Oleh:
Nunung Nuriyah F34070014
Nita Diansari F34070035
Ratih Purnamasari F34070061
Dwi Apriliana F340700066
Hanna Rina Pransiska F34070065
Lutvia Rosaliana F34070090
Adi Setiawan F34070089
Eki Hercules F34070099
Muh. J. S. Prayoga F34070131
Imam Nur Pratomo F34070115
2010
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan adanya peningkatan teknologi, banyak kegiatan yang
menunjang peningkatan kondisi perekonomian mulai bermunculan. Salah satu
bentuk usaha yang begitu pesat berkembang adalah bidang perindustrian. Selain
meningkatkan kondisi perekonomian, dunia perindustrian menimbulkan berbagai
dampak negatif diantaranya pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.
Berbagai krisis lingkungan yang melanda negara kita saat ini menunjukan adanya
kesalahan dalam cara pembangunan ekonomi yang kita tempuh khususnya dalam
bidang perindustrian. Hal itu memicu kita untuk mengembangkan strategi
pembangunan ekonomi khususnya di bidang perindustrian yang bersifat
sustainable dan berwawasan lingkungan.
Berkaitan dengan hal itu, mengkaji dan memahami paradigma produksi
bersih akan merupakan upaya yang sangat bermanfaat, mengingat paradigma
tersebut dikembangkan berdasarkan pengamatan terhadap berbagai kesalahan
praktek industri yang telah terjadi. Industri selai kelapa adalah industri yang
mengolah daging buah kelapa menjadi selai kelapa. Industri selai kelapa
merupakan salah satu industri kecil menengah (IKM) yang berkembang di daerah
Bogor yang berpotensi menghasilkan limbah, padat maupun cair.
Sejauh ini masalah utama yang masih sering dipermasalahkan dalam
industri kecil ini yaitu mengenai penanganan limbah cair bekas cucian air kelapa
yang dihasilkan, karena untuk limbah padat dan limbah cair lainnya dapat
dimanfaatkan sebagai produk sampingan (by product). Limbah cair terutama air
bekas cucian kelapa mempunyai konsekuen untuk dapat mencemari lingkungan
yang ada disekitarnya dan menimbulkan bau yang tidak sedap.
Industri selai kelapa yang berada di daerah Ciampea Bogor ini masih
tergolong ke dalam industri rumah tangga, dan skalanya kecil. Oleh karena itu
limbah cair yang dihasilkan tidak terlalu banyak,. Sejauh ini limbah padat (sabut
kelapa dan batok kelapa) dan limbah cair (air kelapa) yang dihasilkan sudah
dimanfaatkan dengan baik, hanya saja limbah cair bekas pencucian kelapa yang
berpotensi menghasilkan bau yang menyengat masih perlu untuk diminimalisasi
dan lebih diperbaiki lagi agar tidak lagi mencemari lingkungan.
Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001 tentang pengendalian Pencemaran
Lingkungan, menjelaskan bahwa tidak diperkenangkan membuang limbah cair
kedalam tanah kecuali mendapat izin dari menteri terkait dan berdasarkan hasil
penelitian. Oleh karena itu, diharapkan bahwa setiap kegiatan industri yang
mengeluarkan limbah harus dilengkapi dengan instalasi pengolahan air limbah,
dengan harapan untuk menekan dampak yang terjadi, sehingga kelestarian
lingkungan dapat teratasi.
B. Tujuan
Tujuan dari kunjungan kelompok ke Industri Selai Kelapa di Ciampea,
Bogor ini yaitu :
1. Untuk mengetahui jenis limbah yang dihasilkan oleh industri selai kelapa
Ciampea, Bogor.
2. Untuk mengetahui sumber dan karateristik limbah industri selai kelapa.
3. Untuk mengetahui proses pengolahan limbah pada industri selai kelapa.
4. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari industri selai kelapa.
5. Untuk menerapkan produksi bersih, mengatasi, dan memberikan solusi
penanganan limbah terhadap industri selai kelapa di Ciampea Bogor.
Profil perusahaan
Selai merupakan produk pangan yang sudah akrab di lidah kita dan juga
sering kita jumpai sehari-hari sebagai produk komplementer atau pelengkap
produk pangna lainnya seperti roti. Selai memiliki banyak varian rasa diantaranya
selai dengna varian rasa buah, coklat, dan juga kelapa. Tidak semua konsumen
roti memproduksi selai sendiri untuk mengisi roti yang diproduksinya, beberapa
produsen roti membeli dari produsen selai dengan menentukan karakteristik selai
yang diinginkan untuk rotinya. Seperti halnya dengan produsen roti dengan merk
GS yang memesan selai, khususnya selai kelapa untuk isian rotinya pada produsen
selai kelapa Pak Saerah yaitu di desa Tegal Waru Ciampea, Bogor.
Selai kelapa yang dipasok ke pabrik roti GS dibuat oleh produsen selai
kelapa skala kecil (home industry). Pabrik selai ini memproduksi selai kelapa
sebanyak kurang lebih 300 Kg/hari. Bahan baku yang digunakan ialah buah
kelapa yang dipasok dari daerah Lampung, Tasikmalaya, dan Banten. Kelapa
yang dipasok berkisar tiga sampai lima kilogram sekali memasok. Pasokan kelapa
dari daerah tersebut tidak datang setiap harinya, melainkan bergantung pada
ketersediaan kelapa di daerah-daerah tersebut. Selain bahan baku, pabrik selai
kelapa ini juga menggunakan bahan pembantu seperti gula pasir, gula cair, dan
tepung sagu yang dipasok dari supplier di Jakarta. Selai yang dihasilkan dikemas
dalam ukuran 10 Kg dan langsung di kirim ke pabrik roti GS. Roti GS merupakan
konsumen utama pabrik selai ini, tetapi selai kelapa yang dihasilkan juga dipasok
ke pabrik-pabrik roti kecil sekitar Ciampea dan Bogor walaupun jumlahnya tidak
sebanyak GS.
Omset yang dihasilkan pabrik selia kelapa ini sekitar Rp 2400000 per
harinya, dengan harga selai Rp 8000 per kilogram. Salah satu keunggulan dari
produk selai kelapa ini ialah tidak memakai pengawet sehingga aman dikonsumsi.
Namun sebagai konsekuensinya umur simpan selai tidak lama, sehingga pabrik
sering kali menerima selai kelapa yang sudah tengik atau rusak yang
dikembalikan dari pabrik GS. Meskipun demikian pemilik pabrik selai tersebut
tetap konsisten dengan tidak memakai pengawet pada produk selainya.
Pabrik selai kelapa menerima pasokan kelapa sekitar 3 ton setiap kali
memasok sekitar empat sampai lima kali dalam satu minggu. Selain kelapa bahan
pembantu lainnya seperti gula dan tepung sagu juga dipasok dari produsen di
Jakarta. Bahan baku dan bahan pembantu yang diterima tidak mendapat
penanganan penyimpanan secara khusus. Kelapa yang diterima langsung dikupas
dan diolah sehingga tidak diperlukan tempat peyimpanan khusus. Seperti halnya
kelapa, bahan pembantu juga tidak disediakan tempat penyimpanan secara
khusus. Bahan pembantu hanya disimpan di sebuah ruangan. Kelapa merupakan
bahan baku utama pembuatan selai kelapa tidak memiliki stock management atau
inventory control. Kelapa yang diterima bergantung pada ketersediaan kelapa dari
pemasok di Banten, Tasikmalaya, dan Lampung. Kerena itu tidak setiap hari
kelapa dipasok dan juga tidak tentu jumlah pasokannya, namun umumnya
pasokan datang empat hingga lima kali dalam seminggu sekitar tiga ton setiap kali
memasok. Hal yang sama juga pada bahan pembantu yang dipesan jika persedian
telah habis dan tidak pernah ditentukan kapan harus memesan lagi.
Produk selai yang dihasilkan sekitar 300 Kg per harinya dan dikemas
dalam kemasan plastik 10 Kg. Selai kelapa yang dihasilkan sama halnya dengna
bahan baku yang tidak disediakan tempat penyimpanan khusus. Selai yang
dihasilkan langsung didistribusikan ke pabrik roti GS dan produsen roti lain di
sekitar Ciampea. Selain produk utama selai kelapa, pabrik juga menghasilkan
hasil samping seperti air kelapa, air sisa pencucian, selai kelapa yang
dikembalikan pabrik GS karena ada kerusakan, dan juga batok kelapa dari proses
pengupasan. Hasil samping yang dihasilkan juga tidak ditangani secara khusus
karena hasil samping yang dihasilkan ada pihak ketiga yang memanfaatkan seperti
batok kelapa dan minyak kelapa dari selai kelapa yang sudah tengik. Sedangkan
air kelapa digunakan sebagai bahan baku pembuatan nata de coco yang juga
diproduksi oleh Pak Saerah. Air sisa pencucian kelapa tidak diolah dan langsung
dialirkan ke saluran pembuangan air. Selai kelapa yang tengik dan sudah diambil
minyaknya pun tidak disimpan dan diolah secara khusus namun langsung dikubur
di dalam tanah.
PROSES PRODUKSI
Proses produksi selai kelapa terdiri dari beberapa tahapan proses yaitu
pemancalan, pengerikan, pencucian, pemarutan, pemasakan, pendinginan, dan
pengemasan. Diagram alir proses produksi selai kelapa disajikan dalam Gambar 1
di bawah ini.
Kelapa
( 3000 kg)
Pendinginan
Selai Kelapa
(300 kg)
*idealnya 425,35 kg
Bahan baku utama yang digunakan yaitu kelapa. Kelapa diperoleh dari
daerah Tasik, Banten, dan Lampung. Akan tetapi, akhir-akhir ini, kelapa
biasanya diperoleh dari daerah Banten. Kelapa dipasok dari pedagang
pengumpul dengan harga Rp 2.000,00/kg. Kelapa yang digunakan yaitu
kelapa yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Jika kelapa yang
digunakan terlalu tua maka akan menghasilkan selai kelapa yang mudah
tengik karena kandungan minyaknya banyak. Sedangkan jika menggunakan
kelapa yang masih muda, akan menghasilkan selai kelapa yang asam.
Persediaan bahan baku utama tidak menentu. Terkadang pabrik diliburkan
untuk sementara jika bahan baku tidak tersedia. Bahan baku utama (kelapa)
disajikan pada Gambar 1 di bawah ini.
B. Bahan Pembantu
Untuk mengambil
selai kelapa dari
mesin
pemasakan.
1. Pemancalan
Deskripsi proses:
Pada proses ini dihasilkan produk lain selain produk utama yaitu
berupa batok kelapa, air kelapa, dan kotoran berupa tanah dan kerikil.
Limbah tersebut merupakan limbah padat dan cair.
Opsi produksi bersih:
2. Pengerikan
Deskripsi proses:
b. Memasangkan karung dengan tepat pada alat pengerik agar kulit ari
yang ditampung tidak tercecer sehingga akan membuat stasiun
pengerikan menjadi lebih bersih.
3. Pencucian
Deskripsi proses:
4. Pemarutan
Deskripsi proses:
5. Pemasakan
Deskripsi proses:
6. Pendinginan
Deskripsi proses:
Pendinginan
7. Pengemasan
Deskripsi proses:
Air Kelapa
Disaring
Dimasak (15
menit)
Disaring
Dikemas dalam
boto/cup
Sirup Air
Kelapa
Gambar 1. Prosedur Pembuatan Sirup Air Kelapa
b. Memasangkan karung dengan tepat pada alat pengerik agar kulit ari
yang ditampung tidak tercecer sehingga akan membuat stasiun
pengerikan menjadi lebih bersih.
c. Buatlah saluran air dari bak pencucian ke kolam penampungan
sehingga air sisa pencucian tidak tercecer dan membuat lantai menjadi
basah dan licin.
d. Sebaiknya bak pencucian air kelapa dibuat lebih tinggi agar pekerja
dapat berdiri atau duduk selama proses pencucian. Selama ini para
pekerja jongkok di pinggiran bak pencucian sehingga kotoran dari kaki
pekerja dapat mengotori air yang digunakan untuk membersihkan
kelapa.
Analisis Finansial
Analisis finansial secara sederhana dari usaha pembuatan sirup air kelapa
di desa Kota Baru yang merupakan lokasi pengkajian dan pengembangan dari
produk yang memanfaatkan kelapa, memperlihatkan bahwa usaha pembuatan
sirup air kelapa memiliki peluang yang cukup besar untuk dikembangkan menjadi
usaha agroindustri rumahan skala pedesaan, hal ini diperkuat dengan keuntungan
yang diperoleh, umur simpan yang cukup panjang 134 hari, dan mutu
organoleptik yang cukup baik. Keuntungan yang diperoleh usaha ini selama satu
bulan dengan kapasitas produksi 150 botol dengan harga jual Rp. 7500/botol
diperkirakan dalam 1,1 bulan dapat kembali modal yang telah dikeluarkan dan
usaha ini dapat bertahan pada tingkat suku bunga bank mencapai 90 %.
Tabel 2. Analisis Finansial Pembuatan sirup yang dikemas dalam botol dengan
periode usaha satu bulan
No. Jenis Pembiayaan Harga (Rp.) Jumlah
(1) (2) (3) (4)
1. Investasi 570.000
Alat pres botol 350.000
Kompor 145.000
Panci 40.000
Baskom 15.000
Saringan 5.000
Pengaduk (sutel) 15.000
2. Biaya Tidak Tetap (Variable cost) 600.450
Air Kelapa limbah pembuatan -
minyak (100 liter)
Gula pasir (75 kg) 375.000
Asam sitrat (1 kg) 25.000
CMC (1 kg) 100.000
Natrium Benzoat (1 kg) 19.600
Esense ( 7 botol) 15.000
Pewarna Makanan (10 botol) 30.000
Botol (150 buah) 20.100
Label (150 lembar) 7.500
(1) (2) (3) (4)
Penutup botol (150 buah) 2.250
Lapisan karet tutup botol (150 buah) 6.000
Segel Plastik
3. Biaya Tetap (fixed cost)
Perawatan (2%/th) 892
Alat press botol 583
Panci 67
Kompor 242
Penyusutan (20%/th) 8.917
Alat press botol 5.833
Panci 667
Kompor 2.417
4. Harga jual sirup (per botol) 7500
5. Pendapatan kotor 1.125.000
6. Pendapatan bersih (5-(2+3)) 514.741
7. RE (Rentabilitas Ekonomi) 90%
8. Arus Kas (Cash Flow) 523.658
9. Periode Pengembalian (Payback 1,1 bulan
Period)
Tabel 3. Analisis Finansial Pembuatan sirup yang dikemas dalam gelas plastik
dengan periode usaha satu bulan
No. Jenis Pembiayaan Harga (Rp.) Jumlah
1. Investasi 1.220.00
0
Alat pres gelas plastik 1.000.000
Kompor 145.000
Panci 40.000
Baskom 15.000
Saringan 5.000
Pengaduk (sutel) 15.000
2. Biaya Tidak Tetap (Variable cost) 703.566
Air Kelapa limbah pembuatan minyak -
(100 liter)
Gula pasir (75 kg) 375.000
Asam sitrat (1 kg) 25.000
CMC (1 kg) 100.000
Natrium Benzoat (1 kg)
Esense ( 7 botol) 19.600
Pewarna Makanan (10 botol) 15.000
(1) (2) (3) (4)
Gelas plastik (472 buah) 121.766
Plastik penutup gelas 23.600
Sablon label 23.600
3. Biaya Tetap (fixed cost)
Perawatan (2%/th)
Alat press gelas plastik 1.976
Panci 1.667
Kompor 67
Penyusutan (20%/th) 19.750
Alat press gelas lastik 16.666
Panci 667
Kompor 2.417
4. Harga jual sirup (per gelas) 2000
5. Pendapatan
Pendapatan kotor 944.000
Pendapatan bersih (5-(2+3)) 240.434
6. RE (Rentabilitas Ekonomi) 19,70%
7. Arus Kas (Cash Flow) 260.184
8. Periode Pengembalian (Payback 5,1 bulan
Period)
Arang Aktif
Hasil samping dari buah kelapa salah satunya juga adalah tempurung yang
ketebalannya kurng lebih antara 3-5 mm dengan beratnya 15 - 19% berat buah
kelapa (Tabel 1).
Didiamkan selama 1
malam
Arang Tempurung
Keterangan : 1. Buang tutup atas Drum
2. Tutup bagian bawah di lubangi 4-6 buah (udara masuk)