Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora 2(1), 17-33

OPTIMALISASI DAYA ADSORPSI ZEOLIT


TERHADAP ION KROMIUM (III)


I Nyoman Suardana
Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Undiksha

Abstrak

Ion-ion logam berat bersifat toksik dan umumnya sebagai polutan
utama bagi lingkungan. Ion-ion logam berat seperti ion-ion kromium
(III) atau Cr
3+
dapat menyebabkan kanker paru-paru, kerusakan hati
dan ginjal. Penanganan limbah yang mengandung ion-ion logam berat
khususnya ion-ion Cr
3+
telah banyak dilakukan dan perlu
dikembangkan. Pada penelitian ini dilakukan adsorpsi ion Cr
3+
oleh
zeolit. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Subjek
penelitian adalah zeolit dan objek penelitian adalah pengaruh
temperatur aktivasi terhadap daya adsorpsi zeolit pada ion Cr
3+
,
temperatur aktivasi zeolit yang efektif dalam mengadsorpsi ion Cr
3+
,
pola isoterm adsorpsi zeolit terhadap ion Cr
3+
, dan daya adsorpsi
maksimum dari zeolit terhadap ion Cr
3+
. Penelitian ini dilakukan
dalam dua tahap, yaitu persiapan dan pelaksanaan penelitian. Tahap
persiapan meliputi penyiapan alat-alat, bahan-bahan dan sampel
penelitian. Tahap pelaksanaan diawali dengan melakukan
pembubukan zeolit dan sebagian zeolit diaktivasi dengan variasi suhu
100, 200 dan 300
o
C, selanjutnya digunakan sebagai adsorben ion-ion
Cr
3+
. Pengukuran konsentrasi ion Cr
3+
dilakukan dengan AAS pada
panjang gelombang 357,74 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
(1) aktivasi zeolit secara fisis dapat meningkatkan daya adsorpsi
zeolit pada ion Cr
3+
, namun perubahan temperatur aktivasi dari 100
sampai 300
o
C tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
daya adsorpsi zeolit pada ion Cr
3+
; (2) temperatur aktivasi zeolit yang
efektif dalam mengadsorpsi ion Cr
3+
adalah 100
o
C; (3) adsorpsi zeolit
yang tidak teraktivasi tidak mengikuti pola isoterm adsorpsi
Freundlich maupun Langmuir, tetapi adsorpsi zeolit yang teraktivasi
secara fisis terhadap ion Cr
3+
mengikuti pola isoterm adsorpsi
Langmuir; dan (4) daya adsorpsi maksimum zeolit yang teraktivasi
secara fisis terhadap ion Cr
3+
adalah sebesar 2,7061 mg/g

Kata-kata kunci: adsorpsi, zeolit, aktivasi secar fisis, ion Cr
3+

17
JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora 2(1), 17-33



Abstract

The heavy metal ion are toxic and they are as main pollutant for
environmental. The heavy metal ions like Cr
3+
ions can cause lung
cancer, damage of liver and kigney. The overcome of waste which
contain heavy metal ions like Cr
3+
ion had been done and needed to
be developed. In this research was done adsorption Cr
3+
ion by
zeolite. This was an experimental research. The subject of research is
zeolit and the object of this research are the temperature influence to
zeolite adsorption ability, the effective temperature of zeolite
activation in adsortion of Cr
3+
ion, pattern of zeolite adsorption
isoterm to Cr
3+
ions, and maximum adsorption ability of zeolit to Cr
3+

ion. This research was done in two steps, that were preparation and
experimental work steps. The preparation step involved preparation
of equipments, chemicals, and samples. The experimental work was
begun with doing zeolite powder and a part of this powder was
activated by temperature variation in 100, 200 and 300
o
C,
furthermore used as adsorpben of Cr
3+
ions. Mesurement of Cr
3+
ions
concentration used AAS in 357,74 nm wave length. The result
showed that (1) zeolite activated physically could improve zeolite
adsorption ability to Cr
3+
ion, but the change of activation
temperature from 100 to 300
o
C is not significantly influence zeolite
adsorption ability to Cr
3+
ion, (2) activation temperature of zeolite in
adsorption Cr
3+
ion was 100
o
C, (3) un activated zeolite does not
follow adsorption isotherm of Freundlich and Langmuir patterns, but
activated zeolite followed adsorption isotherm of Langmuir pattern to
Cr
3+
ions, and (4) maximum adsorption ability of activated zeolite
physically to Cr
3+
ion was 2,7061 mg/g.

Key words: adsorption, zeolite, activation physically, Cr
3+
ion
Pendahuluan
Perkembangan dunia industri banyak memberikan dampak terhadap
kehidupan manusia, baik yang positif maupun negatif. Dampak negatifnya
adalah dihasilkannya bahan-bahan pencemar yang mengganggu lingkungan.
Bahan pencemar yang sering menjadi perhatian adalah ion-ion logam berat. Hal
ini disebabkan ion-ion ini bersifat toksik meskipun pada konsentrasi yang
rendah (ppm) dan umumnya sebagai polutan utama bagi lingkungan. Ion-ion
logam berat seperti ion-ion kromium (III) atau Cr
3+
dapat menyebabkan kanker
paru-paru, kerusakan hati dan ginjal serta dapat menyebabkan iritasi pada kulit
18
JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora 2(1), 17-33



(Imamkhasani, 2001) dan mempunyai sifat mudah terakumulasi, yaitu apabila
ion-ion ini ada dalam tubuh mahkluk hidup akan mengalami penumpukan dan
pada konsentrasi tertentu dapat menimbulkan keracunan. Menurut Kepmenkes
Republik Indonesia (2002), nilai ambang ion Cr
3+
dalam air adalah 0,05 ppm.
Dengan demikian, keberadaan ion Cr
3+
dalam air harus diupayakan agar tidak
melebihi nilai ambang yang diperbolehkan.
Usaha-usaha penanganan limbah yang mengandung ion-ion logam berat
khususnya ion-ion Cr
3+
telah banyak dilakukan dan perlu dikembangkan.
Pendekatan yang telah banyak dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah
melalui imobilisasi dengan teknik pengendapan, pertukaran ion maupun
menggunakan adsorben (zat penyerap). Metode-metode yang telah
dikembangkan pada umumnya mempunyai efektivitas yang masih rendah.
Penelitian untuk menemukan metode penanganan limbah ion-ion logam berat
khususnya ion-ion Cr
3+
yang memiliki efektivitas tinggi perlu dikembangkan.
Zeolit merupakan material berpori yang pengguannya sangat luas.
Kegunaan zeolit didasarkan atas kemampuannya melakukan pertukaran ion (ion
excangher), adsorpsi (adsorption) dan katalisator (catalyst). Zeolit memiliki
bentuk kristal yang sangat teratur dengan rongga yang saling berhubungan ke
segala arah yang menyebabkan luas permukaan zeolit sangat besar sehingga
sangat baik digunakan sebagai adsorben (Sutarti dan Rachmawati, 1994).
Peningkatan daya guna atau optimalisasi zeolit sebagai adsorben dapat
dilakukan melalui aktivasi secara fisis maupun kimia (Priatna, et.al., 1985).
Proses aktivasi secara fisis dilakukan dengan pemanasan (kalsinasi). Pemanasan
ini bertujuan untuk menguapkan air yang terparangkap dalam pori-pori kristal
zeolit sehingga jumlah pori dan luas permukaan spesifiknya bertambah
(Suyartono dan Husaini, 1991). Aktivasi secara kimia dapat dilakukan dengan
menggunakan larutan asam klorida atau asam sulfat yang bertujuan untuk
membersihkan permukaan pori, membuang senyawa pengganggu dan menata
kembali letak atom yang dapat dipertukarkan (Suyartono dan Husaini, 1991).
Adsorpsi suatu zat pada permukaan adsorben bergantung pada beberapa
faktor dan memiliki pola isoterm adsorpsi tertentu. Untuk proses adsorpsi yang
terjadi dalam larutan, jumlah zat yang teradsorpsi bergantung pada : (1) jenis
adsorben, (2) jenis adsorbat atau zat yang teradsorpsi, (3) luas permukaan
adsorben, (4) konsentrasi zat terlarut, dan (5) temperatur. Terdapat tiga pola
isoterm adsorpsi, yaitu isoterm adsorpsi Freundlich, Lamngmuir, dan BET
(Brunauer, Emmet dan Teller). Adsorpsi molekul atau ion pada permukaan
padatan umumnya terbatas pada lapisan satu molekul (monolayer). Dengan
demikian adsorpsi tersebut biasanya mengikuti persamaan adsorpsi Freundlich
19
JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora 2(1), 17-33



dan atau Langmuir. Menurut hasil penelitian Rumiati (2007), adsorpsi ion Cr
3+
oleh abu sekam padi varietas IR 64 mengikuti pola isoterm adsorpsi Langmuir.
Menurut Fatria (2006), adsorpsi ion Cr
3+
oleh serbuk gergaji kayu kamper juga
sesuai dengan pola isoterm adsorpsi Langmuir. Menurut Mawardi (2000),
adsorpsi ion Pb
2+
oleh dedak padi sesuai dengan pola isoterm adsorpsi
Langmuir. Menurut Redhana (1994), adsorpsi amoniak dalam larutan air oleh
karbon aktif sesuai dengan pola isoterm adsorpsi Freundlich dan Langmuir.
Dalam penelitian ini dipelajari pengaruh temperatur aktivasi terhadap
daya adsorpsi zeolit pada ion Cr
3+
, penentuan temparatur aktivasi zeolit yang
efektif, pola isoterm adsorpsi zeolit terhadap ion Cr
3+
, dan daya adsorpsi
maksimum dari zeolit terhadap ion Cr
3+
. Dari penelitian yang dilakukan
diharapkan bahwa optimalisasi zeolit yang teraktivasi secara fisis (melalui
pemanasan) dapat diperoleh zeolit yang memiliki daya adsorpsi yang tinggi,
sehingga nantinya dapat dikembangkan lebih lanjut dalam upaya penyediaan
adsorben untuk menanggulangi ion-ion logam berat khusunya ion-ion Cr
3+
baik
dalam skala laboratorium maupun dalam skala industri.
Metode
Metode yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini
adalah metode eksperimen yang meliputi tahap persiapan dan pelaksanaan
penelitian. Tahap persiapan meliputi penyiapan alat-alat, bahan-bahan dan
sampel penelitian. Pada tahap pelaksanaan diawali dengan melakukan
pembubukan dan aktivasi zeolit dengan variasi suhu 100, 200 dan 300
o
C,
selanjutnya digunakan sebagai adsorben ion-ion Cr
3+
. Pengukuran konsentrasi
ion Cr
3+
dilakukan dengan menggunakan AAS pada panjang gelombang 357,74
nm.
Subjek dalam penelitian ini adalah zeolit. Sedangkan objeknya adalah
pengaruh temperatur aktivasi terhadap daya adsorpsi zeolit pada ion Cr
3+
,
temperatur aktivasi zeolit yang efektif dalam mengadsorpsi ion Cr
3+
, pola
isoterm adsorpsi zeolit terhadap ion Cr
3+
, dan daya adsorpsi maksimum dari
zeolit terhadap ion Cr
3+
.
Alat-alat yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi seperangkat alat
gelas, ayakan 100 mesh, tungku, penggerus, eksikator, kertas saring, pompa
vakum, dan spektrofotometer serapan atom (AAS) model AA-6300. Sedangkan
bahan-bahan yang diperlukan adalah zeolit alam (zioda), CrCl
3
.6H
2
O, dan
aquades.
Zeolit dalam bentuk kerikil dicuci dengan aquades, dikeringkan, digiling
dan diayak menggunakan ayakan 100 mesh. Selanjutnya dibagi menjadi dua
20
JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora 2(1), 17-33



bagian, satu bagian diuji secara langsung daya adsorpsinya terhadap ion Cr
3+

dan bagian kedua diaktivasi dengan pemanasan dalam tungku pada suhu 100,
200, dan 300
o
C selama 2 jam, selanjutnya didinginkan dalam eksikator dan diuji
daya adsorsinya terhadap ion Cr
3+
.
Sebelum dilakukan uji daya adsorpsi zeolit dilakukan pembuatan kurva
kalibrasi untuk mengetahui hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi ion
Cr
3+
. Pembuatan kurva kalibrasi dilakukan sebagai berikut. Pertama-tama dibuat
larutan yang mengandung ion Cr
3+
dengan konsentrasi 1, 2, 3, 4, dan 5 ppm.
Selanjutnya dilakukan pengukuran absorbansinya dengan AAS dan dibuat
kurva kalibrasinya.
Uji daya adsorpsi zeolit yang tidak diaktivasi dan yang diaktivasi pada
suhu 100, 200, dan 300
o
C selama 2 jam dilakukan dengan cara sebagai berikut.
Mula-mula disiapkan 16 buah labu erlenmeyer 100 mL dan dibagi menjadi
empat bagian. Ke dalam 4 buah labu erlenmeyer pertama diisi masing-masing
0,5 gram zeolit, yang tidak diaktivasi, selanjutnya ditambahkan berturut-turut
50 mL larutan Cr
3+
20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, dan 80 ppm. Ke empat campuran
di atas dikocok selama 1 jam dan dibiarkan pada suhu kamar sampai 24 jam,
selanjutnya disaring. Filtrat yang diperoleh diencerkan sepuluh kali dan
dianalisis menggunakan spektrofotometer serapan atom (AAS) pada panjang
gelombang 357,74 nm. Hal yang sama juga dilakukan untuk zeolit yang
diaktivasi pada suhu 100, 200, dan 300
o
C.
Dari pengukuran dengan menggunakan AAS, diperoleh data absorbansi
dan konsentrasi ion Cr
3+
setimbang. Konsentrasi ion Cr
3+
yang diadsorpsi
dihitung dengan cara mengurangkan konsentrasi ion Cr
3+
awal dengan
konsentrasi ion Cr
3+
setimbang. Konsentrasi ion Cr
3+
yang teradsorpsi (dalam
ppm) dikonversi menjadi massa yang diadsorpsi (dalam gram) yang dihitung
dengan persamaan sebagai berikut.
x = v..c
adsorpsi
dengan x = massa ion Cr
3+
yang teradsorpsi (dalam gram), v = volume larutan
(dalam mL), = massa jenis larutan (dalam gram/mL), dan c = konsentrasi
(dalam ppm).
Dalam larutan yang sangat encer, massa jenis larutan mendekati massa jenis air
yaitu sama dengan 1 gram/mL (Agus, 1974).
Data jumlah ion Cr
3+
yang teradsorpsi pada masing-masing konsentrasi
oleh zeolit yang diaktivasi pada temperatur 100, 200, dan 300
o
C disajikan
dalam bentuk tabel dan selanjutnya dianalisis secara deskriptif untuk
mengambarkan pangaruh temperatur aktivasi zeolit terhadap daya adsorpsi
21
JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora 2(1), 17-33



zeolit pada ion Cr
3+
dan menentukan temparatur aktivasi zeolit yang efektif
dalam mengadsorpsi ion Cr
3+
. Sedangkan jumlah ion Cr
3+
yang teradsorpsi oleh
zeolit yang tidak diaktivasi digunakan sebagai pembanding.
Untuk mengetahui pola isoterm adsorpsi ion Cr
3+
oleh zeolit (baik yang
tidak diaktivasi maupun yang diaktivasi pada suhu 100, 200, dan 300
o
C)
dilakukan uji terhadap pola isoterm Freundlich dan Langmuir. Pengujian pola
isoterm adsorpsi Freundlich dilakukan dengan pembuatan kurva log (x/m)
terhadap log c. Sedangkan pengujian pola isoterm adsorpsi Langmuir dilakukan
dengan pembuatan kurva c/(x/m) terhadap c. Pola adsorpsi ditentukan dengan
cara membandingkan tingkat kelinieran kurva yang ditunjukkan oleh harga R
2
.
Harga R
2
yang dapat diterima adalah 0,95 atau 95%.
Daya adsorpsi yang maksimum zeolit (baik yang tidak diaktivasi
maupun yang diaktivasi pada suhu 100, 200, dan 300
o
C) terhadap ion-ion Cr
3+

hanya dapat ditentukan apabila pola isoterm adsopsinya mengikuti pola isoterm
Langmuir. Daya adsorpsi maksimum ditentukan dari harga 1/(x/m)
maks
yang
diperoleh dari slope (kemiringan garis) pada kurva c/(x/m) terhadap c pada
pengujian pola isoterm adsorpsi Langmuir.

Hasil
1. Pengaruh Temparatur Aktivasi Terhadap Daya Adsorpsi Zeolit
pada Ion Cr
3+
dan Temperatur Aktivasi Zeolit yang Efektif
Data pengaruh temperatur aktivasi terhadap daya adsorpsi zeolit pada
ion Cr
3+
(jumlah ion Cr
3+
yang teradsorpsi) pada beberapa konsentrasi disajikan
pada Tabel 1.

Tabel 1
Pengaruh Temparatur Aktivasi Terhadap Daya Adsorpsi Zeolit pada Ion
Cr
3+
pada Beberapa Konsentrasi Ion Cr
3+
Mula-mula

No
Temperatur
Aktivasi (
o
C)
[Cr
3+
]
mula-mula
(ppm)
[Cr
3+
]
setimbang, c,
(ppm)
[Cr
3+
]
teradsorpsi
(ppm)
x/m
(g/g)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
20 6,497 13,503 0,0013503
40 23,341 16,659 0,0016659
60 39,523 20,477 0,0020477
1
Tidak
diaktivasi
80 52,531 27,469 0,0027469
22
JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora 2(1), 17-33



(1) (2) (3) (4) (5) (6)

20 5,144 14,856 0,0014856
40 22,385 17,615 0,0017615
60 38,303 21,697 0,0021697
2 100
80 54,559 25,441 0,0025441
20 5,409 14,591 0,0014591
40 22,400 17,600 0,0017600
60 37,627 22,373 0,0022373
3 200
80 56,147 23,853 0,0023853
20 4,571 15,429 0,0015429
40 22,282 17,718 0,0017718
60 39,097 20,903 0,0020903
4 300
80 55,000 25,000 0,0025000
Keterangan: Temperatur zeolit yang tidak diaktivasi adalah 28
o
C;
x/m = massa ion Cr
3+
yang teradsorpsi oleh setiap gram massa
zeolit (contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 3)
Data pada Tabel 1 dapat disusun kembali untuk lebih memperjelaskan
hubungan antara pengaruh temperatur terhadap daya adsorpsi zeolit (jumlah ion
Cr
3+
yang diadsorpsi) pada berbagai konsentrasi seperti disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2
Pengaruh Temparatur Aktivasi Terhadap Daya Adsorpsi Zeolit pada Ion
Cr
3+
pada Beberapa Konsentrasi Ion Cr
3+
Mula-mula

No
Temperatur
Aktivasi (
o
C)
[Cr
3+
]
mula-mula
(ppm)
[Cr
3+
]
setimbang
(ppm)
[Cr
3+
]
teradsorpsi
(ppm)
x/m
(g/g)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Tidak
diaktivasi
20 6,497
13,503
0,0013503
2 100 20 5,144 14,856 0,0014856
3 200 20 5,409 14,591 0,0014591
4 300 20 5,409 14,591 0,0015429
5 Tidak
diaktivasi
40 23,341 16,659 0,0016659
6 100 40 22,385 17,615 0,0017615
7 200 40 22,400 17,600 0,0017600
8 300 40 22,282 17,718 0,0017718
23
JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora 2(1), 17-33



(1) (2) (3) (4) (5) (6)
9 Tidak
diaktivasi
60 39,523 20,477 0,0020477
10 100 60 38,303 21,697 0,0021697
11 200 60 37,624 22,376 0,0022373
12 300 60 39,097 20,903 0,0020903
13 Tidak
diaktivasi
80 52,531 27,469 0,0027469
14 100 80 54,559 25,441 0,0025441
15 200 80 56,147 23,853 0,0023853
16 300 80 55,000 25,000 0,0025000

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan jumlah ion
Cr
3+
yang teradsorpsi oleh zeolit yang teraktivasi pada temperatur 100, 200, dan
300
o
C dibandingkan zeolit yang tidak diaktivasi. Jumlah ion Cr
3+
yang
teradsorpsi pada ketiga temparatur tersebut hampir sama sehingga temperatur
aktivasi zeolit yang efektif adalah 100
o
C.
2. Pola Isoterm Adsorpsi dan Daya Adsorpsi Maksimum Zeolit
Terhadap Ion Cr
3+

Pola isoterm adsorpsi dan daya adsorpsi maksimum zeolit terhadap ion
Cr
3+
dapat ditentukan melalui perhitungan log (x/m), log c, dan c/(x/m)
berdasarkan Tabel 1. Selanjutnya hasil perhitungan tersebut disajikan pada
Tebel 3.

Tabel 3
Data Jumlah Ion Cr
3+
yang Teradsorpsi pada Temperatur Aktivasi dan
Konsentrasi Ion Cr
3+
Bervariasi, Log (x/m), Log c, dan c/(x/m)

No
Temperatur
Aktivasi
(
o
C)
[Cr
3+
]
mula-
mula
(ppm)
[Cr
3+
]
setim-
bang,c,
(ppm)
[Cr
3+
]
terad-
sorpsi
(ppm)
x/m
(g/g)
Log
(x/m)
Log c c/(x/m}
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
20 6,497 13,50 0,001350 -2,8696 0,81271 4811,523
40 23,341 16,66 0,001666 -2,7784 1,36812 14011,045
60 39,523 20,48 0,002048 -2,6887 1,59685 19301,167
1



Tidak
Diaktivasi




80 52,531 27,47 0,002747 -2,5612 1,72042 19123,739
24
JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora 2(1), 17-33



(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
20 5,144 14,86 0,001486 -2,8281 0,7113 3462,574
40 22,385 17,62 0,001762 -2,7541 1,34996 12707,919
60 38,303 21,70 0,00217 -2,6636 1,58323 17653,593
2



100



80 54,559 25,44 0,002544 -2,5945 1,73687 21445,305
20 5,409 14,59 0,001459 -2,8359 0,73312 3707,080
40 22,4 17,6 0,00176 -2,7545 1,35025 12727,273
60 37,624 22,38 0,002238 -2,6502 1,57546 16814,444
3



200



80 56,147 23,85 0,002385 -2,6225 1,74933 23538,758
20 5,409 14,59 0,001459 -2,8359 0,73312 3707,080
40 22,282 17,72 0,001772 -2,7516 1,34795 12575,912
60 39,097 20,90 0,00209 -2,6798 1,59214 18704,014
4



300



80 55 25 0,0025 -2,6021 1,74036 22000,000

Keterangan: x/m = massa ion Cr
3+
yang teradsorpsi oleh setiap gram massa
zeolit
Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich dan Langmuir dapat dituliskan
secara berturut-turut sebagai berikut.
Log (x/m) = log k + 1/n log c dan
maks maks
m x
c
m x k m x
c
) / ( ) / (
1
) / (
+ =
Uji pola isoterm adsorpsi Freundlich dilakukan dengan membuat kurva
hubungan log (x/m) terhadap log c dan uji pola isoterm adsorpsi dilakukan
dengan dengan cara membuat kurva hubungan c/(x/m) terhadap c.
Kurva uji pola isoterm adsorpsi Freundlich dan Langmuir untuk zeolit
yang tidak diaktivasi disajikan secara berturut-turut pada Gambar 1 dan 2.
Kurva Hubungan Log (x/m) Terhadap Log c
y =0,3018x - 3,1393
R
2
=0,8507
-3
-2,9
-2,8
-2,7
-2,6
-2,5
0 0,5 1 1,5
Log c
L
o
g

(
x
/
m
)
2

Gambar 1
Kurva Log (x/m) Terhadap Log c pada Zeolit
yang Tidak Diaktivasi
25
JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora 2(1), 17-33




Kurva c(x/m) Terhadap c
y =319,23x +4583,9
R
2
=0,8794
0
5000
10000
15000
20000
25000
0 10 20 30 40 50 60
c
c
(
x
/
m
)



Gambar 4.2
Kurva c/(x/m) Terhadap c pada Zeolit yang
Tidak Diaktivasi

Berdasarkan Gambar 1 dan 2 menunjukan bahwa nilai R
2
pada kedua
kurva tersebut berada di bawah 95%. Ini menunjukkan bahwa tingkat linieritas
dari garis pada kurva masih rendah, sehingga kedua pola isoterm adsorpsi tidak
ada yang sesuai.
Kurva uji pola isoterm adsorpsi Freundlich dan Langmuir untuk zeolit
yang diaktivasi pada temperatur 100
o
C disajikan secara berturut-turut pada
Gambar 3 dan 4.
Kurva Log (x/m) Terhadap Log c
y =0,214x - 2,998
R
2
=0,8926
-2,9
-2,8
-2,7
-2,6
-2,5
0 0,5 1 1,5 2
Log c
L
o
g

(
x
/
m
)


Gambar 4.3
Kurva Log (x/m) Terhadap Log c pada Zeolit yang
Diaktivasi pada 100
o
C

26
JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora 2(1), 17-33



Kurva c/(x/m) Terhadap c
y =359,84x +2986,9
R
2
=0,9624
0
5000
10000
15000
20000
25000
0 20 40
c
c
/
(
x
/
m
)
60


Gambar 4.4
Kurva c/(x/m) Terhadap c pada Zeolit yang
Diaktivasi pada 100
o
C

Berdasarkan Gambar 3 dan 4 menunjukan bahwa nilai koefisien regresi
linier, R
2
, untuk pola isoterm adsopsi Freundlich pada 100
o
C sebesar 0,8926
dan nilai R
2
untuk pola isoterm adsorpsi Langmuir sebesar 0,9624 atau 96,24%.
Jadi berdasarkan nilai R
2
, adsorpsi ion Cr
3+
oleh zeolit yang diaktivasi pada
temperatur 100
o
C memenuhi pola isoterm adsorpsi Langmuir dengan
persamaan garis lurus c/(x/m) = 359,84c + 2986,9, yang memiliki gradien
1/(x/m)
maks
= 359,84 dan garis memotong sumbu c/(x/m) pada 2986,9. Dengan
demikian harga (x/m)
maks
= 0,0027790 g/g atau daya adsorpsi maksimum zeolit
yang diaktivasi pada 100
o
C terhadap ion Cr
3+
adalah 0,0027790 g/g.
Kurva uji pola isoterm adsorpsi Freundlich dan Langmuir untuk zeolit
yang diaktivasi pada temperatur 200
o
C disajikan secara berturut-turut pada
Gambar 5 dan 6.
27
JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora 2(1), 17-33



Kurva Log (x/m) Terhadap Log c
y =0,2135x - 3,0044
R
2
=0,9307
-2,9
-2,85
-2,8
-2,75
-2,7
-2,65
-2,6
0 0,5 1 1,5 2
Log c

L
o
g

(
x
/
m
)


Gambar 5
Kurva Log (x/m) Terhadap Log c pada Zeolit yang
Diaktivasi pada 200
o
C

Kurva c/(x/m) Terhadap c
y =379,97x +2647,7
R
2
=0,9822
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
0 20 40 6
c
c
/
(
x
/
m
)
0


Gambar 6
Kurva c/(x/m) Terhadap c pada Zeolit yang
Diaktivasi pada 200
o
C

Berdasarkan Gambar 5 dan 6 menunjukan bahwa nilai koefisien regresi
linier, R
2
, untuk pola isoterm adsopsi Freundlich pada 200
o
C sebesar 0,9307
dan nilai R
2
untuk pola isoterm adsorpsi Langmuir sebesar 0,9822 atau 98,22%.
Jadi berdasarkan nilai R
2
, adsorpsi ion Cr
3+
oleh zeolit yang diaktivasi pada
temperatur 200
o
C memenuhi pola isoterm adsorpsi Langmuir dengan
28
JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora 2(1), 17-33



persamaan garis lurus c/(x/m) = 379,97c + 2647,7, yang memiliki gradien
1/(x/m)
maks
= 379,97 dan garis memotong sumbu c/(x/m) pada 2647,7. Dengan
demikian harga (x/m)
maks
= 0,0026318 g/g atau daya adsorpsi maksimum zeolit
yang diaktivasi pada 200
o
C terhadap ion Cr
3+
adalah 0,0026318 g/g.
Kurva uji pola isoterm adsorpsi Freundlich dan Langmuir untuk zeolit
yang diaktivasi pada temperatur 300
o
C disajikan secara berturut-turut pada
Gambar 7 dan 8.
Kurva Log (x/m) Terhadap Log c
y =0,2152x - 3,0086
R
2
=0,9154
-2,9
-2,8
-2,7
-2,6
-2,5
0 0,5 1 1,5 2
Log c
L
o
g

(
x
/
m
)


Gambar 7
Kurva Log (x/m) Terhadap Log c pada Zeolit yang
Diaktivasi pada 200
o
C

Kurva c/(x/m) Terhadap c
y =369,34x +3001,4
R
2
=0,9649
0
5000
10000
15000
20000
25000
0 20 40
c
c
/
(
x
/
m
)
60


Gambar 8
Kurva c/(x/m) Terhadap c pada Zeolit yang
Diaktivasi pada 200
o
C

Berdasarkan Gambar 7 dan 8 menunjukan bahwa nilai koefisien regresi
linier, R
2
, untuk pola isoterm adsopsi Freundlich pada 300
o
C sebesar 0,9154
dan nilai R
2
untuk pola isoterm adsorpsi Langmuir sebesar 0,9649 atau 96,49%.
29
JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora 2(1), 17-33



Jadi berdasarkan nilai R
2
, adsorpsi ion Cr
3+
oleh zeolit yang diaktivasi pada
temperatur 300
o
C memenuhi pola isoterm adsorpsi Langmuir dengan
persamaan persamaan garis lurus c/(x/m) = 369,34c + 3001,4, yang memiliki
gradien 1/(x/m)
maks
= 369,34 dan garis memotong sumbu c/(x/m) pada 3001,4.
Dengan demikian harga (x/m)
maks
= 0,0027075 g/g atau daya adsorpsi
maksimum dari zeolit yang diaktivasi pada 200
o
C terhadap ion Cr
3+
adalah
0,0027075 g/g.
Jadi daya adsorpsi maksimum dari zeolit yang diaktivasi pada 100, 200,
dan 300
o
C terhadap ion Cr
3+
secara berturut-turut adalah 0,0027790 g/g,
0,0026318 g/g, dan 0,0027075 g/g. Ini menunjukan bahwa daya adsorpsi zeolit
yang diaktivasi pada ketiga termpertur tersebut hampir sama dengan daya
adsorpsi rata-rata 0,0027061 g/g.
Pembahasan
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan jumlah ion
Cr
3+
yang teradsorpsi oleh zeolit yang teraktivasi pada temperatur 100, 200, dan
300
o
C selama 2 jam dibandingkan zeolit yang tidak diaktivasi. Hal ini
disebabkan pada proses aktivasi zeolit terjadi penguapan molekul-molekul air
yang terparangkap dalam pori-pori kristal zeolit sehingga jumlah pori dan luas
permukaan spesifik zeolit bertambah (Suyartono dan Husaini, 1991) dan
akhirnya zeolit menjadi lebih efektif mengadsorpsi ion-ion Cr
3+.
Jumlah ion
Cr
3+
yang teradsorpsi pada ketiga temparatur tersebut hampir sama sehingga
aktivasi zeolit yang efektif dapat dilakukan pada temperatur 100
o
C. Ini
menunjukan bahwa pemanasan zeolit pada temperatur 100 s/d 300
o
C tidak
menyebabkan terjadi perubahan struktur dan pengembangan pori-pori zeolit,
sehingga jumlah ion Cr
3+
yang teradsorpsi hampir sama.
Berdasarkan Gambar 1 dan 2 menunjukan bahwa nilai R
2
pada kedua
kurva tersebut berada di bawah 95%. Ini menunjukkan bahwa tingkat linieritas
dari garis pada kurva masih rendah, sehingga adsorpsi ion Cr
3+
oleh zeolit yang
tidak teraktivasi tidak sesuai dengan pola isoterm adsorpsi Freunlich maupun
Langmuir. Hal ini disebabkan molekul-molekul air masih terangkap dalam pori-
pori kristal zeolit yang tidak teraktivasi sehingga mengganggu proses adsorpsi
terhadap ion Cr
3+
. Daya adsorpsi maksimum zeolit yang tidak teraktivasi tidak
dapat ditentukan karena tidak sesuai dengan pola isoterm adsorpsi Langmuir.
Berdasarkan nilai koefisien regresi linier, R
2
, adsorpsi ion Cr
3+
oleh
zeolit yang diaktivasi pada temperatur 100, 200 dan 300
o
C memenuhi pola
isoterm adsorpsi Langmuir. Persamaan garis lurus pada suhu 100
o
C adalah
c/(x/m) = 359,84c + 2986,9, yang memiliki gradien 1/(x/m)
maks
= 359,84 dan
30
JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora 2(1), 17-33



garis memotong sumbu c/(x/m) pada 2986,9. Dengan demikian, harga (x/m)
maks

= 0,0027790 g/g atau daya adsorpsi maksimum zeolit yang diaktivasi pada
100
o
C terhadap ion Cr
3+
adalah 0,0027790 g/g. Persamaan garis lurus pada suhu
200
o
C adalah c/(x/m) = 379,97c + 2647,7, yang memiliki gradien 1/(x/m)
maks
=
379,97 dan garis memotong sumbu c/(x/m) pada 2647,7. Dengan demikian,
harga (x/m)
maks
= 0,0026318 g/g atau daya adsorpsi maksimum zeolit yang
diaktivasi pada 200
o
C terhadap ion Cr
3+
adalah 0,0026318 g/g. Persamaan garis
lurus pada suhu 300
o
C adalah c/(x/m) = 369,34c + 3001,4, dan memiliki
gradien 1/(x/m)
maks
= 369,34 serta garis memotong sumbu c/(x/m) pada 3001,4.
Dengan demikian, harga (x/m)
maks
= 0,0027075 g/g atau daya adsorpsi
maksimum zeolit yang diaktivasi pada 300
o
C terhadap ion Cr
3+
adalah
0,0027075 g/g.
Jadi daya adsorpsi maksimum dari zeolit yang diaktivasi pada 100, 200,
dan 300
o
C terhadap ion Cr
3+
secara berturut-turut adalah 0,0027790 g/g,
0,0026318 g/g, dan 0,0027075 g/g. Ini menunjukan bahwa daya adsorpsi zeolit
yang diaktivasi pada ketiga termpertur tersebut hampir sama dengan daya
adsorpsi rata-rata 0,0027061 g/g atau 2,7061 mg/g. Sebagai perbandingan,
beberapa hasil penelitian adsorpsi yang telah dilakukan adalah (1) serapan
maksimum ion Cr
3+
oleh abu sekam padi varietas IR 64 adalah sebesar 1,588
mg/g (Rumiati, 2007); (2) serapan maksimun ion Cr
3+
oleh serbuk gergaji kayu
kamper (Dryobalanops sp) adalah 1,552 mg/g (Fatria, 2006); (3) serapan
maksimum ion Pb
2+
oleh dedak padi adalah 12,40 mg/g (Mawardi, 2000); dan
(4) serapan maksimum ion Pb
2+
oleh biomassa Saccharomyces cerevisiae
adalah 33,04 mg/g (Mawardi, et al., 1997). Berdasarkan perbandingan hasil
penelitian ini dengan hasil penlitian sebelumnya, menunjukan bahwa daya
adsorpsi maksimum zeolit yang terktivasi secara fisis (melalui pemanasan)
terhadap ion Cr
3+
adalah sangat tinggi. Hal ini disebabkan tinggi luas
permukaan zeolit yang teraktivasi secara fisis.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai
berikut. (1) Aktivsi zeolit secara fisis (melalui pemanasan) dapat meningkatkan
daya adsorpsi zeolit pada ion Cr
3+
, namun perubahan temperatur aktivasi dari
100 sampai 300
o
C tidak memberikan berpengaruh yang signifikan terhadap
daya adsorpsi zeolit pada ion Cr
3+
. (2) Temperatur aktivasi zeolit yang efektif
dalam mengadsorpsi ion Cr
3+
adalah 100
o
C. (3) Adsorpsi zeolit yang tidak
teraktivasi tidak sesuai dengan pola isoterm adsorpsi Freundlich maupun
Langmuir, tetapi adsorpsi zeolit yang teraktivasi secara fisis terhadap ion Cr
3+
31
JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora 2(1), 17-33



mengikuti pola isoterm adsopsi Langmuir. (4) Daya adsorpsi maksimum zeolit
yang teraktivasi secara fisis terhadap ion Cr
3+
adalah sebesar 2,7061 mg/g
Saran yang dapat dikemukakan terkait dengan hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut. (1) Bagi industri yang menghasilkan limbah berupa ion-ion
logam berat khususnya ion-ion Cr
3+
, dapat menggunakan zeolit yang teraktivasi
secara fisis sebagai salah satu alternatif untuk menangggulangi limbah tersebut
karena daya adsorpsinya sangat tinggi. (2) Bagi para peneliti yang tertarik
dengan penelitian ini, dapat melanjutkan penelitian ini dengan menggunakan
temperatur aktivasi yang lebih tinggi atau memperkecil interval temperatur
untuk mengetahui pola peningkatan temperatur yang lebih jelas terhadap daya
adsorpsinya. Di samping itu, dapat dilakukan penelitian tertang efektivitas zeolit
teraktivasi secara fisis dalam menanggulangi limbah-limbah logam berat yang
berasal dari industri.

Daftar Rujukan
Agus, A. 1974. Mengerti kimia. Jilid 2B. Jurusan Kimia Fakultas MIPA IKIP
Bandung.
Fatria, S. 2006, Adsorpsi Ion Cr
3+
oleh serbuk gergaji kayu kamper
(Dryobalanops sp). Skripsi (tidak diterbitkan). IKIP Negeri Singaraja.
Imamkhasani, S. 2001. Material safety data sheet (MSDS). Volume III. Pusat
Penelitian Kimia Lembag Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002. Persyaratan
kualitas air minum. Jakarta.
Mawardi. 2000. Pengaruh konsentrasi logam dan waktu kontak terhadap
penyerapam timbah oleh dedak padi. Sainstek. 2. 195-201.
Priatna, K., Suharto, S., & Syariffudin, A. 1985. Prospek pemakaian zeolit
bayah sebagai penyerap NH
4
+
dalam air limbah. Laporan Teknik
Pengembangan. 69. PPTM. Bandung.
Redhana, I W. 1994. Penentuan isoterm adsorpsi amonia dalam larutan air oleh
karbon aktif pada suhu kamar. Laporan Penelitian (Tidak diterbitkan).
Program Pra-S2 Kimia Pasca Sarjana. ITB.
Rumiati. 2007. Adsorpsi ion Cr
3+
oleh abu sekam padi varietas IR 64. Skripsi.
(Tidak dipublikasikan). Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Undiksha.
32
JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora 2(1), 17-33



Sutarti, M., & Rachmawati, M. 1994. Zeolit: Tinjauan literatur. Pusat
Dolumentasi dan Informasi Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Jakarta.
Suyartono & Husaini. 1991. Tinjauan terhadap kegiatan penelitian karakterisasi
dan pemanfaatan zeolit Indonesia yang dilakukan PPTM Bandung
Periode 1890-1991. Buletin PPTM. Bandung.
33
JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008

Anda mungkin juga menyukai