Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

GOLONGAN DARAH













DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 7
Anis Rachmawati (3415080201)
Fina Lidyana (3415081961)
Kusfebriani (3415081962)
Rani Rahmahdini (3415083253)
R.A Nurhikmah Annisa (3415085035)

PENDIDIKAN BIOLOGI REGULER 2008

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2011


PERCOBAAN 7
GOLONGAN DARAH

A. TUJUAN
Mengetahui cara menentukan golongan darah
Mengetahui perbedaan reaksi antara berbagai golongan darah
Menentukan golongan darah
Mengetahui ketentuan transfusi darah

B. TEORI SINGKAT
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya
perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah
merah. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan
ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis
antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi
darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi
imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian
(Ryouka, 2011).
Ada dua jenis penggolongan darah yang paling penting, yaitu penggolongan
ABO dan Rhesus (faktor Rh). Selain sistem ABO dan Rh, masih ada lagi macam
penggolongan darah lain yang ditentukan berdasarkan antigen yang terkandung
dalam sel darah merah. Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen
selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai.
Salah satunya Diego positif yang ditemukan hanya pada orang Asia Selatan dan
pribumi Amerika. Dari sistem MNS didapat golongan darah M, N dan MN yang
berguna untuk tes kesuburan. Duffy negatif yang ditemukan di populasi Afrika.
Sistem Lutherans mendeskripsikan satu set 21 antigen. Dan sistem lainnya meliputi
Colton, Kell, Kidd, Lewis, Landsteiner-Wiener, P, Yt atau Cartwright, XG, Scianna,
Dombrock, Chido/ Rodgers, Kx, Gerbich, Cromer, Knops, Indian, Ok, Raph dan JMH
(Tanpa Nama, 2007).
Karl Landsteiner, seorang ilmuwan asal Austria yang menemukan 3 dari 4
golongan darah dalam sistem ABO pada tahun 1900 dengan cara memeriksa
golongan darah beberapa teman sekerjanya. Percobaan sederhana ini pun
dilakukan dengan mereaksikan sel darah merah dengan serum dari para donor.
Hasilnya adalah dua macam reaksi (menjadi dasar antigen A dan B, dikenal dengan
golongan darah A dan B) dan satu macam tanpa reaksi (tidak memiliki antigen,
dikenal dengan golongan darah O). Kesimpulannya ada dua macam antigen A dan
B di sel darah merah yang disebut golongan A dan B, atau sama sekali tidak ada
reaksi yang disebut golongan O.
Kemudian Alfred Von Decastello dan Adriano Sturli yang masih kolega dari
Landsteiner menemukan golongan darah AB pada tahun 1901. Pada golongan
darah AB, kedua antigen A dan B ditemukan secara bersamaan pada sel darah
merah sedangkan pada serum tidak ditemukan antibodi.
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi
yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:
Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di
permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B
dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif
hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau
O-negatif.
Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah
merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum
darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat
menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif
Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A
dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B.
Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari
orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal.
Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan
darah kecuali pada sesama AB-positif.
Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan
golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan
golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan
golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif.

Golongan Sel Darah Merah Plasma
A Antigen A
Antibodi
A
B Antigen B
Antibodi
B
AB Antigen A & B
Tidak ada
antibodi
O
Tidak ada
antigen
Antibodi
Anti A &
Anti B

Untuk menentukan golongan darah diperlukan suatu serum penguji yang
disebut tes serum yang terdiri dari tes serum A dan tes serum B. Darah yang akan
kita periksa dimasukkan kedalam suatu tabung yang berisi 2cc gram fisiologis lalu
dikocok. Darah tersebut ditaruh di atas object glass kemudian diteteskan tes serum
A dan tes serum B.
Jika darah di A menggumpal, sedangkan di B tidak maka termasuk golongan
darah A
Jika darah di A tidak menggumpal sedangkan di B menggumpal maka
termasuk golongan darah B
Jika darah di A dan B menggumpal maka termasuk golongan darah AB
Jika darah di A dan B tidak menggumpal maka termasuk golongan darah O


Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis
darah dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah
berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar
disebabkan trauma, operasi, syok dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel
darah merah.
Dalam transfusi darah, kecocokan antara darah donor (penyumbang) dan
resipien (penerima) adalah sangat penting. Darah donor dan resipien harus sesuai
golongannya berdasarkan sistem ABO dan Rhesus faktor.
Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi
transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan
kematian. Hemolisis adalah penguraian sel darah merah dimana hemoglobin akan
terpisah dari eritrosit.
Pemilik rhesus negatif tidak boleh ditransfusi dengan darah rhesus positif.
Jika dua jenis golongan darah ini saling bertemu, dipastikan akan terjadi perang.
Sistem pertahanan tubuh resipien (penerima donor) akan menganggap rhesus dari
donor itu sebagai benda asing yang perlu dilawan. Di dunia, pemilik darah rhesus
negatif termasuk minoritas.
Tabel kecocokan golongan darah
Golongan Darah Resipien Donor Harus
AB+ Golongan darah mana pun
AB- O- A- B- AB-
A+ O- O+ A- A+
A- O- A+
B+ O- O+ B- B+
O+ O- O+
O- O-
Tabel Kecocokan Plasma
Golongan
Darah
Antigen pada
Eritrosit
Antibodi dalam
Plasma
Aman ditransfusi
Reciepent Donor
A A B A,AB A,O
B B A B, AB B, O
AB A+B - AB A, B, AB, O
O - A+B A, B, AB, O O
C. ALAT DAN BAHAN
Blood lancet
Object glass
Lidi/tusuk gigi
Kapas
Darah kapiler
Serum anti A dan anti B, anti AB dan anti D
Alcohol 70%

D. CARA KERJA
Membagi object glass menjadi dua bagian dengan mamberi garis pembatas
pada bagian tengahnya. Berilah tanda A pada sudut kiri atas object glass
sebelah kiri dan tanda B pada sudut kanan atas object glass sebelah kanan.
Menenteskan 2 tetes darah segar pada masing-masing bagian kiri dan kanan
object glass.
Memberikan 1 tetes serum anti A pada darah yang terletak dibagian A dan 1
tetes serum anti B yang terletak di bagian B object glass.
Mencampurkan darah dan antiserum dengan sebatang lidi atau tusuk gigi.
Biarkan selama beberapa menit.
Memperhatikan gumpalan yang terjadi dan mencatat hasil pengamatan.

E. HASIL PENGAMATAN

Keterangan :
X = tidak
mengumpal
V = menggumpal






No Nama OP Reaksi Aglutinasi Golongan
Darah Anti A Anti B
1 Regina X X O
2 Ratih X X O
3 Mawadah X B
4 Nurul Fatiah X X O
5 Trisia X A
6 Rani Dwi X X O
7 Fina X A
8 Yunita X X O
F. PEMBAHASAN
Kegiatan pengujian golongan darah ini dilakukan untuk mengetahui cara
menentukan golongan darah melalui perbedaan reaksi antara berbagai golongan
darah kemudian menentukan golongan darah sistem ABO. Membran sel darah
manusia mengandung bermacam-macam protein, oligosakarida dan senyawa lainya
salah satunya antigen. Golongan darah sistem ABO yang akan diuji kali ini, didasari
pada keberadaan antigen, yaitu antigen A dan antigen B di membran sel darah
merah. Golongan darah A mempunyai antigen A, golongan darah B mempunyai
antigen B, golongan darah AB mempunyai antigen A dan B, sedangkan golongan
darah O tidak mempunyai kedua antigen tersebut.
Darah yang diambil berasal dari kapiler pada bagian ujung jari tangan.
Sebelum darah diambil dengan menggunakan blood lancet, ujung jari tangan
dibersihkan dengan alcohol 70% agar terhindar dari kuman-kuman yang dapat
menyebabkan infeksi. Selanjutnya, darah yang keluar diteteskan pada kedua sisi
kaca objek, sesegera mungkin sebelum darah membeku. Masing-masing tetesan
darah diberi serum anti A dan anti B.
Penggolongan darah pada praktikum ini dilakukan dengan melihat apakah
terjadi penggumpalan setelah mencampurkan darah dengan masing-masing
antiserum A dan B. Reaksi penggumpalan dapat terjadi akibat antigen darah OP
terhadap serum anti-A dan anti-B yang berasal dari masing-masing darah B dan A.
Serum anti-A yang diteteskan menandakan bahwa darah yang diuji tersebut
diberikan antigen A dari golongan darah B. Sedangkan serum anti-B yang diteteskan
merupakan antigen B dari golongan darah A. Jika pengumpalan darah ketika ditetesi
serum anti-A, maka darah tersebut memiliki anti-B pada darahnya. Sedangkan jika
penggumpalan terjadi akibat ditetesi serum anti-B, maka darah tersebut memiliki
anti-B pada darahnya.
Pada OP Mawadah, terjadi reaksi penggumpalan setelah diberikan serum
anti-B. Hal ini karena darah Mawadah tidak memiliki anti-B, namun memiliki anti-A
karena ketika diteteskan serum anti-A, darahnya tidak menggumpal. Maka golongan
darah Mawadah adalah B karena golongan darah B memiliki anti-A dan aglutinogen
B pada darahnya. Pada OP Trisia dan Fina, terjadi penggumpalan setelah
diteteskan serum anti-A. Hal ini berarti serum anti-A tidak dimiliki oleh darah mereka.
Karena itu tidak cocok dan menggumpal akibat anti-B yang ada pada darah mereka.
Maka darah mereka bergolongan A yang berarti memiliki aglutinogen A. Sedangkan
pada tujuh orang OP, tidak terjadi penggumpalan darah karena darah mereka
memiliki anti-A dan anti-B. Maka OP tersebut bergolongan darah O. Golongan darah
O dapat disebut sebagai donor universal karena golongan O tidak memiliki
aglutinogen untuk diaglutinasi sehingga dapat diberikan pada resipien
manapun,asalkan volume transfusinya sedikit.

G. KESIMPULAN
a. Jika serum anti-A menyebabkan aglutinasi pada tetes darah,maka individu
tersebut memiliki aglutinogen tipe A ( golongan darah A )
b. Jika serum anti-B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut memiliki aglutinogen
tipe B ( golongan darah B )
c. Jika kedua serum anti-A dan anti-B menyebabkan aglutinasi induvidu tersebut
memiliki aglutinogen tipe A dan tipe B ( golongan darah AB )
d. Jika kedua serum anti-A dan anti-B tidak mengakibatkan aglutinasi,maka individu
tersebut tidak memiliki aglutinogen ( golongan darah O )

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Manfaat Mengetahui Golongan Darah. (http:// www.medicastore.com
diunduh tanggal 14 Mei 2011)
Ryouka. 2011. Karakteristik Golongan Darah. (http:// www.google.com diunduh
tanggal 14 Mei 2011)
Sari. 2011. Penentuan Golongan Darah. (http:// www.google.com diunduh tanggal
14 Mei 2011)

Anda mungkin juga menyukai