Anda di halaman 1dari 14

REKLAMASI PANTAI DAN DAMPAKNYA TERHADAP WILAYAH PESISIR

Studi Kasus Reklamasi Kota Manado


Adanya reklamasi pantai di Kota Manado yang dikembangkan sebagai kawasan
fungsional dengan pola super blok dan mengarah pada terbentuknya Central Business District
(CBD), mengakibatkan adanya perubahan wajah kota pada daerah pesisir pantai. Pertumbuhan
dan perkembangan Kota Manado menjadi lebih condong ke arah pantai/laut sebingga Kawasan
Boulevard lebih terbuka dan menjadi salah satu bagian depan kota yang berorientasi ke laut. Hal
ini menyebabkan aktivitas masyarakat banyak terserap pada kawasan tersebut, baik untuk
menikmati keindahan pantai ataupun dimanfaatkan oleh sektor informal untuk mencari nafkah.
Kondisi seperti yang disebutkan di atas membawa pengaruh terhadap keberadaan ruang publik di
Kawasan Boulevard.
Pengembangan wilayah reklamasi di sekitar kawasan tersebut memperlihatkan gejala
mulai hilangnya ruang publik yang ada. Akses masyarakat terhadap view pantai dan pesisirnya
mulai berkurang seiring dengan semakin berkembangnya pembangunan di wilayah tersebut.
Dampak reklamasi di pesisir pantai Kawasan Boulevard telah mengakibatkan berkurangnya
aksesibilitas ruang publik, ketidakberlanjutan fungsi ruang publik, terciptanya pola penataan
ruang publik yang tidak memberikan keleluasaan akses bagi masyarakat dan munculnya pola
penguasaan ruang publik yang tertutup dan berkesan private-domain.
Strategi pengelolaan ruang publik di Kawasan Boulevard akibat dampak reklamasi
dilakukan dengan pendekatan yaitu, (i) teknis, berupa peralihan fungsi ruang publik, penataan
koridor pesisir pantai akibat reklamasi dan penataan alokasi ruang bagi sektor informal, (ii)
regulasi, berupa penerapan kebijakan pemanfaatan ruang publik dan penerapan sangsi yang
tegas, (iii) kemitraan pemerintah, swasta dan masyarakat, berupa peningkatan peran seluruh
stakeholders dan penerapan kebijakan insentif - disinsentif.
Permasalahan dan Dampak Reklamasi Pantai
Dampak lingkungan hidup yang sudah jelas nampak di depan mata akibat proyek reklamasi
itu adalah kehancuran ekosistem berupa hilangnya keanekaragaman hayati. Keanekaragaman
hayati yang diperkirakan akan punah akibat proyek reklamasi itu antara lain berupa hilangnya
berbagai spesies mangrove, punahnya spesies ikan, kerang, kepiting, burung dan berbagai
keanekaragaman hayati lainnya.
Dampak lingkungan lainnya dari proyek reklamasi pantai adalah meningkatkan potensi
banjir. Hal itu dikarenakan proyek tersebut dapat mengubah bentang alam (geomorfologi) dan
aliran air (hidrologi) di kawasan reklamasi tersebut. Perubahan itu antara lain berupa tingkat
kelandaian, komposisi sedimen sungai, pola pasang surut, pola arus laut sepanjang pantai dan
merusak kawasan tata air. Potensi banjir akibat proyek reklamasi itu akan semakin meningkat
bila dikaitkan dengan adanya kenaikan muka air laut yang disebabkan oleh pemanasan global.

Pendahuluan
Reklamasi adalah suatu proses membuat daratan baru pada suatu daerah perairan/pesisir
pantai atau daerah rawa. Hal ini umumya dilatarbelakangi oleh semakin tingginya tingkat
populasi manusia, khususnya di kawasan pesisir, yang menyebabkan lahan untuk pembangunan
semakin sempit. Pertumbuhan penduduk dengan segala aktivitasnya tidak bisa dilepaskan
dengan masalah kebutuhan lahan. Pembangunan yang ditujukan untuk menyejahterakan rakyat
yang lapar lahan telah mengantar pada perluasan wilayah yang tak terbantahkan.
Hal ini menyebabkan manusia memikirkan untuk mencari lahan baru, terutama daerah
strategis dimana terjadi aktifitas perekonomian yang padat seperti pelabuhan, bandar udara atau
kawasan komersial lainnya, dimana lahan eksisting yang terbatas luasan dan kondisinya harus
dijadikan dan diubah menjadi lahan yang produktif untuk jasa dan kegiatan perkotaan.
Pembangunan kawasan komersial jelas akan mendatangkan banyak keuntungan ekonomi
bagi wilayah tersebut. Asumsi yang digunakan disini adalah semakin banyak kawasan komersial
yang dibangun maka dengan sendirinya juga akan menambah pendapatan asli daerah (PAD).
Reklamasi memberikan keuntungan dan dapat membantu kota dalam rangka penyediaan lahan
untuk berbagai keperluan (pemekaran kota), penataan daerah pantai, pengembangan wisata
bahari, dan lain-lain. Namun harus diingat pula bahwa bagaimanapun juga reklamasi adalah
bentuk campur tangan (intervensi) manusia terhadap keseimbangan lingkungan alamiah pantai
yang selalu dalam keadaan seimbang dinamis sehingga akan melahirkan perubahan ekosistem
seperti perubahan pola arus, erosi dan sedimentasi pantai, dan berpotensi gangguan lingkungan.
Undang-undang no. 27 tahun 2007 pada pasal 34 menjelaskan bahwa hanya dapat
dilaksanakan jika manfaat sosial dan ekonomi yang diperoleh lebih besar dari biaya sosial dan
biaya ekonominya. Namun demikian, pelaksanaan reklamasi juga wajib menjaga dan
memperhatikan beberapa hal seperti a) keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat; b)
keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan pelestarian lingkungan pesisir; serta c)
persyaratan teknis pengambilan, pengerukan dan penimbunan material.

Prinsip Perencanaan Reklamasi Pantai
Pada dasarnya kegiatan reklamasi pantai tidak dianjurkan namun dapat dilakukan dengan
memperhatikan ketentuan berikut:
- Merupakan kebutuhan pengembangan kawasan budi daya yang telah ada di sisi daratan;
- Merupakan bagian wilayah dari kawasan perkotaan yang cukup padat dan membutuhkan
pengembangan wilayah daratan untuk mengakomodasikan kebutuhan yang ada;
- Berada di luar kawasan hutan bakau yang merupakan bagian dari kawasan lindung atau taman
nasional, cagar alam, dan suaka margasatwa;
- Bukan merupakan kawasan yang berbatasan atau dijadikan acuan batas wilayah dengan
daerah/negara lain.
Terhadap kawasan reklamasi pantai yang sudah memenuhi ketentuan di atas, terutama
yang memiliki skala besar atau yang mengalami perubahan bentang alam secara signifikan perlu
disusun rencana detil tata ruang (RDTR) kawasan. Penyusunan RDTR kawasan reklamasi pantai
ini dapat dilakukan bila sudah memenuhi persyaratan administratif seperti a) Memiliki RTRW
yang sudah ditetapkan dengan Perda yang mendeliniasi kawasan reklamasi pantai; b) Lokasi
reklamasi sudah ditetapkan dengan SK Bupati/Walikota, baik yang akan direklamasi maupun
yang sudah direklamasi; c) Sudah ada studi kelayakan tentang pengembangan kawasan reklamasi
pantai atau kajian/kelayakan properti (studi investasi); dan d) Sudah ada studi AMDAL kawasan
maupun regional.
Rencana detil tata ruang kawasan reklamasi pantai meliputi rencana struktur ruang dan
pola ruang. Struktur ruang di kawasan reklamasi pantai antara lain meliputi jaringan jalan,
jaringan air bersih, jaringan drainase, jaringan listrik, jaringan telepon. Pola ruang di kawasan
reklamasi pantai secara umum meliputi kawasan lindung dan kawasan budi daya. Kawasan
lindung yang dimaksud dalam pedoman ini adalah ruang terbuka hijau. Kawasan budi daya
meliputi kawasan peruntukan permukiman, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan peruntukan
industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan pendidikan, kawasan pelabuhan
laut/penyeberangan, kawasan bandar udara, dan kawasan campuran.
Tata ruang kawasan reklamasi pantai harus memperhatikan aspek sosial, ekonomi dan
budaya di kawasan reklamasi. Reklamasi pantai memberi dampak peralihan pada pola kegiatan
sosial, budaya dan ekonomi maupun habitat ruang perairan masyarakat sebelum
direklamasi.Perubahan terjadi harus menyesuaikan 1) Peralihan fungsi kawasan dan pola ruang
kawasan; 2) Selanjutnya, perubahan di atas berimplikasi pada perubahan ketersediaan jenis
lapangan kerja baru dan bentuk keragaman/diversifikasi usaha baru yang ditawarkan. Aspek
sosial, budaya, wisata dan ekonomi yang diakumulasi dalam jaringan sosial, budaya, pariwisata,
dan ekonomi kawasan reklamasi pantai memanfaatkan ruang perairan/pantai.

Permasalahan dan Dampak Reklamasi Pantai
Dampak lingkungan hidup yang sudah jelas nampak di depan mata akibat proyek
reklamasi itu adalah kehancuran ekosistem berupa hilangnya keanekaragaman hayati.
Keanekaragaman hayati yang diperkirakan akan punah akibat proyek reklamasi itu antara lain
berupa hilangnya berbagai spesies mangrove, punahnya spesies ikan, kerang, kepiting, burung
dan berbagai keanekaragaman hayati lainnya.
Dampak lingkungan lainnya dari proyek reklamasi pantai adalah meningkatkan potensi
banjir. Hal itu dikarenakan proyek tersebut dapat mengubah bentang alam (geomorfologi) dan
aliran air (hidrologi) di kawasan reklamasi tersebut. Perubahan itu antara lain berupa tingkat
kelandaian, komposisi sedimen sungai, pola pasang surut, pola arus laut sepanjang pantai dan
merusak kawasan tata air. Potensi banjir akibat proyek reklamasi itu akan semakin meningkat
bila dikaitkan dengan adanya kenaikan muka air laut yang disebabkan oleh pemanasan global.
Sementara itu, secara sosial rencana reklamasi pantai dipastikan juga dapat menyebabkan
nelayan tradisional tergusur dari sumber-sumber kehidupannya. Penggusuran itu dilakukan
karena kawasan komersial yang akan dibangun mensyaratkan pantai sekitarnya bersih dari
berbagai fasilitas penangkapan ikan milik nelayan.

Menyikapi Reklamasi Pesisir dengan Paradigma Baru
Di satu sisi reklamasi mempunyai dampak positif sebagai daerah pemekaran kawasan
dari lahan yang semula tidak berguna menjadi daerah bernilai ekonomis tinggi. Dan di sisi lain
jika tidak diperhitungkan dengan matang dapat berdampak negatif terhadap lingkungan. Di
sinilah diperlukan kepedulian dan kerja sama sinergis dari semua komponen stakeholders.
Reklamasi khususnya reklamasi pantai masih diperlukan selama dilakukan dengan kajian
yang komprehensif. Simulasi prediksi perubahan pola arus hidrodinamika laut secara teknis
dapat dilakukan dengan model fisik (laboratorium) atau model matematik. Dari pemodelan ini
dapat diperkirakan dampak negatif yang terjadi dan cara penanggulangannya.
Reklamasi ditinjau dari sudut pengelolaan daerah pantai, harus diarahkan pada tujuan
utama pemenuhan kebutuhan lahan baru karena kurangnya ketersediaan lahan darat. Usaha
reklamasi janganlah semata-mata ditujukan untuk mendapatkan lahan dengan tujuan komersial
belaka. Reklamasi di sekitar kawasan pantai dan di lepas pantai dapat dilaksanakan dengan
terlebih dahulu diperhitungkan kelayakannya secara transparan dan ilmiah (bukan pesanan)
terhadap seberapa besar kerusakan lingkungan yang diakibatkannya. Dengan kerja sama yang
sinergis antara Pemerintah dan jajarannya, DPRD, Perguruan Tinggi, LSM, serta masyarakat
maka keputusan yang manis dan melegakan dapat diambil. Jika memang berdampak positif
maka reklamasi dapat dilaksanakan, namun sebaliknya jika negatif tidak perlu direncanakan.
Dari semua itu, yang lebih penting adalah adanya perubahan attitude dari masyarakat dan
Pemerintah. Pelaksanaan aturan hukum harus ditaati dan dilaksanakan oleh semua pihak yang
terkait.
Berbagai biaya sosial dan lingkungan hidup itu seharusnya juga diperhitungkan dalam
perencanaan reklamasi. Namun, sayangnya terdapat paradigma yang memosisikan suatu kota
sebagai kota multifungsi, dimana diharapkan mampu mendatangkan keuntungan yang sebesar-
besarnya bagi kesejahteraan warganya. Padahal paradigma itu telah terbukti gagal total dalam
implementasinya di lapangan. Berbagai permasalahan sosial dan lingkungan hidup dapat timbul
dan sulit dipecahkan di daerah reklamasi saat ini justru disebabkan oleh paradigma tersebut.
Perencanaan reklamasi sudah seharusnya diselaraskan dengan rencana tata ruang kota.
Tata ruang kota yang baru nantinya harus memerhatikan kemampuan daya dukung sosial dan
ekologi bagi pengembangan Kota. Daya dukung sosial dan ekologi tidak dapat secara terus-
menerus dipaksakan untuk mempertahankan kota sebagai pusat kegiatan ekonomi dan politik.
Fungsi kota sebagi pusat perdagangan, jasa dan industri harus secara bertahap dipisahkan dari
fungsi kota ini sebagai pusat pemerintahan.
Proyek reklamasi di sekitar kawasan pantai seharusnya terlebih dahulu diperhitungkan
kelayakannya secara transparan dan ilmiah melalui sebuah kajian tekhnis terhadap seberapa
besar kerusakan lingkungan yang akan ditimbulkannya lalu disampaikan secara terbuka kepada
publik. Penting diingat reklamasi adalah bentuk campur tangan (intervensi) manusia terhadap
keseimbangan lingkungan alamiah pantai yang selalu dalam keadaan seimbang dan dinamis, hal
ini tentunya akan melahirkan perubahan ekosistem seperti perubahan pola arus, erosi,
sedimentasi pantai, serta kerusakan biota laut dan sebagainya.
Sebuah ekosistem pantai yang sudah lama terbentuk dan tertata sebagaimana mestinya
dapat hancur atau hilang akibat adanya reklamasi. Akibatnya adalah kerusakan wilayah pantai
dan laut yang pada akhirnya akan berimbas pada ekonomi nelayan. Matinya biota laut dapat
membuat ikan yang dulunya mempunyai sumber pangan menjadi lebih sedikit sehingga ikan
tersebut akan melakukan migrasi ke daerah lain atau kearah laut yang lebih dalam, hal ini tentu
saja akan mempengaruhi pendapatan para nelayan setempat.
Bukan itu saja, sudah mejadi hukum alam, kegiatan mereklamasi pantai akan
menyebabkan penaikan masa air dan memicu terjadinya abrasi yang secara perlahan-lahan akan
menggeser dan menenggelamkan kawasan sepanjang pantai bukan hanya di kawasan dimana
reklamasi itu dilakukan, namun juga dikawasan lain yang dalam satu kesatuan ekosistim
alamiahnya, saat ini di beberapa kawasan, air pasang yang naik bahkan telah memasuki kawasan
pemukiman.
Selain problem lingkungan dan sosial ekonomi, maka permasalahan yuridis juga perlu
mendapatkan perhatian. Kajian terhadap landasan hukum rencana reklamasi, pelaksanaan, serta
peruntukannya perlu dipertimbangkan. Ada banyak produk hukum yang mengatur tentang
reklamasi mulai dari Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Kepres, Permen hingga Peraturan
Daerah, yang menjadi persoalan adalah konsistensi penerapan dan penegakan aturan.

Kesimpulan
Dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
- Kegiatan reklamasi dapat menimbulkan keuntungan maupun dampak secara sosial, ekonomi
dan lingkungan.
- Kegiatan reklamasi dapat dilaksanakan jika manfaat sosial dan ekonomi yang diperoleh lebih
besar dari biaya sosial dan biaya ekonominya, serta memperhatikan dan menjaga kehidupan
masyarakat serta kelestarian lingkungan.
- Beberapa kasus yang terjadi menunjukkan bahwa implementasi kegiatan reklamasi di lapangan
seringkali tidak sesuai dengan perencanaannya sehingga mengakibatkan kerusakan secara sosial,
ekonomi maupun lingkungan, sehingga menimbulkan resistensi dari masyarakat.
- Diperlukan koordinasi dan komunikasi yang sinergis dari segenap stakeholders dalam kegiatan
reklamasi sehingga prinsip-prinsip reklamasi dapat berjalan dengan baik.

Manfaat dan Dampak Reklamasi Pantai
Manfaat Reklamasi
Reklamasi pantai sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan lahan perkotaan menjadi kemutlakan
karena semakin sempitnya wilayah daratan. Kebutuhan dan manfaat reklamasi dapat dilihat dari
aspek tata guna lahan, aspek pengelolaan pantai dan ekonomi. Tata ruang suatu wilayah tertentu
kadang membutuhkan untuk direklamasi agar dapat berdaya dan hasil guna. Untuk pantai yang
diorientasikan bagi pelabuhan, industri, wisata atau pemukiman yang perairan pantainya dangkal
wajib untuk direklamasi agar bisa dimanfaatkan.

Terlebih kalau di area pelabuhan, reklamasi menjadi kebutuhan mutlak untuk pengembangan
fasilitas pelabuhan, tempat bersandar kapal, pelabuhan peti-peti kontainer, pergudangan dan
sebagainya. Dalam perkembangannya pelabuhan ekspor impor saat ini menjadi area yang
sangat luas dan berkembangnya industri karena pabrik, moda angkutan, pergudangan yang
memiliki pangsa ekspor impor lebih memilih tempat yang berada di lokasi pelabuhan karena
sangat ekonomis dan mampu memotong biaya transportasi.

Aspek perekonomian adalah kebutuhan lahan akan pemukiman, semakin mahalnya daratan dan
menipisnya daya dukung lingkungan di darat menjadikan reklamasi sebagai pilihan bagi negara
maju atau kota metropolitan dalam memperluas lahannya guna memenuhi kebutuhan akan
pemukiman. Fungsi lain adalah mengurangi kepadatan yang menumpuk dikota dan meciptakan
wilayah yang bebas dari penggusuran karena berada di wilayah yang sudah disediakan oleh
pemerintah dan pengembang, tidak berada di bantaran sungai maupun sempadan pantai. Aspek
konservasi wilayah pantai, pada kasus tertentu di kawasan pantai karena perubahan pola arus air
laut mengalami abrasi, akresi sehingga memerlukan pembuatan Groin (pemecah ombak) atau
dinding laut sebagai mana yang dilakukan di daerah Ngebruk Mankang Kulon. Reklamasi
dilakukan diwilayah pantai ini guna untuk mengembalikan konfigurasi pantai yang terkena
abrasi kebentuk semula.
Reklamasi merupakan megaproject dari sebuah pengembangan perkotaan. Besarnya sumber daya
dan dana yag dikeluarkan harus sebanding dengan nilai fungsi yang ada setelah reklamasi
digunakan.
Perencanaan dan studi harus mendalam perihal Pekerjaan Reklamasi seperti: (Indonesia Water
Institute. 2012)
Pengendalian Dampak Negatif Lingkungan - Campur tangan manusia terhadap alam akan
berimbas kepada ekosistem yang ada di laut sebelumnya, maka perlu dilakukannya pencegahan
dampak meluas akibat reklamasi ini. Salah satu contoh: ketika Reklamasi Pantai Indah Kapuk
selesai, maka persoalan muncul, ketika jalan Tol ir Sedyatmo (Tol Bandara) mengalami banjir
beberapa pendapat dikarenakan limpasan dari area Pantai Indah Kapuk.
Supply Air dan Energy Air dan Energy akan dibutuhkan di daerah pengembangan termasuk
juga di daerah rekalamasi, dari sini perencana harus memperhitungkan betul dari mana sumber
energy dan listrik. Contoh kasus : bandara Kansai, Jepang, menggunakan Energi Listrik dari
Angin untuk memenuhi kebutuhan listrik.
Transportasi yang Terintegrasi Pengembangan daerah akan berdampak pada arus transportasi
di daerah akan meningkat, maka daerah utama dan daerah reklamasi harus diperhitungkan arus
transportasi agar menghindari kemacetan karena tidak adanya integrasi dari daerah reklamasi dan
daerah utama (daerah asli) . Contoh : Reklamasi di Incheon sebagai Bandara Internasional Korea
Selatan, di bangun 3 moda transportasi yaitu, Jlan raya, Kereta, dan Subway untuk menghindari
stagnan arus transportasi.
Tata Ruang dan Wilayah Hal ini tidak terlepas dari awal perencanaan dari Reklamasi. Lahan
hasil reklamasi akan digunakan sesuai kebutuhan maka master plan tata ruang dan wilayah harus
benar- benar dikerjakan dan diawasi pelaksanaannya. Hal ini menghindari penyebaran daerah
kumuh / tak tertata dari sebuah kawasan.
Struktur Lapisan Tanah Reklamasi Hal ini merupakan syarat utama dari ketahanan struktur.
Kekuatan lahan reklamasi terhadap abrasi dan beban bangunan diatasnya harus diperhitungkan
agar tidak terjadi kerugian yang besar.


Dampak Reklamasi
Dalam melakukan reklamasi terhadap kawasan pantai, harus memperhatikan berbagai
aspek/dampak-dampak yang akan ditimbulkan oleh kegiatan tersebut. Dampak-dampak tersebut
antara lain dampak lingkungan, sosial budaya maupun ekonomi. Dampak lingkungan misalnya
mengenai perubahan arus laut, kehilangan ekosistem penting, kenaikan muka air sungai yang
menjadi terhambat untuk masuk ke laut yang memungkinkan terjadinya banjir yang semakin
parah, kondisi lingkungan di wilayah tempat bahan timbunan, sedimentasi, perubahan
hidrodinamika yang semuanya harus tertuang dalam analisis mengenai dampak lingkungan.
Dampak sosial budaya diantaranya adalah kemungkinan terjadinya pelanggaran HAM (dalam
pembebasan tanah), perubahan kebudayaan, konflik masyarakat, dan isolasi masyarakat.
Sementara dampak ekonomi diantaranya berapa kerugian masyarakat, nelayan, petambak yang
kehilangan mata pencahariannya akibat reklamasi pantai.

Kegiatan Reklamasi pantai memungkinkan timbulnya dampak yang diakibatkan. Adapun untuk
menilai dampak tersebut bisa dibedakan dari tahapan yang dilaksanakan dalam proses reklamasi,
yaitu : (Maskur, 2008)
Tahap Pra Konstruksi, antara lain meliputi kegiatan survey teknis dan lingkungan, pemetaan dan
pembuatan pra rencana, perijinan, pembuatan rencana detail atau teknis.
Tahap Konstruksi, kegiatan mobilisasi tenaga kerja, pengambilan material urug, transportasi
material urug, proses pengurugan.
Tahap Pasca Konstruksi, yaitu kegiatan demobilisasi peralatan dan tenaga kerja, pematangan
lahan, pemeliharaan lahan.


Wilayah yang kemungkinan terkena dampak adalah :
Wilayah pantai yang semula merupakan ruang publik bagi masyarakat akan hilang atau
berkurang karena akan dimanfaatkan kegiatan privat. Dari sisi lingkungan banyak biota laut yang
mati baik flora maupun fauna karena timbunan tanah urugan sehingga mempengaruhi ekosistem
yang sudah ada.
System hidrologi gelombang air laut yang jatuh ke pantai akan berubah dari alaminya.
Berubahnya alur air akan mengakibatkan daerah diluar reklamasi akan mendapat limpahan air
yang banyak sehingga kemungkinan akan terjadi abrasi, tergerus atau mengakibatkan terjadinya
banjir atau rob karena genangan air yang banyak dan lama.
Ketiga, aspek sosialnya, kegiatan masyarakat di wilayah pantai sebagian besar adalah petani
tambak, nelayan atau buruh. Dengan adanya reklamasi akan mempengaruhi ikan yang ada di laut
sehingga berakibat pada menurunnya pendapatan mereka yang menggantungkan hidup kepada
laut. Selanjutnya adalah aspek ekologi, kondisi ekosistem di wilayah pantai yang kaya akan
keanekaragaman hayati sangat mendukung fungsi pantai sebagai penyangga daratan. Ekosistem
perairan pantai sangat rentan terhadap perubahan sehingga apabila terjadi perubahan baik secara
alami maupun rekayasa akan mengakibatkan berubahnya keseimbangan ekosistem.
Ketidakseimbangan ekosistem perairan pantai dalam waktu yang relatif lama akan berakibat
pada kerusakan ekosistem wilayah pantai, kondisi ini menyebabkan kerusakan pantai.


Ada bermacam dampak reklamasi daerah pesisir pantai yang banyak dilakukan pada negara atau
kota maju dalam rangka memperluas daratan sehingga bisa digunakan untuk area bisnis,
perumahan,wisata rekreasi dan keperluan lainya. selalu ada dampak positif dan negatif dalam
setiap kegiatan termasuk dalam hal pengurugan tepi laut ini, bisa jadi yang melakukan kegiatan
hanya mendapat keuntunganya saja sementara kerugian harus ditanggung oleh pihak yang tidak
mengerti apa-apa, tanpa disadari banyak daerah pesisir pantai terpencil yang hilang karena
aktifitas reklamasi ini.

Dampak negatif atau kerugian reklamasi pesisir pantai
Peninggian muka air laut karena area yang sebelumnya berfungsi sebagai kolam telah berubah
menjadi daratan.
Akibat peninggian muka air laut maka daerah pantai lainya rawan tenggelam, atau setidaknya air
asin laut naik ke daratan sehingga tanaman banyak yang mati, area persawahan sudah tidak bisa
digunakan untuk bercocok tanam, hal ini banyak terjadi diwilayah pedesaan pinggir pantai.
Musnahnya tempat hidup hewan dan tumbuhan pantai sehingga keseimbangan alam menjadi
terganggu, apabila gangguan dilakukan dalam jumlah besar maka dapat mempengaruhi
perubahan cuaca serta kerusakan planet bumi secara total.
Pencemaran laut akibat kagiatan di area reklamasi dapat menyebabkan ikan mati sehingga
nelayan kehilangan lapangan pekerjaan.
Dampak positif atau keuntungan reklamasi pesisir pantai
Ada tambahan daratan buatan hasil pengurugan pantai sehingga dapat dimanfaatkan untuk
bermacam kebutuhan.
Daerah yang dilakukan reklamasi menjadi aman terhadap erosi karena konstruksi pengaman
sudah disiapkan sekuat mungkin untuk dapat menahan gempuran ombak laut.
Daerah yang ketinggianya dibawah permukaan air laut bisa aman terhadap banjir apabila dibuat
tembok penahan air laut di sepanjang pantai.
Tata lingkungan yang bagus dengan perletakan taman sesuai perencanaan, sehingga dapat
berfungsi sebagai area rekreasi yang sangat memikat pengunjung.

Melihat kelebihan dan kekurangan reklamasi tersebut nampaknya tetap lebih banyak dilakukan
karena dampak negatif lingkungan justru ditanggung daerah lain yang terkadang tidak tahu apa-
apa tentang adanya reklamasi pantai yang letaknya jauh dari tempat tinggal. solusi terbaik bisa
dilakukan dengan mencari teknologi terbaru mengenai pemanfaatan wilayah laut untuk aktifitas
hidup manusia contohnya dengan membuat gedung atau rumah terapung di atas permukaan laut,
namun hal ini tentu perlu penelitian yang dalam sehingga apa yang diharapkan bisa tercapai, bagi
yang hendak memberikan uraian atau solusi mengenai kegiatan reklamasi pantai bisa berbagi
disini.


Reklamasi dan Aspek Pelestarian Lingkungan
Rujukan utama dalam pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia adalah Undang-undang Nomor
23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang secara regulatif melandasi
kebijakan di Indonesia. Undang-undang ini menjamin dalam pelaksanaan pembangunan
diharapkan adanya keselarasan hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan
lingkungan dan komponen lingkungan lainnya, serta dapat memenuhi masa kini dan menjaga
kelestarian untuk masa datang.

Dampak lingkungan hidup yang sudah jelas nampak di depan mata akibat proyek reklamasi itu
adalah kehancuran ekosistem berupa hilangnya keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati
yang diperkirakan akan punah akibat proyek reklamasi itu antara lain berupa hilangnya berbagai
spesies mangrove, punahnya spesies ikan, kerang, kepiting, burung dan berbagai
keanekaragaman hayati lainnya.

Dampak lingkungan lainnya dari proyek reklamasi pantai adalah meningkatkan potensi banjir.
Hal itu dikarenakan proyek tersebut dapat mengubah bentang alam (geomorfologi) dan aliran air
(hidrologi) di kawasan reklamasi tersebut. Perubahan itu antara lain berupa tingkat kelandaian,
komposisi sedimen sungai, pola pasang surut, pola arus laut sepanjang pantai dan merusak
kawasan tata air. Potensi banjir akibat proyek reklamasi itu akan semakin meningkat bila
dikaitkan dengan adanya kenaikan muka air laut yang disebabkan oleh pemanasan global.















Kawasan Boulevard
Terancam


Saturday, 27 July 2013 00:00
Ruas jalan Piere Tendean atau lebih dikenal dengan sebutan Boulevard adalah jalan yang
memegang peranan penting di kota Manado. Kearah pantai di sepanjang jalan ini membentang
kawasan komersil yang penting sebagai salah satu penggerak roda ekonomi kota Manado.
Sebagai kota yang sedang dan sementara menuju ke arah kota berorientasi jasa, Manado perlu
kawasan dan infrastruktur yang mendukung tujuan tersebut dan Boulevard adalah nadi dari
kawasan ekonomi berbasis jasa tersebut. Sementara semua stakeholders berbondong-bondong
berinvestasi dan mendukung pengembangan kawasan boulevard adakah yang sempat berpikir
kebenaran pandangan ini dan sejauh mana kawasan ini menyokong pembangunan ekonomi,
sosial dan lingkungan yang berkelanjutan, bukan hanya untuk generasi sekarang tapi juga untuk
anak cucu kita.

Pertama, tulisan ini akan mencoba memberi gambaran singkat tentang keadaan eksisting di kota
Manado khususnya sepanjang pantai Manado, seperti tata guna lahan, infrastruktur, kebijakan
pemerintah, dan peranan masyarakat. Kedua, perkiraan kondisi eksternal yang bisa
mempengaruhi keberlanjutan perekonomian kota Manado dalam hal ini perubahan iklim dunia
(global climate change). Ketiga, usulan arah pembangunan kota kedepan untuk menjadi kota
yang berkelanjutan (sustainable) dan kuat (resilience) secara ekonomi, sosial dan lingkungan.

Keadaan eksisting
Area sepanjang Boulevard dikenal strategis. hal ini tidak lepas dari sistem zona yang
menempatkan wilayah ini sebagai area komersil yang secara bukan kebetulan berbatasan
langsung dengan zona pemukiman penduduk yang sudah ada lebih dulu di situ. Sistem zona
inilah yang melegitimasi kawasan komersil di sepanjang Boulevard semakin berkembang.
Secara ekonomi, hal ini membawa dampak positif bukan hanya kepada kawasan komersil tapi
juga kepada zona disampingnya yaitu pemukiman penduduk karena mereka bisa ikut mendapat
keuntungan dengan berwirausaha. Hal ini membuat zona pemukiman tersebut memiliki nilai
strategis yang tinggi sekaligus semakin padat. Perlu diketahui bahwa sepanjang Boulevard
adalah daerah dataran rendah walapun sebagian besar wilayah kota Manado berbukit-bukit. Di
dalam zona ini idealnya disediakan ruang terbuka hijau sebagai resapan air hujan. Ditinjau dari
sisi lingkungan, zona pemukiman ini tidak lagi mempunyai ruang terbuka hijau yang sejatinya
berguna untuk menyerap air hujan berlebih di musim penghujan.

Sekarang ini infrasturkutur telah tersedia untuk mengembangkan Boulevard, seperti peningkatan
kualitas dan kapasitas jalan dan jembatan, jaringan air bersih dan sistem drainase. Jika
diperhatikan bahwa ruas jalan Boulevard sebagian telah berada di atas elevasi zona pemukiman
sehingga apabila jalan lebih tinggi dari area disekitarnya maka dapat disimpulkan bahwa jalan
tersebut akan mengalirkan air hujan ke sampingnya, yaitu ke arah pemukiman. Air hujan
limpasan dari ruas jalan tadi kemudian akan ditampung sistem drainase yang berhubungan
dengan jalan tersebut. Jadi, ketika curah hujan melebihi normal melewati sistem drainase yang
kurang terkoordinasi, dipastikan air hujan tidak punya cukup waktu untuk melewati sebagian
ruas jalan Boulevard sampai mencapai titik keluar (katakanlah sungai terdekat), hasilnya
dipastikan air akan meluap dan banjir tak terelakkan.

Kebijakan untuk melakukan reklamasi pantai Manado telah mendorong garis pantai jauh ratusan
meter ke arah laut lepas. Kebijakan ini mengakibatkan dibangunnya jalan Boulevard dan
berkembangnya zona komersil sepanjang sisi sebelah pantai. Tidak bisa dipungkiri bahwa
kebijakan ini telah membantu kegiatan perekonomian di Manado terutama daris sisi jasa, seperti
jasa konstruksi dan perusahaan berbasis jasa lainya. Reklamasi pantai telah merubah ekosistem
alami, arus pantai bahkan kehidupan social masyarakat dan juga reklamasi ini pada beberapa
ruas sungai telah mengakibatkan air sungai lebih lama mencapai laut lepas, sehingga ketika
hujan turun, air hujan terkumpul di muara sungai. Apabila hujan turun pada keadaan yang bukan
ekstrim sekalipun bisa mengakibatkan air di muara sungai menjorok naik ke arah hulu.
Isu selanjutnya adalah masalah klasik, yaitu kebiasaan penduduk kota Manado yang masih
membuang sampah di selokan atau di sungai. Bukan hal baru bahwa sebaik apapun kapasitas
saluran yang dibangun jika setiap orang membuang sampah di saluran maka dipastikan bahwa
pasti akan menyumbat saluran tersebut dan air akan meluap walau sekecil apapun hujan yang
turun. Sebagai contoh kualitas air sungai Tondano masih bagus sampai di daerah Kairagi tapi
setelah itu kualitasnya menurun drastis sampai di muara. Jika kita ada di pesawat udara di atas
perairan teluk Manado bisa terlihat pulau-pulau sampah yang terbawa arus air laut. Kejadian ini
tidak lepas dari kebiasaan membuang sampah di sungai, dan belasan ribu orang yang bermukim
di sepanjang sungai ini diprediksi bertanggungjawab atas hal ini.

Keadaan eksternal
Keadaan di atas mungkin bagi sebagian besar kita sudah lumrah atau sudah mengetahui tapi
bagian sebagian orang pengetahuan tentang keadaan eksternal dalam hal ini naiknya tinggi
muka air laut (Sea level rise) adalah hal yang baru. Hal ini adalah akibat dari ulah manusia yang
melakukan pencemaran udara melaui kendaraan bermotor, pabrik atau pembakaran hutan. Gas-
gas buangan tadi dikenal dengan nama gas rumah kaca (greenhouse gasses). Greenhouse gasses
tersebut menahan panas matahari di dalam bumi dan bukannya dipancarkan lagi keluar dari
atmosfer Bumi. Sebagai akibatnya bumi dalam 100 tahun terakhir ini jauh lebih panas dari
keadaan sebelumnya, inilah yang kita kenal dengan pemanasan global (global warming) dimana
pemanasan terjadi di semua tempat, bukan hanya di satu bagian bumi saja. Global warming ini
mengakibatkan berbagai dampak, salah satunya adalah mencairnya es di kedua kutub Bumi dan
juga di Greenland, Denmark. Es yang mencair tersebut diperkirakan akan semakin banyak dan
akan mengakibatkan kenaikan tinggi muka air laut (sea level rise) secara global. Secara
sederhana sea level rise bisa digambarkan seperti paragraf di atas namun pada kenyataannya
jauh lebih kompleks.

Diperkirakan pada tahun 2100 tinggi muka air laut akan naik sampai 100 cm dan akan
membahayakan kawasan dataran rendah terutama infrasturktur di daerah itu. Kenaikan tinggi
muka air laut ini diprediksi akan tetap terjadi walaupun seluruh penduduk dunia secara bersama-
sama menghentikan emisi gas rumah kaca, ini dikarenakan akumulasi gas rumah kaca yang
sudah terlanjur dipancarkan ke atmosfer Bumi, bisa dilihat simulasi emisi CO2 di
(http://trillionthtonne.org/) . Ini berarti kota Manado tanpa terkecuali akan terkena dampaknya.
Sebagai tambahan, adanya cuaca ekstrim akan memperparah akibat climate change akan
memperparah beban yang harus diterima infrastruktur. Hal ini dikarenakan infrasturktur yang
ada saat ini tidak dirancangkan untuk menahan kondisi ekstrim. Misalnya, jalan, jembatan,
sistem drainase, jaringan air bersih dan bangunan yang ada tidak dirancangkan untuk menahan
kenaikan muka air laut sampai 100 cm dan curah hujan yang jauh lebih banyak bahkan peluang
terjadinya badai. Sementara dipredisksi sebagian bagian Bumi akan terjadi kekeringan, bagian
Bumi lainnya malah menerima curah hujan yang lebih banyak, lebih lebat dan lebih lama
disertai angin kencang.
Dampak fenomena ini kepada kota Manado khususnya kawasan Boulevard tentu saja sangat
nyata, dimana ini adalah kawasan dataran rendah, daerah pantai, salah satu sentra ekonomi,
gabungan area komersial dan pemukiman yang didukung oleh berbagai infrastruktur penting,
namun pada saat yang sama rentan terhadap efek perubahan iklim khususnya bencana banjir.
Sangat penting untuk mulai memperkuat rancangan kota sampai 3 generasi mendatang,
misalnya sampai tahun 2100, sehingga infrastruktur kota bisa digunakan seefektif dan
semaksimal mungkin bagi kemakmuran penduduk kota, dan Manado bisa menjadi kota yang
bukan hanya mampu bertahan (sustainable) menghadapi climate change tapi juga mampu
memanfaatkan climate change sebagai peluang (resilience).

Langkah pertama, mengadakan konsultasi dengan stakeholders utama, yaitu; masyarakat di
dataran rendah yang terkena dampak (misalnya, kawasan Boulevard ), 3 tingkatan pemerintahan
(kota, provinsi dan pusat), dunia usaha, media, organisasi kemasyarakatan, dan dunia
pendidikan. Tujuan membawa seluruh pandangan stakeholders ke satu meja adalah untuk
memberi mereka informasi sekaligus membangun kesadaran akan perlunya tindakan secara
kolektif sehingga di masa depan efek climate change tidak merugikan keberlanjutan kota
Manado secara ekonomi, sosial dan lingkungan.
Kedua, Langkah-langkah adaptasi harus diterapkan. Masyarakat harus secara aktif mencari
informasi tentang climate change dan cara untuk beradaptasi. Mereka harus mulai mencari
alternatif tempat tinggal di luar area yang terancam banjir. Mereka harus mulai mendesain
rumah tahan hujan badai. Dunia usaha harus mencari informasi tentang climate change dan
mulai mencari lokasi usaha dan peluang usaha yang kurang terpengaruhi climate change.

Ketiga pemerintah sebagai stakeholder utama harus menyediakan informasi tentang pengaruh
climate change terhadap berbagai sisi kehidupan kota. Misalnya, melakukan penyuluhan dan
pendidikan di sekolah dan di lingkungan. Metode infomasi alternatif adalah dengan membuat
website yang bisa mengsimulasikan daerah mana saja yang akan tergenang banjir jika tinggi
muka air laut naik sebesar 100 cm, sebagai contoh website kota Gold Coast, Queensland,
Australia
(http://www.ozcoasts.gov.au/climate/Map_images/SthEastQld/mapLevel2_South.jsp)
Zona dalam tata guna lahan harus diperbaharui dan menetapkan daerah rawan banjir yang akan
dilindungi. Pajak harus dikurangi dan subsidi diberikan bagi penduduk yang ingin pindah dari
kediaman mereka yang rawan banjir ke daerah yang tidak beresiko. Jalan alternatif harus
dialokasikan di daerah tidak rawan banjir. Peraturan daerah tentang zona harus diperkuat
sehingga di masa datang tidak ada lagi pembangunan di daerah rawan banjir dimana banjir tidak
terelakkan lagi akan terjadi di daerah itu akibat climate change. Aturan tentang pembuangan
sampah harus diperkuat dan sistem pengumpulan sampah harus dikoordinasikan dengan baik
sehingga masyarakat tidak membuang sampah di saluran lagi. Spesifikasi infrastrukutur publik
dan bangunan perumahan harus ditingkatkan sehingga mampu menahan cuaca ekstrim.

Sebagai kesimpulan, sebagai kota yang sedang berkembang pesat, Manado adalah pusat roda
ekonomi di Sulawesi Utara. Kota ini sangat tergantung dari sisi jasa yang terkonsentrasi di
sepanjang ruas jalan Boulevard. Uraian di atas menggambarkan bahwa keadaan sekarang semua
kelihatan kondusif namun untuk perencanaan kota ke depan perlu diperkuat. Jika kita ingin kota
yang kuat secara berkesinambungan maka perencanaan kota harus diperuntukkan bagi 3
generasi di masa datang atau 100 tahun ke depan. Hasilnya tidak akan kita petik sekarang tapi
itulah warisan kita kepada anak cucu kita. Disarankan agar kota Manado mulai mengarahkan
pembangunan ke arah daratan, misalnya ke arah Kairagi dan perbatasan dengan Minahasa Utara
sehingga kita tidak akan kehilangan lebih banyak infrastruktur berharga yang terletak di
sepanjang garis pantai. Untuk mewujudkan gagasan ini perlu koordinasi dan komitmen seluruh
stakeholders. Tidak pernah mudah untuk berubah tapi selalu bisa jika ada keteguhan

Anda mungkin juga menyukai