Anda di halaman 1dari 12

PEMBUATAN BIOBRIKET DARI TEMPURUNG KELAPA

1. Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat membuat briket dari tempurung kelapa.
Mahasiswa dapat menganalisa produk briket yang dihasilkan.

2. Alat dan Bahan
Alat Yang Digunakan
Tabung pengarangan / kaleng
Kompor
Cruser
Sieving
Bahan Yang Digunakan
Tempurung kelapa
Kanji dan perekat lainnya

3. Dasar Teori
semakin tingginya tingkat pertumbuhan penduduk, mengakibatkan konsumsi
energi juga semakin meningkat. Indonesia sebagai Negara agraris besar sampai saat
ini masih mengandalkan pasokan energi nasionalnya dari sektor energi fosil seperti
minyak bumi semakin menipis berbanding terbalik dengan pertumbuhan jumlah
penduduk. Tentu hal ini akan sangat mengkhawatirkan ketahanan energi bangsa
Indonesia di masa mendatang.
Sudah saatnya bagi bangsa Indonesia untuk segera memperdayakan
penganekaragaman energi, terutama dari sektor energi non fosil terbaharukan.
Indonesia memiliki potensi yang besar akan energi nen fosil terbaharukan, seperti
panas bumi, tenaga air, angin, matahari, dan biomassa.
Diantara energi non fosil, sebagai Negara agraris yang besar Indonesia
meniympan potensi luar biasa dari sektor energi biomassa. Lebih di tekankan di sini
bahwa energi biomassa adalah energi yang dihasilkan dari limbah sisa atau hasil
samping yang selama ini kurang digunakan baik dari pertanian seperti jerami dan
sekam padi, perkebunan seperti sisa sisa tanda kosong kelapa sawit, kehutanan
seperti kayu atau serbuk sisa penggergajian ataupun peternakan seperti kotoran sapi
atau kerbau. Sesungguhnya penggunaan biomassa sebagai sumber energi telah
berlangsung jauh sebelum di temukannya energi fosil, seperti penggunaan kayu
sebagai bahan bakar untuk berbagai keperluan. Tetapi karena tergeser oleh
penggunaan bahan bakar minyak, akhirnya biomassa menjadi tersingkirkan.
Salah satu teknologi untuk mengkonversi biomassa menjadi energi adalah
dengan menggunakan teknologi pembriketan yang termasuk kategori densifikasi.
Tujuan dari pembriketan adalah untuk menaikkan densitas energi biomassa,
memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan, lebih padat, kompak, praktis, dan
tidak volumnis.
Dalam pembuatan briket bahan perekat diperlukan karena dengan adanya
bahan perekat, semikokas dapat di bentuk menjadi briket. Berdasarkan fungsi dari
perekat dan kualitasnya, pemilihan perekat berdasarkan sifat dan jenisnya adalah
sangat penting, antara lain :
Berdasarkan sifat bahan baku perekat briket :
a) Memiliki gaya kohesi yang baik jika di campurkan dengan semikokas.
b) Perekat harus mudah terbakar dan tidak berasap.
c) Perekat harus mudah di dapat dalam jumlah banyak dan murah harganya.
d) Perekat tidak boleh beracun dan berbahaya.
Berdasarkan jenis perekatnya dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a) Zat organic, misalnya : tapioca, gliserin, dan paraffin.
b) Zat anorganik, misalnya : Clay, Natrium Silikat, dan Caustic Soda.
c) Perekat campuran, misalnya : clay, dan waste wood palm, tapioca, dan Caustic
Soda.
Berikut ini adalah beberapa jenis perekat yang biasa digunakan dalam pembuatan
briket non karbonisasi :
A. Tapioka
Tapioka adalah tepung yang berasal dari bahan ubi kayu dan merupakan salah
atu bahan untuk keperluan industri perekat. Ubi kayu dalam keadaan normal tidak
bisa bertahan lama, maka dari itu untuk pemasaran dalam waktu lama diperlukan
pengolahan terlebih dahulu menjadi bentuk yang lebih awaet yaitu bentuk tapioka.
B. Clay
Clay atau yanah liat merupakan silikat hidro alumunium yang kompleks
(Al
2
O
3
.nkH
2
O) , dimana n dan k merupakan numeric molekul yang terikat dan
bervariasi untuk massa yang sama. Jenis jenis tanah liat yang digunakan untuk
pembuatan briket terdiri dari lempung yang berwarna kemerah merahan, kekuning
kuningan dan keabu abuan.
C. Kanji (amylum)
Secara kimiawi kanji memiliki kandungan karbohidrat lebih tinggi dari pada
jagung dan beras, tetapi kandungan protein dan lemaknya rendah. Komponen terbesar
dalam tapioka adalah pati. Kanji juga mengandung amilosa dan 72% amilopketin,
apabila dicampur dengan air akan membentuk sebagai perekat (Hasanto dalam
Khoirul, 2010: 10).

Tempurung Kelapa
Tempurung kelapa memiliki kadar air mencapai 8% jika dihitung bedasarkan
berat kering atau setara dengan 12% berat per butir kelapa. Untuk memaksimalkan
nilai ekonominya, maka pengolahan tempurung kelapa ini harus didasarkan pada
proses pengolahan yang memaksimalkan sifat sifat khasnya. Produk produk hasil
olahan tempurung kelapa ini adalah bio oil, liquid smoke (asap cair), karbon aktif,
tepung tempurung, dll.
Tempurung kelapa memiliki nilai ekonomis yang tinggi, dapat dijadikan
sebagai basis usaha. Pemanfaatan tempurung kelapa secara garis besar dapat
dikategorikan berdasarkan kandungan zat dan sifat kimianya, kandungan energinya
dan sifat sifat fisiknya.
Proses penguraian tempurung kelapa dibagi menjadi dua, yaitu pirolisa dan bio
oil. Dari proses pirolisa akan menghasilkan gas, tar, dan char. Char merupakan
produk samping dari pirolisa yang dimanfaatkan sebagai bahan baku briket. Bio oil
merupakan tar hasil dari destilasi kering yang memiliki kandungan lignin di
dalamnya. Memiliki sifat mampu di bakar, sangat asam dan korosif, memiliki
viskositas tinggi, memiliki kandungan air yang cukup tinggi.

Keunggulan briket bio arang
Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan briket bio arang antara lain
adalah biayanya sanagt murah. Alat yang digunakan untuk pembuatan briket bio
arang cukup sederhana dan bahan bakunya pun sangat murah, bahkan tidak perlu
membeli karena berasala dari sampah, daun daun kering, dan limbah pertanian.
Briket bio arang dalam penggunannya menggunakan tungku yang relatif kecil
dibandingkan dengan tungku yang lainnya (Andry, 2000).

Kelemahan briket bio - arang
Salah satu keterbatasan dari biomassa adalah ketersediannya (availability).
Meskipun secara agregat biomassa memiliki jumlah yang melimpah, namun pada
kenyataannya sumber daya tersebut tersebar jauh di beberapa lokasi dalam kuantitas
yang lebih kecil. Selain itu, biomassa memiliki karakter musiman yang berarti tiak
selalu tersedia sepanjang waktu. Biomassa juga memiliki konten energi yang relatif
jauh lebih kecil dibandingkan dengan para pesaingnya. Selain itu, pengembangan
biomassa dapat mengancam ketahanan pangan.
4. Langkah Kerja
Pembuatan bio briket tempurung kelapa
Menyiapkan tempurung kelapa yang akan dijadikan bio arang.
Menyiapkan alat pengarangan, seperti kaleng bekas yang telah di lubangi bagian
bawahnya.
Memasukkan tempurung kelapa ke dalam kaleng pengarangan, kemudian nyalakan
api ditengah cerobong sebagai umpan.
Menunggu proses pengarangan 8 jam, setelah menjadi arang, dinginkan dalam
wadah, lalu di timbang berat arang yang dihasilkan.
Menyiapkan arang yang telah di gerus dan di sieving menggunakan sieving
machine sesuai meshnya ( 20, 60, 170, dan 200 mesh ).
Setelah mengetahui berat arang masing masing mesh, barulah menimbang
amylum sebesar 7% massa dari arang yang dihasilkan.
Perbandingan jumlah air yang digunakan untuk perekat amylum adalah 1 : 1 dari
massa arang yang dihasilkan.
Membuat perekat dari amylum, setelahnya barulah mencampur dengan masing
masing arang tiap mesh.
Kemudian mencetak briket dengan alat hidrolik dan dijemur do atas kompor surya
selama 1 jam.

Analisa Kadar Air
Briket bio arang yang telah dijemur kemudian digerus bagian pinggirnya untuk
analisa kadar air.
Memanaskan cawan proselen pada temperatur 104 110
o
C. Dinginkan selama 15
30 menit dalam desikator. Menimbang berikut tutupnya.
Memasukkan 1 gram sampel ke dalam cawan, tutup dan timbang segera berat (
0,1 mg ).
Menyisihkan tutupnya, masukkan segera cawan ke dalam oven pada temperatur
104 110
o
C selama 1 jam.
Mengeluarkan cawan dari oven, menutup cawan. Selanjutnya cawan dan tutupnya
di dinginkan dalam desikator hingga suhu ruang dan menimbang segera.
Perhitungan Hasil :
Lengas Tertambat (%) =

x 100
A = berat sampel (gr)
B = berat sampel setelah pemanasan (gr)

Analisa Kadar Abu
Menimbang crusible proselen berikut tutupnya.
Memasukkan 1 gr sampel ke dalam crusible, tutup segera dan timbang.
Menempatkan crusible tanpa tutup berikut sampel ke dalam furnace, memanaskan
perlahan lahan hingga temperatur 450 500
o
C selama 1 jam.
Menaikkan temperatur menjadi 700 750
o
C sampai 1 jam, melanjutkan pemanasan
selama 1 jam.
Menyisihkan crusible dari furnace, menutup crusible. Dinginkan dalam desikator
dan timbang.
Perhitungan Hasil :
Abu (%) =

x 100
A = berat abu (gr)
B = berat sampel (gr)

5. Data Pengamtan Minggu Ke - 1
Perlakuan Pengamatan
Melakukan pengecilan ukuran Tujuannya agar proses pengarangan
tempurung kelapa yang akan lebih efisien karena ukuran tempurung
dijadikan bioarang 2 kg. kelapa telah diperkecil.
Menyalakan api ditengah cero- Bahan bakar yang digunakan berupa
bong sebagai umpan. Tempurung kepala.
Proses pengarangan awal ditandai Menandakan bahwa tempurung kelapa
dengan asap tebal dan putih sela- sedang mengering.
ma 2 jam
Selanjutnya proses pengarangan di- Menandakan bahwa tempurung kelapa
tandai dengan asap tebal dan ber sedang mengalami proses karbonisasi
warna kuning selama 4 jam. Dengan O
2
terbatas.
Proses pengarangan tahap akhir di- Menandakan bahwa pengarangan ham-
tandai dengan asap menipis dan ber- pir selesai selama 1 jam.
warna biru.
Membalikkan drum/kaleng, menge- Pembakaran selesai, arang yang dihasil-
luarkan arang dan mendinginkan di kan dari proses diatas adalah 0,34 kg
ruang terbuka.

Data pengamatan Minggu Ke 2
Pembuatan bio briket tempurung kelapa, dengan perekat 7% dan volume air 1 : 1
% massa arang
Ukuran bio arang Berat arang Berat perekat Volume air Berat briket
(mesh) (gr) (gr) (mL) (gr)
20 106 7,42 106 110,31
60 61,37 4,29 61,3 67,13
170 23,92 1,67 23,9 25,78
200 35,57 2,48 35,5 38,21

Analisa Kadar Air
Ukuran bio arang Berat sampel Berat sampel setelah Kadar air
(mesh) (gr) pemanasan(gr) (%)
20 1,00 0,35 65
60 1,01 0,4 60,3
170 1,03 0,31 69,9
200 1,00 0,23 77

Analisa Kadar Abu
Ukuran bio arang Berat sampel Berat sampel setelah Kadar abu
(mesh) (gr) pemanasan(gr) (%)
20 1,02 0,59 57,8
60 1,01 0,62 61,3
170 1,03 0,67 65
200 1,01 0,82 81,2
6. Perhitungan
Neraca Massa Tempurung Kelapa
Komponen Input (kg) Output (kg)
Tempurung Kelapa 2 -
Mass Loss
- (tumpah) - 1,66
- (pembakaran)
Arang - 0,34
Total 2,0 2,0

Neraca Ekonomi Bahan Bakar
Harga tempurung kelapa/kg = Rp 400,-
Massa bahan bakar yg digunakan = 15,9 kg
Harga bahan bakar proses pengarangan = Rp 400,- x 15,9 kg
= Rp 6360,- / kg

Neraca Ekonomi bio arang
Harga tempurung kelapa/kg = Rp 400,-
Harga bio arang (penjualan) = Rp 4.200,-
Massa tempurung kelapa = 2 kg
Massa bio arang = 0,34 kg
Harga penjualan tempurung kelapa = Rp 400 x 2 kg
= Rp 800 / kg
Harga jual bio arang = Rp 4.200 x 0,34 kg
= Rp 1.428 / kg

Analisa Kadar Air
Lengas Tertambat (%) =

x 100
A = berat sampel (gr)
B = berat sampel setelah pemanasan (gr)

Sampel 20 mesh
Lengas tertambat =
()

x 100 % = 65 %

Sampel 60 mesh
Lengas tertambat =
()

x 100 % = 60,3 %

Sampel 170 mesh
Lengas tertambat =
()

x 100 % = 69,9 %

Sampel 200 mesh
Lengas tertambat =
()

x 100 % = 77 %


Analisa Kadar Abu
Abu (%) =

x 100
A = berat abu (gr)
B = berat sampel (gr)

Sampel 20 mesh
Lengas tertambat =


x 100 % = 57,8 %

Sampel 60 mesh
Lengas tertambat =


x 100 % = 61,3 %

Sampel 170 mesh
Lengas tertambat =


x 100 % = 65 %

Sampel 200 mesh
Lengas tertambat =


x 100 % = 81,2 %

7. Analisa
Bahan baku tempurung kelapa dibuat arang dengan menggunakan tungku
kaleng yang terbuat dari kaleng bekas pakai. Tungku kaleng ini terdiri dari lubang
udara pada bagian bawah kaleng dan lubang atas sebagai cerobong. Lubang udara
pada bagian bawah kaleng berfungsi sebagai tempat pembakaran pertama, selanjutnya
tempurung kelapa langsung dimasukan ke dalam tungku kaleng (proses pengarangan
bahan baku), selanjutnya dinyalakan dengan cara membakarnya melalui lubang udara
dengan bantuan umpan ranting kayu dan sedikit tempurung. Sesudah bahan baku
menyala dan diperkirakan tidak akan padam, maka cerobong asap harus dibuka.
Pengarangan dianggap selesai apabila asap yang keluar dari cerobong sudah menipis
dan berwarna kebiru-biruan, selanjutnya tungku diturunkan dan didinginkan .
Arang hasil pengarangan dari bahan baku tempurung kelapa ditumbuk atau
digiling dengan alat penggiling yang kemudian disaring dengan alat pengayak ukuran
20, 60, 80, 170, 200 mesh. Serbuk arang yang lolos selu-ruhnya digunakan sebagai
bahan baku pada pembuatan briket arang. Briket arang dibuat dengan menggunakan
serbuk arang dari tempurung kelapa, selanjutnya beberapa jenis bahan baku dicampur
sehingga terdapat variasi komposisi bahan baku dalam pembuatan briket arang.
Campuran bahan baku briket arang dibuat dengan perbandingan komposisi 1 : 1.
Serbuk arang hasil penggilingan dibuat adonan dengan perekat tapioka yang telah
disiapkan dengan kadar perekat sebesar 7% dari berat serbuk arang. Adonan tersebut
selanjutnya dimasukan ke dalam cetakan briket dan dikempa agar briket yang
dihasilkan lebih padat. Briket arang yang dihasilkan dikeringkan dalam oven pada
suhu 100
0
C atau dijemur sampai kering.
Kualitas briket arang yang dihasilkan di uji kualitasnya berdasarkan
persyaratan ASTM yang meliputi penetapan kadar air, kadar abu, dan nilai kalor
bakar. Dari data yang didapat nilai rata-rata yang hasil pengujian kadar air briket
sebesar 68,05%. Tekanan kempa mempengaruhi kadar air dalam briket. Tingginya
kadar air disebabkan tingkat pengempaan yang rendah pada ukuran partikel yang
besar menghasilkan briket arang yang kurang padat dan berpori sehingga
memudahkan uap air untuk meresap. Pada pengujian kadar abu dapat dilihat bahwa
semakin besar ukuran mesh maka semakin besar juga kadar abu, dapat dilihat pada
tabel untuk ukuran 200 mesh kadar abunya 81,2% sedangkan untuk ukuran 20 mesh
memiliki kadar abu 57,8%. Kenaikan kadar abu ini menunjukkan bahwa pengaruh
ukuran mesh dan pengaruh pengepresan.
Dari data hasil pengujian terlihat bahwa kadar air dan kadar abu cukup besar.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pengaruh pengeringan briket
cukup besar karena pada praktikum proses pengeringan yang tidak terlalu optimal
menyebabkan kadar air masih cukup tinggi. Sedangkan pada analisa kadar abu
dipengaruhi oleh kadar air yang msih tinggi dan proses analisa yang tidak begitu
sempurna karena tutup crusible yang dimasukkan kedalam furnace tidak dibuka
sehingga pembakaran tidak sempurna.


8. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan pembuatan briket arang yang telah dilakukan
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Proses pengolahan sampah organik tempurung kelapa dapat menghasilkan produk
yang bermanfaat berupa arang yang digunakan sebagai bahan baku pada
pembuatan briket arang.
2. Faktor bahan baku berpengaruh nyata terhadap sifat fisis dan kimia briket arang
yang dihasilkan, meliputi nilai kadar air, kadar abu, kadar zat mudah menguap,
kadar karbon, kerapatan, keteguhan tekan dan nilai kalor.
3. Nilai kalor dan kuat tekan dipengaruhi oleh persen perekat kanji dan ukuran
partikel










DAFTAR PUSTAKA

Jobsheet. 2013. Penuntun Praktikum Teknologi Biomassa. Polsri. Palembang
http://www.pertamina.com (cadangan SDA,2005)
http://haemansuharmanto.blogspot.com/2012/01/tinjauan-studi-pembuatan-briket-
arang.html

Anda mungkin juga menyukai