Anda di halaman 1dari 47

Gangguan Cemas

GANGGUAN CEMAS
DEFINISI GANGGUAN CEMAS
Cemas didefinisikan sebagai suatu sinyal yang menyadarkan; ia
memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang
mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman. Rasa tersebut ditandai dengan
gejala otonom seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, rasa sesak di dada, tidak
nyaman pada perut, dan gelisah.
Rasa cemas dapat datang dari eksternal atau internal. Masalah eksternal
umumnya terkait dengan hubungan antara seseorang dengan komunitas, teman,
atau keluarga. Masalah internal umumnya terkait dengan pikiran seseorang sendiri
TANDA DAN GEJALA GANGGUAN CEMAS
Gejala-gejala cemas pada dasarnya terdiri dari dua komponen yakni,
kesadaran terhadap sensasi fisiologis ( palpitasi atau berkeringat dan kesadaran
terhadap rasa gugup atau takut. !elain dari gejala motorik dan "iseral, rasa cemas
juga mempengaruhi kemampuan berpikir, persepsi, dan belajar. #mumnya hal
tersebut menyebabkan rasa bingung dan distorsi persepsi. $istorsi ini dapat
menganggu belajar dengan menurunkan kemampuan memusatkan perhatian,
menurunkan daya ingat dan menganggu kemampuan untuk menghubungkan satu
hal dengan lainnya.
%spek yang penting pada rasa cemas, umumnya orang dengan rasa cemas
akan melakukan seleksi terhadap hal-hal disekitar mereka yang dapat
membenarkan persepsi mereka mengenai suatu hal yang menimbulkan rasa
cemas.
PATOFISIOLOGI GANGGUAN CEMAS
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
&
Gangguan Cemas
Teori Psikoanalitik
!igmeun 'reud menyatakan dalam bukunya ( )*+, -nhibitons, !ymptoms,
%n.iety/ bah0a kecemasan adalah suatu sinyal kepada ego bah0a suatu dorongan
yang tidak dapat diterima menekan untuk mendapatkan per0akilan dan pelepasan
sadar. !ebagai suatu sinyal, kecemasan menyadarkan ego untuk mengambil
tindakan defensif terhadap tekanan dari dalam. 1ika kecemasan naik di atas
tingkatan rendah intensitas karakter fungsinya sebagai suatu sinyal, ia akan timbul
sebagai serangan panik.

Teori Perilaku
Rasa cemas dianggap timbul sebagai respon dari stimulus lingkungan yang
spesifik. Contohnya, seorang anak laki-laki yang dibesarkan oleh ibunya yang
memperlakukannya semena-mena, akan segera merasa cemas bila ia bertemu
ibunya. Melalui proses generalisasi, ia akan menjadi tidak percaya dengan 0anita.
2ahkan seorang anak dapat meniru sifat orang tuanya yang cemas.
Teori Eksistensi
3ada gangguan cemas menyeluruh, tidak didapatkan stimulus rasa cemas
yang bersifat kronis. -nti dari teori eksistensi adalah seseorang merasa hidup di
dalam dunia yang tidak bertujuan. Rasa cemas adalah respon mereka terhadap
rasa kekosongan eksistensi dan arti.
2erdasarkan aspek biologis, didapatkan beberapa teori yang mendasari
timbulnya cemas yang patologis antara lain4
!istem saraf otonom
5eurotransmiter
Neurotransmiter
1. Norepinephrine
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
6
Gangguan Cemas
Gejala kronis yang ditunjukan oleh pasien dengan gangguan cemas berupa
serangan panik, insomnia, terkejut, dan autonomic hyperarousal, merupakan
karakteristik dari peningkatan fungsi noradrenergik. 7eori umum dari keterlibatan
norepinephrine pada gangguan cemas, adalah pasien tersebut memiliki
kemampuan regulasi sistem noradrenergik yang buruk terkait dengan peningkatan
akti"itas yang mendadak. !el-sel dari sistem noradrenergik terlokalisasi secara
primer pada locus ceruleus pada rostral pons, dan memiliki akson yang menjurus
pada korteks serebri, sistem limbik, medula oblongata, dan medula spinalis.
3ercobaan pada primata menunjukan bila diberi stimulus pada daerah tersebut
menimbulkan rasa takut dan bila dilakukan inhibisi, primata tersebut tidak
menunjukan adanya rasa takut. !tudi pada manusia, didapatkan pasien dengan
gangguan serangan panik, bila diberikan agonis reseptor 8-adrenergik
( -soproterenol dan antagonis reseptor 9-+ adrenergik dapat mencetuskan
serangan panik secara lebih sering dan lebih berat. :ebalikannya, clonidine,
agonis reseptor 9-+ menunjukan pengurangan gejala cemas.
. !erotonin
$itemukannya banyak reseptor serotonin telah mencetuskan pencarian
peran serotonin dalam gangguan cemas. 2erbagai stress dapat menimbulkan
peningkatan ;-hydro.ytryptamine pada prefrontal korteks, nukleus accumbens,
amygdala, dan hipotalamus lateral. 3enelitian tersebut juga dilakukan berdasarkan
penggunaan obat-obatan serotonergik seperti clomipramine pada gangguan
obsesif kompulsif. <fekti"itas pada penggunaan obat buspirone juga menunjukkan
kemungkinan relasi antara serotonin dan rasa cemas. !el-sel tubuh yang memiliki
reseptor serotonergik ditemukan dominan pada raphe nuclei pada rostral
brainstem dan menuju pada korteks serebri, sistem limbik, dan hipotalamus.
". G#$#
3eran G%2% pada gangguan cemas sangat terlihat dari efekti"itas obat-
obatan ben=odia=epine, yang meningkatkan akti"itas G%2% pada reseptor G%2%
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
;
Gangguan Cemas
tipe %. >alaupun ben=odia=epine potensi rendah paling efektif terhadap gejala
gangguan cemas menyeluruh, ben=odia=epine potensi tinggi seperti alpra=olam
dan clona=epam ditemukan efektif pada terapi gangguan serangan panik
3ada suatu studi struktur dengan C7 scan dan MR- menunjukan
peningkatan ukuran "entrikel otak terkait dengan lamanya pasien mengkonsumsi
obat ben=odia=epine. 3ada satu studi MR-, sebuah defek spesifik pada lobus
temporal kanan ditemukan pada pasien dengan gangguan serangan panik.
2eberapa studi pencitraan otak lainnya juga menunjukan adanya penemuan
abnormal pada hemisfer kanan otak, tapi tidak ada pada hemisfer kiri. fMR-,
!3<C7, dan <<G menunjukan penemuan abnormal pada korteks frontal pasien
dengan gangguan cemas, yang ditemukan juga pada area oksipital, temporal, dan
girus hippocampal. 3ada gangguan obsesif kompulsif diduga terdapat kelainan
pada nukleus kaudatus. 3ada 37!$, fMR- menunjukan pengingkatan akti"itas
pada amygdala.
Sistem Saraf Otonom
Gejala-gejala yang ditimbulkan akibat stimulus terhadap sistem saraf
otonom adalah4
sistem kardio"askuler (palpitasi
muskuloskeletal (nyeri kepala
gastrointestinal (diare
respirasi (takipneu
!istem saraf otonom pada pasien dengan gangguan cemas, terutama pada
pasien dengan gangguan serangan panik, mempertunjukan peningkatan tonus
simpatetik, yang beradaptasi lambat pada stimuli repetitif dan berlebih pada
stimuli yang sedang.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
,
Gangguan Cemas
2erdasarkan pertimbangan neuroanatomis, daerah sistem limbik dan
korteks serebri dianggap memegang peran penting dalam proses terjadinya cemas.
Korteks Serebri
:orteks serebri bagian frontal berhubungan dengan regio
parahippocampal, cingulate gyrus, dan hipotalamus, sehingga diduga berkaitan
dengan gangguan cemas. :orteks temporal juga dikaitkan dengan gangguan
cemas. ?al ini diduga karena adanya kemiripan antara presentasi klinis dan <<G
pada pasien dengan epilepsy lobus temporal dan gangguan obsesif kompulsif.
Sistem Limbik
!elain menerima iner"asi dari noradrenergik dan serotonergik, sistem
limbik juga memiliki reseptor G%2% dalam jumlah yang banyak. %blasi dan
stimulasi pada primata juga menunjukan jikalau sistem limbik berpengaruh pada
respon cemas dan takut. $ua area pada sistem limbik menarik perhatian peneliti,
yakni peningkatan akti"itas pada septohippocampal, yang diduga berkaitan
dengan rasa cemas, dan cingulate gyrus, yang diduga berkaitan dengan gangguan
obsesif kompulsif.
KLASIFIKASI GANGGUAN CEMAS
2erdasarkan %iagnostic and !tatistical &anual o' &ental %isorders
( $!M--@, gangguan cemas terdiri dari 4
() !erangan panik dengan atau tanpa agoraphobia;
(+ %goraphobia dengan atau tanpa !erangan panik;
(& 'obia spesifik;
(6 'obia sosial;
(; Gangguan Absesif-:ompulsif;
(, 3ost 7raumatic !tress $isorder ( 37!$ ;
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
B
Gangguan Cemas
(B Gangguan !tress %kut;
(C Gangguan Cemas Menyeluruh (Generali=ed %n.iety $isorder.
2erdasarkan 3edoman 3enggolongan dan $iagnosis Gangguan 1i0a di
-ndonesia ---, gangguan cemas dikaitkan dalam gangguan neurotik, gangguan
somatoform dan gangguan yang berkaitan dengan stress ('6D-6C.
F40F48 GANGGUAN NEUROTIK, GANGGUAN SOMATOFORM DAN
GANGGUAN YANG BERKAITAN DENGAN STRES
F40 Gangguan Anx!"a F#$%
'6D.D %gorafobia
.DD 7anpa gangguan panik
.D) $engan gangguan panik
'6D.) 'obia sosial
'6D.+ 'obia khas (terisolasi
'6D.C Gangguan an.ietas fobik lainnya
'6D.* Gangguan an.ietas fobik E77
F4& Gangguan Anx!"a' Lann(a
'6).D Gangguan panik (an.ietas paroksismal episodik
'6).) Gangguan an.ietas menyeluruh
'6).+ Gangguan campuran an.ietas dan depresif
'6).& Gangguan an.ietas campuran lainnya
'6).C Gangguan an.ietas lainnya E$7
'6).* Gangguan an.ietas E77
F4) Gangguan O$'!'*+K#,-u.'*
'6+.D 3redominan pikiran obsesional atau pengulangan
'6+.) 3redominan tindakan kompulsif (obsesional ritual
'6+.+ Campuran tindakan dan pikiran obsesional
'6+.C Gangguan obsesif kompulsif lainnya
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
C
Gangguan Cemas
'6+.* Gangguan obsesif kompulsif E77
F4/ R!a%' T!01a2a- S"0!' B!0a" 2an Gangguan P!n(!'uaan 3F4/40+F4/456
F44 Gangguan D'#'a"* 3K#n7!0'6 3F4440+F44456
F48 Gangguan S#,a"#*#0, 3F4840+F48456
F48 Gangguan N!u0#"% Lann(a 3F4840+F48456
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
*
Gangguan Cemas
)4& GANGGUAN PANIK
D!*n' Gangguan Pan%
Gangguan panik ditandai dengan terjadinya serangan panik yang spontan
dan tidak diperkirakan. !erangan panik adalah periode kecemasan dan ketakutan
yang kuat dan relatif singkat (biasanya kurang dari satu tahun, yang disertai oleh
gejala somatik tertentu seperti palpitasi dan takipnea. 'rekuensi pasien dengan
gangguan panik mengalami serangan panik adalah ber"ariasi dari serangan
multiple dalam satu hari sampai hanya beberapa serangan selama setahun.
E-2!,#.#g Gangguan Pan%
3enelitian epidemiologi telah melaporkan pre"alensi seumur hidup untuk
gangguan panik adalah ),;-;F dan untuk serangan panik adalah &-;,,F. !ebagai
contohnya, satu penelitian terakhir pada lebih dari ).,DD orang de0asa yang
dipilih secara acak di 7e.as menemukan bah0a angka pre"alensi seumur hidup
adalah &,CF untuk gangguan panik, ;,,F untuk serangan panik dan +,+F untuk
serangan panik dengan gejala yang terbatas yang tidak memenuhi kriteria
diagnostik lengkap
1enis kelamin 0anita +-& kali lebih sering terkena dibandingkan laki-laki.
'aktor sosial satu-satunya yang dikenali berperan dalam perkembangan gangguan
panik adalah ri0ayat perceraian atau perpisahan yang belum lama. Gangguan
paling sering berkembang pada de0asa muda, usia rata-rata timbulnya adalah
kira-kira +; tahun, 0alaupun dapat berkembang pada setiap usia.
E"#.#g Gangguan Pan%
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
)D
Gangguan Cemas
Faktor Biologis
Gejala gangguan panik dapat disebabkan oleh berbagai kelainan biologis
di dalam struktur otak dan fungsi otak. 2eberapa penelitian telah menghasilkan
hipotesis yang menyebabkan disregulasi sistem saraf perifer dan pusat di dalam
patofisiologi gangguan panik. !istem saraf otonomik dapat menunjukkan
peningkatan tonus simpatik, beradaptasi secara lambat terhadap stimuli yang
berulang, dan berespon secara berlebihan terhadap stimuli yang sedang.
!istem neurotransmitter utama yang terlibat adalah norepinefrin,
serotonin, dan gammaaminobutyric acid (G%2%.
Faktor Genetika
%ngka pre"alensi tinggi pada anak dengan orang tua yang menderita
gangguan panik. 2erbagai penelitian telah menemukan adanya peningkatan resiko
gangguan panik sebesar 6-C kali lipat pada sanak saudara derajat pertama pasien
dengan gangguan panik dibandingkan dengan sanak saudara derajat pertama dari
pasien dengan gangguan psikiatrik lainnya. $emikian juga pada kembar
mono=igot.
Faktor Psikososial
7eori kognitif perilaku menyatakan bah0a kecemasan adalah suatu respon
yang dipelajari baik dari perilaku modeling orang tua atau melalui proses
pembiasan klasik.
7eori psikoanalitik memandang serangan panik sebagai akibat dari
pertahanan yang tidak berhasil dalam mela0an impuls yang menyebabkan
kecemasan. %pa yang sebelumnya merupakan suatu sinyal kecemasan ringan
menjadi suatu perasaan ketakutan yang melanda, lengkap dengan gejala somatik.
3eneliti menyatakan bah0a serangan panik kemungkinan melibatkan arti
ba0ah sadar peristi0a yang menegangkan dan bah0a patogenesis serangan panik
mungkin berhubungan dengan faktor neurofisiologis yang dipicu oleh reaksi
psikologis.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
))
Gangguan Cemas
Tan2a 2an G!9a.a K.n' Gangguan Pan%
!erangan panik adalah periode kecemasan atau ketakutan yang kuat dan
relatif singkat dan disertai gejala somatik. !uatu serangan panik secara tiba-tiba
akan menyebabkan minimal 6 dari gejala-gejala somatik berikut4
). 3alpitasi
+. 2erkeringat
&. Gemetar
6. !esak napas
;. 3erasaan tercekik
,. 5yeri dada atau perasaan tidak nyaman
B. Mual dan gangguan perut
C. 3using, bergoyang, melayang atau pingsan
*. $erealisasi atau depersonalisasi
)D. :etakutan kehilangan kendali atau menjadi gila
)). Rasa takut mati
)+. 3arestesi atau mati rasa
)&. Menggigil atau perasaan panas.
!erangan panik sering dimulai dengan periode gejala yang meningkat
dengan cepat selama )D menit. Gejala mental utama adalah ketakutan yang kuat
dan suatu perasaan ancaman kematian dan kiamat. 3asien biasanya tidak mampu
menyebutkan sumber ketakutannya.
P!2#,an Dagn#'"% Gangguan Pan%
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
)+
Gangguan Cemas
Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jia !!! "PPDGJ
!!!#
Gangguan 3anik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan
adanya gangguan an.ietas fobik
#ntuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali serangan an.ietas
berat (se"ere attacks of autonomic an.iety dalam masa kira-kira satu bulan4
a. 3ada keadaan-keadaan diamna sebenarnya secara objektif tidak ada
bahaya;
b. 7idak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga
sebelumnya (unpredictable situations;
c. $engan keadaan yang relatif bebas dari gejala-gejala an.ietas pada
periode di antara serangan-serangan panik (meskipun demikian
umumnya dapat terjadi juga (an.ietas antisipatorik/, yaitu an.ietas
yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang mengkha0atirkan
akan terjadi.
Menurut Diagnosti$ and Statisti$al Manual of Mental Disorders !% " DSM&!%&
T'#
K0"!0a 2agn#'"% un"u% gangguan -an% "an-a ag#0a*#$a
%. 2aik () atau (+4
). !erangan panik rekuren yang tidak diharapkan
+. !ekurangnya ) serangan telah diikuti oleh sekurangnya ) bulan atau
lebihberikut ini4
(a :ekha0atiran yang menetap akan mengalami serangan tambahan
(b :etakutan tentang arti serangan atau akibatnya
(c 3erubahan perilaku bermakna berhubungan dengan perubahan
perilaku bermakna berhubungan dengan serangan
2. 7idak terdapat serangan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
)&
Gangguan Cemas
C. !erangan panik bukan karena efek fisiologis langsung dari =at atau kondisi
medis umum
$. !erangan panik tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain,
seperti fobia sosial, fobia spesifik gangguan obsesif-kompulsif, gangguan
stress pasca traumatik,atau gangguan cemas perpisahan.4
K0"!0a 2agn#'"% un"u% S!0angan Pan%
Catatan4 serangan panik bukan merupakan gangguan yang dapat dituliskan.
7uliskan diagnosis spesifik dimana serangan panik terjadi (misalnya4 gangguan
panik dengan agorafobia
!uatu periode tertentu adanya rasa takut atau tidak nyaman, dimana 6 atau lebih
gejala berikut ini terjadi secara tiba-tiba dan mencapai puncaknya dalam )D menit
). 3alpitasi, jantung berdebar kuat, atau kecepatan jantung bertambah cepat
+. 2erkeringat
&. Gemetar atau bergoncang
6. Rasa napas sesak atau tertahan
;. 3erasaan tercekik
,. 5yeri dada atau perasaan tidak nyaman
B. Mual atau gangguan perut
C. 3erasaan pusing, bergoyang, melayang atau pingsan
*. $erealisasi atau depersonalisasi
)D. :etakutan kehilangan kendali atau menjadi gila
)). Rasa takut mati
)+. 3arestesia (mati rasa atau sensasi geli
)&. Menggigil atau perasaan panas
Dagn#'' Ban2ng Gangguan Pan%
$iagnosis banding untuk seorang pasien dengan gangguan panik adalah
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
)6
Gangguan Cemas
sejumlah gangguan medis dan juga gangguan mental. #ntuk gangguan medis
misalnya infark miokard, hipertiroid, dan hipoglikemia. !edangkan diagnosis
banding psikiatri untuk gangguan panik adalah pura-pura, gangguan buatan, fobia
sosial dan spesifik, gangguan stress pasca traumatik,dan gangguan depresi.
P!na"a.a%'anaan Gangguan Pan%
Respon yang lebih baik terhadap pengobatan akan terjadi jika penderita
memahami bah0a penyakit panik melibatkan proses biologis dan psikis. Abat-
obatan dan terapi perilaku biasanya bisa mengendalikan gejala-gejalanya. !elain
itu, psikoterapi bisa membantu menyelesaikan berbagai pertentangan psikis yang
mungkin melatarbelakangi perasaan dan perilaku cemas
a( Farmakotera)i
Abat-obatan yang digunakan untuk mengobati gangguan panik adalah obat
anti depresi dan obat anti cemas4
). !!R- ( !erotonin !elective (euptake Inhi)itors, terdiri atas beberapa
macam dapat dipilih salah satu dari sertralin, fluoksetin, flu"oksamin,
escitalopram, dll. Abat diberikan dalam &-, bulan atau lebih, tergantung
kondisi indi"idu, agar kadarnya stabil dalam darah sehingga dapat
mencegah kekambuhan
+. %lpra=olam; a0itan kerjanya cepat, dikonsumsi biasanya antara 6-,
minggu, setelah itu secara perlahan-lahan diturunkan dosisnya sampai
akhirnya dihentikan. 1adi setelah itu dan seterusnya, indi"idu hanya
minum golongan !!R-
b( Psikotera)i
Terapi (elaksasi
7erapi ini bermanfaat meredakan secara relatif cepat serangan panik dan
menenangkan indi"idu, namun itu dapat dicapai bagi yang telah berlatih setiap
hari. 3rinsipnya adalah melatih pernafasan (menarik nafas dalam dan lambat, lalu
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
);
Gangguan Cemas
mengeluarkannya dengan lambat pula, mengendurkan seluruh otot tubuh dan
mensugesti pikiran ke arah konstruktif atau yang diinginkan akan dicapai. $alam
proses terapi, dokter akan mebimbing secara perlahan-lahan, selama +D-&D menit.
!etelah itu, indi"idu diminta untuk melakukannya sendiri di rumah setiap hari.
Terapi Kogniti' *erilaku
3asien diajak bersama-sama melakukan restrukturisasi kognitif, yaitu
membentuk kembali pola perilaku dan pikiran yang irasional dan menggantinya
dengan yang lebih rasional. 7erapi berlangsung &D-6; menit.
*sikoterapi %inamik
3asien diajak untuk lebih memahami diri dan kepribadiannya, bukan
sekedar menghilangkan gejalanya semata. 3ada psikoterapi ini, biasanya pasien
lebih banyak berbicara, sedangkan dokter lebih banyak mendengar. 7erapi ini
memerlukan 0aktu panjang, dapat berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. ?al ini
tentu memerlukan kerjasama yang baik antara indi"idu dengan dokternya, serta
kesabaran kedua belah pihak.
P0#gn#'' Gangguan Pan%
>alaupun gangguan panik merupakan penyakit kronis, namun penderita
dengan fungsi premorbid yang baik sertai durasi serangan yang singkat
bertendensi untuk prognosis yang lebih baik.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
),
Gangguan Cemas
)4) FOBIA
D!*n' F#$a
'obia berasal dari bahasa Eunani yaitu 'obos yang berarti ketakutan.
'obia adalah suatu ketakutan yang tidak irasional yang menyebabkan
penghindaran yang disadari objek, aktifitas G situasi yang ditakuti. Reaksi fobia
menyebabkan gangguan pada kemampuan seseorang untuk berfungsi dalam
kehidupannya. 'obia dibedakan dalam tiga jenis menurut jenis objek atau situasi
ketakutan yaitu agorafobia, fobia spesifik, dan fobia sosial.
'obia spesifik adalah suatu rasa takut yang kuat dan persisten pada suatu
objek atau situasi. 'obia sosial disebut juga gangguan kecemasan sosial adalah
rasa takut yang berlebihan terhadap penghinaan dan rasa malu dalam berbagai
lingkungan sosial.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
)B
Gangguan Cemas
E-2!,#.#g F#$a
$iperkirakan ; H )D F dari seluruh populasi mengalami gangguan ini.
Gangguan yang ditimbulkan dari fobia, apabila tidak dihiraukan, dapat
menyebabkan munculnya gangguan cemas lainnya, gangguan depresi, dan
gangguan yang berhubungan dengan penggunaan obat terlarang dan alkhohol.
'obia spesifik lebih sering dijumpai dibandingkan dengan fobia sosial.
Gangguan ini paling sering dialami perempuan dan kedua tersering pada pria.
3re"alensi , bulan fobia spesifik berkisar antara ; H )D G )DD orang. Rasio 0anita
berbanding laki H laki adalah + 4 ), 0alaupun rasio untuk fobia terhadap darah,
injeksi dan cedera berkisar antara ) 4 ). 3uncak onset fobia spesifik darah-
suntikan-sakit berkisar antara ; H * tahun. !edangkan puncak onset fobia
situasional berkisar pada umur +D. #mumnya objek penyebab rasa takut adalah
he0an, badai, ketinggian, penyakit, cedera, dan kematian.
3re"alensi untuk fobia sosial berkisar antara & H )& F. #ntuk pre"alensi ,
bulannya berkisar antara + H & G )DD orang dimana kaum perempuan lebih sering
mengalami fobia sosial dibandingkan pria, namun pada studi klinis seringkali
ditemukan kebalikannya. 3uncak onset fobia sosial adalah pada masa remaja,
namun berkisar antara usia ; hingga &; tahun.
E"#-a"#g!n!'' F#$a
3rinsip-prinsip umum pada fobia terdiri dari faktor psikoanalitik dan
faktor perilaku.
Faktor Psikoanalitik
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
)C
Gangguan Cemas
7eori !igmund 'reud menyatakan neurosis fobik, merupakan penjelasan
analitik untuk fobia spesifik dan fobia sosial. Rasa cemas adalah sinyal untuk
menyadarkan ego, bah0a dorongan terlarang di alam ba0ah sadar yang akan
memuncak dan untuk menyadarkan ego untuk melakukan mekanisme pertahanan
mela0an daya insting yang mengancam. 'obia merupakan hasil konflik yang
terpusat pada masalah masa kanak-kanak yang tidak terselesaikan. 1ika tindakan
represi untuk mencegah cemas gagal, sistem ego seseorang akan mengaktifkan
mekanisme pertahanan yang berupa (mengalihkan/ ( displacement , dimana
masalah yang tidak selesai dari masa kanak-kanak akan dialihkan kepada objek
atau situasi yang memiliki kemampuan untuk membangkitkan rasa cemas. Abjek
atau situasi tersebut menjadi simbol dari masalah yang dahulu dialaminya (
!ym)oli+ation .
Mekanisme pertahanan ego terhadap rasa cemas terdiri dari tiga hal, yakni
represion, displacement, dan sym)oli+ation. !ehingga rasa cemas tersebut teratasi
dengan membentuk phobic neurosis.
3ada agoraphobia atau erythrophobia, rasa cemas diduga datang dari rasa
malu yang mempengaruhi superego. !etiap orang dilahirkan dengan tingkat
temperamen yang berbeda yang menyebabkan mereka dapat menangani stimuli
stress dari luar dengan cara yang berbeda. $alam memunculkan fobia, diperlukan
tingkat stress yang cukup, seperti kekerasan dalam rumah tangga, terkucilkan dari
kehidupan sosial sampai kehilangan orang yang dicintai.
Faktor Perilaku
1ohn 2. >atson memiliki hipotesis mengenai fobia, dimana fobia muncul
dari rasa cemas dari stimuli yang menakutkan yang muncul bersamaan dengan
stimuli kedua yang bersifat netral. 1ika dua stimuli dihubungkan bersamaan,
stimuli netral tersebut bisa membangkitkan kecemasan oleh dirinya sendiri.
Contohnya pada seseorang yang fobia dengan kucing, dahulu ia pernah dicakar
oleh kucing, dimana cakaran tersebut merupakan stimuli yang menakutkan,
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
)*
Gangguan Cemas
sedangkan kucing tersebut merupakan stimuli yang netral, namun karena stimuli
tersebut muncul secara bersamaan, sehingga kucing tersebut juga menjadi stimuli
yang menakutkan.
7eori pembebasan perilaku menyatakan , kecemasan adalah dorongan
yang memoti"asi organisme melakukan perilaku tertentu untuk menghilangkan
pengaruh yang menyakitkan. 7eori ini dapat diaplikasikan pada fobia spesifik
terhadap situasi tertentu atau fobia sosial, dengan contoh dimana seseorang dapat
menghindari berbicara didepan khayalak ramai. Arganisme belajar, dengan
tindakan tertentu dapat menghilangkan stimulus yang mendatangkan kecemasan
3enghindaran tersebut menjadi gejala yang stabil karena efektif dalam
melindungi seseorang dari kecemasan fobik
2erikut ini etiopatogenesis fobia spesifik dan fobia sosial 4
Fobia S)esifik
3embentukan fobia spesifik muncul karena proses pemasangan objek
spesifik atau situasi tertentu dengan perasaan takut dan panik. :ecenderungan
nonspesifik untuk merasakan takut dan cemas membentuk efek back group,
misalnya pada suatu keadaan tertentu seperti mengemudi bila dihubungkan
dengan kecelakaan, akan menyebabkan seseorang mengalami asosiasi permanen
antara mengemudi dengan kecelakaan. Mekanisme asosiasi lain antara objek fobik
dan emosi fobik adalah modelling, dimana seseorang mengamati reaksi orang lain
dan pengalihan informasi, seseorang diperingati tentang bahaya tertentu misalnya
ular berbisa
?asil studi menemukan jikalau seseorang dengan fobia spesifik tersebut
memiliki anggota keluarga tingkat satu memiliki fobia dengan jenis yang sama.
!ehingga faktor genetik juga memiliki peran dalam fobia spesifik, contohnya pada
fobia terhadap darah-suntikan-sakit yang tampak nyata terkait dengan keluarga.
Fobia Sosial
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
+D
Gangguan Cemas
3enelitian melaporkan jika beberapa anak kemungkinan memiliki faktor
keturunan berdasarkan inhibisi perilaku yang konsisten. ?al ini cukup sering pada
anak-anak dengan orang tua yang memiliki gangguan serangan panik, dan
mungkin berkembang menjadi pemalu yang parah saat de0asa. ?al ini
kemungkinan disebabkan oleh lingkungan didikan keluarga yang tertutup, kurang
perduli, dan terlalu protektif mengenai anak mereka. 2eberapa hal kecil dapat
menjadi indikator dari sifat seseorang, seperti seseorang yang berkuasa mungkin
cenderung berjalan dengan dagu terangkat dan melakukan kontak mata,
dibandingkan dengan seseorang yang dikalahkan sering berjalan dengan kepala
tertunduk dan jarang melakukan kontak mata.
!ecara spesifik, penggunaan obat antagonis reseptor 8-adrenergik
( propanolol untuk fobia kinerja contohnya berbicara di depan publik. !eseorang
dengan fobia kinerja biasanya melepaskan lebih banyak norepinephrine atau
epinephrine, secara sentral maupun perifer, dibandingkan orang-orang non-fobik,
atau orang-orang tersebut lebih sensitif terhadap stimulasi kadar adrenergik yang
normal. 3engamatan bah0a mono amine o.idase inhibitor (M%A- yang lebih
efektif dibandingkan obat-obatan tricylcic pada terapi fobia sosial menyeluruh,
diduga jikalau akti"itas dopaminergik berhubungan dengan patogenesis gangguan
fobia sosial.
'aktor genetik diduga memiliki keterkaitan dengan fobia sosial. %nggota
keluarga tingkat pertama pada seseorang dengan gangguan fobia memiliki
kecenderungan untuk mengalami fobia sosial sebanyak tiga kali lebih sering
dibandingkan dengan yang tidak.
Tan2a 2an G!9a.a F#$a
'obia ditandai oleh kesadaran akan kecemasan yang berat ketika pasien
terpapar situasi atau objek spesifik. $!M--@-7R menyatakan bila serangan panik
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
+)
Gangguan Cemas
dapat terjadi pada pasien dengan fobia spesifik atau fobia sosial, namun mereka
sudah mengetahui kemungkinan terjadinya serangan panik tersebut. 3aparan
terhadap stimulan tertentu dapat mencetuskan terjadinya serangan panik.
!eseorang yang memiliki fobia akan menghindari stimulus fobianya,
bahkan sampai pada taraf yang berlebihan. Contohnya seorang pasien fobia
mungkin menggunakan bus untuk bepergian jarak jauh daripada pesa0at terbang.
!eringkali, pasien dengan gangguan fobia juga memiliki masalah dengan
gangguan penggunaan =at-=at terlarang sebagai upaya pelarian mereka dari rasa
cemas tersebut. !elain itu, diperkirakan sepertiga dari seluruh pasien fobia juga
memiliki keadaan depresif yang berat.
3ada pemeriksaan status mental ditandai dengan adanya ketakutan yang
irasional dan ego-distonik terhadap situasi, aktifitas atau objek tertentu. 3asien
umumnya menceritakan bagaimana cara mereka menghindari stimulus tersebut.
#mumnya pasien dengan fobia juga memiliki gejala depresi.
P!2#,an Dagn#'' F#$a
Menurut Diagnosti$ and Statisti$al Manual of Mental Disorders !% " DSM&!%&
T'#
-o)ia !pesi'ik
Re"isi keempat dari %iagnostic and !tatistical &anual o' &ental %isorders
( $!M--@-7R , menggunakan isitilah fobia spesifik untuk dicocokkan dengan
hasil re"isi kesepuluh dari International !tatistical Classi'ication o' %iseases and
(elated .ealth *ro)lems ( -C$-)D .
DSM+I:+TR &DD.+* 'A2-% !3<!-'-:
%. :etakutan yang jelas dan menetap yang berlebihan atau tidak beralasan,
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
++
Gangguan Cemas
ditandai oleh adanya atau antisipasi dari suatu obyek atau situasi spesifik
(misalnya, naik pesa0at terbang, ketinggian, binatang, mendapat suntikkan,
melihat darah.
2. 3emaparan stimulus fobik hampir selalu mencetuskan respon kecemasan
segera, dapat berupa serangan panik yang berhubungan dengan situasi atau
predisposisi oleh situasi.
Catatan 4 pada anak-anak, kecemasan dapat diekspresikan dengan menangis,
tantrum, diam membeku, atau melekat erat menggendong.
C. Arang menyadari bah0a ketakutan adalah berlebihan atau tidak beralasan .
Catatan 4 pada anak-anak, gambaran ini mungkin tidak ditemukan
$. !ituasi fobik dihindari atau kalau dihadapi adalah dengan kecemasan atau
dengan penderitaan yang jelas.
<. 3enghindaran, kecemasan antisipasi, atau penderitaan dalam situasi yang
ditakuti secara bermakna mengganggu rutinitas normal, fungsi pekerjaan (atau
akademik, atau akti"itas sosial atau hubungan dengan orang lain, atau
terdapat penderitaan yang jelas karena menderita fobia.
'. 3ada indi"idu yang berusia diba0ah )C tahun, durasi paling sedikit , bulan.
G. :ecemasan, serangan panik, atau penghindaran fobik dihubungkan dengan
objek atau situasi spesifik tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental
lain, seperti Gangguan Absesif-:ompulsif (misalnya,seseorang takut kotoran
dengan obsesi tentang kontaminasi, Gangguan !tres pascatrauma
(misalnya,penghindaran stimulus yang berhubungan dengan stresor yang
beratD, Gangguan Cemas 3erpisahan (misalnya,menghindari sekolah, 'obia
!osial (misalnya,menghindari situasi sosial karena takut merasa malu,
Gangguan 3anik dengan %gorafobia, atau %gorafobia 7anpa Ri0ayat
Gangguan 3anik.
!ebutkan tipe 4
7ipe 2inatang
7ipe Iingkungan %lam (misalanya, ketinggan, badai, air
7ipe $arah, -njeksi, Cedera
7ipe !ituasional (misalnya, pesa0at udara, ele"ator, tempat tertutup
7ipe Iainnya (misalnya, ketakutan tersedak, muntah, atau mengidap
penyakit ; pada anak-anak, ketakutan pada suara keras atau karakter
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
+&
Gangguan Cemas
bertopeng.
$alam table ini, kriteria % dan 2 telah disebutkan didalam $!M--@-7R
untuk memberikan kemungkinan jika suatu pajanan terhadap stimulus fobia dapat
mencetuskan serangan panik. :ontras dengan gangguan serangan panik, serangan
panik pada fobia spesifik sangat terikat dengan stimulus penyebabnya. 'obia
darah-suntikan-sakit dibedakan dari fobia yang lain karena didapatkan respon
yang berbeda dari fobia tersebut, yaitu hipotensi yang disusul dengan bradikardi.
3enegakan diagnosa fobia spesifik juga harus difokuskan pada benda yang
menjadi stimulus fobia. 2erikut di ba0ah ini adalah contoh fobia spesifik yakni 4
%crophobia 7akut akan ketinggian
%goraphobia 7akut akan tempat terbuka
%ilurophobia 7akut akan kucing
?ydrophobia 7akut akan air
Claustrophobia 7akut akan tempat tertutup
Cynophobia 7akut akan anjing
Mysophobia 7akut akan kotoran dan kuman
3yrophobia 7akut akan api
Jenophobia 7akut akan orang yang asing
Koophobia 7akut akan he0an
-o)ia !osial
Menurut $!M--@-7R untuk fobia sosial dinyatakan bah0a fobia sosial
dapat diikuti dengan serangan panik. $!M--@-7R juga menyertakan untuk fobia
sosial yang bersifat menyeluruh yang berguna untuk menentukan terapi,
prognosis, dan respon terhadap terapi. $!M--@-7R menyingkirkan diagnosa fobia
sosial bila gejala yang timbul merupakan akibat dari penghindaran sosialisasi
karena rasa malu dari kelainan mental atau non-mental.
DSM+I:+TR Dagn#'"; C0"!0a *#0 S#;a. P1#$a
%. :etakutan yang jelas dan menetap terhadap satu atau lebih situasi sosial atau
memperlihatkan perilaku dimana orang bertemu dengan orang asing atau
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
+6
Gangguan Cemas
kemungkinan diperiksa oleh orang lain. :etakutan bah0a ia akan bertindak
dengan cara (atau menunjukkan gejala kecemasan yang akan menghinakan
atau memalukan.
Catatan 4 pada anak-anak, harus terbukti adanya kemampuan sesuai usianya
untuk melakukan hubungan sosial dengan orang yang telah dikenalnya dan
kecemasan hanya terjadi dalam lingkungan teman sebaya, bukan dalam
interaksi dengan orang de0asa.
2. 3emaparan dengan situasi sosial yang ditakuti hampir selalu mencetuskan
kecemasan, dapat berupa seragan panik yang berhubungan dengan situasi atai
dipredisposisi oleh situasi.
Catatan 4 pada anak-anak, kecemasan dapat diekspresikan dengan menangism
tantrumm diam membeku, atau bersembunyi dari situasi sosial dengan orang
asing.
C. Arang menyadari bah0a ketakutan adalah berlebihan atau tidak beralasan.
Catatan 4 pada anak-anak, gambaran ini mungkin tidak ditemukan
$. !ituasi sosial atau memperlihatkan perilaku dihindari atau kalau dihadapi
adalah dengan kecemasan atau dengan penderitaan yang jelas
<. 3enghindaran, kecemasan antisipasi, atau penderitaan dalam situasi yang
ditakuti secara bermakna mengganggu rutinitas normal, fungsi pekerjaan (atau
akademik, atau akti"itas sosial atau hubungan dengan orang lain, atau
terdapat penderitaan yang jelas karena menderita fobia.
'. 3ada indi"idu yang berusia diba0ah )C tahun, durasi paling sedikit , bulan.
G. :ecemasan atau penghindaran fobik bukan karena efek fisiologis langsung
dari =at (misalnya, penyalahgunaan =at, pengobatan atau suatu kondisi medis
umum dan tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain ( misalnya,
Gangguan 3anik $engan atau 7anpa %gorafobia, Gangguan Cemas
3erpisahan, Gangguan $ismorfik 7ubuh, Gangguan 3erkembangan 3er"asif,
atau Gangguan :epribadian !ki=oid.
?. 1ika terdapat suatu kondisi medis umum atau gangguan mental dengannya
misalnya takut adalah bukan gagap, gemetar pada penyakit 3arkinson, atau
memperlihatkan perilaku makan abnormal pada %noreksia 5er"osa atau
2ulimia 5er"osa.
!ebutkan 1ika 4
Menyeluruh 4 jika ketakutan termasuk situasi yang paling sosial (juga
pertimbangkan diagnosis tambahan Gangguan :epribadian Menghindar
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
+;
Gangguan Cemas
Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jia !!! "PPDGJ#
#gora'o)ia
!emua kriteria ini harus dipenuhi untuk 4
a. Gejala psikologisGotonomik yang timbul harus merupakan manifestasi
primer dari an.ietas dan bukan merupakan gejala lain yang sekunder
seperti 0aham atau pikiran obsesif.
b. %n.ietas yang timbul harus terutama terjadi dalam sekurang-kurangnya
dua dari situasi berikut 4
2anyak orang
7empat-tempat umum
2epergian keluar rumah
2epergian sendiri
c. Menghindari situasi fobik harusGsudah merupakan gambaran yang
menonjol
-o)ia Khas /Terisolasi0
!emua kriteria yang diba0ah ini untuk diagnosis 4
a. Gejala psikologis atau otonomik harus merupakan manifestasi primer dari
an.ietas, dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti 0aham atau
pikiran obsesif.
b. %n.ietas harus terbatas pada adanya objek situasi fobik tertentu.
c. !ituasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya.
-o)ia !osial
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
+,
Gangguan Cemas
!emua kriteria di ba0ah ini harus dipenuhi untuk suatu diagnosis pasti4
Gejala-gejala psikologis, perilaku Gotonomik harus merupakan manifestasi
primer dari an.ietas dan bukan sekundari gejala lain seperti 0aham G
pikiran obsesif
%n.ietas harus hanya terbatas G menonjol pada situasi sosial tertentu saja
3enghindaran dari situasi fobik harus merupakan gambaran yang menonjol
Dagn#'a Ban2ng F#$a
$iagnosis fobia harus dapat dibedakan dari ketakutan yang sesuai dan rasa
malu yang normal. $!M--@-7R membantu dalam pembedaan dengan
mengharuskan gejala mengganggu kemampuan pasien berfungsi secara tepat.
:ondisi medis non-psikiatrik yang dapat mencetuskan fobia berupa penggunaan
obat-obat atau =at-=at terlarang, tumor sistem saraf pusat, dan penyakit
serebro"askuler. !ki=ofrenia merupakan diagnosis banding untuk fobia spesifik
dan fobia sosial. ?al ini dikarenakan fobia dapat menjadi salah satu gejala
psikosis mereka. 5amun berbeda dengan pasien ski=ofrenia, pasien yang
mengalami fobia menyadari ketidaklogisan dari rasa cemasnya dan tidak memiliki
imajinasi yang bi=ar seperti pada psikosis.
$alam penegakan diagnosis banding, harus mempertimbangkan gangguan
serangan panik, agoraphobia, dan gangguan pribadi menghindar. 3ada kasus-
kasus indi"idual, penegakan diagnosisnya cukup sulit, namun secara umum pasien
yang mengalami fobia akan segera merasa cemas ketika dihadapkan dengan
stimulannya. $an umumnya pada fobia sosial, pasien akan merasa cemas bila
dihadapkan pada situasi yang spesifik.
3asien dengan agoraphobia merasa nyaman dengan adanya orang lain
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
+B
Gangguan Cemas
dalam situasi yang menimbulkan kecemasan, berbeda dengan pasien dengan fobia
sosial akan semakin merasa cemas. Gejala pada fobia sosial berupa 0ajah yang
kemerahan, kedutan otot, dan rasa cemas yang menyebabkannya ingin segera
meninggalkan situasi mencemaskan tersebut.
$iagnosis banding untuk fobia spesifik adalah hipokondriasis, gangguan
obsesif-kompulsif, dan gangguan kepribadian paranoid. ?ipokondriasis dibedakan
dimana pasien merasa sudah sakit, sedangkan fobia pasien merasa takut akan
terkena penyakit. 3ada pasien dengan gangguan obsesif kompulsif, penegakan
diagnosis lebih sulit karena untuk membedakan alasan mereka menjauhi stimulan
tersebut kadang-kadang kurang jelas. 3asien dengan gangguan kepribadian
paranoid akan cenderung menghindari segala macam stimuli dibandingkan
dengan fobia spesifik yang akan merasa cemas hanya pada stimuli tertentu.
$iagnosis banding untuk fobia sosial adalah gangguan depresif berat dan
gangguan kepribadian schi=oid. 3enghindaran dari segala bentuk sosialisasi akan
mengarah pada gangguan depresi berat. 3ada gangguan kepribadian schi=oid,
pasien umumnya tidak ingin berinteraksi dibandingkan takut berinteraksi dengan
sosial.
P!na"a.a%'anaan F#$a
7erdapat beberapa macam bentuk terapi, yakni terapi perilaku, psikoterapi
dan berbagai modalitas terapi lainnya.
Tera)i Perilaku
!alah satu terapi yang paling sering digunakan dan dipelajari adalah terapi
perilaku. :esuksesan terapi ini bergantung pada 4
komitmen pasien dengan terapi
permasalahan dan tujuan terapi yang jelas
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
+C
Gangguan Cemas
berbagai strategi yang dapat digunakan untuk menangani masalah.
7erapi perilaku yang sering digunakan adalah desensitisasi sistematis,
dimana pasien dipajankan dengan stimuli-stimuli yang berkekuatan menimbulkan
cemas yang paling rendah hingga yang paling kuat. $engan penggunaan obat-obat
antian.ietas, hipnosis, dan instruksi relaksasi otot, pasien diajarkan untuk
membentuk suatu mekanisme respon yang baru terhadap stimulus-stimulus
tersebut. !elain itu,, terdapat terapi perilaku yang lain yakni image 'looding,
dimana pasien dipajankan dengan gambar-gambar stimulus cemas sampai pada
masa dimana pasien tidak merasakan cemas lagi.
Psikotera)i
$ahulu psikiater-psikiater percaya bah0a psikoterapi merupakan terapi
yang terutama, namun dengan seiring berjalannya 0aktu, psikiater dihadapkan
pada kenyataan bah0a psikoterapi tidak mengurangi kecemasan yang timbul dari
respon pasien terhadap stimulus tersebut. :emudian para psikiater berinisiatif
untuk menghimbau pasien menghadapi sumber-sumber kecemasannya.
Tera)i Lainn*a
?ipnosis, terapi suportif, dan terapi keluarga berguna pada terapi
gangguan fobia. ?ipnosis digunakan untuk meningkatkan sugesti ahli terapi
bah0a objek fobik tidaklah berbahaya, dan teknik hipnosis diri diajarkan pada
pasien sebagai metode relaksasi jika berhadapan dengan objek fobik. 3sikoterapi
suportif dan terapi keluarga berguna dalam membantu pasien secara aktif
menghadapi objek fobik selama pengobatan. Abat-obatan seperti antagonis
reseptor 9-+ adrenergik dapat berguna pada pasien dengan fobia spesifik,
ben=odia=epine, psikoterapi, atau terapi kombinasi dapat digunakan pada kasus
fobia spesifik. 3asien dengan fobia sosial, psikoterapi dan farmakoterapi berguna
untuk menangani gangguan fobia sosial. Menggabungkan kedua bentuk terapi
diduga meningkatkan efekti"itas terapi. Abat-obatan yang dapat digunakan pada
fobia sosial berupa 4
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
+*
Gangguan Cemas
!electi"e !erotonin Reuptake -nhibitor
2en=odia=epine
@enlafa.ine
2uspirone
P!09a.anan P!n(a%" 2an P0#gn#'' F#$a
2elum banyak diketahui tentang prognosis fobia, namun kecenderungan
menjadi kronis dan dapat terjadi komorbiditas dengan gangguan lain seperti
depresi, penyalahgunaan alkohol, dan obat bila tidak mendapat terapi. Menurut
National Institute o' &ental .ealth,
B;F orang dengan fobia spesifik dapat mengatasi ketakutannya dengan
terapi kognitif perilaku
CDF orang dengan fobia sosial membaik dengan farmakoterapi, terapi
kognitif perilaku atau kombinasi
%gorafobia dengan gangguan panik yang diterapi 4
o &D-6DF 4 bebas gejala untuk 0aktu yang lama
o ;DF 4 gejala ringan yang tidak menggangu
kehidupa
sehari - hari
o )D-+DF 4 tidak membaik
Gangguan fobia ditentukan tergantung oda perilaku fobik apakah dapat
mengganggu kemampuan seseorang berfungsi, ketergantungan finansial pada
orang lain dan gangguan dalam kehidupan sosial, pekerjaan dan akademik.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
&D
Gangguan Cemas
)4/ GANGGUAN CEMAS MENYELURU<
D!*n' Gangguan C!,a' M!n(!.u0u1
Gangguan cemas menyeluruh (Generali+ed #n1iety %isorder, G%$
merupakan kekha0atiran yang berlebih dan meresap disertai oleh berbagai gejala
somatik yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau
pekerjaan atau penderitaan yang jelas bagi pasien. 2eberapa gejala somatik yang
dialami adalah ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur, keluhan epigastrik dan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
&)
Gangguan Cemas
kegelisahan sehingga menyebabkan penderitaan yang jelas dan gangguan yang
bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan.
E-2!,#.#g Gangguan C!,a' M!n(!.u0u1
3re"alensi gangguan cemas menyeluruh antara &-CF dan rasio antara
perempuan dan laki-laki sekitar +4). #sia onset sukar untuk ditentukan karena
mereka melaporkan mengalami kecemasan selama yang dapat mereka ingat.
E"#.#g Gangguan C!,a' M!n(!.u0u1
Faktor Biologi
%rea otak yang diduga terlibat pada timbulnya gangguan ini adalah lobus
oksipitalis yang mempunyai reseptor ben=odia=epin tertinggi di otak. 2asal
ganglia, sistem limbik dan korteks frontal juga dihipotesiskan terlibat pada
timbulnya gangguan ini. 3ada pasien juga ditemukan sistem serotonergik yang
abnormal. 5eurotransmitter yang berkaitan adalah G%2%, serotonin,
norepinefrin, glutamat, dan kolesitokinin. 3emeriksaan 3<7 (*ositron 2mission
Tomography0 ditemukan penurunan metabolisme di ganglia basal dan massa putih
otak.
Teori Genetik
3ada sebuah studi didapatkan bah0a terdapat hubungan genetik pasien
gangguan an.ietas menyeluruh dan gangguan depresi mayor pada pasien 0anita.
!ekitar +;F dari keluarga tingkat pertama penderita juga mengalami gangguan
yang sama. !edangkan penelitian pada pasangan kembar didapatkan angka ;DF
pada kembar mono=igotik dan );F pada kembar di=igotik.
Teori Psikoanalitik
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
&+
Gangguan Cemas
7eori psikoanalitik menghipotesiskan bah0a an.ietas adalah gejala dari
konflik ba0ah sadar yang tidak terselesaikan. 3ada tingkat yang paling primitif
an.ietas dihubungkan dengan perpisahan dengan objek cinta. 3ada tingkat yang
lebih matang lagi dihubungkan dengan kehilangan cinta dari objek yang penting.
%n.ietas kastrasi berhubungan dengan fase oedipal sedangkan an.ietas superego
merupakan ketakutan seseorang untuk mengece0akan nilai dan pandangannya
sendiri (merupakan an.ietas yang paling matang.
Teori Kognitif Perilaku
3enderita berespon secara salah dan tidak tepat terhadap ancaman,
disebabkan oleh perhatian yang selektif terhadap hal-hal negatif pada
lingkungannya, adanya distorsi pada pemrosesan informasi dan pandangan yang
sangat negatif terhadap kemampuan diri untuk menghadapi ancaman.
Tan2a 2an G!9a.a K.n' Gangguan C!,a' M!n(!.u0u1
Gejala utama adalah an.ietas, ketegangan motorik, hiperakti"itas otonom,
dan ke0aspadaan secara kognitif. :ecemasan bersifat berlebihan dan
mempengaruhi aspek kehidupan pasien. :etegangan motorik bermanifestasi
sebagai bergetar, kelelahan dan sakit kepala. ?iperakti"itas otonom timbul dalam
bentuk pernafasan yang pendek, berkeringat, palpitasi, dan disertai gejala saluran
pencernaan. 7erdapat juga ke0aspadaan kognitif dalam bentuk iritabilitas.
P!2#,an Dagn#'"% Gangguan C!,a' M!n(!.u0u1
Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jia !!! "PPDGJ
!!!#
3enderita harus menunjukkan gejala primer an.ietas yang berlangsung
hampir setiap hari selama beberapa minggu, bahkan biasanya sampai beberapa
bulan. Gejala-gejala ini biasanya mencakup hal-hal berikut 4
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
&&
Gangguan Cemas
a :ecemasan tentang masa depan (kha0atir akan nasib buruk, perasaan
gelisah seperti di ujung tanduk, sulit berkonsentrasi, dan sebagainya ;
b :etegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai ;
c A"erakti"itas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, takikardi,
takipneu, keluhan epigastrik, pusing kepala, mulut kering, dan
sebagainya.
3ada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk
ditenangkan serta keluhan somatik berulang-ulang. %danya gejala-gejala lain yang
bersifat sementara, terutama depresi, tidak menyingkirkan gangguan an.ietas
menyeluruh sebagai diagnosis utama, selama pasien tidak memenuhi kriteria
lengkap dari episode depresif ('&+, gangguan an.ietas fobik ('6D, gangguan
panik ('6).D atau gangguan obsesif kompulsif ('6+.
7ermasuk 4
5eurosis an.ietas
Reaksi an.ietas
:eadaan an.ietas
Menurut Diagnosti$ and Statisti$al Manual of Mental Disorders !% " DSM&!%&
T'#
:riteria $iagnosis berdasarkan $!M--@ 7R 4
%. :ecemasan dan kekha0atiran berlebihan (harapan yang
mengkha0atirkan, terjadi lebih banyak dibandingkan tidak selama paling
kurang , bulan, tentang sejumlah peristi0a atau akti"itas (seperti
pekerjaab atau prestasi sekolah.
2. Arang kesulitan untuk mengendalikan kekha0atiran.
C. :ecemasan dan kekha0atiran adalah dihubungkan dengan tiga (atau lebih
dari enam gejala berikut (dengan paling kurang beberapa gejala terjadi
lebih banyak dibandingkan tidak selama , bulan terakhir. Catatan 4
?anya satu gejala yang diperlukan pada anak-anak.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
&6
Gangguan Cemas
Catatan 4 ?anya satu gejala yang diperlukan pada anak-anak 4
). Gelisah atau perasaan tegang atau cemas
+. Merasa mudah lelah
&. !ulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
6. -ritabilitas
;. :etegangan otot
,. Gangguan tidur (kesulitan untuk memulai atau tetap tertidur, atau
tidur yang gelisah dan tidak memuaskan
$. 'okus kecemasan dan kekha0atiran adalah tidak dibatasi pada gambaran
utama gangguan %ksis -, misalnya, kecemasan atau ketakutan adalah
bukan suatu !erangan 3anik (seperti pada Gangguan 3anik, merasa malu
di depan umum(seperti pada 'obia !osial, terkontaminasi (seperti pada
Gangguan Absesif :ompulsif, merasa jauh dari rumah atau kerabat dekat
(seperti pada Gangguan Cemas 3erpisan, pertambahan berat badan
(seperti pada %noreksia 5er"osa, menderita berbagai keluhan fisik
(seperti pada Gangguan !omatisasi, atau menderita penyakit serius
(seperti pada ?ipokondriasis, serta kecemasan dan kekha0atiran tidak
terjadi secara eksklusif selama Gangguan !tres 3ascatrauma.
<. :ecemasan, kekha0atiran, atau gejala fisik menyebabkan penderitaan
yang bermakna secara klinis atau gangguan pada fungsi sosial, pekerjaan,
atau fungsi penting lainnya.
'. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari =at
(misalnya, penyalahgunaan =at, pengobatan atau suatu kondisi medis
umum (misalnya hipertiroidisme dan tidak terjadi secara eksklusif selama
suatu Gangguan Mood, Ganguan 3sikotik, atau Gangguan 3erkembangan
3er"asif.
Dagn#'' Ban2ng Gangguan ;!,a' M!n(!.u0u1
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
&;
Gangguan Cemas
Gangguan an.ietas menyeluruh perlu dibedakan dari kecemasan akibat
kondisi medis umum maupun gangguan yang berhubungan dengan penggunaan
=at. $iperlukan pemeriksaan medis termasuk tes kimia darah, <:G dan fungsi
tiroid. Gangguan psikiatrik lain yang merupakan diagnosis banding adalah
gangguan panik, fobia, gangguan obsesfi kompulsif, hipokondriasis, gangguan
somatisasi, gangguan penyesuaian dengan kecemasan, dan gangguan kepribadian.

P!na"a.a%'anaan Gangguan C!,a' M!n(!.u0u1
a# Farmakotera)i
$en+odia+epin
Merupakan pilihan obat pertama. 3emberian ben=odia=epin dimulai
dengan dosis terendah dan ditingkatkan sampai mencapai respon terapi,
3enggunaan sediaan dengan 0aktu paruh menengah dan dosis terbagi dapat
mencegah terjadinya efek yang tidak diinginkan. Iama pengobatan rata-rata
adalah +-, minggu.
$uspiron
2uspiron lebih efektif dalam memperbaiki gejala kognitif dibanding
dengan gejala somatik. 7idak menyebabkan 0ithdra0l. :ekurangannya adalah
efek klinisnya baru terasa setelah +-& minggu. 7erdapat bukti bah0a penderita
yang sudah menggunakan ben=odia=epin tidak akan memberikan respon yang
baik dengan buspiron. $apat dilakukan penggunaan bersama antara ben=odia=epin
dengan buspiron kemudian dilakukan tapering ben=odia=epin setelah +-& minggu,
disaat efek terapi buspiron sudah mencapai maksimal.
!!(I /!elective !erotonin (euptake Inhi)itor0
!ertraline dan paro.etine merupakan pilihan yang lebih baik daripada
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
&,
Gangguan Cemas
fluoksetin. 3emberian fluoksetin dapat meningkatkan an.ietas sesaat. !!R- efektif
terutama pada pasien gangguan an.ietas menyeluruh dengan ri0ayat depresi.
b# Psikotera)i
Terapi Kogniti' *erilaku
3endekatan kognitif mengajak pasien secara langsung mengenali distorsi
kognitif dan pendekatan perilaku, mengenali gejala somatik, secara langsung.
7eknik utama yang digunakan adalah pada pendekatan beha"ioral adalah relaksasi
dan )io'eed)ack.
Terapi !uporti'
3asien diberikan reassurance dan kenyamanan, digali potensi-potensi
yang ada dan belum tampak, didukung egonya, agar lebih bisa beradaptasi
optimal dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.
*sikoterapi $erorientasi Tilikan
7erapi ini mengajak pasien untuk mencapai penyingkapan konflik ba0ah
sadar, menilik egostrength, relasi obyek, serta keutuhan diri pasien. $ari
pemahaman akan komponen-komponen tersebut, kita sebagai terapis dapat
memperkirakan sejauh mana pasien dapat diubah menjadi lebih matur; bila tidak
tercapai, minimal kita memfasilitasi agar pasien dapat beradaptasi dalam fungsi
sosial dan pekerjaannya.
P0#gn#'' Gangguan C!,a' M!n(!.u0u1
Gangguan an.ietas menyeluruh merupakan suatu keadaan kronis yang
mungkin berlangsung seumur hidup. !ebanyak +;F penderita akhirnya
mengalami gangguan panik, juga dapat mengalami gangguan depresi mayor.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
&B
Gangguan Cemas
)44 GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF
D!*n' Gangguan O$'!'* K#,-u.'*
!uatu obsesi adalah pikiran, perasaan, ide, atau sensasi yang menganggu
(intrusif. !edangkan kompulsi adalah pikiran atau perilaku yang disadari,
dibakukan, dan rekuren, seperti menghitung, memeriksa, atau menghindari.
Absesi meningkatkan kecemasan seseorang, sedangkan melakukan
kompulsi menurunkan kecemasan seseorang. 7etapi, jika seseorang memaksa
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
&C
Gangguan Cemas
untuk melakukan suatu kompulsi, kecemasan adalah meningkat.
!eseorang dengan gangguan obsesif-kompulsif biasanya menyadari
irasionalitas dari obsesi dan merasaka bah0a obsesi dan kompulsi sebagai ego-
distonik. Gangguan obsesif-kompulsif dapat merupakan gangguan yang
menyebabkan ketidakberdayaan, karena obsesi dapat menghabiskan 0aktu dan
dapat mengganggu secara bermakna pada rutinitas normal seseorang, fungsi
pekerjaan, akti"itas sosial yang biasanya, atau hubungan dengan teman dan
anggota keluarga.
E-2!,#.#g Gangguan O$'!'* K#,-u.'*
3re"alensi gangguan obsesi kompulsif sebesar +-+,6F. !ebagian besar
gangguan dialami pada saat remaja atau de0asa muda (umur )C-+6 tahun, tetapi
bisa terjadi pada masa kayak. 3erbandingan laki-laki 4 perempuan berimbang, dan
seringkali dilatar belakangi oleh ciri kepribadian anankastik yang menonjol.
E"#.#g Gangguan O$'!'* K#,-u.'*
3enyebab gangguan obsesi kompulsif bersifat multifactorial, yaitu
interaksi antara factor biologik, genetik, factor psikososial.
Faktor Biologik
Neurotransmitter
). !istem !erotonergik
7elah banyak pengujian obat yang mendukung hipotesis bah0a disregulasi
dari obat-obat serotonergik lebih efektif dari obat yang mempengaruhi
sistem neurotransmitter lain, tetapi patofisiologi jelas hubungan serotonin
dapat mempengaruhi gangguan obsesif kompulsif masih belum jelas. !tudi
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
&*
Gangguan Cemas
klinis yang telah meneliti konsentrasi metabolisme serotonin pada cairan
serebrospinal dan afinitasnya dan jumlah platelet3)inding sites dari
tritiated imipramine /Tro'ranil0, yang berhubungan dengan daerah
perlekatan reuptake serotonin, dan telah dilaporkan temuan "ariabel pada
pasien gangguan obsesi kompulsif.
+. !istem noradrenergik
3ada masa sekarang ini, sudah berkurang bukti-bukti nyata yang
menyatakan bah0a disfungsi pada sistem noradrenergik pada gangguan
obsesi kompulsif. Iaporan anekdotal menunjukkan kemajuan pada gejala
obsesi kompulsif yang menggunakan clonidine oral, obat yang
menurunkan jumlah pelepasan norephineprin dari ujung saraf presinaptik.
Neuroimunnologi
2erdasarkan sejumlah kejadian nyata, terdapat hubungan positif antara
infeksi streptokokus dan gangguan obsesi kompulsif. -nfeksi !treptokokus
hemoliticus grup-a dapat menyebabkan demam rematik, dan berkisar antara )D-
&DF dari pasien tersebut berkembang menjadi !ydenham4s chorea dan
menunjukkan gejala obsesi kompulsif.
Studi Pen$itraan Otak
Neuroimaging pada pasien dengan gangguan obsesi kompulsif telah
menghasilkan data yang menunjukkan kelainan fungsi pada jalinan saraf antara
korteks orbitofrontal, kaudatus, dan thalamus. Contoh studi pencitraan otak
lainnya yaitu positron emission tomography /*2T0 telah menunjukkan akti"itas
yang meningkat (metabolisme dan aliran darah pada lobus frontal, basal ganglia
(terutama pada kaudatus, dan cingulum pada pasien dengan gangguan obsesi
kompulsif. :eterlibatan pada area tersebut pada patologi pasien dengan gangguan
obsesi kompulsif. 7ampak lebih berhubungan dengan jalur kortikostiatal daripada
jalur amigdala yang lebih fokus pada penelitian gangguan cemas. 7atalaksana
secara farmakologi dan kebiasaan dilaporkan dapat memperbaiki abnormalitas.
$ata dari studi fungsi kerja otak sesuai dengan data dari studi gambaran otak
secara struktural. !tudi computed tomographic (C7 dan magnetic resonance
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
6D
Gangguan Cemas
imaging /&(I0 menemukan bah0a bagian kaudatus bilateral lebih kecil pada
pasien dengan gangguan obsesi kompulsif. :edua studi pencitraan otak tersebut
juga menunjukkan hasil yang mendukung obser"asi prosedur neurologis yang
melibatkan cingulum, kadang menunjukkan hasil efektif pada pengobatan
gangguan obsesi kompulsif. 3ernah dilaporkan pada studi MR-, terdapat
peningkatan 0aktu relaksasi 7) pada korteks frontal, temuan tersebut sesuai
dengan lokasi abnormalitas pada studi 3<7.
Genetik
7erdapat studi yang mendukung hipotesis bah0a terdapat pengaruh
genetik pada gangguan obsesi kompulsif. 7erdapat bukti tiga sampai lima kali
lebih besar kemungkinan mendapatkan gangguan obsesi kompulsif atau jenis
lainnya pada angka kejadian. !tudi juga menunjukkan hubungan gangguan obsesi
kompulsif pada pasien kembar lebih tinggi pada kembar mono=igot daripada
kembar di=igot. !tudi lain juga menunjukkan peningkatan angka kejadian pada
gangguan yang menyerupai obsesi kompulsif, gangguan tik, gangguan bentuk
tubuh, hipokondriasis, gangguan makan, dan gangguan kebiasaan, seperti
menggigit kuku.
Data Biologis Lainn*a
!tudi elektrofisiologi, studi elektroensepalogram saat tidur, dan studi
neuroendokrin telah memberkan data yang mengindikasi beberapa kesamaan
antara gangguan depresif dan gangguan obsesi kompulsif. -nsiden menunjukkan
peningkatan pada abnormalitas <<G nonspesifik yang terdapat pada pasien
gangguan obsesi kompulsif. !tudi sleep <<G menunjukkan abnormalitas yang
menyerupai gangguan depresif, seperti menurunnya rapid eye movement latency.
!tudi neuroendokrin juga telah menunjukkan analogi dengan gangguan depresif,
seperti nonsupresi pada tes supresi de.ametason pada satu pertiga pasien dan
turunnya sekresi hormon pertumbuhan dengan infus klonidin.
!eperti telah disebutkan, studi telah menyarankan hubungan yang
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
6)
Gangguan Cemas
memungkinkan antara kasus gangguan obsesi kompulsif sebelunya dan beberapa
tipe sindrom tik motorik. !ebagian besar studi keluarga dari probandus dengan
gangguan obsesi kompulsif ditemukan peningkatan angka kejadian kelainan
7ourette dan tik motorik yang kronis hanya disekitar kerabat yang juga
mendapatkan kelainan tik. ?asil studi juga menunjukkan kotransmisi antara
sindrom 7ourette, gangguan obsesi kompulsif, dan tik motorik kronis pada
keluarga.
Faktor Kebiasaan
2erdasarkan studi teori, obsesi adalah kondisi yang menstimulus.
?ubungan antara stimulus netral menjadi berasosiasi dengan ketakutan atau
an.ietas melalui proses dari hasil pengkondisian yang berhubungan yang
menyebabkan an.ietas. 3ada objek sebelumnya dan dikatakan bah0a stimuli yang
sesuai dapat mencetuskan an.ietas atau rasa tidak nyaman.
:ompulsi diartikan dalam arti lain. :etika seseorang menemukan bah0a
melakukan suatu tindakan dapat mengurangi an.ietas yang berhubungan dengan
pikiran yang obsesif, ia menjadikan kegiatan tersebut sebagai strategi untuk
melakukan kegiatan kompulsi atau kebiasaan untuk mengendalikan an.ietas.
!ecara bertahap, karena efek pengurangan an.ietas, strategi tersebut menjadi
menetap, menjadi suatu pola kebiasaan yang kompulsif. Mempelajari teori
menunjukkan teori yang berguna untuk menjelaskan beberapa aspek dari
gangguan obsesi kompulsif, sebagai contoh ide-ide yang mencetuskan an.ietas
tidaklah sepenuhnya menyebabkan ketakutan, dan tindakan yang dilakukan
hanyalah berupa pola atau suatu kebiasaan.
Faktor Psikososial
-aktor *ersonalitas
Gangguan obsesi kompulsif dihubungkan dengan pikiran obsesif yang
perduli pada detail, perfeksionalitas, dan personalitas lainnya. !ebagian besar
orang dengan gangguan obsesi kompulsif tidak memiliki gejala kompulsif yang
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
6+
Gangguan Cemas
menyertai sebelumnya. ?anya sekitar lima belas sampai tiga puluh lima persen
dari pasien dengan gangguan obsesi kompulsif yang terdapat gangguan obsesif
yang berkembang.
-aktor *sikodinamik
Insight psikodinamik mungkin dapat membantu pada pemahaman masalah
pada penatalaksanaan, kesulitan interpersonal, dan masalah pesonalitas yang
sesuai dengan gangguan %.is -. 7idak sedikit pasien dengan gangguan obsesi
kompulsif menolak berkooperatif dengan pengobatan secara efektif dengan
selective serotonin reuptake inhi)itor (!!R-s dan terapi kebiasaan.
2agaimanapun juga gejala dari gangguan obsesi kompulsif mungkin saja disertai
secara biologis, gangguan psikodinamis mungkin menyertai. 3asien dapat menjadi
sadar bah0a gejalanya dapat menetap.
:ontribusi lainnya untuk pengertian psikodinamis melibatkan dimensi
interpersonal. !tudi telah menunjukkan bah0a terdapat hubungan yang saling
mendukung pasien melalui partisipasi aktif dalam ritual atau modifikasi pada
rutinitas sehari-hari. %komodasi studi pada keluarga yang berhubungan dengan
stress yang terjadi pada keluarga, penolakan kebiasaan yang dilakukan pasien, dan
keadaan keluarga yang miskin. !eringkali anggota keluarga terlibat dalam usaha
untuk mengurangi kecemasan atau mengontrol ekspresi kemarahan pasien. 3ola
ini atau hubungannya disesuaikan dengan pola penatalaksanaan yang akan
dilakukan. $engan melihat pada pola hubungan interpersonal dari perspektif
psikodinamik, pasien dapat mempelajari bagaimana kelainan pasien dapat
mempengaruhi orang lain.
3enelitian menyarankan bah0a gangguan obsesi kompulsif dapat
meningkatkan angka stresor lingkungan, terutama pada mereka yang dalam proses
kehamilan, kelahiran, atau proses tumbuh kembang pada anak-anak.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
6&
Gangguan Cemas
Ga,$a0an K.n' Gangguan O$'!'* K#,-u.'*
Absesi dan kompulsi memiliki ciri tertentu secara umum4
!uatu gagasan atau impuls yang memaksa dirinya secara bertubi-tubi dan
terus menerus ke dalam kesadaran seseorang
3erasaan ketakutan yang mencemaskan yang menyertai manifestasi sentral
dan sering kali menyebabkan orang melakukan tindakan kegagalan
mela0an gagasan atau impuls a0al
Absesi dan kompulsi adalah asing bagi ego (ego-alien; yaitu ia dialami
sebagai asing bagi pengalaman seseorang tentang dirinya sendiri sebagai
makhluk psikologis.
3asien mengenali obsesi dan kompulsif merupakan sesuatu yang mustahil
dan tidak masuk akal
-ndi"idu yang tenderita obsesi kompulsif merasa adanya dorongan kuat
untuk menahannya
%da 6 pola gejala utama gangguan obsesi kompulsif yaitu 4
). :ontaminasi; pola yang paling sering terjadi yang diikuti oleh perilaku
mencuci dan menghindari obyek yang dicurigai terkontaminasi
+. !ikap ragu-ragu yang patologik; obsesi tentang ragu-ragu yang ikuti
dengan perilaku mengecekGmemeriksa. 7ema obsesi tentang situasi
berbahaya atau kekerasan (seperti lupa mematikan kompor atau tidak
mengunci rumah.
&. 3ikiran yang intrusif; pola yang jarang, pikiran yang intrusif tidak disertai
kompulsi, biasanya pikira berulang tentang seksual atau tindakan agresif.
6. !imetri; obsesi yang tema kebutuhan untuk simetri, ketepatan sehingga
bertindak lamban, misalnya makan memerlukan 0aktu berjam-jam, atau
mencukur kumis dan janggut.
P!2#,an Dagn#'"% Gangguan O$'!'* 2an K#,-u.'*
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
66
Gangguan Cemas
Menurut !nternational +lassifi$ation of Diseasaes , "!+D&-.#
#ntuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesional dan tindakan
kompulsif, atau kedua-duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya dua
minggu berturut-turut, dan merupakan sumber distres dan gangguan akti"itas.
Gejala-gejala obsesional harus memiliki ciri-ciri berikut 4
a ?arus dikenalGdisadari sebagai pikiran atau impuls dari diri indi"idu
sendiri;
b !edikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang masih tidak berhasil
dila0an, meskipun ada lainnya yang tidak lagi dila0an oleh penderita;
c 3ikiran untuk melaksanakan tindakan tersebut di atas bukan merupakan
hal yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekadar perasaan lega dari
ketegangan atau an.ietas tidak dianggap sebagai kesenangan seperti
dimaksud di atas;
d 3ikiran, bayangan, atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan
yang tidak menyenangkan.
7ermasuk 4
5eurosis anankastik
5eurosis obsesional
5eurosis obsesif-kompulsif
Menurut Diagnosti$ and Statisti$al Manual of Mental Disorders !% " DSM&!%&
T'#
:riteria $iagnosis berdasarkan $!M--@ 7R
%. !alah satu obsesi atau kompulsi 4
Absesi seperti yang didefinisikan oleh (),(+,(&, dan (6 4
). 3ikiran, impuls, atau layangan yang berulang dan menetap yang dialami,
pada suatu saat selama gangguan, dirasakan mengganggu dan tidak sesuai,
dan menyebabkan kecemasan dan penderitaan yang jelas.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
6;
Gangguan Cemas
+. 3ikiran, impuls, atau bayangan tidak hanya kekha0atiran berlebihan
tentang masalah kehidupan yang nyata.
&. Arang berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran, -mpuls, atau
bayangan tersebut untuk menetralkannya dengan pikiran atau tindakan lain
6. Arang menyadari bah0a pikiran, impuls, atau bayangan obsesional adalah
hasil dari pikirannya sendiri (tidak disebabkan dari luar seperti penyisipan
pikiran
:ompulsi seperti yang didefinisikan oleh () dan (+ 4
). 3erilaku berulang (misalnya, mencuci tangan, mengurutkan, memeriksa
atau tindakan mental (misalnya, berdoa, menghitung, mengulangi kata-
kata dalam hati yang dirasakannya mendorong untuk melakukan sebagai
respon terhadap suatu obsesi, atau menurut dengan aturan yang harus
dipatuhi secara kaku.
+. 3erilaku atau tindakan mental ditujukan untuk mencegah atau mengurangi
penderitaan atau mencegah suatu kejadian atau situasi yang menakutkan;
akan tetapi, perilaku atau tindakan mental tersebut tidak dihubungkan
dengan cara yang realistik dengan apa yang mereka maksudkan untuk
menetralkan atau mencegah, atau secara jelas berlebihan.
2. 3ada suatu 0aktu selama perjalanan gangguan, orang menyadari bah0a
obsesi atau kompulsi adalah berlebihan atau tidak beralasan. Catatan 4 hal
ini tidak berlaku untuk anak-anak.
C. Absesi atau kompulsi menyebabkan penderitaaan yang jelas,
menghabiskan 0aktu (lebih dari ) jam sehari, atau secara bermakna
mengganggu rutinitas normal, fungsi pekerjaan (atau akademik, atau
kegiatan atau hubungan sosial biasanya.
$. 1ika terdapat gangguan %ksis - lainnya, -si obsesi atau kompulsi tidak
terbatas padanya (misalnya, preokupasi dengan makanan yang terdapat
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
6,
Gangguan Cemas
pada Gangguan Makan; mencabut rambut yang terdapat pada
7rikotilomania; perhatian pada penampilan yang terdapat pada Gangguan
$ismorfik 7ubuh; preokupasi dengan =at yang terdapat pada suatu
Gangguan 3enggunaan Kat; preokupasi dengan menderita suatu penyakit
serius yang terdapat pada ?ipokondriasis; preokupasi dengan dorongan
atau fantasi seksual yang terdapat pada 3arafilia; atau perenungan bersalah
yang terdapat pada Gangguan $epresi Mayor.
<. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari =at (misal,
penyalahgunaan =at, pengobatan atau suatu kondisi medis umum
!ebutkan 1ika 4
$engan tilikan buruk 4 jika, selama sebagian besar 0aktu episode terakhir, orang
tidak menyadari bah0a obsesi dan kompulsi adalah berlebihan atau tidak
beralasan.
Dagn#'a Ban2ng Gangguan O$'!'* K#,-u.'*
Kondisi Medis
Gangguan neurologis utama yang dipertimbangkan di dalam diagnosis
banding adalah gangguan 7ourette, gangguan tik lainnya, epilepsi lobus
temporalis.
Kondisi Psikiatrik
3ertimbangan utama di dalam diagnosis bading gangguan obsesif-kompulsif
adalah ski=ofrenia, gangguan kepribadian obsesif-kompulsif, fobia, dan gagguan
depresif
P!na"a.a%'aan Gangguan O$'!'* K#,-u.'*
Mengingat faktor utama penyebab gangguan obsesif kompulsif adalah
faktor biologik, maka pengobatan yang disarankan adalah pemberian
farmakoterapi dan terapi perilaku.
Abat-obatan yang umum digunakan pada gangguan obsesif-kompulsif
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
6B
Gangguan Cemas
berupa !!R- sebagai terapi lini pertama contohnya fluo.etine, flu"o.amine,
paro.etine, sertraline, dan citalopram; antidepresan trisiklik seperti clomipramine
yang terbukti paling efektif dibandingkan dengan obat-obatan trisiklik lainnya.
Abat-obatan tersebut memiliki efek samping, !!R- memiliki efek samping berupa
rasa mual, gangguan tidur, nyeri kepala, dan rasa gelisah yang sifatnya transient
sehingga tidak terlalu mengganggu. #ntuk pengobatan dengan clomipramine
perlu diperhatikan pemberian dosis a0al, karena memiliki efek samping gangguan
sistem gastrointestinal, hipotensi ortostatik, dan efek antikolinergi serta sedasi
berat. 2ila terapi dengan !!R- dan clomipramine tidak efektif, dapat diberikan
beberapa obat lain seperti "alproat, litihium, atau carbama=epine. @enlafa.ine,
pindolol, dan obat-obatan M%A- (phenel=ine juga dapat digunakan sebagai
tambahan.
7erapi perilaku pada seseorang dengan gangguan obsesif-kompulsif dapat
berupa e1posure and response prevention dimana pasien dipanjankan dengan
stimulusnya namun diingatkan dan dia0asi untuk menahan perasaan
kompulsifnya. $esensitisasi, thought stopping, dan thought 'looding, merupakan
terapi yang dapat digunakan pada pasien dengan gangguan obsesif kompulsif.
#ntuk keberhasilan dari terapi perilaku, sebaiknya terapi ini digabungkan dengan
obat-obatan, psikoterapi, dan yang terutama memerlukan tingkat komitmen pasien
yang tinggi. $alam proses terapi, diperlukan dukungan dari keluarga yang cukup
sehingga pasien dapat mempertahankan tingkat komitmennya terhadap terapi
yang dijalaninya. $alam kondisi tertentu, terapi kelompok juga dapat membantu
seorang pasien dalam terapinya.
3ada kasus-kasus yang ekstrim, dapat dipertimbangkan terapi elektro-
kon"ulsi dan bedah psikis. Eang umumnya digunakan terkait dengan kasus
gangguan obsesif-kompulsif adalah cingulotomy yang sukses pada +;-&D F
pasien. !elain itu juga terdapat capsulotomy.7eknik bedah nonablasi dimana
menanamkan elektrode-elektrode pada nukleus-nukleus ganglia basal. 7erapi-
terapi ini dilakukan dengan bantuan MR-. :omplikasi dari terapi bedah tersebut
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
6C
Gangguan Cemas
umumnya adalah kejang, yang dapat diterapi dengan fenitoin.
P!09a.anan P!n(a%"=P0#gn#'' Gangguan O$'!'* K#,-u.'*
Iebih dari ;DF pasien dengan gangguan obsesif kompulsif gejala a0alnya
muncul mendadak. 3ermulaan gangguan terjadi setelah adanya peristi0a yang
menimbulkan stres, seperti kehamilan, masalah seksual, kematian keluarga.
!eringkali pasien merahasiakan gejala sehingga terlambat datang berobat.
3erjalanan penyakit ber"ariasi, sering berlangsung panjang, beberapa pasien
mengalami perjalanan penyakit yang berfluktuasi sementara sebagian lain
menetap dan terus-menerus ada.
:ira-kira +D-&D F pasien mengalami perbaikan gejala yang bermakna,
sementara 6D-;DF perbaikan sedang, sedangkan sisanya +D-6DF gejalanya
menetap atau memburuk. !epertiga gangguan obsesif kompulsif disertai gangguan
depresi, dan semua pasien dengan gangguan obsesif kompulsif memiliki risiko
bunuh diri.
-ndikasi prognosis buruk adalah4 kompulsi yang diikuti, a0itan masa
kanak, kompulsi yang )i+arre, memerlukan pera0atan rumah sakit, ada
komorbiditas dengan gangguan depresi, adanya kepercayaan yang mengarah ke
0aham dan adanya gangguan kepribadian(terutama kepribadian ski=otipal.
-ndikasi adanya prognosis yang baik adalah adanya penyesuaian sosial dan
pekerjaan yang baik, adanya peristi0a yang menjadi pencetus, gejaja yang
episodik.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Tarumanagara
6*

Anda mungkin juga menyukai