Anda di halaman 1dari 3

Perayaan Valentine Day

Oleh : Dr. Kendra Hartaya

Manusia sebagai makhluk social akan cenderung dan membutuhkan


untuk saling kenal mengenal satu sama lain, menumbuhkan hubungan
social, dan membentuk sebuah kemasyarakatan. Hal itu terjadi karena
dalam bermasyarakat itu akan diperoleh keamanan, kenyamanan hidup,
dan juga bisa ditutupinya beberapa kelemahan yang ada pada setiap diri
manusia. Selain itu, dengan saling mengenal, manusia akan bisa
mengetahui sejauh mana tingkat keamanan dan kenyamanan dari
lingkungan tempat tinggalnya. Dengan mengenal lingkungan itu pula,
nalar manusia bisa memprediksi tentang kemungkinan-kemungkinan
bahaya yang akan muncul. Dengan demikian, manusia akan selalu berada
dalam posisi yang aman. Begitulah Abraham maslow menempatkan
kebutuhan rasa aman sebagai bagian dari teorinya. Atas dasar itu, bisa
dipahami mengapa manusia cenderung berkumpul, membentuk
perkampungan bahkan sampai bernegara. Juga tidak heran jika muncul
organisasi kemasyarakatan dari orang-orang di perantauan.
Manusia adalah makhluk yang uniq, khas, dalam arti setiap manusia
pasti memiliki sifat-sifat yang tidak akan sama dengan yang lainnya dari
jaman dulu sampai jaman yang akan datang. Dengan kata lain tidak akan
ada dua manusia yang sama, manusia pasti berbeda. Pemahaman ini bisa
dirunut ke belakang dalam sebuah teori atom bahwa tidak ada bahan yang
mana atom-atomnya memiliki arah perputaran spin yang sama. Sudah
menjadi kenyataan bahwa manusia cenderung akan mempengaruhi, dan
bisa dipengaruhi. Dua hal ini yang akan menumbuhkan interaksi satu sama
lain. Adanya interaksi ini yang akan melahirkan sikap masyarakat, budaya
masyarakat, kebiasaan masyarakat, kesukaan masyakat, dll. Masing-
masing masyarakat akan memiliki sikap, budaya, kebiasaan, kesukaan
yang berlainan pula. Diantara masyarakat juga akan terjadi interaksi,
sehingga budaya-budaya sebuah masyarakat akan bisa menyebar dan
mewarnai masyarakat lainnya, masyarakat yang baru. Oleh karena itu bisa
terjadi perubahan budaya, pergantian budaya, atau adopsi budaya
masyarakat.
Pada tanggal 14 Februari kemarin baru saja sebagian masyarakat
kita indonesia merayakan valentine day, hari berkasih sayang. Kebiasaan
itu, perayaan itu, budaya tersebut adalah bukan budaya kita bangsa
indonesia, bukan budaya dari agama-agama yang ada di indonesia. Jadi
sebenarnya kita mengadopsi budaya masyarakat lain (barat). Penulis
memiliki sikap yang positif terhadap budaya tersebut. Dari maknanya saja,
kasih sayang, sifat yang harus dimiliki oleh setiap orang sebagai anggota
masyarakat, sebagai warga negara, agar bisa terwujud kehidupan yang
damai, madani, harmonis, dalam rangka mewujudkan masyarakat yang
maju.
Oleh karena bangsa indonesia mayoritas adalah beragama islam,
maka tidak ada salahnya berbicara mengenai bangsa Indonesia dari
kacamata islam. Kitab suci berbicara mengenai sifat-sifat manusia, baik-
buruknya. Misi suci dari kitab suci adalah memperbaiki budi pekerti
manusia, mendorong perubahan sifat buruk manusia ke arah sifat yang
lebih baik. Jadi seluruh sifat baik manusia dibicarakan dalam kitab suci.
Suratul fatikhah adalah induk dari kitab suci, dan hanya terkandung satu
sifat, yaitu sifat kasih sayang (ar-rahman ar-rahim). Oleh karena itu bisa
disimpulkan bahwa sifat kasih sayang adalah induk dari semua sifat baik
manusia. Dengan kata lain, dengan adanya sifat kasih sayang akan
menjamin adanya sifat-sifat baik pada diri manusia.
Dalam Hadits Bukhari-Muslim dikatakan, ”Perumpamaan orang-
orang mukmin dalam hal berkasih sayang dan saling cinta-mencintai
adalah seperti sebatang tubuh. Apabila salah satu anggotanya mengadu
kesakitan, maka seluruh anggota tubuh yang lain turut merasa sakit”.
Dari sini kasih sayang diartikan dalam bentuk empati, yaitu merasa saling
pengertian, saling memahami, saling merasakan, saling bantu membantu
dalam kesulitan, memperlakukan orang lain sebagaimana dirinya sendiri,
memperlakukan orang lain sebagai saudaranya. Wujud dari semua itu
adalah tidak boleh menghujat, menghardik, memukul, apalagi membunuh,
dan semestinya kita harus tenggang rasa, toleransi, musyawarah, bahu-
membahu dalam mewujudkan tujuan bersama, adil, tidak membenci, dll.
Bentuk pelaksanaan dari perayaan valentine day mestinya pada hari
itu tidak adanya pemerasan, perkosaan, pembunuhan, perampokan,
pencurian, pelanggaran norma sosial, pengkianatan, penyelewengan,
gangguan terhadap orang lain, gangguan ketertiban umum, kekerasan,
anarkisme, kebrutalan, main hakim sendiri, main pukul, keberingasan,
kebencian, merusak, intervensi terhadap yang lemah, arogansi kekuatan,
aji mumpung, perbuatan semena-mena, dll. Tindakan nyata dari valentine
day mestinya adalah sikap yang tulus, adil, ikhlas, rendah hati, dermawan,
berpihak kepada orang lain, mengayomi bagi yang lemah, menghargai
perempuan, membagi-bagi hadiah bagi orang lain, menjalin persaudaraan /
silaturahmi, mendidik anak dan generasi penerus, menempatkan urusan
manusia di atas semua urusan, peduli masalah perbaikan lingkungan, turut
serta membantu keberhasilan orang lain, menghindari dan mencegah
terjadinya konflik sosial, mewujudkan kenyamanan bagi orang lain, dll.
Makna valentine day di-salaharti-kan, diselewengkan, di-
salahpahami, bahkan digunakan sebagai kedok untuk melakukan tindakan
yang memuaskan hawa nafsu semata. Valentine day diartikan secara
sempit, yang mana dengan makna sempit itu kita merasa ada kesempatan
untuk melakukan tindakan asusila yang justru keluar dari makna kasih
sayang. Dengan tindakan tersebut justru merugikan orang lain secara
hakiki. Valentine day hanya diartikan sempit sebagai pembenaran alasan
laki-laki untuk melakukan kontak dengan wanita yang secara leluasa.
Valentine day disempitkan maknanya untuk melegalkan kontak laki-laki
dengan wanita tidak hanya sekedar kontak lisan tetapi kontak body.
Valentine day disalah artikan seakan-akan membolehkan setiap laki-laki
berhubungan dengan setiap wanita. Valentine day disalah-pahami seolah-
olah kita harus maklum dan mentolerir jika muncul resiko dari hubungan
antara lelaki dan perempuan yang bukan muhrimnya. Valentine day
dipahami secara keliru seakan-akan pada hari itu kita tidak boleh melarang
jika putri kita bepergian berdua dengan lelaki ke suatu tempat. Valentine
day dimaknai secara keliru seakan-akan hal itu sudah biasa. Mestinya tidak
begitu. Sudah menjadi kodratnya kalau wanita itu perlu pendamping untuk
merealisasikan sifat kasih sayangnya. Pada masa kecil obyek itu
diwujudkan sebagai boneka mainan. Bahkan Tuhanpun menciptakan
makhluk itu dalam rangka kasih sayang-Nya. Sudah menjadi sifat lelaki,
habis manis sepah dibuang. Demikianlah vanetine day, hari kasih sayang,
yang maknanya untuk kita renungkan, kemudian membias kedalam
tindakan untuk mewujudkan masyarakat yang maju. Amien.

Wassalam wr wb.

Anda mungkin juga menyukai