Mahmud (1991:3) teknik-teknik dasar dalam permainan sepakbola
adalah: (1) teknik menendang bola, (2) teknik menerima bola, (3) teknik menggiring bola, (4)
teknik menyundul bola, (5) teknik merampas bola, (6) teknik melempar bola, (7) teknik gerak
tipu dengan bola, dan (8) teknik penjaga bola. Selain menguasai teknik-teknik dasar bermain
sepakbola yang tersebut diatas masih ada faktor-faktor lain yang dapat menunjang seorang
pemain sepakbola untuk berprestasi. Faktor-faktor itu antara lain: daya tahan, kekuatan,
kelincahan, keseimbangan, kecepatan, dan kelentukan. Dan semua ini dapat diperoleh dengan
latihan konsdisi fisik dengan terus menerus tanpa merasa bosan. Karena seorang pemain
sepakbola yang telah memiliki teknik individu yang baik dan ditunjang oleh stamina yang
prima, maka taktik dan strategi yang diintruksikan oleh pelatih akan mudah dijalankan.
Tidak kita pungkiri bahwa seorang pemain sepakbola yang memiliki skill individu yang baik
tidak akan berarti apa-apa bila tidak ditunjang dengan kondisi fisik yang prima. Menurut
Devaney (1988:70) satu unsur dalam sepakbola yang tidak pernah berubah dari masa ke masa
adalah stamina. Dan stamina merupakan unsur utama dalam permainan sepakbola pemain
harus mempersiapkan diri untuk mengalami kelelahan fisik. Ditambahkan pula oleh Devaney
(1988:71) di dalam permainan sepakbola anda harus menggiring bola, anda membungkuk,
berputar, berhenti, berlari, berbelok ke kiri, berbelok ke kanan, berputar ke mana saja untuk
menghindari lawan, dan semua itu harus membutuhkan stamina dan kondisi fisik yang prima.
Permainan sepakbola merupakan olahraga yang membutuhkan waktu yang lama, untuk itu
dalam permainan sepakbola menggunakan sistem energi aerobik. Akan tetapi dalam
permainan sepakbola sewaktu-waktu juga membutuhkan kecepatan, seperti: lari sprint,
berbalik badan dan menangkap atau menghalau bola untuk penjaga gawang. Dan olahraga
yang membutuhkan kecepatan membutuhkan sistem energi anaerobik.
Bila dilihat dari urain di atas, olahraga sepakbola memerlukan dua sistem energi yaitu aerobik
dan anaerobik. Untuk itu dalam melatih kondisi fisik pelatih juga harus memperhatikan kedua
sistem energi tersebut dalam menyusun program latihan, sehingga seorang pemain akan
memiliki daya tahan dan kecepatan secara seimbang. Dengan demikian peran latihan fisik
didalam permainan sepakbola sangat menunjang bagi pemain untuk berprestasi baik di level
lokal maupun internasional.
BAB III
METODE PENGEMBANGAN
Dalam metode pengembangan akan diuraikan tentang model pengembangan, prosedur
pengembangan, uji coba produk, subjek uji coba,jenis data,intrumen penelitian, dan tehnik
analisis data.
A.Model Pengembangan
Dalam penerapan Program latihan kebugaran jasmani ini peneliti menggunakan
pengembangan milik Borg dan Gall (1983:775) yang terdiri dari:
1).Melakukan penelitian dan pengumpulan informasi (kajian pustaka, pengamatan kelas,
persiapan laporan tentang pokok persoalan, 2). Melakukan perencanaan (pendefinisian
keterampilan, perumusan tujuan,penentuan urutan pengajaran,dan uji coba skala kecil. 3).
Mengembangkan bentuk produk awal (penyiapan materi pengajaran, penyusunan buku
pegangan,dan perlengkapan evaluasi). 4). Menggunakan uji lapangan permulaan
menggunakan 16 12 subjek). 5 ). Melakukan revisi terhadap produk utama ( sesuai dengan
saran saran dari hasil uji lapangan permulaan) (6) Melakukan uji lapangan utama. (7)
Melakukan revisi produk ( berdasarkan saran saran dan uji coba lapangan utama) (8) Uji
lapangan meliputi (9) Revisi Produk Akhir.
Dari berbagai macam macam langkah pengembangan yang dikemukakan oleh borg dan
Gall yang sebagian di modifikasi oleh peneliti, dengan pertimbangan kebutuhan untuk
menghasilkan produk pembuatan program Latihan Kebugaran jasmani di ekstrakulikuler
sepak bola di MAN tlogo blitar Kabupaten Blitar.
Adapun langkah langkah yang akan dicapai oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1.Melakukan penelitian dan pengumpulan data informasi termasuk kajian pustaka dan
analisis kebutuhan.
2. Mengembangkan Produk Awal ( berupa penerapan formasi pertahanan)
3. Evaluasi dari para ahli dengan kualifikasi yaitu, 1 kepelatihan di bidang sepak bola,ahli
tehnik dalam program latihan sepak bola, serta uji coba kelompok kecil, serta menggunakan
tehnik wawancara, kusioner, lalu dikumpulkan dan analisis.
4. Revisi produk Pertama, revisi produk dari peninjauan para ahli. Revisi ini digunakan untuk
perbaikan terhadap produk awal yang dibuat peneliti.
5. uji lapangan dengan menggunakan tehnik koesioner kemudian di analisis
6. revisi Produk akhir yang dihasilkan oleh uji coba lapangan ( kelompok Besar.
7. hasil produk penerapan formasi pertahanan yang dihasilkan melalui revisi uji coba
lapangan.
B. Prosedur Pengembangan
Pada pengembangan program latihan kebugaran jasmani, dilakukan melalui beberapa tahap.
Tahap dari prosedur ini antara lain sebagai berikut:
1.Analisis kebutuhan
Analisis kebutuhan merupakan langkah langkah yang digunakan untuk mengkaji keadaan
lapangan dengan tujuan apakah produk yang dikembangkan diterima atau tidak oleh subjek.
Analisis kebutuhan tersebut dilakukan dengan melakukan observasi dan wawancara guru
pendidikan jasmani di MAN Tlogo Blitar kabupaten Blitar mengenai produk yang
dikembangkan peneliti.
2.Pembuatan Produk Awal
Setelah melakukan analisis kebutuhan, langkah selanjutnya adalah membuat Produk Awal
berupa pembuatan program Latihan kebugaran jasmani dalam permainan Sepak Bola. Dalam
pembuatan Produk yang dikembangkan ini, peneliti membuat produk kemudian di uji
cobakan kepada kelompok kecil tetapi sebelumnya dikonsultasikan dan di uji oleh para Ahli.
Dalam hal ini berperan sebagai konsultan dan memberikan masukan dalam penyempurnaan
Produk untuk di ujicobakan di lapangan.
3.uji coba produk
Uji coba produk ini dimaksudkan untuk memperoleh masukan, saran dan penilaian terhadap
produk yang dikembangkan.
4.Revisi produk pertama
Setelah uji coba produk, maka dilakukan revisi dari masukan beberapa ahli yaitu ahli
kepelatihan sepak Bola, dan Ahli Program latihan kebugaran Jasmani sepak Bola sebagai
perbaikan dari produk yang telah di ujicobakan.
5.Uji Coba Lapangan ( kelompok Besar )
Pada tahap ini dilakukan uji coba lapangan ( kelompok Besar ) terhadap produk yang
dikembangkan dengan menggunakan subjek uji coba 22 siswa yang mengikuti kegiatan
ekstrakulikuler sepak bola di MAN Tlogo Kabupaten blitar.
6.Revisi Produk Akhir
Revisi produk dari hasil uji coba lapangan yang telah diujicobakan pada peserta
ekstrakulikuler sepak bola di MAN Tlogo Kab. Blitar.
7.Hasil Akhir
Hasil Akhir Berupa Produk yang telah dihasilkan dari uji lapangan ( kelompok Besar )
sebagai bentuk penerapan program latihan kebugaran jasmani sepak bola.
C.Uji Coba Produk
Uji coba Produk ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang digunakan sebagai dasar
dalam menetapkan kelayakan dari produk yang dikembangkan.
Dalam bagian ini yang harus diperhatikan yaitu: (1) rancangan uji coba (2) Subjek uji coba
(3) intrumen pengumpulan data dan (4) tehnik analisi data
1.Desain uji coba
Desain uji coba dilaksanakan melalui dua tahap yaitu: (1) evaluasi tahap pertama dan
evaluasi tahp kedua.
a. Evaluasi tahap pertama.
Evaluasi tahap ini terdiri dari :
1.Tinjauan Ahli
Untuk memperoleh masukan tentang rancangan penerapan Informasi program latihan
kebugaran Jasmani sepak bola , maka produk ini dikembangkan ini terlebih dahulu diuji oleh
para ahli.
2.Revisi produk Pertama
Hasil dari data ahli tersebut dianalisis, selanjutnya dijadikan acuan untuk merevisi produk
penerapan Program latihan kebugaran Jasmani dalam permainan sepak bola sebelum
diujicobakan untuk kelompok kecil.
3.Uji coba kelompok kecil
Uji coba kelompok kecil dilaksanakan di MAN Tlogo Kabupaten Blitar untuk siswa yang
mengikuti ekstrakulikuler sepak bola dengan subjek 12 pemain, metode pengambilan subjek
yaitu menggunakan prosedur yang dilakukan dalam bentuk uji coba ini adalah (1)
menerapkan penerapan Program latihan kebugaran jasmani dalam permainan sepak bola
kepada siswa. (2) meminta kepada siswa untuk memberikan tanggapan dan pendapat tentang
penerapan Program latihan Kebugaran Jasmani dalam permainan sepak bola dengan
menggunakan koesioner. Tujuan kelompok kecil ini digunakan untuk meminimalkan
kesalahan yang ditemui dan mengetahui tanggapan dari produk awal yang dikembangkan.
b.Evaluasi tahap kedua
Uji lapangan atau kelompok besar dilaksanakan di MAN Tlogo Blitar, sebagai perwakilan
kelompok besar selama 8 kali pertemuan. Dari kegiatan uji coba kelompok lapangan
dimasudkan untuk mengetahui keefektifan perubahan yang dilakukan sebelumnya, dan dapat
dimungkinkan untuk digunakan dalam lingkup yang sebenar benarnya.
Hasil data yang diperoleh dari uji lapangan atau kelompok besar ini digunakan untuk
menyempurnakan keseluruhan pengembangan program latihan kebugaran jasmani dalam
kegiatan esktrakulikuler sepak bola di MAN Tlogo Blitar.
2. Subyek Uji Coba
Dalam pengembangan produk, subjek uji coba yang digunakan meliputi: untuk kelompok uji
coba siswa terdapat dua kelompok uji coba yaitu: 12 pemain untuk uji coba kelompok kecil
dan 22 pemain MAN Tlogo Blitar untuk uji coba kelompok besar. Kriteria bagi ahli sepak
bola dan ahli dalam program latihan kebugaran jasmani mempunyai sertifikasi kepelatihan
sepak bola, dan sebagai pelatih sepak bola. Kriteria pemilihan siswa sebagai sebyek
pengembangan 12 orang siswa esktrakulikuler sepak bola MAN Tlogo Blitar.
3. Jenis Data
Dari data yang diperoleh dari hasil evaluasi ahli, pengembangan ini data yang digunakan
adalah kuantitatif dan Kualitatif.
4.Intrumen Pengumpulan Data
Pada intrumen ini digunakan adalah pengembangan sendiri dengan mengacu pada metode
atau prosedur yang sudah ditentukan. Prosedur yang dilakukan disesuaikan dengan tingkat
kebutuhan yang diperlukan. Dengan demikian, intrumen yang dibuat untuk pengumpulan
data adalah angket yang dibuat sendiri dengan mengacu pada analisis kebutuhan. Intrumen
yang dibuat untuk pengumpulan data adalah tehnik kuesioner untuk para ahli dan siswa.
5.Tehnik analisis data
Pengembangan ini tehnik analisis data yang digunakan adalah tehnik analisis diskriptif
dengan persentase. Tehnik ini digunakan untuk analisis data kuantitatif yang diperoleh dari
hasil penyebaran angket. Rumus yang digunakan untuk menganalisis dan menggunakan
rumus dari Sudjana (1990:40 )
a.Rumus untuk mengolah data per sebjek uji coba
P= X X 100%
X1
Keterangan :
P = persentase hasil evaluasi uji coba
X= Jumlah jawaban skor oleh subyek uji coba
X1 = jumlah jawaban maksimal dalam aspek penilaian oleh subyek uji coba
100 %= Konstanta
b.Rumus untuk mengolah data secara keseluruhan uji coba
P = X x 100 %
Xi
Keterangan
P : Persentase hasil keseluruhan subyek uji coba
X : Jumlah keseluruhan jawaban subyek uji coba dalam keseluruhan aspek penilaian
Xi : jumlah keseluruhan maksimal subyek uji coba
100% : Kostanta
Untuk menentukan penafsiran terhadap hasil analisis persentase tingkat kemenarikan produk
pengembangan digunakan klasifikasi persentase guilford ( dalam Fagih, 1996: 58 ) maka
ditetapkan kriteria sebagai berikut:
No Persentase Klasifikasi Makna
1. 0-20 % Tidak baik Dibuang
2. 20, 1- 40 % Kurang baik Diperbaiki
3. 40,1- 70% Cukup baik Digunakan
4. 70, 1-90 % Baik Digunakan
5. 90, 1-100 % Sangat baik Digunakan
PENGEMBANGAN PROGRAM LATIHAN KEBUGARAN JASMANI BERUPA
LATIHAN FISIK UNTUK MENINGKATKAN V02
PADA PESERTA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER SEPAK BOLA
DI MAN TlOGO BLITAR
PROPOSAL SKRIPSI
Pembimbing:
Oleh:
HUMAID ALI HASAN
NIM 208711415983
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN
DESEMBER
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang .
2. Rumusan Masalah.
3. Tujuan Penelitian
4. Spesifikasi Produk yang diharapkan..
5. Pentingnya Pengembangan .
6. Asumsi keterbatasan pengembangan .
7. Definisi Istilah.
8. Sistematika penulisan
9. Definisi Operasional.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
1. Kesegaran Jasmani
2. Tujuan kesegaran jasmani.
3. Komponen-komponen Kesegaran Jasmanai.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesegaran Jasmani
5. Program latihan .
6. Prinsip Latihan
7. Beban Latihan .
8. Metode Latihan Fisik .
9. Penjelasan Tentang program latihan untuk meningkatkan VO2
10. Latihan kebugaran jasmani berupa latihan fisik untuk meningkatkan VO2
11. Peran Kesegaran Jasmani dalam Permainan sepak bola
12. Kegiatan Ekstrakurikuler..
13. Karakteristik Sepak Bola.
BAB III METODE PENELITIAN
1. model pengembangan.
2. prosedur pengembangan
3. uji coba produk,.
4. subjek uji coba.
5. jenis data
6. intrumen penelitian..
7. tehnik analisis data
BAB I
PENDAHULUAN
1. A. Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia merupakan perwujudan manusia yang bertujuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa berdasarkan (UUD 1945). Pendidikan merupakan suatu hal
yang sangat penting bagi kehidupan bangsa dan kemajuan suatu negara. Dengan adanya
pendidikan bangsa indonesia akan mengalami kemajuan dan meninggalkan suatu bentuk
keterpurukan, seperti sekarang ini. Untuk itu pemerintah harus lebih berkosentrasi terhadap
pendidikan di indonesia dan juga harus membuat suatu kebijakan yang mengarahkan pada
perkembangan pendidikan di indonesia.
Pendidikan merupakan cara yang srategis untuk mencetak sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas. Dengan kebijakan yang berkelanjutan khususnya dalam dunia pendidikan di
indonesia, bukan mustahil pendidikan di indonesia akan menciptakan SDM yang berwawasan
luas dan berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas akan membawa pada kemajuan
bangsa terutama dalam menjadikan masyarakat madani. Sehingga dengan adanya pendidikan
yang bermutu maka semua hal yang berhubungan dengan masalah pendidikan akan cepat
terselesaikan. Salah satu Pendidikan yang mengarahkan pada perkembangan perkembangan
keseluruhan aspek manusia adalah pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani hakikatnya
adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan
holistik dalam kualitas individu baik secara jasmani dan rohani. Sehingga pendidikan jasmani
merupakan salah satu pendidikan yang sangat penting dan utama untuk kemajuan suatu
bangsa.
Pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam mengintensifikasi
penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung
seumur hidup. Pendidikan jasmani memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat
langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain, dan
berolahraga yang dilakukan secara sistematis ,terarah dan terencana. Pembekalan pengalaman
belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif
sepanjang hayat. Badan Standart Nasional Pendidikan (2006:729) menyatakan bahwa:
Pendidikan jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan
secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,keterampilan
gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas
emosional,tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui
aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pada hakekatnya pendidikan jasmani tidak hanya untuk mengembangkan badan tetapi juga
untuk mengajarkan perilaku sosial, kebudayaan, dan menghargai etika serta mengembangkan
kesehatan mental emosional ( adisasmita, 1989:2 ) selain itu adisasmita juga berpendapat
bahwa kegiatan jasmani tertentu yang dipilih dapat membentuk sikap / membentuk karakter
yang berguna bagi pelakunya.
Untuk mencapai tujuan tersebut harus ada lingkungan yang lebih banyak dari pihak lain
seperti keluarga, sekolah, serta lingkungan. Untuk pendidikan jasmani yang diberikan di
sekolah , tentu pihak sekolah mempunyai peran dan tanggung jawab yang tinggi. Dalam hal
ini guru pendidikan jasmani harus mempunyai inovasi inovasi untuk melaksanakan
pembelajaran pendidikan jasmani guna mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani dan mengembangkan bakat dan minat siswa
pihak sekolah menyelenggarakan kegiatan ekstrakulikuler. Menurut ahmadi ( 1984:105)
kegiatan ekstrakulikuler adalah kegiatan kegiatan di luar jam pelajaran sekolah yang
mempunyai fungsi pendidikan dan biasanya berupa klub klub, misalnya: olahraga,
kesenian, ekspresi dan lain- lain. Kegiatan ekstrakulikuler bertujuan untuk memperluas
pengetahuan siswa mengenai hubungan antara berbagai berbagai mata pelajaran, meyalurkan
bakat dan minat serta melengkapi upaya pembinaan menusia seutuhnya ( sahertian,1978:83 ).
Jadi sekolah merupakan tempat dimana siswa dapat mengembangkan bakat dan minatnya
kegiatan ektrakulikuler.
Di MAN tlogo Blitar salah satu sekolah lanjutan akhir di blitar dengan jumlah siswa 850
siswa juga melaksanakan kegiatan ektrakulikuler. Man Tlogo blitar merupakan sekolah
madrasah aliyah negeri di blitar yang menjadi salah satu sekolah favorit dengan keuggulan
dalam ilmu agama dan umum. Akan tetapi tidak hanya ekstrakulikuler yang bergerak dalam
bidang akademik saja yang banyak diminati oleh siswa , mereka juga sangat berantusias
dalam mengikuti kegiatan ekstrakulikuler yang bergerak dalam bidang olahraga. Kegiatan
ektrakulikuler olahraga diadakan oleh pihak sekolah bertujuan selain untuk menunjang proses
belajar mengajar khususnya pendidikan jasmani untuk mengembangkan bakat dan minat
yang dimiliki oleh siswa. Kegiatan ekstrakulikuler di Man Tlogo Blitar terdiri dari berbagai
banyak cabang olahraga, diantaranya Badminton, sepak Bola, Tenis Meja, bola voli, dan
futsal. Dari kelima ektrakulikuler tersebut siswa bisa memiliki ekstrakulikuler yang
diinginkan sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki oleh siswa.
Data peserta ekstrakulikuler olahraga di Man Tlogo Blitar sebagaimana ditunjukan sebagai
berikut:
No Cabang Olahraga Jumlah Peserta
1. Badminton 25
2. Sepak Bola 22
3. Bola Voly 27
4. Futsal 23
5. Tenis Meja 24
( Sumber : Koordinator ekstrakulikuler di Man Tlogo Blitar ).
Dari tabel diatas diketahui bahwasanya dari ke lima kegiatan ekstrakulikuler yang termasuk
dalam kegiatan olahraga, cabang olahraga sepak Bola paling sedikit pesertanya dibanding
dengan olahraga lain, tetapi dalam sisi prestasi cabor sepak bola masih mempunyai nama
daripada ektrakulikuler yang lain. Dalam survei beberapa hari kemarin teryata Prestasi sepak
bola Man Tlogo blitar cukup menjanjikan.Terhitung beberapa Prestasi telah diraih khususnya
di tahun 2008 2010. Pada tahun 2008/2009 Tim Sepak bola Man Tlogo blitar telah
mencatat prestasi menjadi juara tiga PORSENI tingkat MAN/ MA se Kabupaten Blitar.
Kemudian tahun 2009/2010 Tim Sepak Bola Tim Man Tlogo Blitar telah meraih Prestasi
Juara 1 POPDA Tingkat SMA/ MAN sederajat se- Kabupaten Blitar.
Seiring perjalananya waktu Tim Manega dalam berapa bulan terakhir khususnya dari segi
Prestasi agak menurun dan banyak faktor yang mempengaruhinya. kemarin saya mencatat
banyak dari anggota Tim MANEGA banyak mengalami kekelahan dan keletihan sehingga
para pelatih kebingungan dalam mengatasi anak buahnya. Faktanya menunjukan dengan
kebugaran jasmani yang tidak bagus, dalam pertandingan Uji Coba selama3 kali berturut
turut hasilnya mengecewakan. 2 kali kalah dan 1 kali seri . Dari itu pelatih dengan peneliti
pada hari sabtu tanggal 23 september menyetujui kesepakatan untuk mengetahui tingkat
kebugaran jasmani para pemain perlu adanya Tes dan pengukuran. Tes yang dipilih oleh
seorang pelatih dan peneliti adalah Tes Multistage. Peserta yang mengikuti tes
kebugaranjasmani pada waktu itu tercatat sebanyak 20 orang.
Berdasarkan analisis kebutuhan yang saya lakukan dengan metode observasi maka dengan
diadakanya tes kebugaran jasmani dengan lari multistage teryata dari 20 sampel dari para
peserta ekstrakulikuler sepakbola masih dibawah standart minimal kebugaran jasmani. Di
bawah ini hasil dari Tes Multistage pada ekstrakulikuler sepak bola di Man Tlogo Blitar
sebagai berikut:\
Tabel Hasil Tes Lari Multitahap Siswa
No Nama Usia Shutlle Level
1. Denta Permana 17 5 5
2. Fuad Sholiki 16 6 3
3. Faris Fahrul Rizal 17 8 7
4. Agus Rohman 18 7 1
5. Hendro WIJAYA 15 6 4
6. Farid jalal Main 17 5 3
7. M. labib 18 7 2
8. M. fitrian Risfendi 18 5 9
9. Imam Bahroini 16 4 3
10. Kharis Khusen 17 5 8
11. Andika Wardana 16 6 5
12. Dadang Permana 18 5 4
13. Susilo Dwi P 16 7 3
14. Galang Panjalu 15 6 6
15. Budi 17 5 7
16 Zaky Fahrani 18 5 4
17. Bambang Hendro 17 7 5
18 Joko susilo 16 6 2
19 Adi wendarta 15 6 1
20 Levi setiambudi 18 8 4
21 M. Fahrudin 17 9 2
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwasanya para peserta anggota ekstrakulikuler Man
Tlogo Blitar khususnya sepak bola dalam hal kebugaran jasmaninya masih dalam keadaan
kurang baik. Oleh karena itu maka untuk mencapai kebugaran jasmani yang bagus harus ada
solusi atau sejenis jalan keluar untuk mangatasi masalah ini. Pada hari yang lalu kami telah
bertanya kepada pelatih apabila anak didiknya kita beri suatu bentuk program
latihan kebugaran jasmani berupa latihan fisik, teryata juga setuju dan pelatih akan terbantu
apabila dari kami bisa membuat pengembangan program latihan kebugaran jasmani berupa
latihan fisik guna meningkatkan VO2 para atle sepak bola MAN TLOGO Blitar.
Untuk memenuhi tuntutan daya tahan tersebut seorang para anggota Tim Manega harus
mempunyai energi dalam jumlah banyak. Tuntutan energi dalam jumlah banyak itu akan
diproduksi melalui sistem erobik yang memerlukan oksigen, oleh karena itu tinggi rendahnya
daya tahan seorang para pemain Tim Manega tergantung dari tinggi rendahnya kapasitas
oksigen maksimal atau VO
2
maks. Menurut Del Asri (2004:4) besaran energi yang dapat
tersedia per satu satuan waktu melalui proses erobik dapat ditentukan oleh volume oksigen
yang dapat diangkut dengan maksimal oleh darah dari paru-paru seseorang. Pada orang
normal (bukan atlet) nilai tingkat VO
2
maks yang baik untuk wanita adalah diatas 40
ml/kg/menit dan untuk pria diatas 45 ml/kg/menit (Howley dan Frank, 1997:211).
Tinggi rendahnya VO
2
maks para pemain Tim Manega sangat berpengaruh pada kondisi fisik
atau kesegaran jasmani anggota Tim. Menurut Wagner (2008) tinggi rendahnya VO
2
maks
seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis latihan, keturunan, pengaruh keadaan,
komposisi badan, jenis kelamin, dan umur. Fox (dalam Umar, 2001:59) menyatakan
Seseorang yang memiliki VO
2
maks yang tinggi tidak saja mampu melakukan aktivitas daya
tahan dengan baik tetapi lebih dari itu, mereka akan mampu melakukan recovery (pemulihan
asal) kondisi fisiknya lebih cepat dibandingkan dengan orang yang memiliki VO
2
maks yang
rendah. Sehingga kemampuan mereka untuk untuk melakukan aktivitas berikutnya bisa lebih
cepat dan mampu bertahan dalam jumlah waktu yang lama. Tinggi rendahnya VO
2
maks
seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu dari faktor tersebut adalah organ
tubuh yang pada dasarnya organ-organ tubuh tersebut sangat menunjang terhadap tingkat
VO
2
maks. Organ-organ tersebut seperti; paru yang berfungsi untuk memasukkan oksigen
dari luar kedalam tubuh, kualitas darah (hemogoblin) yang berfungsi untuk mengikat oksigen
dan membawanya ke seluruh jaringan, jantung yang berfungsi memompa darah, dan sistem
sirkulasi (pembuluh darah) yang berfungsi tempat jalannya darah serta jaringan tubuh yang
akan mempergunakan oksigen untuk proses oksidasi sehingga menghasilkan energi.
Bagi para pemain Tim Manega semakin baik kualitas faktor-faktor tersebut maka semakin
baik dan tinggi pula tingkat VO
2
maks seorang pemain, sehingga tingkat daya tahannya juga
baik yang pada akhirnya bagi TIM Manega memiliki tingkat kesehatan dan kesegaran
jasmani yang tinggi pula . sehingga apabila tingkat kesegaran Jasmani para pemain Tim
Manega bagus maka prestasi juga akan dapat meningkat dan lebih bagus lagi. Sebaliknya jika
Para pemain Tim Manega mempunyai daya tahan yang rendah, maka mereka akan cepat
mengalami kelelahan yang mengakibatkan emosi yang tidak stabil, mudah terombang-
ambing dalam situasi atau suasana, kurang kosentrasi dan tidak fokus dalam pertandingan
sehingga para pemain tim manega dalam segi prestasi akan menurun.
Untuk meningkatkan VO
2
maks latihan fisik harus dilakukan, peningkatan VO
2
maks
sebaiknya dengan cara program latihan erobik karena dengan latihan erobik sudah ada
pembebanan yang meningkatkan jantung maupun paru. Sedangkan untuk meningkatkan VO
2
maks yang dilakukan dengan Program latihan anerobik, secara langsung dapat diberikan
beban maksimum pada sistem jantung dan paru. Prestasi tinggi Tim manega dalam tingkat
kabupaten hanya dicapai dengan menjalani latihan yang sistematik dan teratur, dengan latihan
yang sistematik dan teratur maka kapasitas oksigen maksimal dapat meningkat sampai 20%.
Dari keterangan diatas maka untuk meningkatkan dan memperbaiki prestasi Tim Manega
dalam ekstrakulikuler di Man Tlogo harus adanya Program latihan kebugaran jasmani berupa
program latihan fisik khususnya dalam hal meningkatkan daya tahan jantung dan paru
paru (VO2) dengan cara latihan aerobik dan anaerobik.
Berdasarkan Latar belakang diatas maka peneliti sangat tertarik untuk membuat jenis
Pengembangan Program Latihan Kebugaran Jasmani berupa latihan fisik untuk
meningkatkan V02 pada ektrakulikuler sepak bola di Man Tlogo Blitar.
1. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang diatas , rumusan masalah yang diangkat adalah belum adanya
program latihan berkenaan kebugaran jasmani bagi Ektrakulikuler Di Man Tlogo Blitar.
Oleh karena itu untuk meningkatkan kebugaran fisik dan daya tahan V02 pada para peserta
Ekstrakulikuler Sepak Bola Di Man Tlogo Blitar maka diterapkanya Program Latihan
kebugaran Jasmani peserta Ekstrakulikiler di Man Tlogo blitar.
Untuk itulah peneliti akan membuat Program latihan kebugaran jasmani di Ektrakulikuler
Sepak Bola di Man Tlogo Blitar .
1. C. Tujuan Penelitian
Mengacu permasalahan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah
pembuatan program latihan kebugaran jasmani untuk sepak bola sehingga paserta
ektrakulikuler dapat meningkatkan kebugaran jasmani dalam melakukan permainan sepak
bola yang bagus dan juga demi untuk mencapai prestasi yang bagus.
1. D. Spesifikasi Produk Yang diharapkan
Untuk memecahkan masalah diatas, maka peneliti akan menerapkan Program latihan
kebugaran jasmani dalam permainan Sepak Bola di MAN Tlogo Blitar.Produk yang
dihasilkan adalah Program Latihan Kebugaran Jasmani.di dalam akan memmuat berbagai
variasi latihan kebugaran jasmani. Produk ini disusun untuk peserta ekstrakulikuler sepak
bola di MAN Tlogo Blitar.
Adapun Spesifikasi Penerapan program Latihan untuk Peserta Ekstrakulikuler sepak bola di
MAN Tlogo blitar adalah sebagai berikut:
1. Tahap Pendahuluan
1. Tahap Pendahuluan
1) Aktivitas yang digunakan berupa Gerak Stretching sistematis mulai dari kepala sampai
kaki.
2) Aktivitas kalestenik dengan berbagai variasi gerak sistematis dari kepala sampai kaki.
3) Aktivitas pemanasa sebelum latihan inti.
1. Tahap Inti
Pada tahap inti terdiri berbagai bentuk variasi latihan program jasmani yang akan diuraikan
sebagai berikut:
1) 1. E. Bentuk-bentuk Latihan Kondisi Fisik
Ada berbagai bentuk latihan kondisi fisik antara lain :
1. Fartlek
Fartlek adalah bentuk latihan yang dilakukan dengan lari jarak jauh seperti halnya pada cross
country. Bentuk latihan in iberasal dari Swedia yang berarti spee play atau bermain-main
dengan kecepatan, waktu, latihan tidak dibatasi tetapi atlit bebas melakukan latihan ini
dengan berbagai variasi bentuk lari sesuai dengan medianya. Sebaiknya untuk latihan fartlek
ini dipilihnya latihan (medan) yang mempunyai pemandangan indah sedikit rintan gn dengan
lintasan yang berbeda-beda : lumpur-keras-terjal-turun-pasir-rumput-salju atau lainnya.
Pemandangan yang indah akan menyebabkan atlit lupa akan kelelahan sehingga dengan
bebas melakukan latihannya. Coch ataupun atlitnya sendiri dapat menentukan bentuk larinya
maupun lamanya latihan.
Kecepatan bentuk lari dapat diatur dengan berbagai variasi, misalnya (costa holmen) :
2) 1. Mulai dengan lari lambat 5-10 menit.
2. Kecpatan yang konstan dan cukup tinggi.
3. Jalan cepat (istirahat aktif).
4. Lari lambat-lambat diselingi lari yang makin lama makin cepat (win sprin).
5. Lari lambat-lambat diselingi 3-4 langkah mendadak cepat.
6. Naik bukit dengan kecepatan tinggi.
7. Lari dengan tempo yang cepat (pace) selama 1 menit
Tujuan latihan sama dengan cross country terutama untuk daya tahan atau stamina. Bentuk
latihan in baik sekali dilakukan pada periode persiapan atau bahkan pada periode latihan
1. Internal Trainning
Pada khir0akhir ini sistem latihan interfasi mulai digunakan untuk semua cabang olah raga :
atletik, balap sepeda, mendayung, dan macam-macam permainan.
Interval trainning merupakan bentuk latihan yang diselingi dengan istirahat tertentu
(intervasi). Bentuk latihan in pada mulanya ditemukan oleh seorang dokter yang juga coach
atletik dari Jerman : dr. Woldemar Cersshler.
3) Interval trainning merupakan penyempurnaan dari fartlek dengan memebrikan koreksi
secara teliti dalam : menentukan jarak, istirahat, banyaknya ulangan (repetation) dan waktu
latihan. Latihan interval juga menggunakan prinsip penambahan beban latihan.
Contoh :
1. Jarak lari ditentukan: 1600 m (4 kali keliling lintasan lari.
2. b. Ulangan (repetition) : 4 kali, berarti 4 X 400m.
3. c. Waktu untuk menempuh jarak (400 m): 90 detik.
4. d. Waktu istirahat (recovery interval): 120 detik.
Untuk lari pertama latihan boleh digunakan ulangan 2-3 kali terlebih dahulu, kemudian untuk
seterusnya 4 kali ulangan. Atlit diharuskan menempuh jarak 400 m dengan waktu 90 detik,
kemudian jalan selama 120 detik, baru kemudian lari untuk putaran kedua, istirahat lagi dan
seterusnya sampai selesai 4 x 400 m lari. Demikianlah untuk seterusnya latihan dilakukan
akan tetapi waktu istirahat makin lama makin di kurangi dari 120 detik menjadi 90 60 50
detikdan setrerusnya sampai tujuan akhir tercapai yaitu lari 4 x 400 m tanpa istirahat = 1600
m.
Untuk memper berat latihan disamping pengurangan waktu istirahat dapat pula dengan
meningkatkan bentuk istirahat dari jalan, jalan cepat atau lari-lari kecil. Cara meningkatkan
beban dapat pula dengan memperberat salah satu dari faktor faktor di atas dikombinasikan,
misalnya:
1. Jaraknya yang ditambah.
2. Ulangan yang diperbanyak.
3. Waktu dipercepat.
3. Tahap Penutup
Pada tahap penutup diberikan evaluasi dari proses program latihan yang telah dilaksanakan
dan melakukan pendinginan, Streching individu dan berpasangan.
Pembuatan intrumen evaluasi untuk siswa yang mengikuti ekstrakulikuler sepak bola di
MAN Tlogo Blitar Kabupaten Blitar. Lembar intrumen evaluasi ini berisi tentang butir butir
pertayaan tentang Program latihan kebugaran jasmani.
1. E. Pentingnya Pengembangan
Pengembangan ini adalah untuk memperoleh pengalaman yang nyata juga mengaplikasikan
teori dan praktek selama mengikuti kegiatan ekstrakulikuler dalam bentuk penelitian
pengembangan bentuk bentuk program latihan kebugaran jasamani di kegiatan
Ekstrakulikuler MAN Negeri Tlogo Kab Blitar.
1. a. Bagi peneliti
Sebagai sarana untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan khususnya yang
berhubungan dengan kesegaran jasmani. Selain itu sebagai calon guru pendidikan jasmani
penelitian ini dapat dijadikan bekal dalam membina kegiatan ekstrakurikuler.
b. Bagi atlet
Untuk meningkatkan kebugaran jasmani para atlet
1. c. Bagi pelatih
Dapat dijadikan acuan bagi pelatih dalam peningkakatan kebugaran jasmani para atlet.
d. Bagi Universitas Negeri Malang
Hasil penelitian ini dijadikan bahan dasar kepustakaan dalam penelitian
selanjutnya khususnya yang berhubungan dengan kesegaran jasmani.
1. F. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
Asumsi yang dijadikan landasan peneliti untuk penerapan Program Latihan kebugaran
jasmani, di ekstrakukuler Sepak Bola MAN Negeri Tlogo Kab. Blitar.
a) Dengan adanya penerapan Program latihan Kebugaran Jasamani, maka siswa dapat
mengerti tentang program latihan kebugaran jasmani dalam permainan sepak bola.
b) Sarana dan prasarana yang digunakan dalam melakukan latihan kebugaran jasmani
cukup memadai dan bervariasi.
Keterbatasan produk penerapan kebugaran jasmani di kegiatan esktrakulikuler Sepak Bola
MAN Tlogo Blitar ini adalah sebagai berikut:
Penerapan Program latihan kebugaran jasmani hanya diperuntukan untuk siswa yang
mengikuti kegiatan ekstrakulikuler bola voli di MAN Negeri Tlogo Blitar.
Materi program latihan kebugaran jasmani hanya terbatas pada materi kebugaran
jasmani saja.
1. G. Definisi Istilah
2. Pengertian Kebugaran Jasmani
Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang pemain sepak bola di Man Tlogo
Blitar untuk melakukan kegiatan latihan sehari-hari maupun pertandingan tanpa mengalami
kelelahan yang berarti dan masih memiliki tenaga yang cukup untuk melakukan aktivitas
yang lainnya. (Pussegjas, 1995:3).
1. Pengertian Program latihan
Latihan adalah suatu proses yang sistrematis secara berulang-ulang, secara tetap dengan
selalu memberikan peningkatan beban.
Tujuan pokok dari latihan adalah prestasi maksimal di samping kesehatan serta kesegaran
jasmani bagi atlet. Beban latihan atau disebut juga bahan latihan atau loading adalah suatu
bentuk-bentuk latihan jasmani dan rohani atlet guna mencapai prestasi olah raga. Aerobik
adalah suatu sistem altihan yang mendorong kerja jantung, darah, dan paru-paru untuk
periode waktu yang cukup untuk menghasilkan perbaikan-perbaikan dan keadaan tubuh.
1. Pengertian Esktrakulikuler
Menurut ahmadi ( 1984:105) kegiatan ekstrakulikuler adalah kegiatan kegiatan di luar jam
pelajaran sekolah yang mempunyai fungsi pendidikan dan biasanya berupa klub klub,
misalnya: olahraga, kesenian, ekspresi dan lain- lain. Kegiatan ekstrakulikuler bertujuan
untuk memperluas pengetahuan siswa mengenai hubungan antara berbagai berbagai mata
pelajaran, meyalurkan bakat dan minat serta melengkapi upaya pembinaan menusia
seutuhnya ( sahertian,1978:83 ).
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa (termasuk pada waktu
libur) yang diterapkan oleh sekolah dengan tujuan agar siswa MAN TLOGO Blitar dapat
memperluas pengetahuan dan mengembangkan bakat dan minat di bidang yang digemari
sehingga siswa memperoleh prestasi di bidangnya yaitu mahir bermain Sepak bola.
1. Peserta ekstrakurikuler tenis lapangan adalah siswa yang mengikuti ekstrakukulikuler
Sepak Bola di Man Tlogo Blitar di luar jam sekolah yang sudah dijadwalkan oleh
sekolah dalam pengembangan bakat dan minat siswa.
2. Sepak bola adalah salah satu olahraga yang sangat populer di dunia. Dalam
pertandingan, olahraga ini dimainkan oleh dua kelompok berlawanan yang masing-
masing berjuang untuk memasukkan bola ke gawang kelompok lawan (Rino, 2008:1).
1. H. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan ini terdiri dari dua bagian; bagian pertama: memuat tentang kajian
Analisis, bagian yang kedua memuat tentang produk yang dihasilkan dari pengambangan.
Bagian pertama memuat tentang:
1.BAB I PENDAHULUAN: Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
spesifikasi produk yang diharapkan, pentingnya pengembangan, asumsi dan keterbatasan
pengembangan, difinisi istilah dan sistematika penulisan.
2.BAB II KAJIAN PUSTAKA:
Kesegaran Jasmani, Tujuan kesegaran jasmani, Komponen-komponen Kesegaran Jasmanai,
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesegaran Jasmani, Program latihan, Prinsip Latihan,
Beban Latihan , Metode Latihan Fisik , Penjelasan Tentang program latihan untuk
meningkatkan VO2, Latihan kebugaran jasmani berupa latihan fisik untuk meningkatkan
VO2 ,Peran Kesegaran Jasmani dalam Permainan sepak bola, Kegiatan Ekstrakulikuler,
Karakteristik Sepak Bola.
3.BAB III METODE PENGEMBANGAN: taktik pengembangan, prosedur pengembangan,
Uji coba produk, desain Uji coba, Subjek uji coba,Intrumen pengumpulan data, tehnik
analisis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. A. KESEGARAN JASMANI
Kesegaran jasmani merupakan hal yang sudah populer di kalangan masyarakat saat ini.
Untuk mempertegas agar pengertian lebih sesuai dengan apa yang dimaksud, ada beberapa
pendapat para ahli atau pakar kesegaran jasmani.
Kesegaran jasmani menurut ahli faal dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang
untuk melakukan satu tugas khas yang memerlukan kerja muskular di mana kecepatan dan
ketahanan merupakan kriteria utama. Sedang menurut ahli-ahli pendidikan jasmani kesegaran
jasmani adalah kapasitas fungsional total seseorang untuk melakukam sesuatu kerja tertentu
dengan hasil yang baik tanpa kelelahan yang berarti (Depdikbud, 1992:9).
Seseorang yang memilik kasegaran jasmani yang baik dapat diartikan cukup mempunyai
kesanggupan untuk melakukan pekerjaannya dengan efisien tanpa menimbulkan kelelahan
yang berarti, sehingga masih memiliki sisa tenaga untuk mengisi waktu luangnya dan tugas-
tugas mendadak lainnya. Bisa dikatakan pula bahwa tingkat kesegaran jasmani yang baik
memberikan seseorang kesanggupan pada seseorang untuk menjalankan hidup yang produktif
dan dapat menyesuaikan diri pada tiap pembebanan yang banyak.
Menurut Sajoto (1995:8-11) kondisi fisik atau kesegaran jasmani adalah satu kesatuan yang
utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja. Baik peningkatan
maupun pemeliharaannya. Disebutkan pula bahwa komponen kondisi fisik meliputi:
kekuatan, daya tahan, daya otot, kecepatan, daya lentur, kelincahan, koordinasi,
keseimbangan, dan ketepatan.
Sedangkan menurut Pussegjas (1995:1) kesegaran jasmani adalah perwujudan kemampuan
dan kesanggupan fisik seseorang untuk melakukan pekerjaan baik sebagai pribadi, anggota
masyarakat, maupun sebagai warga negara perlu mendapat perhatiaan dan tanggapan yang
lebih memadai.
Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat di simpulkan bahwa kesegaran jasmani dapat
diartikan sebagai kemapuan fisik untuk melakukan tugas pekerjaan sesuai dengan bidangnya
tanpa mengalami kelelahan yang berlebih dan mendapat pemulihan yang cepat seperti pada
saat belum melakukan aktivitas.
1. TUJUAN KESEGARAN JASMANI
Kesegaran jasmani sangatlah penting bagi semua orang termasuk anak-anak usia
sekolah.
Muhajir (dalam Sipayung, 8:2007) mengatakan bahwa tujuan kesegaran jasmani
adalah untuk meningkatkan kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung, komponen
kondisi tubuh, ekonomi gerakan pada waktu latihan, pemulihan yang cepat dari tubuh
sewaktu-waktu respon demikian diperlukan.
Kesegaran jasmani juga diperlukan anak usia sekolah untuk dapat melaksanakan
aktifitas sehari-hari, baik ketika berada di sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap manusia perlu menjaga dan
meningkatkan kesegaran jasmaninya sendiri, agar dapat hidup sehat, terhindar dari
penyakit dan selalu ceria sepanjang hidup.
1. C. KOMPONEN KEBUGARA JASMANI
Pengertian kesegaran jasmani adalah pengertian yang sangat kompleks, oleh karena itu untuk
mengetahui dan memahami secara mendalam perlu mempelajari komponen-komponen yang
membentuk dan saling bertautan antara yang satu dengan yang lainnya. Dwiyogo dan
Sulistyorini (1991:24) menjelaskan bahwa komponen-komponen kesegaran jasmani adalah:
a) daya tahan, b) daya tahan otot, c) daya tahan jantung, d) kelentukan, e) kecepatan, f)
kelincahan, g) koordinasi, h) keseimbangan dan, i) ketepatan. Penjelasan tentang peranan
masing-masing komponen adalah sebagai berikut:
1. 1. Kekuatan
Kekuatan atau strength, adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya
dalam mempergunakan otot dalam menjalankan aktivitas (Dwiyogo dan Sulistyorini,
1991:25). Tetapi menurut Kirkendall dkk (1980:226) kekuatan adalah kemampuan atau
kekuatan otot tubuh yang bekerja mengeluarkan energi untuk mengatasi atau melawan
kontraksi dari luar yang berfungsi untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain atau
memindahkan benda mendekati tubuh atau menjauhi tubuh.
Dari pendapat di atas, maka dapat ditarik kesimpilan bahwa kekuatan adalah kemampuan otot
untuk mengatasi atau melawan beban dengan usaha yang maksimal dalam melaksanakan
aktivitas tertentu.
1. 2. Daya Tahan
Daya tahan otot tidak hanya dikenal pada istilah kekuatan tetapi juga kemampuan otot
berkontraksi dalam beberapa waktu tanpa mengalami kelelahan. Suharno (dalam Budiwanto,
2004:35)) menjelaskan bahwa daya tahan adalah kemampuan organ atlet untuk melawan
kelelahan yang timbul saat melakukan aktivitas olahraga dalam waktu yang lama.
Daya tahan atau endurance dalam hal ini dikenal dua macam daya tahan, yakni: daya tahan
umum atau general endurance kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung,
paru-paru, dan peredaran darahnya secara efektif dan efisien untuk menjalankan kerja secara
terus menerus yang melibatkan kontraksi sejumlah otot dengan intensitas tinggi dalam waktu
yang cukup lama. Daya tahan otot atau local endurance yaitu kemampuan seseorang dalam
mempergunakan ototnya untuk berkontraksi secara terus menerus dalam waktu yang relatif
lama dengan beban tertentu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa daya tahan/endurance merupakan salah satu komponen
kesegaran jasmani yang paling penting untuk dilatih, karena daya tahan ini secara langsung
juga untuk melatih otot, kelenturan dan komponen kesegaran jasmani lainnya.
1. 3. Power
Menurut Kirkendall dkk (1980:228) power adalah masa kerja dibagi dengan waktu atau lama
kerja. Dijelaskan pula bahwa power dapat diperoleh dalam melakukan kegiatan tertentu.
Power menurut pendapat Gabbard dkk (dalam Budiwanto, 2004:34) adalah gabungan antara
kekuatan dan daya ledak (kecepatan), kontraksi otot dengan kekuatan maksimum dan
kecepatan maksimum. Sedangkan definisi yang dikemukakan oleh Kent (dalam Budiwanto,
2004:34), power adalah kemampuan untuk mengubah energi fisik ke dalam kekuatan yang
sangat cepat dan tergantung pada banyaknya adenosine triphosphat (ATP) yang diproduksi
setiap satuan waktu.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa power itu adalah kemampuan tubuh untuk memadukan
kekuatan dan kecepatan dalam waktu yang bersamaan.
1. 4. Kecepatan
Kecepatan atau speeds, adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan
berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkat-singkatnya. Seperti
dalam lari cepat, pukulan dalam tinju, balap sepeda, smash dalam bulutangkis, dan lain-lain
(Dwiyogo dan Sulistyorini, 1991:29).
Kecepatan menurut Kirkendall dkk (1980:243) adalah jarak dibagi waktu; kecepatan diukur
dengan satuan jarak dibagi dengan satuan waktu. Menurut Kent (dalam Budiwanto, 2004:37)
kecepatan adalah jarak tempuh per satuan waktu yang diukur dalam menit atau skala
kuantitas, kecepatan adalah kemampuan melakukan gerakan dalam periode waktu yang
pendek.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kecepatan adalah kemampuan
tubuh atau bagian tubuh untuk melakukan gerakan dalam waktu yang pendek.
1. 5. Kelincahan
Kelincahan atau agility adalah kemampuan seseorang mengubah posisi di area tertentu.
Seseorang yang mampu mengubah posisi yang berbeda dalam kecepatan tinggi dengan
koordinasi yang baik, berarti kelincahannya cukup baik.
Menurut Kirkendall dkk (1980:243) kelincahan adalah kemampuan badan untuk mengubah
arah tubuh atau bagian tubuh lainnya dengan sangat cepat dan efisien. Jadi kelincahan tidak
hanya memerlukan suatu kecepatan saja,
akan tetapi juga memerlukan fleksibilitas yang baik dari sendi-sendi anggota tubuh. Untuk
melatih kecepatan, dibutuhkan bentuk latihan yang sesuai dan mengharuskan orang itu untuk
dapat bergerak dengan cepat dan mengubah arah dengan lincah. Seseorang dikatakan
memiliki kelincahan cukup baik apabila mampu merubah satu posisi ke posisi yang berbeda
dengan kecepatan tinggi dan koordinasi gerakan yang baik.
Sedangkan kelincahan menurut Verducci (dalam Budiwanto, 2004:39) disampaikan bahwa
pembentukan kelincahan lebih sulit dari pada pembentukan yang lainnya. Kelincahan adalah
hasil pembentukan dari unsur kecepatan, kekuatan dan keseimbangan.
Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya kelincahan adalah
kemampuan mengubah arah atau posisi badan secara cepat dan melakukan gerakan yang lain.
1. 6. Kelenturan
Daya lentur atau flexibility, adalah ukuran kemampuan seseorang dalam penyesuaian diri
untuk segala aktivitas dengan penguluran tubuh yang luas, hal ini akan sangat mudah ditandai
dengan tingkat flexibility persendian pada seluruh tubuh. Bompa (dalam Budiwanto, 2004:40)
menjelaskan bahwa kapasitas melakukan gerakan dengan rentangan yang luas diketahui
sebagai kelenturan.
Kelenturan menurut Kirkendall dkk (1980:248) adalah kemampuan tubuh atau bagian-bagian
tubuh untuk melakukan berbagai gerakan dengan leluasa dan seimbang antara kelincahan dan
respon keseimbangan. Secara umum, suhu badan dan usia sangat mempengaruhi luasnya
gerakan bagian-bagian tubuh.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelenturan adalah ukuran kemampuan seseorang
yang mempunyai ruang gerak yang luas dalam sendi-sendinya dan yang mempunyai otot-otot
yang elastis.
1. 7. Keseimbangan
Keseimbangan menurut Kent (dalam Budiwanto, 2004:41) adalah kemampuan memelihara
suatu yang berorientasi pada keadaan stabil dan khusus dikaitkan dengan lingkungan saat itu.
Sedangkan Dwiyogo dan Sulistyorini (1991:33) menjelaskan bahwa keseimbangan adalah
kemampuan untuk mempertahankan tubuh agar tetap stabil.
Sedangkan Kirkendall dkk (1980:257) mengemukakan bahwa keseimbangan adalah
fenomena yang kompleks yang melibatkan vestibular system pada bagian dalam telinga,
penglihatan mata, otak menafsirkan secara komplek, menghasilkan berbagai respon gerakan
pada situasi fisik tertentu. Di bidang olahraga banyak hal yang harus dilakukan oleh atlet
dalam masalah keseimbangan ini baik dalam menghilangkan atau mempertahankan
keseimbangan.
Dari beberapa uraian di atas, maka keseimbangan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
mempertahankan posisi badan dalam berbagai keadaan, sehingga tidak mendapat gangguan
pada keseimbangannya atau bisa juga diartikan bahwa keseimbangan adalah kemampuan
sikap tubuh yang tepat pada saat melakukan gerakan.
1. 8. Koordinasi
Menurut Kirkendall dkk (1980:257), koordinasi adalah kerjasama yang selaras antara
sekelompok otot selama bergerak yang dilakukan dengan indikasi keterampilan yang sama.
Sedangkan koordinasi menurut Kent (dalam Budiwanto, 2004:42) adalah kemampuan untuk
menyatukan sistem indera, sistem syaraf dan sistem otot rangka menjadi rangkaian untuk
mengatur bagian-bagian badan secara terpisah yang terlibat dalam satu pola gerak yang rumit
dan mempersatukan bagian-bagian tersebut menjadi suatu gerak tunggal dan berhasil
mencapai beberapa tujuan.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa koordinasi adalah kemampuan tubuh
seseorang yang selaras antara sekelompok otot selama bergerak yang terlibat dalam satu pola
gerak yang rumit dan mempersatukan bagian-bagian tersebut menjadi suatu gerak tunggal
dan berhasil mencapai beberapa tujuan.
1. 9. Ketepatan
Ketetapan atau accuracy, adalah kemampuan gerak tubuh seseorang untuk mengendalikan
gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran. Sasaran ini dapat merupakan jarak atau mungkin
suatu objek langsung yang harus dikenal dengan salah satu bagian tubuh.
Ketepatan menurut Dwiyogo dan Sulistyorini (1991:33) adalah kemampuan seseorang untuk
mengarahkan suatu gerak ke suatu sasaran sesuai dengan tujuan. Cara mengembangkan
ketepatan ialah dengan mengulang-ulang gerakan dengan frekuensi yang banyak,
mempercepat gerakan, dan menjauhkan atau mempersempit gerakan.
1. D. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUGARAN JASMANI
Berikut ini adala beberpa hal yang terkait dengan kesegaran jasmani khususnya yang
berhubungan dengan daya tahan kardiovaskuler. Moeloek (1984:3)menjelaskan tentang
beberapa faktor fisiologis yang mempengaruhi daya tahan kardiovaskuler antara lain adalah:
1. Faktor Keturunan (Genetik)
Dari penelitian yang telah dilakukan, dibuat kesimpulan bahwa kesegaran jasmani dtentukan
oleh faktor genetik yang hanya diubah dengan latihan sampai pada batas maksimal.
2. Faktor Usia
Menyatakan bahwa mulai anak-anak sampai sekitar usia 20 tahun, daya tahan kardiovaskuler
meningkat, mencapai maksimal pada usia 20-30 tahun dan kemungkinan berbanding terbalik
dengan usia, sehingga pada orang yang berusia 70 tahun diperoleh daya tahan 50% dari yang
dimiliki pada usia 17 tahun.
3. Faktor Jenis Kelamin
Sampai dengan usia remaja tidak terdapat perbedaan daya tahan kardiovaskuler pria dan
wanita. Setelah usia tersebut nilai pada wanita lebih rendah dari pada pria. Perbedaan tersebut
disebabkan oleh adanya perbedaan maximal muscular power yang berhubungan dengan luas
permukaan tubuh, komposisi tubuh, kekuatan otot, jumlah hemoglobin, kapasitas paru dan
sebagainya.
4. Faktor Aktivitas Fisik
Berdasarkan hasil penelitian efek latihan aerobik selama delapan minggu setelah istirahat
memperlihatkan peningkatan daya tahan kardiovaskuler 62% dari nilai akibat itirahat dan bila
dibandingkan dengan keadaan sebelum istirahat di tempat tidur maka nilai peningkatan
adalah 18%. Artinya bahwa aktivitas fisik yang terarah juga dapat meningkatkan kesegaran
jasmani di samping terjadi penurunan berat badan.
1. E. PENJELASAN TENTANG PROGRAM LATIHAN
Seorang atlit untuk mencapai prestasi yang maksimal hendaklah atlit tersebut terus berlatih
dan berlatih tanpa merasa bosan, itulah sebabnya dibutuhkan penyusunan dan perencanaan
latihan yang baik dan tepat, yang mana semua itu terdapat dalam program latihan. Program
latihan harus disusun secara teliti dan dilaksanakan secara tekun dan teratur sesuai dengan
prinsip-prinsip latihan. Program yang demikian memungkinkan bagi seorang pelatih dapat
memberikan sebanyak mungkin kesempatan kepada atlet guna perkembangan pengetahuan
dan keterampilannya.
Menurut Suharno (1993:1) program latihan adalah suatu petunjuk atau pedoman yang
mengikat secara tertulis berisi cara-cara yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan masa
mendatang yang telah ditetapkan. Selain itu dalam buku yang sama juga mengungkapkan
program latihan adalah cara seorang pelatih untuk mempersiapkan atletnya guna menunjang
program latihan yang telah direncanakan atau terprogram.
Suharno (1993:1) Program latihan dikatakan baik dan tepat apabila rencana dibuat telah
mempertimbangkan faktor-faktor penentu untuk mencapai tujuan, faktor itu antara lain: bakat
atau materi atlet, kemampuan atlet, umur atlet, sarana dan prasarana, dana, lingkungan atlet,
tenaga pelatih, dan waktu yang tersedia.
Suharno (1993:7) menyebutkan bahwa program latihan umumnya dibagi menjadi tiga, yaitu:
(1) Program jangka panjang (5 tahun-12 tahun) tujuan rencana jangka panjang merupakan
tujuan akhir untuk cita-cita prestasi prima. (2) program jangka menengah (2 tahun-4 tahun)
rencana jangka menengah merupakan pelaksanaan langsung jangka panjang, (3) program
jangka pendek (1 tahun kebawah) merupakan pelaksanaan operasional rencana jangka
menengah. Sasaran-sasaran latihan pun merupakan penjabaran sasaran dari program jangka
menengah. Program latihan jangka pendek terdiri dari: program latihan tahunan, program
latihan bulanan, program latihan mingguan, program latihan harian.
Dari pengertian dan penjelasan tentang program latihan yang telah dikemukakan di atas,
dapat disimpulkan bahwa program latihan adalah petunjuk atau pedoman latihan yang
bertujuan untuk menentukan tujuan latihan, menentukan cara-cara yang efektif serta usaha-
usaha untuk mencapai tujuan dari latihan yang dilakukan.
1. F. PRINSIP LATIHAN
Harsono (1993:2) pengertian latihan atau training adalah sesuatu proses berlatih yang
sistematis yang dilakukan secara berulang-ulang, dan yang kian hari junlah beban latihannya
kian bertambah. Menurut Kosasih (1984:46) latihan atau training adalah proses kerja yang
harus dilakukan secara sistematis, berulang-ulang dan jumlah beban yang diberikan semakin
hari bertambah. Tetapi dalam menentukan beban latihannya harus benar-benar diperhatikan.
Suharno (1993:5) menjelaskan bahwa latihan ialah suatu proses penyempurnaan kualitas atlet
secara sadar untuk mencapai prestasi yang maksimal dengan diberi beban fisik dan mental
secara teratur, terarah, bertahap, meningkat dan berulang-ulang waktunya. Beutelstah
(1986:124) menyatakan bahwa training adalah persiapan para pemain masing-masing secara
individu membimbing dan membentuk mereka sehingga dapat menampilkan prestasi
tertinggi secara individual maupun regu. Sedangkan Latihan fisik adalah latihan yang
betujuan untuk meningkatkan kondisi fisik, yaitu faktor yang paling penting bagi setiap atlet
(Suharno 1993:1).
Untuk memperoleh prestasi yang maksimal dalam olahraga memerlukan latihan yang
intensitas dan frekuensinya banyak. Latihan juga dapat didefinisikan sebagai peran serta yang
sistematis dalam latihan yang bertujuan untuk meningkatkan fungsdional fisik dan daya tahan
latihan dalam bidang olahraga. Tujuan akhir latihan adalah untuk meningkatkan kemampuan
olahraga (Dwijowinoto, 1993:317).
Hal ini sesuai dengan pendapat Harsono (1993:1) bahwa tujuan utama dari pelatihan olagraga
prestasi adalah untuk meningkatkan keterampilan dan prestasi semaksimal mungkin. Prestasi
tinggi akan dapat dicapai apabila keempat aspek, yaitu: aspek-aspek fisik, teknik, taktik, dan
mental dikembangkan setinggi mungkin.
Untuk mencapai peningkatan kemampuan dalam kondisi fisik, teknik, taktik, dan mental
diperlukan proses dan waktu yang relatif lama. Program latihan perlu disusun dengan prinsip-
prinsip latihan, menurut Bompa (1994:29) prinsip-prinsip program latihan fisik adalah
sebagai berikut:
Prinsip beban bertambah (over load), prinsip spesialisasi (specialitation), prinsip perorangan
(individualization), prinsdip variasi (variety), prinsip beban meningkat bertahap (progressive
increase of load), prinsip perkembangan multilateral (multilateral development), prinsip pulih
asal (recovery), prinsip reversibilitas (reversibility), menghindari beban latihan berlebih
(overtraining), prinsip melampaui batas latihan (the abuse of training), prinsip aktif dalam
latihan dan prinsip proses latihan menggunakan model.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan prinsip-prinsip latihan adalah suatu
usaha sadar yang harus dilakukan atlet untuk mencapai prestasi maksdimal yang dilakukan
berulang-ulang, terarah kian hari jumlahnya semakin meningkat dengan proses yang
sistematis.
Sementara itu, pengertian dari prinsip-prinsip latihan yang telah disebutkan di atas. Maka
Menurut Bompa (1994:29-48) adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Beban Lebih (Over Load)
Pemberian beban latihan harus melebihi kebiasaan sehari-hari secara teratur. Hal ini
bertujuan agar sistem fisiologis dapat menyesuaikan dengan tuntutan fungsi yang dibutuhkan
untuk tingkat kemampuan tinggi. Latihan yang baik harus mengakibatkan penekanan fisik
dapat ditimbulkan dengan jalan pemberian beban latihan yang lebih dari batas kemampuan si
atlet (Suharno, 1985:13).
Stress fisik akan menimbulkan kelemahan anatomis, fisiologis dan organisme atlet terhadap
kelelahan akibat beban latihan tersebut, seterusnya atlet akan mengalami kenaikan
kemampuan (superkompensasi). Stress terus menerus yang diberikan pelatih tanpa istirahat
akan menimbulkan penurunan prestasi bagi atlet.
1. Prinsip Spesialisasi
Spesialisasi menunjukkan unsur penting yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan dalam
olahraga. Spesialisasi bukan proses unilateral tetapi satu yang kompleks yang didasarkan
pada suatu landasan kerja yang solid dari perkembangan multilareral. Prinsip spesialisasi
harus disesuaikan pengertian dan penggunaanya untuk latihan anak-anak yunior di mana
perkembangan multilateral harus berdasarkan perkembangan khusus.
Menurut Bompa (1994:32) Latihan harus bersifat khusus sesuai dengan olahraga dan
pertandingan yang akan dilakukan. Dalam mengatur program latihan yang paling
menguntungkan harus mengembangkan kemampuan fisiologis khusus yang diperlukan untuk
melakukan keterampilan olahraga atau kegiatan tertentu yang akan dilakukan.
1. Prinsip Individual
Latihan harus memperhatikan dan memperlakukan atlet sesuai dengan kemampuan, potensi,
karakteristik belajar dan kekhususan olahraga. Seluruh konsep latihan harus direncanakan
sesuai dengan karakteristik fisiologis dan psikologis atlet, sehingga tujuan latihan dapat
ditingkatkan secara wajar
Individualisasi dalam latihan adalah satu kebutuhan yang penting dalam masa latihan dan itu
menunjukkan pada pemikiran untuk setiap atlet, mengabaikan tingkat prestasi diperlukan
secara individual sesuai kemampuan dan potensinya, karakteristik belajar dan kekhususan
cabang olahraga.
1. Prinsip Variasi
Latihan harus bervariasi dengan tujuan mengatasi sesuatu yang monoton dan membosankan
saat latihan. Atlet harus memiliki disiplin latihan, tetapi mungkin lebih penting untuk
memelihara motivasi dan perhatian dengan memvariasi latihan fisik dan latihan secara rutin.
Masa latihan adalah suatu aktivitas yang sangat memerlukan beberapa jam kerja atlet.
Volume dan intensitas latihan secara terus menerus meningkat dan latihan diulang-ulang
banyak sekali.
Dalam upaya mengatasi monoton dan kebosanan dalam latihan, seseorang pelatih perlu
kreatif dengan memiliki pengetahuan dan sumber latihan yang banyak yang memungkinkan
dapat merubah secara periodik. Keterampilan dan latihan dapat diperkaya dengan
mengadopsi pola gerakan teknik yang sama, atau dapat mengembangkan kemampuan gerak
yang diperlukan dengan olahraga.
1. Prinsip Menambah Beban Latihan secara Progresif
Pemberian beban latihan harus ditingkatkan secara bertahap, teratur dan terus-menerus
sehingga mencapai beban maksimum. Program latihan harus direncanakan, beban
ditingkatkan secara pelan bertahap, yang akan menjamin memperoleh adaptasi secara benar.
Prinsip beban bertambah secara pelan-pelan menjadi dasar rencana latihan olahraga, dari
siklus mikro olimpiade, dan akan diikuti oleh semua atlet yang mengabaikan tingkat
kemampuannya. Beban ditambah pelan-pelan pada tiga siklus mikro pertama dengan
menguragi atau tahap tanpa beban, memungkinkan atlet dibentuk.
1. Prinsip Partisipasi Aktif dalam Latihan
Atlet yang melakukan latihan haruslah tetap berlatih diluar jam latihan wajib meskipun tanpa
pengawasan dari pelatih. Kesungguhan dan aktif ikut serta dalam latihan akan dimaksimalkan
jika pelatih secara periodik, ajeg mendsiskusikan kemajuan atletnya dengannya. Pengertian
ini atlet akan menghubungkan keterangan obyektif dari pelatih dengan prakiraan
subyektif kemampuannya.
Partisipasi aktif tidak terbatas hanya pada latihan. Seseorang atlet akan melakukan
kegiatannya meskipun tidak dibawah dan perhatian pelatih. Selama waktu bebas atlet dapat
melakukan pekerjaaan dalam aktifitas sosial yang memberikan kepuasan dan ketenangan,
tetapi dia tentu harus istirahat yang cukup.
1. Prinsip Perkembangan Multilateral
Perkembangan multilateral lambat laun saling bergantung antara seluruh organ dan sistem
manusia, serta antara proses fisiologis dan psikologis. Kebutuhan perkembangan multilateral
muncul untuk diterima sebagai kebutuhan dalam banyak lapangan pendidikan dan usaha
manusia.
Prinsip multilateral akan digunakan pada latihan anak-anak yunior. Tetapi, perkembangan
multilateral secara tidak langsung atlet akan menghabiskan semua waktu latihannya hanya
untuk program tersebut.
1. Prinsip Pulih Asal
Beban latihan yang telah diberikan telah banyak mengeluarkan energi tubuh untuk itu
diperlukan pemulihan untuk mengembalikan kondisi tubuh seperti semula.
1. Prinsip Reversibilitas
Beban latihan yang diberikan pada saat latihan harus dikurangi secara perlahan-lahan pada
saat akhir latihan. Oleh sebab itu latihan harus berkesinambungan untuk memelihara kondisi.
10. Prinsip Menghindari Kelebihan Beban Latihan (Over Training)
Program latihan yang dijalani tidak akan mencapai hasil jika atlet mengalami kelelahan,
untuk itu harus menghindari kelebihan beban latihan. Penyebab terjadinya overtraining antara
lain: a) diberikan beban latihan over-loads secara terus menerus tanpa memperhatikan
interval, b) diberikan latihan intensif secara mendadak setelah lama tidak berlatih, c) proporsi
latihan dari ekstensif ke intensif tidak cepat, d) beban latihan diberikan dengan beban
melompat.
11. Prinsip Latihan Menggunakan Model
Latihan yang dilakukan didesain sedemikian rupa seakan-akan seperti pada kenyataan yang
akan terjadi di lapangan pertandingan. Tujuan suatu model adalah untuk memperoleh suatu
yang ideal, dan meskipun dalam keadaan abstrak ideal diatas adalah kenyataan konkrit, itu
juga menggambarkan sesuatu yang diusahakan untuk dicapai, suatu peristiwa yang dapat
diperoleh.
Melalui latihan model pelatih berusaha memimpin dan mengorganisasi waktu latihannya
dalam cara yang obyektif, metode dan isi yang sama dengan situasi pertandingan
1. G. BEBAN LATIHAN
Menurut Suharno (1993:1) Beban latihan adalah suatu bentuk rangsangan motorik yang dapat
dikontrol oleh pelatih untuk meningkatkan kualitas atlet dalam rangka mencapai prestasi
maksimal. Ada dua macam beban latihan yang harus dibedakan pengertiannya menurut
Suharno (1993:29) adalah: (1) Beban Luar (outer load): volume, intensitas, recovery,
frekuensi, rythme, (2) Beban Dalam (inner load)
1. Beban Luar (Outer Load)
Beban luar adalah rangsangan motorik yang dapat diatur dikontrol dengan cara
memvariasikan ciri beban latihan seperti volume, intensitas, recovery, frekuensi, irama dalam
suatu unit program latihan.
Di bawah ini ciri-ciri beban luar (Suharno, 1993:29): (1) Volume adalah beban latihan yang
biasa dinyatakan dengan satuan jarak, jumlah beberapa elemen jenis latihan, total waktu
latihan, beban berat yang diangkat, jumlah set dalam latihan interval dan sirkuit sebagai
ukuran rangsangan motorik dalam suatu unit latihan. Begitu juga menurut Suharto (1997:97)
menyatakan bahwa pada dasarnya volume latihan meliputi unsur-unsur: waktu atau lama
latihan, jarak tempuh atau berat beban, jumlah ulangan latihan atau unsur teknik yang
dilakukan dalam waktu tertentu. Dan unsur tersebut mencerminkan kwantitas atau banyaknya
latihan yang dilakukan pada saat latihan. (2) Intensitas adalah takaran yang menunjukkan
kadar/tingkatan pengeluaran energi atlet dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan maupun
pertandingan. Menurut Suharto (1997:98) menyatakan bahwa intensitas latihan merupakan
komponen kualitatif yang mengacu pada jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu unit waktu
tertentu. Dan intensitas latihan dapat dikalisfikasikan tinggi rendahnya berdasarkan beberapa
indikator, antara lain: 1) berdasarkan persentase kecepatan dan kekuatan yang digunakan
dalam latihan, 2) berdasarkan jumlah denyut nadi dalam mereaksi beban latihan. Skala
intensitas untuk latihan kecepatan dan kekuatan sebagai berikut (Suharno, 1993:22): (1) super
maksimal 101% ke atas dari prestasi terbaik, (2) maksimal 100% dari prestasi terbaik, (3)
sub maksimal 80% 99% dari prestasi terbaik, (4) medium 60% 70% dari prestasi terbaik,
(5) low (rendah) 59% ke bawah dari prestasi terbaik. Cara menghitung intensitas dengan MR
(maximum repeatation), MR push-up atlet dapat dihitung misalnya: mampu 30 kali, ini
berarti intensitas maksimal untuk atlet tersebut 30 kali/100%. Bila pelatih menginginkan
intensitas sub-maksimal dalam latihan, berarti dalam satu giliran latihan push-up ditemukan
80% x 30 kali (MR) = 24 kali. Sedangkan untuk menghitung denyut nadi yaitu pertama
dihitung DNM (denyut nadi maksimal) dengan rumus: 220 umur. Kemudian tentukan
takaran intensitas latihannya, yaitu 80% dari DNM dan umur atlet 20 tahun, maka 80% x
(220 20) = 160 kali/menit (intensitas sub maksimal).
(3) Recovery adalah waktu yang digunakan untuk pemulihan tenaga kembali antara satu
dengan elemen bahan latihan elemen berikutnya. Kepekatan rangsangan densitas tergantung
lama dan pendeknya waktu recovery, (4) Frekuensi adalah ulangan gerak berapa kali atlet
harus melakukan gerak setiap giliran. Frekuensi tinggi berarti ulangan gerak banyak sekali
dalam satu giliran, sedang frekuensi rendah artinya ulangan gerak sedikit dalam satu giliran.
Frekuensi dapat juga diartikan berapa kali latihan perhari atau berapa hari latihan
perminggunya, (5) Rythme adalah sifat irama latihan yang berhubungan dengan tinggi
rendahnya tempo dan berat ringannya suatu latihan dalam satu unit latihan maupun
mingguan, bulanan dan tahunan.
1. Beban Dalam (Inner Load)
Beban dalam adalah perubahan fisiologis organisme atlet akibat pengaruh latihan beban luar
yang ditandai dengan kenaikan denyut nadi (Suharno, 1985:16). Beban dalam dikatakan
maksimal apabila denyut nadi atlet setelah melakukan satu unit latihan meningkat (Suharno,
1993:23)
Beban dalam mempunyai dampak perubahan fungsional organisme atlet meliputi: (1)
susunan anatomis/struktur tubuh yang dimaksud disini adalah latihan dapat menambah
jumlah serabut otot, yaitu yang melalui proses pemecahan serabut pada waktu latihan dan
terjadi pembesaran otot yang disebabkan karena bertambah luasnya serabut otot (Sajoto
1988:111) . Begitu juga dengan Suharto (1997:72) menyatakan bahwa perubahan massa otot
bukanlah disebabkan pertambahan jumlah sel otot melainkan karena pertambahan dari anak
serabut otot yang membesar akibat latihan, (2) fungsi fisiologis organisme, (sistem peredaran
darah, pernafasan dan metabolisme) yang dimaksud disini yaitu pada secara reflek akan
terjadi perubahan pengaliran darah, seperti timbulnya kenaikan volume darah tiap menit dan
bertambahnya jumlah darah yang mengalir keotot-otot yang lebih aktif, sementara terjadi
penurunan aliran kearah jaringan-jaringan yang kurang aktif. Namun aliran darah ke daerah-
daerah rawan seperti kearah otak dan jantung akan tetap atau meningkat sedangkan tekanan
darah dalam arteri secara sistematik dan pemenuhan kebutuhan dalam jaringan dalam tubuh,
diperlukan koordinasi dalam jantung guna memompa darah keseluruh tubuh secara optimal.
Proses ini dikerjakan secara serentak oleh syaraf, mekanika biologis dan hormon-hormon
yang dengan teratur mempertahankan homeostatis tubuh pada waktu istirahat maupun latihan
(Sajoto, 1988:193). Dan untuk denyut jantung seorang yang normal rata-rata antara 60-80
kali tiap menit, sedang utuk orang yang terlatih atau atlet denyut jantung mereka waktu
istirahat dapat mencapai tingkat yang paling rendah yaitu antara 28-40 (Sajoto, 1988:196).
Untuk aliran darah pada saat istirahat hanya 15%-20% darah dari seluruh volume tiap menit,
yang dialirkan keotot, sementara pada waktu latihan yang cukup melelahkan, otot akan
menerima 80%-85% dari seluruh volume tiap menit, (4) susunan biokimia dalam otot lebih
baik, (5) psikologis yang dimaksud disini yaitu bahwa psikologis juga berpengaruh lebih baik
terutama menigkatnya kemampuan menerima tekanan (strees), daya konsentrasi, perhatian
dan mengatasi masalah yang merupakan tantangan bagi atlet..
Setelah memahami ciri beban luar dan beban dalam maka para pelatih harus membuat dan
memberikan latihan pada atletnya sesuai dengan berat ringannya beban latihan yang
dikehendaki. Apabila seorang pelatih ingin membuat program latihan fisik dan ingin
memperberat volume atau meningkatkan intensitas, memperpendek waktu recovery,
menambah frekuensi dan rythme, maka seorang pelatih harus memperhatikan bahan-bahan
beban luar latihan di atas.
1. H. METODE LATIHAN FISIK
Metode latihan menurut Hadisasmita dan Syarifuddin (1996:142) adalah suatu cara tertentu,
system bekerja seseorang pelatih atau olahragawan sehubungan dengan pengetahuan dan
kemampuannya yang cukup. Namun metode bukan suatu bentuk mengajar, karena suatu
metode melayani ketentuan pengorganisasian dari suatu kegiatan.
Berikut ini akan dibahas beberapa metode dalam latihan fisik yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kemampuan fisik para atlet. Metode-metode latihan fisik tersebut diantaranya
yaitu: (1) Metode latihan sirkuit (circuit training) adalah suatu sistem latihan yang selain
menghasilkan perubahan-perubahan positif pada kemampuan motorik, juga memperbaiki
secara serempak kesegaran jasmani daripada tubuh, kekuatan otot, daya tahan, kecepatan dan
fleksibelitas (Hadisasmita dan Syarifuddin, 1996:110), (2) Metode latihan beban (weight
training) adalah latihan-latihan yang sistematis, dimana beban hanya dipakai sebagai alat
untuk menambah tahanan terhadap kontraksi otot, untuk mencapai tujuan tertentu
(Hadisasmita dan Syarifuddin, 1996:109). Menurut Bompa (dalam Budiwanto, 2004:71)
Weight training adalah program latihan kekuatan menggunakan tahanan yang diberikan oleh
beban seperti barbel dan dumbell, (3) Latihan Interval (Interval Training) adalah suatu
system latihan yang berganti-ganti melakukan dengan giat (interval kerja) teratur dan
berulang-ulang dengan periode kegiatan dengan intensitas rendah (periode sela) dalam setiap
latihan (Kent dalam Budiwanto, 2004:74). Latihan interval adalah latihan kondisi yang
sangat dianjurkan oleh semua pelatih terkenal karena dalam mengembangkan daya tahan dan
stamina atlet hasilnya sangat positif (Hadisasmita dan Syarifuddin, 1996:106), (4) Metode
latihan lari bermain-main kecepatan (speed play atau fartlek) adalah suatu system latihan
daya tahan untuk membangun, mengembalikan atau memelihara kondisi tubuh seorang atlet
(Hadisasmita dan Syarifuddin, 1996:105). Menurut Suharno (1993:2) menyatakan bahwa
speed play atau fartlek adalah suatu system latihan daya tahan yang maksudnya adalah untuk
membangun, mengembalikan, atau memelihara kondisi tubuh seseorang. (5) Metode latihan
naik turun bangku (bench stepping), Pada latihan naik turun bangku ini merupakan latihan
fisik yang sederhana dimana didalam melakukan latihannya menggunakan kotak, bangku
atau sejenisnya menurut Hawkey (dalam Budiwanto, 2004:76), (6) Metode latihan aerobik
adalah kekuatan yang kecil atau sedang yang dapat dipertahankan untuk jangka waktu yang
lama menggunakan energi yang berasal dari pembakaran O
2
. Aerobic tidak berkaitan dengan
dengan usaha peningkatan kekuatan, tenaga, kelenturan, kelincahan atau kecepatan gerakan
tubuh yang sangat dibutuhkan dalam atletik, tetapi aerobic berbicara tentang tenaga aerobic
yang diperlukan untuk ketahanan fisik. Tenaga aerobic adalah kemampuan tubuh untuk
memanfaatkan oksigen dan disepakati sebagai cara terbaik untuk mengukur kondisi
kardiovaskuler (Baley, 1986:159), (7) Metode latihan anaerobic, pada latihan ini dijelaskan
bahwa pada suatu waktu kerja dengan intensitas dan kecepatan tinggi dalam waktu yang
pendek memerlukan energi segera, yang tidak diperoleh secara cepat dari sumber aerobic.
Keadaan seperti ini ada proses lain yang disebut metabolisme anaerobic. Anaerobic berarti
tanpa oksigen, sehingga energi anaerobic dikeluarkan jika masukan oksigen tidak cukup
Getchell (dalam Budiwanto, 2004:82)
Berdasarkan penjelasan di atas ada beberapa metode Latihan Fisik yaitu: (1) Metode Latihan
Sirkuit (Circuit Training), (2) Metode Latihan Beban (Weight Training), (3) Latihan Interval
(Interval Training), (4) Metode Latihan Lari Bermain-main Kecepatan (Speed Play atau
Fartlek), (5) Metode Latihan Naik Turun Bangku (Bench Stepping), (6) Metode Latihan
Aerobic, (7) Metode Latihan Anaerobic.
Setelah memahami metode latihan fisik maka seorang pelatih dalam membuat program
latihan fisik dan memberikan latihan fisik pada atletnya harus mengacu pada beberapa
metode latihan fisik seperti yang telah dijelaskan diatas
1. I. PENJELASAN TENTANG LATIHAN UNTUK MENINGKATKAN V02
. Menurut Hadisasmita dan Syarifudin (1996:129) mempersiapkan komponen kondisi fisik
umum seperti kekuatan, daya tahan, kecepatan dan lain-lain seharusnya dilakukan latihan
dalam waktu yang cukup lama, persiapan tersebut dapat berlangsung selama 2-3 bulan.
Peningkatan VO
2
maks tidak bisa dilakukan tanpa adanya suatu program atau pola latihan
yang sesuai dengan prinsip-prinsip latihan fisik. Peningkatan VO
2
maks juga tidak bisa
dilakukan dengan hanya beberapa latihan tetapi harus secara terus menerus dan berlanjut
yang sesuai dengan program yang dilaksanakan, agar VO
2
maks atau kondisi fisik tetap
terjaga dengan baik. Lebih lanjut Mc Ardle (2001:477) mengatakan bahwa VO
2
maks dapat
meningkat kira-kira 15-25 % lebih pada latihan intensif selama 3 bulan pertama dan mungkin
akan meningkat mencapai 50 % lebih dalam waktu 2 tahun.
Menurut Soekarman (1987:58) ada beberapa pendapat mengenai latihan untuk meningkatkan
VO
2
maks:
(1) Sebaiknya mengerjakan latihan erobik karena dengan latihan erobik sudah ada
pembebanan yang meningkatkan kerja jantung maupun paru, tetapi ada juga yang
mengatakan bahwa untuk meningkatkan VO
2
maks harus dikerjakan latihan anerobik, karena
dengan latihan anerobik dapat diberikan beban maksimum pada sistem jantung dan paru. (2)
Sebetulnya beban untuk meningkatkan VO
2
maks tidak perlu maksimal, dengan sub
maksimal sudah dapat meningkatkan, tetapi beban sub maksimal sebagian besar sudah
merupakan peristiwa anerobik. Jadi sebaiknya untuk meningkatkan VO
2
maks dilakukan
latihan anerobik dengan inyerval istirahat. (3) Untuk ketahanan erobik selain dibutuhkan
kemampuan jantung dan paru untuk mengangkut oksigen yang banyak, maka kemampuan sel
untuk menggunakan oksigen juga lebih tinggi. Apabila kita berlari 20 km, maka energi yang
dibutuhkan tidak dapat dipenuhi dengan pembakaran karbohidrat saja, tetapi harus membakar
lemak. Persediaan lemak dalam otot hanya dapat ditingkatkan dengan latihan erobik yaitu
denagn beban ringan untuk jangka waktu yang lama.
Olahraga sepakbola adalah olahraga yang bersifat anerobik, akan tetapi dalam olahraga
sepakbola juga harus didukung oleh latihan yang bersifat erobik. Ekblom (dalam
Dwijoyowinoto, 1993:256) mengatakan bahwa keadaan latihan, kebiasaan kegiatan dan latar
belakang latihan olahragawan dapat mempengaruhi nilai VO
2
maks. Sedangkan Dwiyogo dan
Sulistyorini (19991:60) menyatakan:
Latihan dan proses erobik yang lama akan memberikan perbaikan-perbaikan pada jantung
dan peredaran darah. Jantung akan lebih kuat dan mampu memompa lebih banyak darah. Hal
tersebut menyebabkan pengangkutan oksigen yang diambil di dalam paru-paru dan dikirim
ke seluruh serta pembuangan sisa metabolisme menjadi lebih efisien.
Aktivitas fisik yang teratur dapat menyebabkan badan menjadi lebih tahan pada tuntutan
latihan. Selama latihan, otot-otot kaki menghendaki energi agar segera diisi lagi. Kenaikan
kebutuhan energi memberi penekanan pada kemampuan badan untuk menyediakan oksigen
dan bahan bakar yang diperlukan otot (Sumosardjuno, 1994:3).
Tujuan latihan peningkatan kondisi fisik adalah meningkatkan kekuatan, ketahanan,
kelentukan, kelincahan dan kecepatan. Menurut Soekarman (1986:82) komponen-komponen
ini berhubungan dengan struktur dan faal dalam tubuh, oleh karena itu latihan-latihan yang
dikerjakan terutama untuk otot serta ketahanan jantung dan paru, maka dengan sendirinya
yang terlihat adalah perubahan-perubahan dalam kedua alat tersebut. Sedangkan Thompson
dan Mc Ghee (dalam Strauss,1984:4) mengatakan bahwa hasil fisiologis yang utama dari
program latihan daya tahan adalah peningkatan dalam latihan atau VO
2
maks.
Latihan daya tahan juga dapat merubah faktor-faktor penting lainnya, seperti perubahan pada
komposisi tubuh, perubahan pada tekanan darah, perubahan pada penyesuain terhadap panas,
perubahan pada jaringan ikat, perubahan pada otot dan serabut-serabut otot. Menurut Cooper
(dalam Wahyu, 2005:35) pengaruh latihan dapat meningkatkan VO
2
maks dan dapat dicapai
dengan cara meningkatkan efisiensi kerja semua sarana penyedia serta penyalur oksigen.
Pengaruh yang lebih luas lagi menurut Arnheim (1995:64) bahwa latihan daya tahan bukan
hanya penting untuk memperbaiki VO
2
maks dan menurunkan tekanan darah tapi hal tersebut
juga merupakn faktor kunci dalam pencegahan cedera.
Program latihan peningkatan kondisi fisik atau VO
2
maks memerlukan persiapan fisik dan
perancangan program yang baik sesuai dengan prinsip-prinsip program latihan kesegaran
jasmani. Menurut Djidie (1997:77) program dan aplikasi pelatihan fisik harus dirancang
pengembanganya melalui tahapan sebagai berikut:
(1) Persiapan fisik umum, bertujuan meningkatkan kemampuan kerja organ-organ tubuh ,
sehingga memudahkan upaya-upaya peningkatan komponen pelatihan pada tahap berikutnya,
(2) Persiapa fisik khusus, bertujuan meningkatkan kemampuan fisik pada taraf lebih tinggi
atau baik menjelang pertandingan, (3) Peningkatan kemampuan gerak motorik khusus. Pada
fase ini pelatihan bertujuan memahirkan gerakan-gerakan utuh, sesuai dengan kebutuhan
gerak atau penampilan dalam olahraga itu, khususnya menghadapi pertandingan.
Menurut Ramana (dalam Wahyu, 2005:49) adaptasi dari latihan berperan dalam perubahan
yang nyata pada kapasitas oksigen maksimal, jadi program latihan peningkatan VO
2
maks
harus berlangsung cukup lama dan sesuai dengan perencanaa dan metode yang benar.
Harsono (dalam Harsuki dan Elias 2003:308) mengatakan, akibat dari perencanaan yang
matang itu ialah bahwa degree of training (derajat latihan) dan kualitas latihan akan naik
sehingga akan dapat meningkatkan kapasitas kerja serta penampilan.
Dalam menyusun suatu program latihan penigkatan kondisi fisik hendaknya memperhatikan
beberapa prinsip latihan fisik antara lain:
1. Prinsip Dasar Latihan
Menurut Pussegjasrek (1994:56) prinsip-prinsip dasar latihan antara lain; (a)prinsip beban
berlebih, (b) prinsip tahanan tambahan, (c) prinsip latihan beraturan, (d) prinsip spesifik, (e)
prinsip individu.
1. Macam atau Jenis Latihan Fisik
Bentuk latihan fisik yang baik menurut Pussegjasrek (1994:57) antara lain; (1) gerakan-
gerakanya melibatkan otot-otot besar tubuh, (2) harus dapat memperlancar peredaran darah
ke jantung secara efektif, (3) waktu yang digunakan produktif (efektif dan efisien).
1. Intensitas Latihan Fisik atau Olahraga
Intensitas adalah takaran yang menunjukkan kadar/tingkatan pengeluaran energi seorang
olahragawan dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan maupun pertandingan.
1. Lama Latihan
Wilmore dan Costill (dalam Sajoto, 1988:210) menyatakan bahwa lama latihan yaitu antara
12-16 minggu untuk tujuan endurance, sedangkan antara 8-10 minggu untuk tujuan anerobik.
1. Frekuensi Latihan
Menurut Dwiyogo dan Sulistyorini (1991:70) frekuensi latihan diartikan sebagai jumlah
latihan yang dilakukan setiap minggunya. Sedangkan menurut Pussegjasrek (1994:59) untuk
mencapai tingkat kesegaran jasmani yang baik, maka latihan hendaknya dilakukan minimal 3
kali dalam seminggu agar mendapatkan efek latihan yang diharapkan. Apabila latihannya
kurang dari 2 kali seminggu maka akan kurang mendapatkan efek latihan yang diharapkan.
1. J. LATIHAN FISIK UNTUK MENINGKATKAN VO2
Bentuk latihan fisik yang baik menurut Pussegjasrek (1994:57) antara lain; (1) gerakan-
gerakanya melibatkan otot-otot besar tubuh, (2) harus dapat memperlancar peredaran darah
ke jantung secara efektif, (3) waktu yang digunakan produktif (efektif dan efisien).
Sedangkan menurut Harre (dalam Mutohir, 1999:67) bahwa latihan pada umumnya
dikategorikan dalam tiga bentuk:
(1) Latihan kompetisi (competitive exercise): latihan kompetisi merupakan bentuk latihan
yang urutan gerak dan tipe karakteristik geraknya menyerupai tuntutan suatu kompetisi
khusus suatu event cabang olahraga yang merupakan spesialisasi atlet yang bersangkutan. (2)
latihan khusus (special exercise): latihan khusus ini terdiri dari dua bentuk; bentuk yang
pertama hamper sama urutan geraknya dengan latihan kompetisi tetapi karakteristik
pembebanannya berbeda dan latihannya mencakup elemen-elemen atau kombinasi elemen
dari latihan kompetisi; dan bentuk latihan khusus yang kedua, terdiri dari latihan yang
mengandung gerak-gerak bagian dari seluruh rangkaian gerak. (3) latihan umum (general
exercise); latihan umum diambil dari latihan olahraga tertentu atau senam yang tidak berisi
elemen-elemen gerka kompetisi dan dilakukan tanpa menggunakan peralaten senam.
1. 1. Intensitas Latihan Fisik atau Olahraga
Intensitas adalah takaran yang menunjukkan kadar/tingkatan pengeluaran energi seorang
olahragawan dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan maupun pertandingan. Suharno
(dalam Budiwanto, 2005:13) menjelaskan bahwa:
Beban latihan (loading) adalah bentuk latihan jasmani yang menimbulkan rangsangan fisik
dan mental atlet untuk dilawan selama aktivitas berlatih dalam mencapai prestasi olahraga.
Beban latihan dibedakan menjadi dua yaitu beban latihan luar dan dalam. Beban luar adalah
volume, intensitas, frekuensi, durasi dan irama. Beban dalam adalah suatu beban latihan yang
mempengaruhi fisiologi dan psikologi atlet.
Menurut Suharto (1997:98) menyatakan bahwa intensitas latihan merupakan komponen
kualitatif yang mengacu pada jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu unit waktu tertentu.
Dan intensitas latihan dapat diklasifikasikan tinggi rendahnya berdasarkan beberapa
indikator, antara lain: 1) berdasarkan persentase kecepatan dan kekuatan yang digunakan
dalam latihan, 2) berdasarkan jumlah denyut nadi dalam mereaksi beban latihan. Skala
intensitas untuk latihan kecepatan dan kekuatan sebagai berikut (Suharno, 1993:22): (1) super
maksimal 101% ke atas dari prestasi terbaik, (2) maksimal 100% dari prestasi terbaik, (3)
sub maksimal 80% 99% dari prestasi terbaik, (4) medium 60% 70% dari prestasi terbaik,
(5) low (rendah) 59% ke bawah dari prestasi terbaik.
Cara menghitung intensitas dengan maximum repeatation (MR), MR push-up individu dapat
dihitung misalnya: mampu 30 kali, ini berarti intensitas maksimal untuk individu tersebut 30
kali/100%. Bila menginginkan intensitas sub-maksimal dalam latihan, berarti dalam satu
giliran latihan push-up ditemukan 80% x 30 kali (MR) = 24 kali. Sedangkan untuk
menghitung denyut nadi yaitu pertama dihitung denyut nadi maksimal (DNM) dengan
rumus: 220 umur. Kemudian tentukan takaran intensitas latihannya, yaitu 80% dari DNM
dan umur atlet 20 tahun, maka 80% x (220 20) = 160 kali/menit (intensitas sub maksimal).
1. 2. Lama Latihan
Wilmore dan Costill (dalam Sajoto, 1988:210) menyatakan bahwa lama latihan yaitu antara
12-16 minggu untuk tujuan endurance, sedangkan antara 8-10 minggu untuk tujuan anerobik.
Sedangkan menurut Pussegjasrek (1994:59) bahwa latihan fisik pada intensitas yang lebih
besar maka waktu yang dibutuhkannya lebih pendek, dan jika intensitas latihan fisik lebih
kecil maka waktu latihan yang dibutuhkan lebih lama, agar menghasilkan latihan dan tingkat
kesegaran jasmain yang lebih baik.
1. 3. Frekuensi Latihan
Menurut Dwiyogo dan Sulistyorini (1991:70) frekuensi latihan diartikan sebagai jumlah
latihan yang dilakukan setiap minggunya. Untuk mencapai tingkat kesegaran jasmani yang
baik, maka latihan hendaknya dilakukan minimal 3 kali dalam seminggu agar mendapatkan
efek latihan yang diharapkan. Apabila latihannya kurang dari 2 kali seminggu maka akan
kurang mendapatkan efek latihan yang diharapkan.
1. K. Pengaruh latihan kebugaran jasmani terhadap sepak bola
2. L. Karakteristik Esktrakulikuler
Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler
Keterbatasan waktu berolahraga yang dilakukan secara formal sangat menghambat
tercapainya pembinaan secara maksimal untuk perkembangan dan pertumbuhan siswa. Oleh
karena itu sering sekali atau pun wajib diadakan kegiatan di luar jam sekolah untuk
memaksimalkan kegiatan bagi siswa yang mengikutinya walaupun kegiatan tersebut tidak
formal. Dengan adanya kegiatan yang dilakukan di luar sekolah maka siswa dapat
menyalurkan, memaksimalkan dan mengembangkan kemampuan beserta bakatnya yang
terpendam di dalam dirinya masing-masing. Melalui ekstrakurikuler siswa dapat benar-benar
menjadi manusia yang intensif. Siswa dapat belajar untuk menghormati keberhasilan orang
lain, bersikap sportif, berjuang untuk mencapai prestasi secara jujur dan lain-lain.
Ekstrakurikuler adalah suatu program yang dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan,
di mana hal-hal yang tidak dapat diselesaikan dalam program yang telah ditentukan dalam
jam-jam pelajaran sekolah, dapat diberikan pada jam-jam di luar sekolah (Sarifudin,
1982:33). Sahertian (1987:83) menyatakan kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar
jam pelajaran biasa (termasuk pada waktu libur) yang dilakukan di sekolah ataupun di luar
sekolah dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa mengenai hubungan antara
berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat serta melengkapi upaya pembinaan
manusia seutuhnya.
Menurut Ahmadi (1984:105) kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan-kegiatan di luar jam
pelajaran sekolah yang mempunyai fungsi pendidikan dan biasanya berupa klub-klub,
misalnya: olahraga, kesenian, ekspresi dan lain-lain. Dwiyogo (2007:55) menyatakan
kegiatan pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan,
bakat, minat, setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah
kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran (tatap muka) dengan maksud untuk membantu
pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka
melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik atau tenaga kependidikan
yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah.
Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler
Menurut Sarifudin (1982:33) bahwa program ekstrakurikuler dapat menunjang tercapainya
tujuan pendidikan, di mana hal-hal yang tidak dapat diselesaikan dalam program yang telah
ditentukan dalam jam-jam pelajaran sekolah, dapat diberikan pada jam-jam di luar sekolah.
Selain itu ekstrakurikuler mempunyai tiga tujuan dasar sebagai berikut:
(1) Membina minat dan bakat siswa. Kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat membina dan
mengembangkan minat yang ada pada siswa serta memupuk bakat yang dimiliki siswa, (2)
Sebagai wadah di sekolah. Dengan aktifnya siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler, secara
otomatis siswa telah membentuk wadah-wadah kecil yang di dalamnya akan terjalin
komunikasi antar anggota dan sekaligus dapat belajar vdalam mengorganisir setiap aktivitas
kegiatan ekstrakurikuler, (3) Pencapaian prestasi yang optimal. Beberapa cabang
ekstrakurikuler baik secara perorangan maupun kelompok diharapkan dapat meraih prestasi
yang optimal, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah
(http://ekskulabsky.multiply.com)
Selain itu tujuan lain dari kegiatan ekstrakurikuler adalah:
Menumbuh kembangkan pribadi peserta didik yang sehat jasmani dan rohani, bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki kepedulian dan tanggung jawab terhadap
lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya, serta menanamkan sikap sebagai warga
negara yang baik dan bertanggung jawab melalui berbagai kegiatan positif di bawah
tanggung jawab sekolah (http://nisanurdini.blogspot.com).
Dari paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan kegiatan ekstrakurikuler adalah
untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan, untuk memperluas pengetahuan, untuk
menyalurkan bakat dan minat dan untuk melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya.
Tujuan kegiatan ekstrakurikuler tidak akan berhasil tanpa adanya partisipasi dari pihak lain
seperti: prasarana, orang tua, guru, teman, dan masyarakat.
Ciri-ciri Kegiatan Ekstrakurikuler
Sarifudin (1982:45) menyebutkan ciri-ciri kegiatan ekstrakurikuler sebagai berikut:
(a) Merupakan bentuk kegiatan yang berkaitan atau berhubungan langsung dengan kurikulum
sekolah, artinya mempunyai pengaruh terhadap pencapaian tujuan kurikulum, (b) Diberikan
di luar jam pelajaran dan diawasi oleh guru yang bertanggung jawab tentang bidang pelajaran
tersebut, (c) Mempunyai subyek yang sama atau sasaran yang sama, yaitu anak didik. Melalui
ekstrakurikuler dibina satu kesatuan individu yang utuh fisik dan psikis, (d) Ekstrakurikuler
pelaksanaannya berbeda dalam cara dan sifat pelaksanaan dari kurikuler, (e) Ekstrakurikuler
dapat berupa olahraga, kesenian, pramuka, darmawisata, dan rekreasi, dan beberapa macam
kegiatan yang dapat berpengaruh terhadap kesempurnaan proses dan keberhasilan proses
belajar mengajar.
Dari ciri-ciri yang dikemukakan oleh Sarifudin di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kegiatan ekstrakurikuler mempunyai ciri-ciri sebagi berikut: (1) diselenggarakan di luar
pembelajaran formal, (2) diberikan untuk mengembangkan bakat dan minat siswa, (3)
diberikan untuk upaya pembinaan manusia seutuhnya.
1. M. KARAKTERISTIK SEPAK BOLA
Sepakbola dan Karakteristiknya
Di manapun, kapanpun, dan apapun bentuk sepakbola? Olahraga ini adalah salah satu
olahraga yang paling digemari diseluruh dunia, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa,
mulai dari pelosok-pelosok desa sampai kota-kota besar, semuanya melakukan permainan
sepakbola. Pada mulanya sepakbola merupakan olahraga untuk sekedar hobi tapi lambat laun
sepakbola menjelma sebagai olahraga yang bisa mendatangkan uang atau dengan kata lain
sepakbola merupakan suatu pekerjaan.
Sepakbola adalah permainan beregu yang dimainkan masing-masing regu sebelas pemain
termasuk seorang penjaga gawang. Permainan ini hampir seluruhnya menggunakan
kemahiran kaki, kecuali seorang penjaga gawang yang bebas menggunakan anggota badan
apapun (Abdoellah, 1981:409).
Menurut Luxbacher (1998:2) menyatakan bahwa sepakbola adalah suatu pertandingan yang
dimainkan 2 tim yang masing-masing beranggotakan 11 orang pemain, dengan waktu 245
menit. Sedangkan menurut Batty (2004:8) sepakbola adalah permainan beregu yang
dimainkan oleh individu-individu untuk menyebar luaskan gagasan dari pelatih agar
sepakbola menjadi permainan yang lebih baik dan menyerang dalam kerangka suatu
kerjasama beregu.
Sepakbola merupakan permainan beregu yang dimainkan tiap regu terdiri dari 11 pemain
termasuk penjaga gawang. Permainan ini dimainkan di lapangan berumput dengan ukuran
panjangnya 100-110 meter dan lebarnya 64-75 meter yang mana lamanya permainan
sepakbola ini adalah 245 menit dengan dipimpin oleh 1 orang wasit dan 2 orang asisten
wasit. Tujuan dari sepakbola ini adalah memasukkan bola ke gawang lawan dan berusaha
mempertahankan gawangnya agar tidak kemasukan. Kendati demikian sepakbola mempunyai
banyak aspek atau bagian yang masing-masing perlu diperhatikan, seperti: teknik, fisik,
taktik, dan strategi. Untuk itu sebagai seorang pemain sepakbola hendaklah memiliki
keempat hal yang tersebut diatas terutama teknik dan fisik yang merupakan teknik dasar
dalam bermain sepakbola.
Menurut Hariyoko dan Mahmud (1991:3) teknik-teknik dasar dalam permainan sepakbola
adalah: (1) teknik menendang bola, (2) teknik menerima bola, (3) teknik menggiring bola, (4)
teknik menyundul bola, (5) teknik merampas bola, (6) teknik melempar bola, (7) teknik gerak
tipu dengan bola, dan (8) teknik penjaga bola. Selain menguasai teknik-teknik dasar bermain
sepakbola yang tersebut diatas masih ada faktor-faktor lain yang dapat menunjang seorang
pemain sepakbola untuk berprestasi. Faktor-faktor itu antara lain: daya tahan, kekuatan,
kelincahan, keseimbangan, kecepatan, dan kelentukan. Dan semua ini dapat diperoleh dengan
latihan konsdisi fisik dengan terus menerus tanpa merasa bosan. Karena seorang pemain
sepakbola yang telah memiliki teknik individu yang baik dan ditunjang oleh stamina yang
prima, maka taktik dan strategi yang diintruksikan oleh pelatih akan mudah dijalankan.
Tidak kita pungkiri bahwa seorang pemain sepakbola yang memiliki skill individu yang baik
tidak akan berarti apa-apa bila tidak ditunjang dengan kondisi fisik yang prima. Menurut
Devaney (1988:70) satu unsur dalam sepakbola yang tidak pernah berubah dari masa ke masa
adalah stamina. Dan stamina merupakan unsur utama dalam permainan sepakbola pemain
harus mempersiapkan diri untuk mengalami kelelahan fisik. Ditambahkan pula oleh Devaney
(1988:71) di dalam permainan sepakbola anda harus menggiring bola, anda membungkuk,
berputar, berhenti, berlari, berbelok ke kiri, berbelok ke kanan, berputar ke mana saja untuk
menghindari lawan, dan semua itu harus membutuhkan stamina dan kondisi fisik yang prima.
Permainan sepakbola merupakan olahraga yang membutuhkan waktu yang lama, untuk itu
dalam permainan sepakbola menggunakan sistem energi aerobik. Akan tetapi dalam
permainan sepakbola sewaktu-waktu juga membutuhkan kecepatan, seperti: lari sprint,
berbalik badan dan menangkap atau menghalau bola untuk penjaga gawang. Dan olahraga
yang membutuhkan kecepatan membutuhkan sistem energi anaerobik.
Bila dilihat dari urain di atas, olahraga sepakbola memerlukan dua sistem energi yaitu aerobik
dan anaerobik. Untuk itu dalam melatih kondisi fisik pelatih juga harus memperhatikan kedua
sistem energi tersebut dalam menyusun program latihan, sehingga seorang pemain akan
memiliki daya tahan dan kecepatan secara seimbang. Dengan demikian peran latihan fisik
didalam permainan sepakbola sangat menunjang bagi pemain untuk berprestasi baik di level
lokal maupun internasional.
BAB III
METODE PENGEMBANGAN
Dalam metode pengembangan akan diuraikan tentang model pengembangan, prosedur
pengembangan, uji coba produk, subjek uji coba,jenis data,intrumen penelitian, dan tehnik
analisis data.
A.Model Pengembangan
Dalam penerapan Program latihan kebugaran jasmani ini peneliti menggunakan
pengembangan milik Borg dan Gall (1983:775) yang terdiri dari:
1).Melakukan penelitian dan pengumpulan informasi (kajian pustaka, pengamatan kelas,
persiapan laporan tentang pokok persoalan, 2). Melakukan perencanaan (pendefinisian
keterampilan, perumusan tujuan,penentuan urutan pengajaran,dan uji coba skala kecil. 3).
Mengembangkan bentuk produk awal (penyiapan materi pengajaran, penyusunan buku
pegangan,dan perlengkapan evaluasi). 4). Menggunakan uji lapangan permulaan
menggunakan 16 12 subjek). 5 ). Melakukan revisi terhadap produk utama ( sesuai dengan
saran saran dari hasil uji lapangan permulaan) (6) Melakukan uji lapangan utama. (7)
Melakukan revisi produk ( berdasarkan saran saran dan uji coba lapangan utama) (8) Uji
lapangan meliputi (9) Revisi Produk Akhir.
Dari berbagai macam macam langkah pengembangan yang dikemukakan oleh borg dan
Gall yang sebagian di modifikasi oleh peneliti, dengan pertimbangan kebutuhan untuk
menghasilkan produk pembuatan program Latihan Kebugaran jasmani di ekstrakulikuler
sepak bola di MAN tlogo blitar Kabupaten Blitar.
Adapun langkah langkah yang akan dicapai oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1.Melakukan penelitian dan pengumpulan data informasi termasuk kajian pustaka dan
analisis kebutuhan.
2. Mengembangkan Produk Awal ( berupa penerapan formasi pertahanan)
3. Evaluasi dari para ahli dengan kualifikasi yaitu, 1 kepelatihan di bidang sepak bola,ahli
tehnik dalam program latihan sepak bola, serta uji coba kelompok kecil, serta menggunakan
tehnik wawancara, kusioner, lalu dikumpulkan dan analisis.
4. Revisi produk Pertama, revisi produk dari peninjauan para ahli. Revisi ini digunakan untuk
perbaikan terhadap produk awal yang dibuat peneliti.
5. uji lapangan dengan menggunakan tehnik koesioner kemudian di analisis
6. revisi Produk akhir yang dihasilkan oleh uji coba lapangan ( kelompok Besar.
7. hasil produk penerapan formasi pertahanan yang dihasilkan melalui revisi uji coba
lapangan.
B. Prosedur Pengembangan
Pada pengembangan program latihan kebugaran jasmani, dilakukan melalui beberapa tahap.
Tahap dari prosedur ini antara lain sebagai berikut:
1.Analisis kebutuhan
Analisis kebutuhan merupakan langkah langkah yang digunakan untuk mengkaji keadaan
lapangan dengan tujuan apakah produk yang dikembangkan diterima atau tidak oleh subjek.
Analisis kebutuhan tersebut dilakukan dengan melakukan observasi dan wawancara guru
pendidikan jasmani di MAN Tlogo Blitar kabupaten Blitar mengenai produk yang
dikembangkan peneliti.
2.Pembuatan Produk Awal
Setelah melakukan analisis kebutuhan, langkah selanjutnya adalah membuat Produk Awal
berupa pembuatan program Latihan kebugaran jasmani dalam permainan Sepak Bola. Dalam
pembuatan Produk yang dikembangkan ini, peneliti membuat produk kemudian di uji
cobakan kepada kelompok kecil tetapi sebelumnya dikonsultasikan dan di uji oleh para Ahli.
Dalam hal ini berperan sebagai konsultan dan memberikan masukan dalam penyempurnaan
Produk untuk di ujicobakan di lapangan.
3.uji coba produk
Uji coba produk ini dimaksudkan untuk memperoleh masukan, saran dan penilaian terhadap
produk yang dikembangkan.
4.Revisi produk pertama
Setelah uji coba produk, maka dilakukan revisi dari masukan beberapa ahli yaitu ahli
kepelatihan sepak Bola, dan Ahli Program latihan kebugaran Jasmani sepak Bola sebagai
perbaikan dari produk yang telah di ujicobakan.
5.Uji Coba Lapangan ( kelompok Besar )
Pada tahap ini dilakukan uji coba lapangan ( kelompok Besar ) terhadap produk yang
dikembangkan dengan menggunakan subjek uji coba 22 siswa yang mengikuti kegiatan
ekstrakulikuler sepak bola di MAN Tlogo Kabupaten blitar.
6.Revisi Produk Akhir
Revisi produk dari hasil uji coba lapangan yang telah diujicobakan pada peserta
ekstrakulikuler sepak bola di MAN Tlogo Kab. Blitar.
7.Hasil Akhir
Hasil Akhir Berupa Produk yang telah dihasilkan dari uji lapangan ( kelompok Besar )
sebagai bentuk penerapan program latihan kebugaran jasmani sepak bola.
C.Uji Coba Produk
Uji coba Produk ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang digunakan sebagai dasar
dalam menetapkan kelayakan dari produk yang dikembangkan.
Dalam bagian ini yang harus diperhatikan yaitu: (1) rancangan uji coba (2) Subjek uji coba
(3) intrumen pengumpulan data dan (4) tehnik analisi data
1.Desain uji coba
Desain uji coba dilaksanakan melalui dua tahap yaitu: (1) evaluasi tahap pertama dan
evaluasi tahp kedua.
a. Evaluasi tahap pertama.
Evaluasi tahap ini terdiri dari :
1.Tinjauan Ahli
Untuk memperoleh masukan tentang rancangan penerapan Informasi program latihan
kebugaran Jasmani sepak bola , maka produk ini dikembangkan ini terlebih dahulu diuji oleh
para ahli.
2.Revisi produk Pertama
Hasil dari data ahli tersebut dianalisis, selanjutnya dijadikan acuan untuk merevisi produk
penerapan Program latihan kebugaran Jasmani dalam permainan sepak bola sebelum
diujicobakan untuk kelompok kecil.
3.Uji coba kelompok kecil
Uji coba kelompok kecil dilaksanakan di MAN Tlogo Kabupaten Blitar untuk siswa yang
mengikuti ekstrakulikuler sepak bola dengan subjek 12 pemain, metode pengambilan subjek
yaitu menggunakan prosedur yang dilakukan dalam bentuk uji coba ini adalah (1)
menerapkan penerapan Program latihan kebugaran jasmani dalam permainan sepak bola
kepada siswa. (2) meminta kepada siswa untuk memberikan tanggapan dan pendapat tentang
penerapan Program latihan Kebugaran Jasmani dalam permainan sepak bola dengan
menggunakan koesioner. Tujuan kelompok kecil ini digunakan untuk meminimalkan
kesalahan yang ditemui dan mengetahui tanggapan dari produk awal yang dikembangkan.
b.Evaluasi tahap kedua
Uji lapangan atau kelompok besar dilaksanakan di MAN Tlogo Blitar, sebagai perwakilan
kelompok besar selama 8 kali pertemuan. Dari kegiatan uji coba kelompok lapangan
dimasudkan untuk mengetahui keefektifan perubahan yang dilakukan sebelumnya, dan dapat
dimungkinkan untuk digunakan dalam lingkup yang sebenar benarnya.
Hasil data yang diperoleh dari uji lapangan atau kelompok besar ini digunakan untuk
menyempurnakan keseluruhan pengembangan program latihan kebugaran jasmani dalam
kegiatan esktrakulikuler sepak bola di MAN Tlogo Blitar.
2. Subyek Uji Coba
Dalam pengembangan produk, subjek uji coba yang digunakan meliputi: untuk kelompok uji
coba siswa terdapat dua kelompok uji coba yaitu: 12 pemain untuk uji coba kelompok kecil
dan 22 pemain MAN Tlogo Blitar untuk uji coba kelompok besar. Kriteria bagi ahli sepak
bola dan ahli dalam program latihan kebugaran jasmani mempunyai sertifikasi kepelatihan
sepak bola, dan sebagai pelatih sepak bola. Kriteria pemilihan siswa sebagai sebyek
pengembangan 12 orang siswa esktrakulikuler sepak bola MAN Tlogo Blitar.
3. Jenis Data
Dari data yang diperoleh dari hasil evaluasi ahli, pengembangan ini data yang digunakan
adalah kuantitatif dan Kualitatif.
4.Intrumen Pengumpulan Data
Pada intrumen ini digunakan adalah pengembangan sendiri dengan mengacu pada metode
atau prosedur yang sudah ditentukan. Prosedur yang dilakukan disesuaikan dengan tingkat
kebutuhan yang diperlukan. Dengan demikian, intrumen yang dibuat untuk pengumpulan
data adalah angket yang dibuat sendiri dengan mengacu pada analisis kebutuhan. Intrumen
yang dibuat untuk pengumpulan data adalah tehnik kuesioner untuk para ahli dan siswa.
5.Tehnik analisis data
Pengembangan ini tehnik analisis data yang digunakan adalah tehnik analisis diskriptif
dengan persentase. Tehnik ini digunakan untuk analisis data kuantitatif yang diperoleh dari
hasil penyebaran angket. Rumus yang digunakan untuk menganalisis dan menggunakan
rumus dari Sudjana (1990:40 )
a.Rumus untuk mengolah data per sebjek uji coba
P= X X 100%
X1
Keterangan :
P = persentase hasil evaluasi uji coba
X= Jumlah jawaban skor oleh subyek uji coba
X1 = jumlah jawaban maksimal dalam aspek penilaian oleh subyek uji coba
100 %= Konstanta
b.Rumus untuk mengolah data secara keseluruhan uji coba
P = X x 100 %
Xi
Keterangan
P : Persentase hasil keseluruhan subyek uji coba
X : Jumlah keseluruhan jawaban subyek uji coba dalam keseluruhan aspek penilaian
Xi : jumlah keseluruhan maksimal subyek uji coba
100% : Kostanta
Untuk menentukan penafsiran terhadap hasil analisis persentase tingkat kemenarikan produk
pengembangan digunakan klasifikasi persentase guilford ( dalam Fagih, 1996: 58 ) maka
ditetapkan kriteria sebagai berikut:
No Persentase Klasifikasi Makna
1. 0-20 % Tidak baik Dibuang
2. 20, 1- 40 % Kurang baik Diperbaiki
3. 40,1- 70% Cukup baik Digunakan
4. 70, 1-90 % Baik Digunakan
5. 90, 1-100 % Sangat baik Digunakan
About these ads
Like this:
Related
pengembangan RPP.. kelas 3 sd
pengembangan media pembelajaran anak sd kelas 3
menu diet dalam meninggkatkan kesegaran jasmani
Previous analisis gerakan forehand blutangkis Next pengembangan media pembelajaran anak
sd kelas 3
Leave a Reply

Pages
About
Categories
Uncategorized (14)
Archives
January 2011
December 2010
November 2010
October 2010
Blog at WordPress.com. The Koi Theme.
Follow
Follow Has5n's Blog
Get every new post delivered to your Inbox.
Powered by WordPress.com

Anda mungkin juga menyukai