SH edisi 2 mengangkat tema penahbisan & peneguhan pendeta GKI dan menggunakan
momen penahbisan Rinto Tampubolon S.Si.Teol menuju penahbisannya menjadi pendeta
GKI dengan basis jemaat Seroja. Sekali lagi; pendeta GKI dengan basis jemaat Seroja. Dari
peristiwa khusus / lokal ini, SH berharap banyak pesan yang dapat dipelajari dan bermanfaat
untuk seluruh warga GKI dan gereja lain secara umum.
Mengantisipasi sudut pandang yang mungkin saja kurang lengkap, SH menawarkan juga
kepada Panitia Penahbisan dan MJ untuk menambahkan artikel / tulisan dari mereka, namun
tidak ada.
Semua tulisan dalam edisi 2 tersebut merupakan hasil dari wawancara serta menyarikan
beragam makalah/ buku terkait yang sesuai dengan ajaran PGI dan GKI. Sebanyak mungkin
narasumber diminta kesediaannya. Mereka sedapat mungkin mewakili beragam usia dan
lapisan, aktivis dan mantan aktivis, panitia, MJ, anggota Jemaat, dan tentu saja narasumber
ahli (Pendeta senior yang memiliki jabatan tugas khusus yang terkait). Yang bersedia
diwawancara a.l.:
Keragaman hasil wawancara dengan narasumber merupakan dinamika yang dapat dipelajari
dan diambil hikmahnya demi kemajuan hidup bergereja. Kami mencermati seksama dan
menggumuli dalam doa dan diskusi setiap bahan yang terkumpul. Pendapat yang
disampaikan oleh narasumber kami masukkan dengan mempertimbangkan kaidah
penyuntingan sebagai berikut :
Singkat cerita, kami melakukan konsolidasi beberapa kali di internal majalah, lalu merombak
artikel, menurunkan standar awal, dan beberapa kali pertemuan formal dan informal dengan
Dewan Redaksi MJ. Hasil akhirnya, kami tetap harus menganulir 2 artikel utama plus
perubahan di 2 artikel utama lainnya. Kami minta tolong kepada beberapa penatua untuk
meyakinkan forum MJ lebih lanjut mengenai maksud dan sasaran tema kali ini. Mereka
paham akan maksud majalah SH dan setuju untuk membantu, namun kabar yang sama tetap
kami terima beberapa hari kemudian.
Akhirnya kami dengan tegas bersikap melalui surat formal kepada MJ, bahwa kami tidak bisa
menerima jika harus dianulir. Kami minta diundang kembali dan berdiskusi secara sehat dan
obyektif dalam forum. Dua minggu lamanya surat kami tidak dijawab. Sambil Waktu terus
berjalan, dan kewajiban kami untuk menghadirkan majalah ke jemaat sudah terlambat 1
bulan lebih. Kami memutuskan untuk me-layout semua bahan yang ada selama seminggu
sambil menunggu jika ada kabar dari Dewan Redaksi MJ.
Sampai minggu ke-3 Oktober, tidak ada respon atau bahkan sinyal yang kami tunggu, dan
kami memutuskan naik cetak dengan revisi artikel terakhir yang pernah kami ajukan. Sekali
lagi kami konsolidasi internal di redaksi, apakah benar-benar semua artikel dapat
dipertanggungjawabkan. Minggu ke empat Oktober, majalah kami distribusikan dan akhirnya
kami menerima surat pembubaran pada 15 November 2009.
Untuk mencari tahu apa penyebab ketidaksetujuan MJ dan keluarnya surat pembubaran ini,
langkah pertama yang dapat dimulai adalah dengan membaca isi majalah SH edisi 2.
Kalau boleh berbagi (mudah-2an tidak ada yg terlewatkan, dan bisa menguatkan) fokus kami
minggu lalu adalah sosialisasi s/d klarifikasi kepada kepada keluarga, rekan-2 sepelayanan di
gereja mengenai keputusan 'pemberhentian" ini. Memetakan permasalahan, menuliskan
kronologis, mempelajari beberapa solusi. Tetap mengusahakan forum bincang2 kepada
beberapa "tokoh" dan berwacana internal mantan pengurus untuk menguatkan motivasi
pelayanan kami di gereja. Untuk tidak membenci kepada para pembuat keputusan. Untuk
berbagi pandangan tentang masa depan gereja kami yang tercinta. Yg tak kalah penting
belajar TAGER.
Langkah selanjutnya adalah merangkum reaksi jemaat (khususnya pemberitaan masalah ini
didalam warta jemaat tgl 22/11/9). Menggalang dukungan dari jemaat untuk mengirimkan
surat keberatan dan peninjauan ulang terhadap keputusan Majelis Jemaat tgl 15/11/9 yg lalu.
Langkah ini sesuai/ dinyatakan didalam TAGER GKI. Mengenai langkah2 (inisiatif) pribadi
juga dipersilahkan asal tidak bertentangan dengan Alkitab dan TAGER GKI (termasuk inisiatif
kami menuliskan hal ini di FB).
Mudah-2an surat keberatan dari jemaat dibaca di persidangan Majelis Jemaat dan di tindak
lanjuti kepada Persidangan Majelis Jemaat Diperluas (PMJD). Forum ini adalah resmi/ diatur
juga di Tager, semua jemaat bisa hadir dan bersuara. Jemaat yang pro dan kontra
dipersilahkan hadir dan terlibat. Bila ternyata para hati para MJ tidak terketuk atau malah
arogan, kami sudah siap untuk banding sampai tingkat Klasis dan banding sampai tingkat
Sinode.
Mohon dicermati, perjuangan kami bukanlah sekedar dianulirnya keputusan MJ yg lalu itu,
lalu bisa menerbitkan majalah lagi. Lebih dari itu. Kami bercita2 reformasi tetap terjadi di
gereja kami yg tercinta. Misalnya Transparansi, jemaat yang kritis jangan dianggap negatif
tapi dirangkul, Kepemimpinan gereja yang kolektif bukannya hierarkis. Melaksanakan Tager
yg murni dan konsekuen. Presbiterial Sinodal bukannya sebaliknya Sinodal Presbiterial. Dan
terpenting pastinya menyadari kehendak Tuhan dan melaksanakannya didalam kehidupan
sehari2 jemaat khususnya pelayananan di gereja. Mengenai adanya majalah itu nomor dua.
Majalah hanyalah salah satu cara/ alat unuk mencapai tujuan2 itu.
Sebenarnya saya malu untuk menyebarkan pergumulan ini. Seperti memperlihatkan "koreng"
sendiri kepada orang lain. Tapi kami rasa ini perlu. Terserah apa reaksi/ penilaian orang lain.
Memang tidak ada gereja yang sempurna, apalagi kami para pengurus majalah ini.
Seandainya pun kami salah dalam perkara ini, kami siap untuk dibimbing, digembalakan
(sesuai aturan Tager). Satu Domba yang tersesat sangat penting untuk segera dicari sampai
dapat. Setelah ditemukan, Sang Gembala tidak memukulnya tetapi menggendongnya pulang
ke 99 domba yang aman di kandang. Mohon doa dan dukungannya. GBU