Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN STUDI KASUS PRODUKSI BERSIH

DI PABRIK SELAI KELAPA GS

Oleh:
Nunung Nuriyah F34070014
Nita Diansari F34070035
Ratih Purnamasari F34070061
Dwi Apriliana F340700066
Hanna Rina Pransiska F34070065
Lutvia Rosaliana F34070090
Adi Setiawan F34070089
Eki Hercules F34070099
Muh. J. S. Prayoga F34070131
Imam Nur Pratomo F34070115

2010
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan adanya peningkatan teknologi, banyak kegiatan yang
menunjang peningkatan kondisi perekonomian mulai bermunculan. Salah satu
bentuk usaha yang begitu pesat berkembang adalah bidang perindustrian. Selain
meningkatkan kondisi perekonomian, dunia perindustrian menimbulkan berbagai
dampak negatif diantaranya pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.
Berbagai krisis lingkungan yang melanda negara kita saat ini menunjukan adanya
kesalahan dalam cara pembangunan ekonomi yang kita tempuh khususnya dalam
bidang perindustrian. Hal itu memicu kita untuk mengembangkan strategi
pembangunan ekonomi khususnya di bidang perindustrian yang bersifat
sustainable dan berwawasan lingkungan.
Berkaitan dengan hal itu, mengkaji dan memahami paradigma produksi
bersih akan merupakan upaya yang sangat bermanfaat, mengingat paradigma
tersebut dikembangkan berdasarkan pengamatan terhadap berbagai kesalahan
praktek industri yang telah terjadi. Industri selai kelapa adalah industri yang
mengolah daging buah kelapa menjadi selai kelapa. Industri selai kelapa
merupakan salah satu industri kecil menengah (IKM) yang berkembang di daerah
Bogor yang berpotensi menghasilkan limbah, padat maupun cair.
Sejauh ini masalah utama yang masih sering dipermasalahkan dalam
industri kecil ini yaitu mengenai penanganan limbah cair bekas cucian air kelapa
yang dihasilkan, karena untuk limbah padat dan limbah cair lainnya dapat
dimanfaatkan sebagai produk sampingan (by product). Limbah cair terutama air
bekas cucian kelapa mempunyai konsekuen untuk dapat mencemari lingkungan
yang ada disekitarnya dan menimbulkan bau yang tidak sedap.
Industri selai kelapa yang berada di daerah Ciampea Bogor ini masih
tergolong ke dalam industri rumah tangga, dan skalanya kecil. Oleh karena itu
limbah cair yang dihasilkan tidak terlalu banyak,. Sejauh ini limbah padat (sabut
kelapa dan batok kelapa) dan limbah cair (air kelapa) yang dihasilkan sudah
dimanfaatkan dengan baik, hanya saja limbah cair bekas pencucian kelapa yang
berpotensi menghasilkan bau yang menyengat masih perlu untuk diminimalisasi
dan lebih diperbaiki lagi agar tidak lagi mencemari lingkungan.
Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001 tentang pengendalian Pencemaran
Lingkungan, menjelaskan bahwa tidak diperkenangkan membuang limbah cair
kedalam tanah kecuali mendapat izin dari menteri terkait dan berdasarkan hasil
penelitian. Oleh karena itu, diharapkan bahwa setiap kegiatan industri yang
mengeluarkan limbah harus dilengkapi dengan instalasi pengolahan air limbah,
dengan harapan untuk menekan dampak yang terjadi, sehingga kelestarian
lingkungan dapat teratasi.

B. Tujuan
Tujuan dari kunjungan kelompok ke Industri Selai Kelapa di Ciampea,
Bogor ini yaitu :
1. Untuk mengetahui jenis limbah yang dihasilkan oleh industri selai kelapa
Ciampea, Bogor.
2. Untuk mengetahui sumber dan karateristik limbah industri selai kelapa.
3. Untuk mengetahui proses pengolahan limbah pada industri selai kelapa.
4. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari industri selai kelapa.
5. Untuk menerapkan produksi bersih, mengatasi, dan memberikan solusi
penanganan limbah terhadap industri selai kelapa di Ciampea Bogor.

Profil perusahaan

Selai merupakan produk pangan yang sudah akrab di lidah kita dan juga
sering kita jumpai sehari-hari sebagai produk komplementer atau pelengkap
produk pangna lainnya seperti roti. Selai memiliki banyak varian rasa diantaranya
selai dengna varian rasa buah, coklat, dan juga kelapa. Tidak semua konsumen
roti memproduksi selai sendiri untuk mengisi roti yang diproduksinya, beberapa
produsen roti membeli dari produsen selai dengan menentukan karakteristik selai
yang diinginkan untuk rotinya. Seperti halnya dengan produsen roti dengan merk
GS yang memesan selai, khususnya selai kelapa untuk isian rotinya pada produsen
selai kelapa Pak Saerah yaitu di desa Tegal Waru Ciampea, Bogor.

Selai kelapa yang dipasok ke pabrik roti GS dibuat oleh produsen selai
kelapa skala kecil (home industry). Pabrik selai ini memproduksi selai kelapa
sebanyak kurang lebih 300 Kg/hari. Bahan baku yang digunakan ialah buah
kelapa yang dipasok dari daerah Lampung, Tasikmalaya, dan Banten. Kelapa
yang dipasok berkisar tiga sampai lima kilogram sekali memasok. Pasokan kelapa
dari daerah tersebut tidak datang setiap harinya, melainkan bergantung pada
ketersediaan kelapa di daerah-daerah tersebut. Selain bahan baku, pabrik selai
kelapa ini juga menggunakan bahan pembantu seperti gula pasir, gula cair, dan
tepung sagu yang dipasok dari supplier di Jakarta. Selai yang dihasilkan dikemas
dalam ukuran 10 Kg dan langsung di kirim ke pabrik roti GS. Roti GS merupakan
konsumen utama pabrik selai ini, tetapi selai kelapa yang dihasilkan juga dipasok
ke pabrik-pabrik roti kecil sekitar Ciampea dan Bogor walaupun jumlahnya tidak
sebanyak GS.

Pabrik selai ini memperkerjakan sekitar 40 orang pekerja yang merupakan


warga sekitar lokasi pabrik tersebut. Pekerja pabrik tersebut dibagi berdasarkan
jenis pekerjaannya, diantaranya bagian pengupasan dan pengerikan kalapa yang
terdiri dari 35 orang, bagian pemasakan satu orang, dan bagian pencucian dan
pemarutan kelapa tiga orang. Khusus pekerja bagian pengupasan dan pengerikan
kelapa bekerja secara borongan, artinya mereka bekerja tidak terikat jam kerja
namun sesuai dengan jumlah kelapa yang tersedia. Sedangkan bagian pencucian,
pemaruta, dan pemasakan bekerja sesuai waktu kerja yang ditetapkan, yaitu dari
pukul 09.00 sampai pukul 16.00 WIB.

Omset yang dihasilkan pabrik selia kelapa ini sekitar Rp 2400000 per
harinya, dengan harga selai Rp 8000 per kilogram. Salah satu keunggulan dari
produk selai kelapa ini ialah tidak memakai pengawet sehingga aman dikonsumsi.
Namun sebagai konsekuensinya umur simpan selai tidak lama, sehingga pabrik
sering kali menerima selai kelapa yang sudah tengik atau rusak yang
dikembalikan dari pabrik GS. Meskipun demikian pemilik pabrik selai tersebut
tetap konsisten dengan tidak memakai pengawet pada produk selainya.
Pabrik selai kelapa menerima pasokan kelapa sekitar 3 ton setiap kali
memasok sekitar empat sampai lima kali dalam satu minggu. Selain kelapa bahan
pembantu lainnya seperti gula dan tepung sagu juga dipasok dari produsen di
Jakarta. Bahan baku dan bahan pembantu yang diterima tidak mendapat
penanganan penyimpanan secara khusus. Kelapa yang diterima langsung dikupas
dan diolah sehingga tidak diperlukan tempat peyimpanan khusus. Seperti halnya
kelapa, bahan pembantu juga tidak disediakan tempat penyimpanan secara
khusus. Bahan pembantu hanya disimpan di sebuah ruangan. Kelapa merupakan
bahan baku utama pembuatan selai kelapa tidak memiliki stock management atau
inventory control. Kelapa yang diterima bergantung pada ketersediaan kelapa dari
pemasok di Banten, Tasikmalaya, dan Lampung. Kerena itu tidak setiap hari
kelapa dipasok dan juga tidak tentu jumlah pasokannya, namun umumnya
pasokan datang empat hingga lima kali dalam seminggu sekitar tiga ton setiap kali
memasok. Hal yang sama juga pada bahan pembantu yang dipesan jika persedian
telah habis dan tidak pernah ditentukan kapan harus memesan lagi.

Produk selai yang dihasilkan sekitar 300 Kg per harinya dan dikemas
dalam kemasan plastik 10 Kg. Selai kelapa yang dihasilkan sama halnya dengna
bahan baku yang tidak disediakan tempat penyimpanan khusus. Selai yang
dihasilkan langsung didistribusikan ke pabrik roti GS dan produsen roti lain di
sekitar Ciampea. Selain produk utama selai kelapa, pabrik juga menghasilkan
hasil samping seperti air kelapa, air sisa pencucian, selai kelapa yang
dikembalikan pabrik GS karena ada kerusakan, dan juga batok kelapa dari proses
pengupasan. Hasil samping yang dihasilkan juga tidak ditangani secara khusus
karena hasil samping yang dihasilkan ada pihak ketiga yang memanfaatkan seperti
batok kelapa dan minyak kelapa dari selai kelapa yang sudah tengik. Sedangkan
air kelapa digunakan sebagai bahan baku pembuatan nata de coco yang juga
diproduksi oleh Pak Saerah. Air sisa pencucian kelapa tidak diolah dan langsung
dialirkan ke saluran pembuangan air. Selai kelapa yang tengik dan sudah diambil
minyaknya pun tidak disimpan dan diolah secara khusus namun langsung dikubur
di dalam tanah.
PROSES PRODUKSI

Proses produksi selai kelapa terdiri dari beberapa tahapan proses yaitu
pemancalan, pengerikan, pencucian, pemarutan, pemasakan, pendinginan, dan
pengemasan. Diagram alir proses produksi selai kelapa disajikan dalam Gambar 1
di bawah ini.

Kelapa
( 3000 kg)

Batok Kelapa (1400 kg)


Pemancalan
Air Kelapa(500 kg)

Pengerikan Kulit Ari (100 kg)

Air Sumur Air sisa pencucian


Pencucian
(1500 L) (1500 L)

Pemarutan Kelapa Parut Tercecer


(1000 kg) (10 kg)
Gula pasir (250 kg)
Gula cair (100 kg)
Pewarna makanan (0,1 kg) Uap (940,5 kg)
Pemasakan
Benzoat dan PSG (0,06 kg) Selai Kelapa Tercecer (5 kg)
Garam (4 kg)
Tepung Sagu (50 kg)

Pendinginan

Selai Kelapa Tercecer


Pengemasan
(5,31 kg)

Selai Kelapa
(300 kg)
*idealnya 425,35 kg

Gambar 1. Diagram Alir Proses Produksi Selai Kelapa

Deskripsi Peralatan dan Bahan Baku

A. Bahan Baku Utama

Bahan baku utama yang digunakan yaitu kelapa. Kelapa diperoleh dari
daerah Tasik, Banten, dan Lampung. Akan tetapi, akhir-akhir ini, kelapa
biasanya diperoleh dari daerah Banten. Kelapa dipasok dari pedagang
pengumpul dengan harga Rp 2.000,00/kg. Kelapa yang digunakan yaitu
kelapa yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Jika kelapa yang
digunakan terlalu tua maka akan menghasilkan selai kelapa yang mudah
tengik karena kandungan minyaknya banyak. Sedangkan jika menggunakan
kelapa yang masih muda, akan menghasilkan selai kelapa yang asam.
Persediaan bahan baku utama tidak menentu. Terkadang pabrik diliburkan
untuk sementara jika bahan baku tidak tersedia. Bahan baku utama (kelapa)
disajikan pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Bahan Baku Utama (Kelapa)

B. Bahan Pembantu

Bahan pembantu merupakan bahan pelengkap yang digunakan selama


proses pembuatan produk. Bahan pembantu dalam proses produksi selai
kelapa yaitu air, gula pasir, gula cair, pewarna makanan, benzoat dan PSG,
garam, dan tepung sagu. Air digunakan untuk proses pencucian. Setelah
kelapa dikerik kemudian dicuci hingga bersih. Air yang digunakan berasal
dari air sumur dan ditampung dalam 1 bak penampungan. Sedangkan bahan
pembantu lainnya seperti gula pasir, gula cair, tepung sagu, dan garam
diperoleh dari perusahaan langsung. Bahan pembantu seperti pewarna
makanan dan benzoat dan PSG diperoleh dari toko bahan kimia. Bahan
pembantu disajikan pada gambar-gambar di bawah ini.
Gambar 2. Penampungan Gambar 3. Air Pewarna makanan

Gambar 4. Benzoat dan PSG

C. Peralatan dan Mesin Produksi

Adapun peralatan dan mesin yang digunakan selama proses produksi


selai kelapa diurutkan sesuai rangkaian proses yang ada. Peralatan dan mesin
pengolahan disajikan pada Tabel 1 di bawah ini.

Proses Alat atau mesin Spesifikasi Fungsi

Pemancalan Golok Besi Untuk membelah


kelapa dan
memisahkan
daging kelapa
dari batok kelapa.

Jerigen Plastik ukuran 25 kg Untuk


menampung air
kelapa yang akan
digunakan
sebagai bahan
baku pembuatan
nata de coco

Karung Plastik ukuran 50 kg Untuk


menampung
batok kelapa yang
dihasilkan.

Keranjang Plastik Untuk


menampung
daging buah
kelapa yang telah
dipisahkan dari
batok kelapa.

Pengerikan Mesin Pengerik Tembaga dan Untuk


Stainless Steel. menghilangkan
Digerakkan oleh kulit ari kelapa
tenaga listrik.

Karung Plastik Untuk


menampung kulit
ari hasil
pengerikan

Keranjang Plastik Untuk


menampung
kelapa yang
sudah dikerik.

Pencucian Keranjang Plastik Untuk


menampung dan
meniriskan kelapa
yang telah dicuci

Pemarutan Mesin Pemarut Stainless Steel. Untuk mencacah


Digerakkan oleh kelapa menjadi
diesel berbahan bakar kelapa parut.
bensin.

Ember Plastik ukuran 15 kg Untuk


menampung
kelapa parut yang
dihasilkan.

Pemasakan Mesin Stainless Steel. Untuk memasak


Pemasakan Dilengkapi dengan kelapa parut
pengaduk yang menjadi selai
digerakkan oleh kelapa.
tenaga listrik.
Menggunakan bahan
bakar gas.

Serok Kayu Untuk


membersihkan
Plastik
bagian tepi mesin
penggorengan
agar bahan
tercampur rata.

Untuk mengambil
selai kelapa dari
mesin
pemasakan.

Wadah Plastik Untuk


menampung selai
kelapa yang
dihasilkan.

Pendinginan Rak Kayu Untuk


menyangga
wadah
penampung selai
kelapa.

Pengemasan Mesin Sealer Menggunakan tenaga Untuk mengemas


listrik. selai ke dalam
plastik.
D. Deskripsi Proses Produksi Bersih

1. Pemancalan

Deskripsi proses:

Kelapa yang akan diproses masih berbentuk butiran kelapa tanpa


sabut. Untuk memperoleh daging buah kelapa diperlukan proses
pemancalan yang akan memisahkan batok kelapa dengan daging buah.
Pemancalan dilakukan menggunakan golok. Daging buah kelapa yang
telah dipisahkan dari batok kelapa kemudian ditampung di keranjang
plastik yang kemudian akan diproses lebih lanjut di stasiun pengerikan.
Batok kelapa akan ditampung pada karung berukuran 50 kg. Batok kelapa
yang terkumpul kemudian akan dijual. Sedangkan air kelapa ditampung pa
jerigen-jerigen berukuran 25 kg. Air kelapa ini akan dimanfaatkan sebagai
bahan baku pembuatan nata de coco.

Input dan output:

Kesetimbangan massa pada proses pemancalan disajikan pada


Gambar 5.

Kelapa (3000 kg)

Batok Kelapa (1400 kg)


Pemancalan
Air Kelapa (500 kg)

Daging buah kelapa


(1100 kg)

Gambar 5. Kesetimbangan Massa Proses Pemancalan

Identifikasi munculnya limbah:

Pada proses ini dihasilkan produk lain selain produk utama yaitu
berupa batok kelapa, air kelapa, dan kotoran berupa tanah dan kerikil.
Limbah tersebut merupakan limbah padat dan cair.
Opsi produksi bersih:

a. Memanfaatkan batok kelapa menjadi bahan bakar di stasiun


pemasakan.

b. Mengolah batok kelapa menjadi arang aktif.

c. Menjual batok dan air kelapa.

d. Memanfaatkan air kelapa sebagai bahan baku produk lainnya seperti


bahan baku pembuatan nata de coco dan sirup air kelapa.

e. Memanfaatkan air kelapa untuk pencucian kelapa.

2. Pengerikan

Deskripsi proses:

Daging buah kelapa yang telah dipisahkan dari batok kelapa


kemudian dikerik menggunakan alat pengerik. Pengerikan ini akan
memisahkan kulit ari daging buah kelapa dengan daging buah kelapa.
Kulit ari yang dihasilkan akan ditampung di karung dan daging buah
kelapa yang telah dibersihkan kulit arinya ditampung di keranjang plastik.
Jika buah kelapa yang akan diproses masih muda, maka pemisahan kulit
ari menggunakan pisau, sedangkan jika telah tua menggunakan alat
pengerik.

Input dan output:

Kesetimbangan massa pada proses pengerikan disajikan pada


Gambar 6.

Daging buah kelapa


(1100 kg)

Pengerikan Kulit ari (100 kg)

Daging buah kelapa tanpa


kulit ari (1000 kg)
Gambar 6. Kesetimbangan Massa Proses Pengerikan

Identifikasi munculnya limbah:

Produk samping yang dihasilkan di stasiun pengerikan yaitu kulir


ari daging buah kelapa.

Opsi produksi bersih:

a. Memanfaatkan kulit ari daging buah kelapa sebagai pupuk atau


sebagai campuran pakan ternak.

b. Memasangkan karung dengan tepat pada alat pengerik agar kulit ari
yang ditampung tidak tercecer sehingga akan membuat stasiun
pengerikan menjadi lebih bersih.

3. Pencucian

Deskripsi proses:

Daging buah kelapa yang telah dibersihkan kulit arinya kemudian


dicuci hingga bersih. Pencucian dilakukan dua kali pada dua bak yang
berbeda. Kemudian kelapa yang telah bersih ditampung dan ditiriskan
dalam keranjang plastik. Air sisa pencucian dibuang ke dalam kolam
penampungan.

Input dan output:

Kesetimbangan massa pada proses pencucian disajikan pada


Gambar 7.

Daging buah kelapa tanpa


kulit ari (1000 kg)

Air sisa pencucian


Air bersih (1500 L) Pencucian
(1500 L)

Daging buah kelapa


bersih (1000 kg)
Gambar 7. Kesetimbangan Massa Proses Pencucian

Identifikasi munculnya limbah:

Produk samping yang dihasilkan di stasiun pencucian yaitu air sisa


pencucian. Volume air sisa pencucian cukup banyak. Sebagian air tercecer
ke lantai produksi sehingga lantai di stasiun pemarutan dan sebagian lantai
pemasakan menjadi becek.

Opsi produksi bersih:

Dilakukukan proses water treatment agar air yang dibuang ke lingkungan


tidak menimbulkan pencemaran atau bahkan air dapat digunakan kembali.

4. Pemarutan

Deskripsi proses:

Kelapa yang telah dicuci bersih kemudian diparut menggunakan


mesin parut. Kelapa parut yang dihasilkan ditampung di wadah plastik.
Kemudian kelapa parut ditimbang dan dipindahkan ke stasiun pemasakan.

Input dan output:

Kesetimbangan massa pada proses pemarutan disajikan pada


Gambar 8.

Daging buah kelapa


bersih (1000 kg)

Kelapa parut tercecer


Pemarutan
(10 kg)

Kelapa parut (990 kg)

Gambar 8. Kesetimbangan Massa Proses Pemarutan

Identifikasi munculnya limbah:


Produk samping yang dihasilkan di stasiun pemarutan yaitu
ceceran dari kelapa parut.

Opsi produksi bersih:

Letakkan wadah penampungan kelapa parut tepat di bawah mesih


pemarutan dan berikan pelindung di bagian pinggir wadah penampungan
sehingga akan meminimalisasi ceceran kelapa parut yang tumpah.

5. Pemasakan

Deskripsi proses:

Kelapa parut yang dihasilkan dari stasiun pemarutan kemudian


dimasukkan ke dalam wadah ketel pemasakan. Kemudian ditambahkan
bahan pembantu seperti dula pasir, gula cair, garam, pewarna makanan,
benzoat dan PSG, dan tepung sagu. Adonan tersebut dimasak selama 135
menit. Selama proses pemasakan dilakukan pengadukan agar selai kelapa
yang dihasilkan memiliki warna dan rasa yang homogen.

Input dan output:

Kesetimbangan massa pada proses pemasakan disajikan pada


Gambar 9.

Kelapa parut (990 kg)

Gula pasir (250 kg)


Gula cair (100 kg)
Garam (4 kg) Uap (940,5 kg)
Pemasakan
‘Pewarna makanan (0,1 kg) Selai kelapa tercecer (5 kg)
Benzoat dan PSG (0,06)
Tepung sagu (50 kg)

Selai kelapa panas (305,31 kg)


*Idealnya 430,66 kg

Gambar 9. Kesetimbangan Massa Proses Pemasakan

Identifikasi munculnya limbah:


Produk samping yang dihasilkan di stasiun pemasakan yaitu
ceceran selai kelapa yang tertumpah ketika selai kelapa dipindahkan dari
ketel pemasakan ke dalam wadah plastik untuk pendinginan.

Opsi produksi bersih:

a. Mengumpulkan kembali selai yang tercecer. (Pembelian alas dan


alat pengambil).

b. Mencampur ceceran selai kelapa pada selai kelapa yang tidak


terjual untuk diambil minyak kelapanya.

6. Pendinginan

Deskripsi proses:

Selai kelapa yang telah selesai dimasak kemudian didinginkan di


rak-rak kayu yang telah disediakan. Proses pendinginan hanya dilakukan
dengan mendiamkan selai kelapa tersebut berada pada suhu ruang selama
kurang lebih 12 jam.

Input dan output:

Kesetimbangan massa pada proses pendinginan disajikan pada


Gambar 10.

Selai kelapa panas


(305,31 kg)

Pendinginan

Selai kelapa dingin


(305,31 kg)

Gambar 10. Kesetimbangan Massa Proses Pendinginan

Identifikasi munculnya limbah:


Pada stasiun pendinginan tidak ditemui adanya produk samping
karena pada proses ini, selai kacang dalam wadah hanya dibiarkan saja
pada udara ruang.

7. Pengemasan

Deskripsi proses:

Selai kelapa yang telah didinginkan kemudian dikemas per 10 kg


menggunakan plastik dan kemudian dikemas lagi menggunakan kardus.

Input dan output:

Kesetimbangan massa pada proses pengemasan disajikan pada


Gambar 11.

Selai kelapa dingin


(305,31 kg)

Selai kelapa tercecer


Kemasan Pengemasan
(5,31 kg)

Selai kelapa dalam


kemasan (300 kg)
*Idealnya 425,35 kg

Gambar 11. Kesetimbangan Massa Proses Pengemasan

Identifikasi munculnya limbah:

Produk sampingnya yang dihasilkan pada stasiun pengemasan


yaitu potongan plastik atau kemasan plastik yang rusak. Selain itu juga
ceceran selai kelapa yang tertumpah ketika akan dimasukkan ke dalam
kemasan.

Opsi produksi bersih:

a. Mendesain ulang bentuk kemasan atau membeli kemasan yang


sesuai, sehingga plastik pengemas akan habis terpakai.
b. Mencampur ceceran selai kelapa pada selai kelapa yang tidak
terjual untuk diambil minyak kelapanya.

Air Kelapa

Disaring

Ditambahkan gula dan


CMC

Dimasak (15
menit)

Disaring

Ditambahkan asam sitrat, pewarna dan


essense

Dikemas dalam
boto/cup

Sirup Air
Kelapa
Gambar 1. Prosedur Pembuatan Sirup Air Kelapa

Selain dari opsi-opsi produksi bersih tersebut, terdapat juga peluang-peluang


untuk menerapkan Good House-keeping di industri selai kelapa ini, yaitu :

a. Menuangkan air kelapa yang dihasilkan pada proses pemancalan ke


dalam jerigen penampungan dengan hati-hati agar tidak terjadi ceceran
air kelapa karena menimbulkan bau tidak sedap dan membuat lantai
menjadi licin.

b. Memasangkan karung dengan tepat pada alat pengerik agar kulit ari
yang ditampung tidak tercecer sehingga akan membuat stasiun
pengerikan menjadi lebih bersih.
c. Buatlah saluran air dari bak pencucian ke kolam penampungan
sehingga air sisa pencucian tidak tercecer dan membuat lantai menjadi
basah dan licin.

d. Sebaiknya bak pencucian air kelapa dibuat lebih tinggi agar pekerja
dapat berdiri atau duduk selama proses pencucian. Selama ini para
pekerja jongkok di pinggiran bak pencucian sehingga kotoran dari kaki
pekerja dapat mengotori air yang digunakan untuk membersihkan
kelapa.

e. Letakkan wadah penampungan kelapa parut tepat di bawah mesih


pemarutan dan berikan pelindung di bagian pinggir wadah
penampungan sehingga akan meminimalisasi ceceran kelapa parut
yang tumpah.

f. Berhati-hatilah ketika memindahkan selai kelapa dari ketel pemasakan


ke dalam wadah plastik agar tidak ada selai kelapa yang tercecer atau
tertumpah.

g. Sebaiknya wadah yang digunakan untuk menampung selai kelapa


memiliki tutup yang berlubang. Hal ini diperlukan untuk menghindari
adanya kotoran yang menempel atau terjatuh pada selai kelapa tetapi
uap panas dari selai kelapa dapat tetap keluar.

Berhati-hatilah ketika memasukkan selai kelapa ke dalam kemasan sehingga selai


kelapa yang tertumpah dapat diminimalisasi.

Analisis Finansial

Sirup yang Dikemas dengan Botol Kaca

Analisis finansial secara sederhana dari usaha pembuatan sirup air kelapa
di desa Kota Baru yang merupakan lokasi pengkajian dan pengembangan dari
produk yang memanfaatkan kelapa, memperlihatkan bahwa usaha pembuatan
sirup air kelapa memiliki peluang yang cukup besar untuk dikembangkan menjadi
usaha agroindustri rumahan skala pedesaan, hal ini diperkuat dengan keuntungan
yang diperoleh, umur simpan yang cukup panjang 134 hari, dan mutu
organoleptik yang cukup baik. Keuntungan yang diperoleh usaha ini selama satu
bulan dengan kapasitas produksi 150 botol dengan harga jual Rp. 7500/botol
diperkirakan dalam 1,1 bulan dapat kembali modal yang telah dikeluarkan dan
usaha ini dapat bertahan pada tingkat suku bunga bank mencapai 90 %.

Hasil perhitungan analisis finansial usaha rumahan pembuatan sirup yang


dikemas dengan botol disajikan secara lengkap pada Tabel 2.

Tabel 2. Analisis Finansial Pembuatan sirup yang dikemas dalam botol dengan
periode usaha satu bulan
No. Jenis Pembiayaan Harga (Rp.) Jumlah
(1) (2) (3) (4)
1. Investasi 570.000
Alat pres botol 350.000
Kompor 145.000
Panci 40.000
Baskom 15.000
Saringan 5.000
Pengaduk (sutel) 15.000
2. Biaya Tidak Tetap (Variable cost) 600.450
Air Kelapa limbah pembuatan -
minyak (100 liter)
Gula pasir (75 kg) 375.000
Asam sitrat (1 kg) 25.000
CMC (1 kg) 100.000
Natrium Benzoat (1 kg) 19.600
Esense ( 7 botol) 15.000
Pewarna Makanan (10 botol) 30.000
Botol (150 buah) 20.100
Label (150 lembar) 7.500
(1) (2) (3) (4)
Penutup botol (150 buah) 2.250
Lapisan karet tutup botol (150 buah) 6.000
Segel Plastik
3. Biaya Tetap (fixed cost)
Perawatan (2%/th) 892
Alat press botol 583
Panci 67
Kompor 242
Penyusutan (20%/th) 8.917
Alat press botol 5.833
Panci 667
Kompor 2.417
4. Harga jual sirup (per botol) 7500
5. Pendapatan kotor 1.125.000
6. Pendapatan bersih (5-(2+3)) 514.741
7. RE (Rentabilitas Ekonomi) 90%
8. Arus Kas (Cash Flow) 523.658
9. Periode Pengembalian (Payback 1,1 bulan
Period)

Sirup yang Dikemas dengan Gelas Plastik

Bentuk dan jenis kemasan yang digunakan akan mempengaruhi biaya


produksi yang dikeluarkan untuk menghasilkan sirup air kelapa dalam kemasan,
penggunaan plastik gelas sebagai kemasan sirup air kelapa digunakan dengan
maksud untuk memperluas pasar pada konsumen yang sekarang ini cenderung
memilih produk minuman dalam kemasan berukuran kecil dan praktis dengan
harga yang terjangkau.

Komponen biaya yang meningkat pada penggunaan kemasan gelas plastik


adalah investasi alat untuk press gelas yang lebih mahal dibandingkan dengan alat
press untuk botol sehingga berdasarkan hasil analisis finansial menunjukkan
bahwa dengan menggunakan kemasan plastik usaha pembuatan sirup akan lebih
lama periode pengembalian modal yaitu 5,1 bulan dan keuntungan bersih yang
lebih kecil yaitu Rp. 240.434 bila kapasitas produksi dalam satu bulan hanya 472
gelas plastik. Untuk mempercepat pengembalian modal dan memperbesar
keuntungan dapat dilakukan dengan meningkatkan Jumlah produksi lebih besar
dari 500 gelas/bulan. Walaupun demikian penggunaan kemasan plastik pada
masa yang akan datang akan lebih diminati oleh konsumen karena
kepraktisannya.

Tabel 3. Analisis Finansial Pembuatan sirup yang dikemas dalam gelas plastik
dengan periode usaha satu bulan
No. Jenis Pembiayaan Harga (Rp.) Jumlah
1. Investasi 1.220.00
0
Alat pres gelas plastik 1.000.000
Kompor 145.000
Panci 40.000
Baskom 15.000
Saringan 5.000
Pengaduk (sutel) 15.000
2. Biaya Tidak Tetap (Variable cost) 703.566
Air Kelapa limbah pembuatan minyak -
(100 liter)
Gula pasir (75 kg) 375.000
Asam sitrat (1 kg) 25.000
CMC (1 kg) 100.000
Natrium Benzoat (1 kg)
Esense ( 7 botol) 19.600
Pewarna Makanan (10 botol) 15.000
(1) (2) (3) (4)
Gelas plastik (472 buah) 121.766
Plastik penutup gelas 23.600
Sablon label 23.600
3. Biaya Tetap (fixed cost)
Perawatan (2%/th)
Alat press gelas plastik 1.976
Panci 1.667
Kompor 67
Penyusutan (20%/th) 19.750
Alat press gelas lastik 16.666
Panci 667
Kompor 2.417
4. Harga jual sirup (per gelas) 2000
5. Pendapatan
Pendapatan kotor 944.000
Pendapatan bersih (5-(2+3)) 240.434
6. RE (Rentabilitas Ekonomi) 19,70%
7. Arus Kas (Cash Flow) 260.184
8. Periode Pengembalian (Payback 5,1 bulan
Period)

Arang Aktif

Hasil samping dari buah kelapa salah satunya juga adalah tempurung yang
ketebalannya kurng lebih antara 3-5 mm dengan beratnya 15 - 19% berat buah
kelapa (Tabel 1).

Tabel 1. Komposisi kimia tempurung kelapa


Komponen Persentase (%)
1. Sellulose 26,6
2. Pentosan 27,7
3. Liquim 29,4
4. Abu 0,6
6. Solven ekstraktif 4,2
7. Uronat anhydrad 3,5
8. Nitrogen 0,11
9. Air 8,0
Sumber : Suhardiyono, 1988

Umumnya tempurung dimanfaatkan sebagai bahan bakar berupa


tempurung kering atau arang tempurung. Dari tempurung juga dapat dibuat arang
aktif yang digunakan untuk mengasorbsi gas dan uap.

Tabel 2. Analisis Finansial Pembuatan Arang Tempurung Kelapa Periode 1


Bulan dengan Menghasilkan 10 Karung Arang per 150 kg arang

No. Jenis Pembiayaan Harga (Rp.) Jumlah (Rp.)


1. Investasi 100.000
Drum 100.000
2. Biaya tidak tetap (Variable Cost) 93.750
Tempurung kelapa 93.750
3. Biaya Tetap (Fixed Cost) 2.250
a. Perawatan drum (2%/thn) 167
b. Penyusutan drum (20/thn) 20.000
4. Harga jual arang per karung 25.000
5 Pendapatan
- Pendapatan kotor 250.000
- Pendapatan bersih (5 – (2+3) 136.083
6 Rentabilizas ekonomi (RE) 136,08%
7 Arus Khas (Cash Flow) 136.750
8 Payback Period (Periode 0,73 bulan
Pengembaliannya

Dalam kegiatan gelar ini pembuatan arang menggunakan metode Drum.


Dari hasil pembakaran metode ini dari 30 kg tempurung dapat menghasilkan
arang 8 kg.
Harga 1 karung arang (15 kg) seharga Rp.30.000,- dan untuk tempurung
sendiri dengan harga Rp.1.000/ikat (40 lempengan tempurung).

Drum Bekas Oli 200


Liter

Drum diletakan diatas tanah + 20-


25 cm

Menggunakan alas batu dll.

Masukan tempurung di dalam Drum


dengan membuat lubang udara ditengah-
tengah Drum dari alas bawah sampai
bagi permukaan Drum.

Pembakaran tempurung mulai dari


bagian alas dengan memasukan sedikit
minyak tanah untuk pembakaran awal

Tempurung habis terbakar, drum


ditutup dengan karung basah yang
dilapisi pada penutup dari logam dan
ditutup rapat

Didiamkan selama 1
malam

Arang Tempurung
Keterangan : 1. Buang tutup atas Drum
2. Tutup bagian bawah di lubangi 4-6 buah (udara masuk)

Gambar 6. Skematis Proses pembuatan Arang Tempurung Kelapa


menggunakan Drum
Water reatment

Anda mungkin juga menyukai