Anda di halaman 1dari 11

KKD PSIKIATRI

RESENSI FILM
SLEEPING WITH ENEMY



















NAMA : SHELLA PRATIWI
NIM : 030. 08. 225


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA

I. Judul Film : Sleeping With The Enemy
Sutradara : Joseph Ruben
Tanggal Rilis : 8 Februari 1991
Durasi : 37 menit

II. Pemeran Film
Julia Roberts sebagai Laura Burney / Sara Waters
Patrick Bergin sebagai Martin Burney
Kevin Anderson sebagai Ben Woodward
Elizabeth Lawrence sebagai Chloe Williams
Kyle Secor sebagai John Fleishman
Bonnie Johnson sebagai Mrs. Nepper
Claudette Nevins sebagai Dr. Rissner
Nancy Fish sebagai Woman on Bus


III. Deskripsi Tokoh Tokoh Dalam Film

1. Laura Burney
Seorang wanita muda dan cantik yang sangat menyayangi Ibunya Chloe
Williams dan merupakan istri dari Martin Burney. Dia merupakan istri yang
penurut kepada suaminya yang sangat perfectionist dan menuntut keteraturan,
juga ia bahkan menjadi korban dari kekerasan yang dilakukan oleh suaminya.
sehingga mengalami trauma atas perlakuan suaminya.

2. Martin Burney
Seorang pengusaha yang merupakan suami dari Laura Burney. Memiliki
kebiasaan yang menuntut keteraturan dan kerapian contohnya pada susunan handuk di
kamar mandi dan makanan kaleng di dalam lemari yang harus disusun secara rapi.
Hal tersebut mengarah pada gangguan obsesif kompulsif. Selain itu dia juga memilihi
gangguan kepribadian paranoid terlihat dari sifat curiganya terhadap istrinya,
cemburu, meragukan loyalitas istrinya serta sering berprilaku kasar terhadap istrinya.
3. Ben Woodward
Seorang guru drama di Univesitas Cedar Falls, yang kemudian mengenal
Laura yang menjadi tetangganya. Bersifat baik, ceria, periang, serta perhatian dan
menyukai Laura.

4. Chloe Williams
Ibu dari Laura yang tinggal di Nursing home, ia mengalami kebutaan dan juga
menderita penyakit stroke. Ia juga sangat menyayangi Laura.

IV. Gejala Pasien
Gejala yang terlihat pada Martin Burney/ (sebagai pemeran utama) antara lain
saat ia marah ketika melihat susunan handuk yang digantung di kamar mandi tidak
rapi, terlihat pula pada makanan kaleng yang harus tersusun rapi di lemari dapur.
Gejala lain yaitu saat Martin marah dan mencurigai Laura mengenal
Fleishman, yang menunjukkan bahwa ia meragukan kesetiaan/loyalitas dari
pasangannya.
Kemudian saat ia berusaha menemukan keberadaan Laura menunjukkan
obsesinya terhadap istrinya, termasuk melakukan apapun agar ia dapat bersama
dengan Laura.

V. Diagnosis Gangguan dan Formulasi Diagnostik
Dari gejala-gejala yang terdapat pada Martin Burney mengarah pada diagnosis
Gangguan Obsesif-Kompulsif dan Gangguan Kepribadian Paranoid.

a. Gangguan Obsesif Kompulsif
Kriteria diagnostik berdasarkan DSM-IV TR
A. Salah satu obsesi atau kompulsi
Obsesi seperti yang didefinisikan oleh (1), (2), (3), dan (4) :
1. Pikiran, impuls, atau bayangan yang berulang-ulang dan menetap yang
dialami, pada suatu saat selama gangguan, dirasakan mengganggu dan
tidak sesuai, dan menyebabkan kecemasan dan penderitaan yang jelas.
2. Pikiran, impuls, atau bayangan tidak hanya kekhawatiran berlebihan
tentang masalah kehidupan yang nyata
3. Orang berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran, impuls, atau
bayangan tersebut untuk menetralkannya dengan pikiran atau tindakan
lain.
4. Orang menyadari bahwa pikiran, impuls, atau bayangan obsesional
adalah hasil dari pikirannya sendiri (tidak disebabkan dari luar seperti
penyisipan pikiran)
Kompulsif seperti yang dijelaskan dalam (1) dan (2)
1. Perilaku berulang (misalnya, mencuci tangan, mengurutkan, memeriksa)
atau tindakan mental (misalnya berdoa, menghitung, mengulangi kata-kata
dalam hati) yang dirasakannya mendorong untuk melakukan sebagai
respon terhadap suatu obsesi, atau menurut dengan aturan yang harus
dipenuhi secara kaku.
2. Perilaku atau tindakan mental ditujukan untuk mencegah atau mengurangi
penderitaan atau mencegah suatu kejadian atau situasi yang menakutkan,
akan tetapi, perilaku atau tindakan mental tersebut tidak dihubungkan
dengan cara yang realistik dengan apa yang mereka maksudkan untuk
menetralkan atau mencegah, atau secara jelas berlebihan.
B. Pada suatu titik selama perjalanan gangguan, penderita menyadari bahwa
obsesif atau kompulsif mereka berlebihan atau tidak beralasan (hal ini
tidak berlaku pada anak)
C. Obsesif atau kompulsif dapat menyebabkan distress nyata, memakan
waktu (lebih dari 1 jam per hari) atau menggangu aktivitas normal, fungsi
pekerjaan atau akademik atau aktivitas maupun hubungan sosial secara
signifikan.
D. Jika terdapat gangguan aksis 1 lain, isi obsesif kompulsif tidak terbatas
pada hal tersebut (preokupasi memiliki penyakit berat dengan adanya
hipokondriasis)
E. Gangguan ini tidak disebabkan efek fisiologik langsung suatu zat atau
kondisi medis umum

Kriteria diagnosis untuk Gangguan Obsesif-Kompulsif menurut PPDGJ-III, harus
mencakup hal-hal sebagai berikut :
Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif,
atau kedua-duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya dua minggu
berturut-turut.
Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu aktivitas
penderita.
Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut ini :
1. Harus disadari sebagai pikiran atau implus dari diri sendiri.
2. Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan,
meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.
3. Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut di atas bukan merupakan hal yang
memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan
atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud di atas).
4. Gagasan, bayangan pikiran, atau implus tersebut harus merupakan
pengulangan yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive).
Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif, dengan depresi.
Penderita gangguan obsesif-kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala
depresif, dan sebaliknya penderita gangguan depresi berulang (F33.-) dapat
menunjukkan pikiran-pikiran obsesif selama episode depresifnya.
Dalam berbagai situasi dari kedua hal tersebut, meningkat atau menurunnya gejala
depresif umumnya dibarengi secara parallel dengan perubahan gejala obsesif.
Bila terjadi episode akut dari gangguan tersebut, maka diagnosis diutamakan dari
gejala-gejala yang timbul lebih dulu.
Diagnosis gangguan obsesif kompulsif ditegakan hanya bila tidak ada gangguan
depresi pada saat gejala obsesif kompulsif tersebut timbul.
Bila dari keduanya tidak ada yang menonjol, maka lebih baik menganggap depresi
sebagai diagnosis yang pirmer.
Pada gangguan menahun, maka prioritas diberikan pada gejala yang paling
bertahan saat gejala yang lain menghilang.
Gejala obsesif sekunder yang terjadi pada gangguan skizofrenia, sindrom
Tourette, atau gangguan mental organic, harus dianggap sebagai bagian dari
kondisi tersebut.

b. Gangguan Kepribadian Paranoid
Kriteria diagnostik berdasarkan PPDGJ-III :
Gangguan kepribadian dengan ciri-ciri :
(a) Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan;
(b) Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam, misalnya menolak untuk
memaafkan suatu penghinaan dan luka hati atau masalah kecil;
(c) Kecurigaan dan kecenderungan yang mendalam untuk mendistorsikan
pengalaman dengan menyalah artikan tindakan orang lain yang netral atau
penghinaan;
(d) Perasaan bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa memperhatikan
situasi yang ada (actual situation);
(e) Kecurigaan berulang, tanpa dasar (justification), tentang kesetiaan seksual dari
pasangannya;
(f) Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan, yang
bermanifestasi dalam sikap yang selalu merujuk ke diri sendiri (self-referential
attitude);
(g) Preokupasi dengan penjelasan-penjelasan yang bersekongkol dan tidak
subtantif dari suatu peristiwa, baik yang menyangkut diri pasien sendiri
maupun dunia pada umumnya.
Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit dari diatas.

Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Paranoid Dalam DSM-IV :
A. Ketidakpercayaan dan kecurigaan yang pervasif kepada orang lain sehingga
motif mereka dianggap sebagai berhati dengki, dimulai pada masa dewasa awal
dan tampak dalam konteks, seperti yang ditunjukkan empat (atau lebih) berikut:
1) Curiga tanpa dasar yang cukup, bahwa orang lain memanfaatkan,
membahayakan atau mengkhianati dirinya.
2) preokupasi dengan keraguan yang tanpa alasan tentang loyalitas atau kejujuran
teman atau rekan kerja.
3) enggan untuk menceritakan rahasia pada orang lain karena merasa ketakutan
yang tidak perlu bahwa informasi akan digunakan secara jahat melawan
dirinya.
4) membaca arti merendahkan atau mengancam yang tersembunyi dari ucapan
atau kejadian yang biasa.
5) secara menetap menyimpan dendam yaitu tidak memaafkan penghinaan,
kerugian, atau sikap yang meremehkan.
6) merasa serangan terhadap karakter atau reputasinya yang tidak nyata bagi
orang lain dan dengan cepat bereaksi dengan kemarahan atau menyerang balik
7) memiliki kecurigaan yang berulang, tanpa dasar kebenaran, mengenai
kesetiaan pasangan atau mitra seksual.

B. Tidak terjadi secara eksklusif selama perjalanan skozfrenia, suatu gangguan mood
dengan ciri psikotik, atau gangguan psikotik lain dan tidak disebabkan oleh efek
fisiologis langsung dari suatu kondisi medis umum.

Catatan: jika kriteria terpenuhi sebelum onset skizoffrenia, tambahkan pramorbid,
misalnya gangguan kepribadian paranoid (pramorbid).

VI. Penatalaksanaan

Berikut adalah tatalaksana yang dapat diberikan untuk Martin Burney (tokoh
utama dalam film)
o Gangguan Obsesif Kompulsif
Farmakoterapi :
Obat medis yang digunakan dalam pengobatan OCD seperti; Selective
serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) yang dapat mengubah level
serotonin dalam otak, jenis obat SSRIs ini adalah Fluoxetine (Prozac),
setralin (Zoloft), paroxentine (Paxil). Fluoxetine tab 20 mg 1x/hari
diberikan pada pagi hari. Dosis di atas 20 mg/hari sebaiknya diberikan 2
kali sehari (pagi dan siang) dan sebaiknya tidak melebihi dosis maksimum
80 mg/hari.
Psikoterapi:
Cognitive Behavioural Therapy (CBT).
Dalam CBT terapis juga melatih pernafasan, latihan relaksasi dan
manajemen stres pada individu ketika menghadapi situasi konflik yang
memberikan kecemasan, rasa takut atau stres muncul dalam diri individu.
Pemberian terapi selama 3 bulan atau lebih.
o Gangguan Kepribadian Paranoid
Farmakoterapi
Farmakoterapi berguna dalam menghadapi agitasi dan kecemasan. Pada
sebagian besar kasus, obat antiansietas seperti diazepam (Valium) dapat
digunakan . atau mungkin perlu untuk menggunakan anti psikotik, seperti
thioridazine (Mellaril) atau haloperidol (Haldol), dalam dosis kecil dan
dalam periode singkat untuk menangani menangani agitasi parah atau
pikiran yang sangat delusional. Obat anti psikotik pimozide (Orap) bisa
digunakan untuk menurunkan gagasan paranoid
Psikoterapi
Pasien paranoid tidak bekerja baik dalam psikoterapi kelompok, karena
itu ahli terapi harus berhadapan langsung dalam menghadapi pasien, dan
harus diingat bahwa kejujuran merupakan hal yang sangat penting bagi
pasien. Ahli terapi yang terlalu banyak menggunakan interpretasi
mengenai perasaan ketergantungan yang dalam, masalah seksual dan
keinginan untuk keintiman dapat meningkatkan ketidakpercayaan pasien.
VII. Manfaat
Dengan menonton film ini dapat membantu kita untuk mengenal lebih jauh
gejala-gejala gangguan obsesif-kompulsif serta gangguan kepribadian paranoid.
Yang mungkin dapat lebih dipahami dengan melihat secara langsung , agar kelak
kita juga dapat mengenali secara pasti dalam kehidupan sehari-hari.
VIII. Kesimpulan

Film Sleeping with the enemy ini memberikan banyak manfaat bagi yang
menontonnya dimana terdapat gambaran gejala-gejala gangguan obsesif-
kompulsif dan gangguan kepribadian paranoid yang dapat dikenali dalam
lingkungan sekitar kita, bahkan pada orang-orang terdekat kita. Film ini juga
menunjukkan bagaimana reaksi seseorang yang akhirnya berusaha lari dari
stressornya. Walaupun, film ini tidak menyoroti aspek medis secara khusus, baik
dari penegakkan gangguan kejiwaan sampai ke pemberian terapi. Untuk itu kita
perlu lebih mengenali lingkungan sekitar dan lebih berhati-hati dalam memilih
pasangan hidup. Karena terkadang bisa saja orang terdekat kita sebenarnya
merupakan musuh bagi kita.
IX. Saran
Akan lebih baik jika film ini menyoroti aspek medis dari gangguan yang
terdapat pada tokoh-tokoh yang ada di dalamnya. Mulai dari penegakkan
gangguannya sampai ke terapi yang dapat diberikan baik psikofarmaka maupun
psikoterapi. Tujuannya agar bisa lebih membantu penonton untuk memahami
gangguannya tidak hanya sekedar mengenali gejala.

X. Sinopsis
Film ini menceritakan tentang sepasang suami istri yaitu Martin dan Laura
Burney. Mereka tinggal disebuah rumah kaca yang berada di tepi pantai. Pada awal
cerita diperlihatkan kehidupan mereka yang bahagia.
Selanjutnya akan diperlihatkan bagaimana sifat Martin yang menuntut
keteraturan dan kerapian seperti handuk yang tergantung di kamar mandi dan kaleng-
kaleng makanan di dalam lemari dapur. Hal tersebut menunjukkan adanya gangguan
obsesif kompulsif.
Selain itu Martin juga menunjukkan gangguan kepribadian paranoid, terlihat saat
ia bertemu dengan dokter John Fleishman yang mengatakan melihat istrinya
melamun dari jendela. Mendengar hal tersebut Martin mencurigai istrinya mengenal
Fleishman, tetapi Laura menyangkal hal tersebut dan membuat Martin marah.
Sehingga ia pun bertindak kasar dengan memukuli dan menendang Laura.
Martin dan Laura memenuhi ajakan Fleisman untuk pergi berlayar, ternyata
malam itu cuaca sedang tidak baik, hujan turun dan angin bertiup kencang sehingga
membuat boat mereka sulit untuk dikendalikan. Kemudian secara tiba-tiba Laura
menghilang. Hal tersebut membuat Martin sangat khawatir akan keberadaan Laura
yang tidak bisa berenang, ia terus mencari sampai akhirnya hanya menemukan
pelampung yang dikenakan istrinya dan menganggap bahwa Laura sudah meninggal
dunia.
Ternyata pada malam saat Laura menghilang dari boat, ia berhasil berenang dan
kembali ke rumahnya. Dimana lampu jalan yang sempat ia pecahkan sebelumnya
sebagai petunjuk. Ia segera mengambil tas yang sudah dipersiapkan sebelumnya, dan
mengubah penampilan dengan momotong sebagian rambutnya dan memakai wig,lalu
ia juga melepaskan cincin pernikahannya dan membuangnya di dalam kloset.
Kemudian ia pun pergi meninggalkan kota tersebut.
Sebelumnya diperjalanan di dalam bus Laura bertemu dengan seorang wanita
yang menawarinya sebuat apel dan Laura sedikit bercerita tentang apa yang terjadi
pada dirinya
Akhirnya Laura tiba di kota Iowa dan mengkontrak rumah kepada Mrs. Nepper
dikota tersebut. Yang kemudian dari sini lah ia berkenalan dengan Ben Woodward
dengan nama samaran Sara Waters.
Suatu hari saat Martin sedang bekerja di kantornya, ia mendapat telpon dari
Vanessa Shelley yang menyatakan turut berduka cita atas meninggalnya Laura. Ia
juga mengatakan bahwa mengenal Laura saat berlatih berenang yang kemudian
mengatakan bahwa Laura telah bisa berenang dan mempelajari gimnastik. Mendengar
hal tersebut Martin sangat marah dan kembali ke rumah untuk mencari data-data
Laura dan ia tidak menemukan apa yang dicari, tetapi ia menemukan cincin
perkawinannya yang telah Laura buang didalam kloset. Sehingga akhirnya Martin
pergi untuk mencari tahu keberadaan Laura dan juga ibu Laura.
Ben sangat menyukai Laura. Pada suatu hari Ben mengajak Laura ke sebuah
studio, dan akhirnya ia dapat membuat Laura tersenyum dan tertawa lagi. Tetapi
ternyata Laura masih trauma atas kekerasan yang dilakukan oleh Martin. Keesokan
harinya Laura menceritakan kepada Ben bahwa ia mempunyai suami.
Selanjutnyan Laura pergi menjenguk Ibunya yang berada di Nursing home,
dengan menyamar menjadi laki-laki. Laura menceritakan semua yang ia alami pada
Ibunya. Pada saat yang bersamaan Martin juga sedang berada di sana dan meminta
tolong kepada perawat agar informasi mengenai siapa saja yang menjenguk Chloe
Williams, diberitahukan kepadanya.
Martin menemui Chloe dengan mengaku sebagai polisi untuk menanyakan
keberadaan Laura. Dari Chloe lah Martin mengetahui kedekatan Laura dengan
seorang pengajar drama di Universitas Cedar Fall. Martin mendatangi universitas
tersebut setelah sempat salah orang, akhirnya ia berhasil menemukan dan mengikuti
Ben yang ternyata bertemu dengan Laura di sebuah taman hiburan. Melihat
kemesraan Ben dengan Laura, ia pun marah dan cemburu.
Karena obsesinya terhadap Laura, malam itu ia pun memasuki rumah Laura dan
membuat Laura ketakutan. Kemudian Ben datang karena mencurigai keberadaan
Martin, saat ia berusaha untuk menolong Laura tetapi Martin berhasil memukulnya
hingga pingsan. Laura yang ketakutan akhirnya melakukan perlawanan dan
mengambil pistol Martin. Ia juga sempat menelpon polisi sebelum akhirnya
menembak Martin hingga meninggal dunia. Dan akhirnya Laura berpelukan dengan
Ben yang sadar dari pingsannya.

Anda mungkin juga menyukai