Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hidrokel adalah penimbunan cairan dalam selaput yang membungkus testis, yang menyebabkan pembengkakan lunak pada salah satu testis. Penyebabnya karena gangguan dalam pembentukan alat genitalia external, yaitu kegagalan penutupan saluran tempat turunnya testis dari rongga perut ke dalam skrotum. Cairan peritoneum mengalir melalui saluran yang terbuka tersebut dan terperangkap di dalam skrotum sehingga skrotum membengkak. Sekitar 10% bayi baru lahir mengalami hidrokel, dan umumnya akan hilang sendiri dalam tahun pertama kehidupan. Biasanya tidak terasa nyeri dan jarang membahayakan sehingga tidak membutuhkan pengobatan segera. Pada bayi hidrokel dapat terjadi mulai dari dalam rahim. Pada usia kehamilan 28 minggu , testis turun dari rongga perut bayi kedalam skrotum, dimana setiap testis ada kantong yang mengikutinya sehingga terisi cairan yang mengelilingi testis tersebut. Pada orang dewasa, hidrokel bisa berasal dari proses radang atau cedera pada skrotum. Radang yang terjadi bisa berupa epididimitis(radangepididimis)atauorchitis(radangtestis). Orchitis merupakan reaksi inflamasi akut dari testis sekunder terhadap infeksi. Sebagian besar kasus berhubungan dengan infeksi virus gondong , namun virus lain dan bakteri dapat menyebabkan orchitis.
Insidensi orchitis umumnya ditemukan pada pria prepubertas terutama pasien yang mengalami penyakit gondong. Bakteri yang dapat menyebabkan orchitis antara lain Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia trachomatis, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae , Pseudomonas aeruginosa , Staphylococcus, Streptococcus, bakteri tersebut biasanya menyebar dari epididimitis terkait dalam seksual pria aktif atau laki-laki dengan BPH
Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 2
Untuk menegakkan diagnosis orchitis diperlukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik. Pemeriksaan penunjang tidak terlalu membantu untuk menegakkan diagnosis orchitis. USG dapat membantu menyingkirkan diagnosis lain nya seperti torsio testis. Penatalaksanaan dari orchitis terutama bersifat suportif karena biasanya sebagian besar pasien orchitis akan sembuh spontan dalam 3- 10 hari, kecuali bila penyebabnya bakteri, perlu diberikan antibiotik.
Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI TESTIS Organ-organ genitalia/reproduksi laki-laki terdiri dari : 1. Organ genitalia interna Testis Epididymis Funiculus spermaticus Ductus deferens Vesicula seminalis beserta salurannya Ductus ejaculatorius Prostata Glandula bulbourethralis 2. Organ genitalia eksterna Penis Urethra Scrotum
Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 4
Testis (jamak:testes) merupakan organ reproduksi utama (gonad) pada laki- laki, yang menghasilkan spermatozoa; bentuknya oval dan ada sepasang. Kedua testis terletak hampir simetris, digantung oleh funiculus spermaticus dan terbungkus diddalam kantong yang disebut scrotum. Organ yang memproduksi sperma dan cairan semen ini mempunyai saluran keluar yang pada awalnya berkelok-kelok dibelakang testis (disebut Epididymis). Testis akan turun sekitar umur janin 7 bulan menuju scrotum melalui canalis inguinalis dibawah pengaruh hormon testosterone dari testis. Testis sinistra biasanya terletak lebih rendah daripada testis dextra Epididymis berlanjut dengan ductus deferens, yang berjalan ke atas menuju dinding depan abdomen, menembusnya, lalu memasuki rongga abdomen melalui anulus inguinalis superficialis, canalis inguinalis, dan anulus inguinalis profundus, kemudia berbelok dan berjalan menuju fundus vesica urinariae. Pada fundus vesica urinariae, ductus deferens bersatu dengan ductus excretorius vesiculae seminalis, membentuk ductus ejaculatorius. Selanjutnya, ductus eejaculatorius berjalan menembus prostata sebelum bermuara pada pars prostatica urethrae. Prostata dan glandula bulbourethralis merupakan organ tambahan pada sistem reproduksi laki-laki, sementara penis merupakan organ genitalia eksterna. 1. TESTIS Sebagian testis tertanam disebuah lapisan serosa (disebut tunica vaginalis testis) yang berasal dari peritoneum. Testis dan lapisannya terbungkus didalam sebuah kantung yang disebut scrotum. Organ ini berbentuk oval mirip buah almond dan berukuran 5cm x 3cm x 2,5cm. Didalam tunica vaginalis, testis dibungkus oleh lapisan fibrosa padat yang tidak begitu elastis dan berwarna keputihan (disebut tunica albuginea testis). Sejumlah sekat (septla testis) berjalan dari tunica albuginea menuju bagian dalam testis, membagi testis menjadi beberapa lobulus (lobuli testis). Septula testis berakhir dibelakang, pada sebuah massa fibrosa (mediastinum testis) yang menyatu dengan tunica albuginea. Di dalama lobuli testis, terdapat tubuli seminiferi testis. Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 5
Mediastinum, septula dan tunica albuginea testis bersama-sama membentuk bangunan yang mengelilingi sejumlah ruang berisi jaringan berwarna coklat muda (parenchyma testis). Parenchyma testis ini dibentuk oleh sekian banyak tubuli seminiferi contorti, yang berkelok-kelok dan tubuli seminiferi recti yang lurus di dekat mediastinum testis. . Di dalam setiap lobulus terdapat 1-3 tubuli seminiferi yang berkelok-kelok. Didalam mediastinum testis, tubuli seminiferi recti membentuk anyaman mirip jala yang disebut rete testis (rete Halleri). Selanjutnya terdapat sejumlah saluran kecil yang keluar dari rete testis dan memasuki caput epididymidis, disebut ductuli efferentes testis. Pada lapisan dasar tubuli semineferi contorti, dapat ditemukan bentuk bentuk sperma dalam berbagai tingkat perkembangan, seperti spermatogonium (spermatoblas), spermatosit, spermatid, dan spermatozoon; disekitarnya, terdapat sel- sel sertoli. Tubuli seminiferi recti akan membawa spermatozoa ke dalam rete testis. Selanjutnya spermatozoa memasuki ductuli efferentes testis dan meneruskan perjalannya hingga ductus epididymis (didalam caput epididymidis). Testis didarahi oleh a.testicularis. arteri ini keluar dari aorta abdominalis, tepat dibawah tempat keluarnya a.renalis. dari aorta, arteri ini berjalan kebawah memasuki canalis inguinalis di dalam funiculus spermaticus, lalu menuju bagian posterior testis tempat cabang-cabangnya menembus tunica albuginea sebelum memasuki jaringan testis. Arteri spermatika interna merupakan cabang dari aorta, arteri defernsialis cabang dari arteri vesikalis inferior dan arteri kremasterika yang merupakan cabang dari arteri epigastrika Darah dari testis dikembalikan melalui plexus pampiniformis. Dari plexus ini, darah dialirkan ke vena testicularis (dextra et sinistra). Darah dari vena testicularis dextra selanjutnya dialirkan ke vena cava inferior, sementara darah dari vena testicularis sinistra diteruskan ke vena renalis sinistra. Vena renalis sinistra dapat mengalami obstruksi akibat adanya tumor, menyebabkan pelebaran vena atau plexus venosus di sekitar testis dan epididymis sinistra (varicocele) Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 6
Kadang-kadang, testis dapat terpuntir didalam scrotum sehingga a.testicularis ikut terpuntir dan tersumbat. Keadaan ini menimbulkan nyeri hebat akibat iskemia dan jika berlanjut dapat menyebabkan nekrosis. Testis disarafi oleh sejumlah nervus yang berjalan mengikuti arterinya dan venanya. Saraf-saraf pada testis ini merupakan percabnagan dari plexus aortikus dan plexus renalis (dari persarafan segmen T10) Cairan limfe dari testis dialirkan ke atas, memasuki funiculus spermaticus lalu menuju nodi lymphoidei paraaortici. Di antara tubulus seminiferus terdapat sel khusus yang disebut sel intersisial Leydig. Sel Leydig memproduksi hormon testosteron.
FUNGSI Testis berperan pada sistem reproduksi dan sistem endokrin. Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 7
Fungsi testis: memproduksi sperma (spermatozoa) memproduksi hormon seks pria seperti testosteron. Kerja testis di bawah pengawasan hormon gonadotropik dari kelenjar pituitari bagian anterior: luteinizing hormone (LH) follicle-stimulating hormone (FSH)
Secara histopatologis, testis terdiri atas kurang lebih 250 lobuli dan tiap lobulus terdiri atas tubuli seminiferi. Didalam tubulus seminiferus terdapat sel-sel spermatogenia dan sel Sertoli, sedang diantara tubulus seminiferi terdapat sel-sel Leyding. Sel-sel spermatogenia pada proses spermatogenesis menjadi sel spermatozoa. Sel-sel Sertoli berfungsi memberi makanan pada bakal sperma, sedangkan sel-sel Leyding atau disebut sel interstisial testis berfungsi dalam menghasilkan hormon testosteron. Sel-sel spermatozoa yang diproduksi di tubuli seminiferi testis disimpan dan mengalami pematangan atau maturasi diepididimis setelah mature (dewasa) sel-sel spermatozoa bersama-sama dengan getah dari epididimis dan vas deferens disalurkan menuju ke ampula vas deferens. Sel-sel itu setelah dicampur dengan cairan-caidari epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, serta cairan prostat menbentuk cairan semen atau mani.
SAWAR DARAH TESTIS Molekul besar tidak dapat menembus ke lumen (bagian dalam tubulus) melalui darah, karena adanya ikatan yang kuat antar sel Sertoli. Fungsi dari sawar darah testis adalah untuk mencegah reaksi auto-imun. Tubuh dapat membuat antibodi melawan spermanya sendiri, maka hal ini dicegah dengan sawar. Bila sperma bereaksi dengan antibodi akan menyebabkan radang testis dan menurunkan kesuburan.
Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 8
Pengaturan suhu testis di dalam scrotum dilakukan oleh kontraksi musculus dartos dan cremaster yang apabila berkontraksi akan mengangkat testis mendekat ke tubuh. Bila suhu testis akan diturunkan, otot cremaster akan berelaksasi dan testis akan menjauhi tubuh. Temperatur testis dalam scrotum selalu dipertahankan dibawah temperatur suhu tubuh 2-3 o C untuk kelangsungan spermatogenesis. Molekul besar tidak dapat menembus ke lumen (bagian dalam tubulus) melalui darah, karena adanya ikatan yang kuat antar sel Sertoli yang disebut sawar darah testis Selama masa pubertas, testis berkembang untuk memulai spermatogenesis.Testis berperan pada sistem reproduksi dan sistem endokrin. Fungsi testis: Spermatogenesis terjadi dalam tubulus seminiferus, diatur FSH Sekresi testosterone oleh sel Leydig, diatur oleh LH.
2. EPIDIDIMIS Yaitu tabung sempit yang sangat panjang & berkelok-kelok di belakang testis. Tempat pematangan sperma sebelum menuju Vas deferens. Merupakan salah satu tempat penyimpanan sperma (bersama vas deferens dan ampula).
3. VAS DEFERENS Yaitu saluran yang berjalan dari bagian bawah epididimis menuju ke belakang testis dan tali mani funikulus spermatikus selanjutnya menuju rongga abdomen dan menuju pelvis di vesikula seminalis Merupakan tempat penyimpanan sperma.
Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 9
4. VESIKULA SEMINALIS Dua buah kelenjar tubuler yang terletak di kanan & kiri di belakang leher kandung kencing vesica urinaria. Merupakan kelenjar yang memproduksi cairan sperma yang pada saat ejakulasi mengalirkan cairan sperma tsb ke vas deferens saluran ejakulator duktus ejaculatorius . Kelenjar sekretorik yang mensekresi bahan-bahan mukus mengandung fruktosa, asam sitrat, prostaglandin dan fibrinogen. Menambah jumlah semen saat ejakulasi.
Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 10
5. PROSTAT Yaitu kelenjar sebesar buah kenari yang menghasilkan cairan pencampur sperma. Terletak di bawah kandung kencing, mengelilingi uretra. Mensekresi cairan encer seperti susu yang mengandung ion sitrat, kalsium, ion fosfat, enzim pembeku dan fibrinolisin. Semakin menambah jumlah semen. Cairan prostat bersifat sedikit basa penting untuk meningkatkan motilitas sperma dalam saluran genital wanita. 6. URETRA Saluran traktus urinaria & genetalia yang keluar dari vesika urinaria melalui prostat uretra pars prostatica uretra pars membranacea ujung penis uretra pars cavernosa orificium uretra eksterna. Fungsi uretra adalah untuk mengeluarkan air mani dan air seni.
Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 11
ORKHITIS A. Definisi Orkitis adalah inflamasi (peradangan) akut atau infeksi pada testis. Hal ini biasanya terjadi akibat komplikasi dari penyakit sistemik atau sebagai perluasan dari epididimitis. (Lemone, 2004 : 1533) Orkitis adalah peradangan testis, yang jika dengan epididimitis menjadi epididimorkitis dan merupakan komplikasi yang serius dari epididimitis. (Price & Silvia, 1995 : 1156). Orkitis adalah suatu peradangan pada satu atau kedua testis, disertai oleh pembengkakan, nyeri, demam dan rasa berat pada area sekitar. ( Tenerelli, 2006)
B. Etiologi Orkitis (inflamasi pada testis) dapat disebabkan oleh bakteri atau akibat septicemia. Biasanya kedua testis terkena, dan jika terjadi bilateral kemandulan sering diakibatkannya, steril tidak terjadi bila bersifat unilateral. (Long, 1996 : 468) Orkitis bisa disebabkan oleh sejumlah bakteri dan virus. Virus yang paling sering menyebabkan orkitis adalah virus gondongan (mumps). Virus lainnya meliputi Coxsackie virus, varicella, dan echovirus. Bakteri yang biasanya menyebabkan orkitis antara lain Neisseria gonorhoeae, Chlamydia trachomatis, E. coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus sp., dan Streptococcus sp. Pasien immunocompromised (memiliki respon imun yang diperlemah dengan imunosupresif) dilaporkan terkena orkitis dengan agen penyebab Mycobacterium avium complex, Crytococcus neoformas, Toxoplasma gondii, Haemophilus parainfluenzae, dan Candida albicans. (Mycyk, 2004) Faktor resiko untuk orkitis yang tidak berhubungan dengan penyakit menular seksual : Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 12
imunisasi gondongan yang tidak adekuat usia lanjut (lebih dari 45 tahun) infeksi saluran kemih berulang kelainan saluran kemih Faktor resiko orkitis yang berhubungan dengan penyakit menular seksual adalah : berganti-ganti pasangan riwayat penyakit menular pada pasangan riwayat gonorhoe atau penyakit menular seksual lainnya. (Gilbert, 2004)
C. Epidemiologi Kejadian diperkirakan 1 diantara 1.000 laki-laki Dalam orchitis gondong, 4 dari 5 kasus terjadi pada laki-laki prepubertal (lebih muda dari 10 tahun). Dalam orchitis bakteri, sebagian besar kasus berhubungan dengan epididimitis (epididymo-orchitis), dan mereka terjadi pada laki-laki yang aktif secara seksual lebih tua dari 15 tahun atau pada pria lebih tua dari 50 tahun dengan hipertrofi prostat jinak (BPH). Di Amerika Serikat sekitar 20% dari pasien prepubertal dengan gondong berkembang orchitis. Kondisi ini jarang terjadi pada laki-laki postpubertal dengan gondong.
D. Patofisiologi Kebanyakan penyebab orkitis pada laki-laki yang sudah puber adalah gondongan (mumps), dimana manifestasinya biasanya muncul mendadak dalam 3 sampai 4 hari setelah pembengkakan kelenjar parotis. (Lemone, 2004 : 1533) Virus parotitis juga dapat mengakibatkan orkitis, sekitar 15 % - 20% pria menderita orkitis akut bersamaan dengan parotitis. Anak laki-laki pra pubertas dengan orkitis parotitika dapat diharapkan untuk sembuh tanpa disertai disfungsi testis. Pada pria dewasa atau pubertas, biasanya terjadi kerusakan tubulus seminiferus dan pada beberapa kasus merusak sel-sel leydig, sehingga terjadi hipogonadisme akibat Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 13
defisiensi testosteron. Ada resiko infertilitas yang bermakna pada pria dewasa dengan orkitis parotitika. Tuberkukosis genitalia yang menyebar melalui darah biasanya berawal unilateral pada kutub bawah epididimis. Dapat terbentuk nodula-nodula yang kemudian mengalami ulserasi melalui kulit. Infeksi dapat menyebar melalui fenikulus spermatikus menuju testis. Penyebaran lebih lanjut terjadi pada epididimis dan testis kontralateral, kandung kemih, dan ginjal. (Price & Silvia, 1995 : 1156).
E. Manifestasi Klinik Tanda dan gejala orkitis dapat berupa demam, semen mengandung darah, keluar nanah dari penis, pembengkakan skrotum, testis yang terkena terasa berat, membengkak, dan teraba lunak, serta nyeri ketika berkemih, buang air besar(mengedan), melakukan hubungan seksual. Selanglangan klien juga dapat membengkak pada sisi testis yang terkena (Mycyk, 2004). Sedangkan menurut Lemone (2004 : 1533) manifestasi orkitis termasuk demam tinggi, peningkatan WBCs, kemerahan skrotum secara unilateral atau bilateral, pembengkakan, dan nyeri. gambaran orchitis pada testis sinistra
F. DIAGNOSIS Anamnesis Orchitis ditandai dengan nyeri testis dan pembengkakan. Nyeri berkisar dari ketidaknyamanan ringan sampai nyeri yang hebat. Kelelahan / mialgia Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 14
Kadang-kadang pasien sebelumnya mengeluh gondongan Demam dan menggigil Mual Sakit kepala Pemeriksaan Fisik o Pembesaran testis dan skrotum o Erythematous kulit skrotum dan lebih hangat. o Pembengkakan KGB inguinal o Pembesaran epididimis yang terkait dengan epididymo-orchitis
G. Komplikasi McCance & Hueter, 2002 dalam Lemone (2004 : 1533) menyatakan bahwa kurang lebih 30% kasus orkitis terjadi atrofi testis dengan kerusakan irreversibel terhadap spermatogenesis. Disamping hal tersebut potensial komplikasi lainnya yaitu abses skrotum, infark testis, fistula kulit skrotum, dan epididimitis kronik (Gilbert, 2004). Epididimo orkitis adalah inflamasi akut yang terjadi pada testis dan epididimis yang memiliki ciri yaitu nyeri hebat dan terdapatnya pembengkakan di daerah belakang testis yang juga disertai skrotum yang bengkak dan merah. Pada penderita dibawah 35 tahun penyebab tersering adalah karena infeksi menular seksual dimana patogennya adalah Chlamydia trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae. Epididimitis seringkali terjadi akibat penyeberan organisme secara retrograde dari vas deferens dan jarang terjadi secara hematogen. Infeksi bakteri menyebabkan infiltrasi sel-sel darah putih ke dalam jaringan ikat epididimis dan terjadinya kongesti dan edema. Gejala yang didapatkan pada epididimo-orchitis akibat infeksi menular seksual adalah nyeri unilateral pada salah satu skrotum disertai dengan adanya discharge atau riwayat adanya discharge (pus). Cara membedakan orchitis dengan torsio testis yaitu melalui Prehn Sign yaitu membaik jika scrotum yang sakit dinaikkan. Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 15
Etiologi epididimitis tidak menular telah diidentifikasi dalam berbagai kelompok. Satu studi menemukan bahwa kejadian tahunan epididimitis anak laki-laki dua sampai 13 tahun adalah 1,2 per 1.000, dan bahwa kondisi dalam kelompok usia ini terutama merupakan reaksi inflamasi postinfectious terhadap patogen (misalnya, Mycoplasma pneumoniae, enterovirus, adenovirus) yang mengikuti kursus jinak. Penyebab tidak menular lainnya termasuk epididimitis vaskulitid dan obat-obatan tertentu, seperti amiodarone (Cardarone). Faktor risiko epididimitis pada semua pria termasuk aktivitas seksual, aktivitas, sepeda atau sepeda motor naik fisik yang berat, dan periode lama duduk (misalnya, selama perjalanan, dengan pekerjaan menetap). Faktor risiko pada pria lebih tua dari 35 tahun dan anak laki-laki sebelum pubertas meliputi operasi baru-baru saluran kemih atau instrumentasi dan kelainan anatomi, seperti obstruksi prostat pada pria tua dan katup uretra posterior atau stenosis meatus anak laki-laki sebelum pubertas. Dengan pengecualian dari penyakit virus, infeksi saluran urogenital jarang terutama melibatkan testis. Orkitis biasanya terjadi pada pasien dengan epididimitis bersamaan, dan patogen penyebab kondisi serupa. Penyebaran melalui darah adalah rute utama infeksi testis terisolasi. Gondong adalah penyebab paling umum dari orchitis virus (orkitis terjadi pada 20 sampai 30 persen pria dengan infeksi gondok). Piogenik orkitis biasanya disebabkan oleh proses inflamasi di epididimis. Ketika mengevaluasi pasien dengan nyeri testis atau skrotum akut dan pembengkakan (skrotum akut), harus ada indeks kecurigaan yang tinggi untuk torsi testis. Bahkan, torsi testis yang paling sering salah didiagnosis sebagai epididimitis. Setiap pasien dengan skrotum akut dan setiap pasien di antaranya torsi testis jika tidak diduga harus menerima rujukan mendesak untuk urolog untuk kemungkinan pembedahan Pasien dengan epididimitis biasanya hadir dengan onset bertahap rasa sakit yang terlokalisir posterior testis dan yang kadang-kadang menjalar ke perut bagian bawah. Meskipun pasien sering mengalami nyeri unilateral yang dimulai di epididimis, nyeri dapat menyebar ke testis yang berdekatan. Gejala infeksi saluran kemih bagian bawah, seperti demam, frekuensi, urgensi, hematuria, dan disuria, mungkin ada. Gejala-gejala ini sama dengan epididimitis dan orchitis tetapi jarang Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 16
dengan torsi testis. Nyeri berulang jarang dengan epididimitis dan torsi usus buntu testis (kutub atas testis), namun dapat terjadi dengan torsi testis (yang disebabkan oleh torsi intermiten dengan resolusi spontan). Ada atau tidak adanya mual dan muntah tidak membantu dalam membedakan antara epididimitis atau orkitis dan torsi testis karena mungkin terjadi dengan salah satu kondisi. Orchitis virus dikaitkan dengan onset mendadak nyeri skrotum dan pembengkakan dan terutama unilateral. Bila dikaitkan dengan infeksi gondok, orchitis umumnya muncul empat sampai tujuh hari setelah perkembangan parotitis.
H. Pemeriksaan Diagnostik 1. Pemeriksaan urin kultur 2. Urethral smear (tes penyaringan untuk klamidia dan gonorhoe) 3. Pemeriksaan darah CBC (complete blood count) 4. Dopller ultrasound, untuk mengetahui kondisi testis, menentukan diagnosa dan mendeteksi adanya abses pada skrotum 5. Testicular scan 6. Analisa air kemih 7. Pemeriksaan kimia darah(Gilbert, 2004).
I. Penatalaksanaan Pengobatan suportif: Bed rest, analgetik, elevasi skrotum. Yang paling penting adalah membedakan orchitis dengan torsio testis karena gejala klinisnya hampir mirip. Tidak ada obat yang diindikasikan untuk pengobatan orchitis karena virus. Pada pasien dengan kecurigaan bakteri, dimana penderita aktif secara seksual, dapat diberikan antibiotik untuk menular seksual (terutama gonore dan klamidia) dengan ceftriaxone, doksisiklin, atau azitromisin. Antibiotik golongan Fluoroquinolon tidak lagi direkomendasikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) untuk pengobatan gonorrhea karena sudah resisten. Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 17
Contoh antibiotik: 1.Ceftriaxone Sefalosporin generasi ketiga dengan spektrum luas, aktivitas gram-negatif; efikasi lebih rendah terhadap organisme gram-positif. Menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara mengikat satu atau lebih penicillin-binding proteins. Dewasa IM 125-250 mg sekali, anak : 25-50 mg / kg / hari IV; tidak melebihi 125 mg / d
2. Doxycycline Menghambat sintesis protein dan pertumbuhan bakteri dengan cara mengikat 30S dan kemungkinan 50S subunit ribosom bakteri. Digunakan dalam kombinasi dengan ceftriaxone untuk pengobatan gonore. Dewasa cap 100 mg selama 7 hari, Anak: 2-5 mg / kg / hari PO dalam 1-2 dosis terbagi, tidak melebihi 200 mg / hari 3.Azitromisin Mengobati infeksi ringan sampai sedang yang disebabkan oleh strain rentan mikroorganisme. Diindikasikan untuk klamidia dan infeksi gonorrheal pada saluran kelamin. Dewasa 1 g sekali untuk infeksi klamidia, 2 g sekali untuk infeksi klamidia dan gonokokus. Anak: 10 mg / kg PO sekali, tidak melebihi 250 mg / hari 4.Trimetoprim-sulfametoksazol Menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesis asam dihydrofolic. Umumnya digunakan pada pasien > 35 tahun dengan orchitis. Dewasa 960 mg q12h untuk 14 hari. Anak 15-20 mg / kg / hari, berdasarkan TMP, PO tid / qid selama 14 hari 5.Ciprofloxacin Fluorokuinolon dengan aktivitas terhadap pseudomonas, streptococci, MRSA, S epidermidis, dan gram negatif sebagian besar organisme, namun tidak ada aktivitas Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 18
terhadap anaerob. Menghambat sintesis DNA bakteri dan akibatnya pertumbuhan bakteri terhambat. Dewasa tab 500 mg PO selama 14 hari. Anak tidak dianjurkan J. PROGNOSIS Sebagian besar kasus orchitis karena mumps menghilang secara spontan dalam 3- 10hari. Dengan pemberian antibiotik yang sesuai, sebagian besar kasus orchitis bakteri dapat sembuh tanpa komplikasi.
Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 19
HYDROCELE DEFINISI Hydrocele ialah terakumulasi/terkumpulnya cairan dalam tunika vaginalis (dalam area scrotum, sekitar testis) atau kantong yang berisi cairan sepanjang spermatic cord dalam scrotum. Nama lain dari hydrocele ialah patent procesus vaginalis.
USIA Kebanyakan hydrocele terjadi kongenital, sering pada usia <2 tahun Kronik atau hydrocele sekunder biasanya terjadi pada laki-laki dewasa (>40 tahun) FREKUENSI Patent procesus vaginalis ditemukan 80-90% pada bayi laki-laki saat lahir. Frekuensi ini menurun sampai usia 2 tahun menjadi 25-40%. Hydrocele dapat dibagi dua, yaitu : a) Hydrocele primer Pada hydocele primer tidak ditemukan kelainan atau penyakit dari testis. Bisa unilateral ataupun bilateral. Beberapa tipe pada hydrocele primer antra lain : Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 20
congenital hydrocoele hydrocoele of the cord - rare hydrocoele of the canal of Nuck b) Hydrocele sekunder Yaitu terkumpulnya cairan dalam tunika vaginalis akibat respon dari suatu penyakit, antara lain : Tumor testis Infeksi misalnya epididymidis, tuberkulosis, mumps Torsi testis Torsi hydatid dari Morgagni PATOGENESA Normalnya, testis pada fetus laki-laki pindah dari rongga abdomen ke scrotum sebelum lahir. Testis turun diiringi dengan turunnya peritoneum dalam rongga abdomen sehingga membungkus testis dan epididymidis dan terjadi hubungan antara rongga abdomen dengan tunika vaginalis oleh processus tunika vaginalis. Procesus vaginalis normalnya akan menutup (obliterasi) pada usia gestasi 32 minggu dan cairan yang ada ditunika vaginalis diabsorpsi. Processus vaginalis yang tidak menutup akan menyebabkan tunika vaginalis terisi oleh cairan peritoneum dan terjadilah hydrocele (jika defek dari prosecus vaginalis besar dapat menyebabkan usus masuk sehingga menyebabkan hernia). Procesus vaginalis dapat juga menutup sampai dengan usia 1-2 tahun. Hydrocele dapat juga terjadi akibat dari inflamasi atau trauma dari testis, epididymidis atau oleh obstruksi cairan ataupun darah dalam spermatic cord. Hal ini biasanya terjadi pada pria dewasa. ETIOLOGI Hydocele disebabkan oleh turunnya cairan dari rongga abdomen karena tidak tertutupnya procesus vaginalis (communicating hydrocele) dan juga disebabkan oleh ketidakseimbangan produksi cairan dengan absorpsinya yang terjadi dalam tunika. Misalnya Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 21
terjadi peningkatan produksi cairan pada infeksi viral yang menyebabkan serositis, sekunder akibat inflamasi pada post traumatik juga menyebabkan peningkatkan produksi cairan. Sedangkan infeksi filaria menyebabkan penurunan absorpsi cairan limfe KLASIFIKASI Hydrocele dibagi atas 3 tipe yaitu : 1. Non Communicating hydrocele Seperti yang telah dijelaskan diatas seharusnya procesusu vaginalis menutup lalu cairan ditunika vaginalis diabsorpsi. Pada non communicating hydrocele, procesus vaginalis menutup tetapi cairan ditunika vaginalis tidak diabsopsi.
Tipe ini yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir, dan cairan biasanya dapat diabsorpsi dengan berjalannya waktu. Infeksi viral yang menyebabkan serositis memnyebabkan produksi cairan meningkat, post traumatic hydrocele menyebabkan
2. Communicating hydrocele Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 22
Disini, procesus vaginalis tidak menutup sehingga cairan dirongga abdomen dapat masuk ke tunika vaginalis
Pada tipe comunicating hydrocele ini, pembengkakan (cairan) biasanya berkurang di pagi hari (setelah bangun tidur karena efek dari gravitasi) dan membesar saat sore hari setelah pasien beraktivitas. 3. Hydrocele pada spermatic cord (funikulus spermatikus) Disini, distal dari akhir procesus vaginalis tertutup dengan baik tetapi bagian tengah dari prosesus vaginlalis masih terbuka (paten). Hydrocele pada dewasa biasanya sekondari dari lokal injuri, infeksi.
Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 23
Normal scrotum: the processus vaginalis and tunica vaginalis are obliterated and contain no fluid. Noncommunicating hydrocele: the processus vaginalis is obliterated so no fluid can move between the abdomen and the scrotum, but the tunica vaginalis contains fluid. Communicating hydrocele: the processus vaginalis is still open, allowing fluid to move between the abdomen and the tunica vaginalis in the scrotum.
DIAGNOSA Dari ananamnesa didapat gejala utamanya yaitu adanya pembesaran pada daerah testis dapat unilateral maupun bilateral, seperti balon yang berisi air (water-filled ballon), pembesaran ini dapat berkurang jika tidur dan dapat membesar dalam posisi tegak (pada communicating hydrocele).
Hydrocele tidak menimbulkan rasa nyeri kecuali sudah terjadi komplikasi yang menyebabkan gangguan aliran pembuluh darah atau karena infeksi pada epididymidis. Tidak ada gejala sistemik seperti demam, menggigil, mual ataupun muntah jika tidak tejadi komplikasi Pada pemeriksaan didapat : Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 24
Ditemukan hydrocele pada seperior dan anterior testis (berbeda dengan spermatocele yang berada pada seperior dan posterior dari testis Hydrocele dapat bilateral pada 7-10% kasus Hydrocele sering bersamaan dengan hernia Tidak ditemukan suara bising usus pada daerah scrotum kecuali bila terjadi bersamaan dengan hernia Pada skrotum tidak ditemukan eritema atau warna lainnya kecuali jika hydrocele disebabkan oleh infeksi Pada pemeriksaan transiluminasi + Pemeriksaan transiluminasi dimana saat scrotum disinari oleh cahaya (senter), terlihat cahaya bersinar jelas pada scrotum. Jika tes transiluminasi positif, tetap harus kita observasi etiologinya penyakit yang mungkin mendasarinya misalnya pada hernia.
PENANGANAN Hydrocele biasanya tidak berbahaya, pasien biasanya diterapi karena perasaan tidak nyaman akibat penbengkakan yang terjadi, rasa malu, atau jika terjadi gangguan aliran darah. Hydrocele pada anak kecil, karena patent procesus vaginalis ditangani dengan operasi setelah usia diatas 1 tahun karena sampai berumur 1 tahun diharapkan cairan dapat Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 25
A. MEDIKASI Dengan menyuntikkan obat seperti tetracycine, sodium tetradecyl sulfate atau urea untuk menutup prosesus vaginalis yang terbuka (biasanya dilakukan setelah dilakukan aspirasi). Hal ini dapat mencegah terjadinya re-akumulasi dairan. Komplikasi yang dapat terjadi setelah aspirasi dan sklerosing yaitu infeksi, fibrosis, nyeri ringan sampai berat pada daerah scrotum namun dapat juga terjadi hydrocele rekurens B. OPERASI Hydrocelectomy dilakukan terutama untuk yang true hydrocele. Ini adalah operasi minor dimana dilakukan insisi pada scrotum ataupun abdomen bawah. Komplikasi yang dapat terjadi myaitu hematom, infeksi, injuri pada jaringan maupun struktur scrotum C. ASPIRASI Yaitu mengeluarkan cairan dari scrotum dengan jarum. Aspirasi dapat menyebabkan infeksi. Aspirasi terutama untuk pasien yang mempunyai resiko tinggi/tidak memungkinkan untuk di operasi. Aspirasi adalah kontraindikasi jika dicurigai tumor karena dengan aspirasi justru memudahkan terjadinya penyebaran dari sel malignan. Terapi hydrocele sekunder berdasarkan penyebabnya. PROGNOSA Secara umum hydrocele sederhana dapat hilang sendiri tanpa intervensi. Tapi jika dilakukan operasi pun mempunyai prognosa yang sangat baik
Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 26
USG Ultrasonografi merupakan tehnik imaging dengan menggunakan gelombang suara (ultrasound). Gelombang suara ultrasound memiliki frekuensi lebih dari 20.000 Hz, tapi yang dimanfaatkan dalam tehnik USG hanya gelombang suara dengan frekuensi 1-10 MHz Imaging untuk abdomen digunakan frekuensi 3,5 MHz. Misalnya hepar, lien , ren uterus. Sedangkan untuk rang gemuk digunakan frekuensi 2,5 MHz dan untuk anak- anak digunakan frekuensi 5 MHz. Untuk mendapatkan gambaran mata yang organya kecil dan rumit dibutuhkan frekuensi 7-15 MHz. Untuk melihat organ-organ yang kecil dibutuhkan frekuensi 5-7 MHz Prinsip kerja USG Sifat fisika USG mengikuti hukum snellius untuk suara. Menurut snellius ada beberapa konsep dasar tentang gelombang suara, dimana gelombang yang datang akan mengalami beberapa kejadian : 1. Gelombang yang datang tegak lurus dengan bidang tertentu maka akan dipantulkan tegak lurus pula, tapi bila membentuk sudut tertentu, akan dipantulkan dengan sudut keluar sama dengan sudut datang 2. Dalam bidang yang berlapis, gelombang akan diteruskan. Semkain dalam lapisan, intensitas gelombang makin kecil, sehingga untuk mendapatkan intensitas yang stabil/tetap diperlukan amplifikasi tiap lapisan 3. Gelombang akan dibiaskan pada sudut gelombang tertentu 4. Gelombang dapat dihambat 100% apabila mengenai organ/benda yang keras, sehingga pada permukaan benda akan tampak lengkung dan memberi gambaran posterior acoustic shadow pada bagian belakang benda tersebut. Hasil pemeriksaan USG : Putih (hyperechoic/hyperechoigenic), pada tulang, otot padat Abu-abu (putih+hitam) atau hypoechoic : hepar,otak, uterus, ren Hitam(anechoic/anechoigenic) cairan dan sejenisnya Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 27
Kelebihan USG : Pasien dapat diperiksa langsung tanpa persiapan dan memberi hasil yang cepat Bersifat non invasive sehingga dapat dilakukan pula pada anak-anak Aman untuk pasien dan operator, karena tidak tergantung pada radiasi ionisasi Memberi informasi dengan batas struktur organ sehingga memberi gambaran anatomis lebih besar dari informasi fungsi organ Semua organ kecuali yang mengandung udara dapat ditenukan bentuk, ukuran, posisi dan ruang interspasial Dapat membedakan jenis jaringan dengan melihat perbedaan interakasi dengan gelombang suara Dapat mendeteksi struktur yang bergerak misalnya pulsasi fetal Kelemahan USG : Ditahan oleh kertas tipis Antara transducer dengan kulit tidak dapat kontak dengan baik sehingga bisa terjadi artefak sehingga perlu diberi jelly sebagai penghantar ultrasound Bila ada celah dan ada udara, gelombang suara akan dihamburkan USG digunakan antara lain untuk : Menentukan dan menemukan letak massa dalam rongga abdomen atau pelvis Membedakan kista dengan masa solid Mempelajari gerakan organ (jantung, vena cava,aorta) maupun pergerakan janin dan jantung janin Pengukuran dan penentuan volume, misal : pengukuran aneurisma arterial, fetal sefalometri, menentukan kedalaman dan letak suatu masa untuk biopsi, menentukan volume masa atau organ tubuh tertentu Biopsi jarum terpimpin (guided needle biopsy) Menentukan perencanaan dalam radio terapi.
Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 28
USG TESTIS USG testis atau sonogram merupakan prosedur yang sangat aman dan efektif yang menggunakan pantulan getaran suara untuk membentuk gambar testis, bersama-sama dengan skrotum. Gambar tersebut akan menunjukkan pembuluh melingkar yang berada di balik setiap testis untuk mengumpulkan sperma, yang juga dikenal sebagai epididimis dan vas deferens, yaitu saluran yang menghubungkan kelenjar prostat dan testis. prosedur USG ini benar-benar aman karena tidak menggunakan radiasi. USG testis harus dilakukan agar para dokter dapat mengevaluasi massa yang mereka raba selama pemeriksaan fisik. Jika pasien merasa sakit di testis, mesin USG adalah sebuah cara untuk mengetahui lebih lanjut apabila pasien mempunyai masalah tersembunyi. Tes ini juga akan menentukan apakah ada torsi (puntiran) pada testis, dimana tali sperma melilit dan memotong suplai darah ke testis. Tes ini juga dapat menemukan testis yang tidak turun. Adanya cairan dalam epididimis atau skrotum, yang juga dikenal sebagai spermatosel dan hidrosel juga bisa diketahui. Tes ini juga dapat mencari nanah di skrotum atau pyosel dan hematosel atau darah di dalam skrotum. Kasus lain yang memerlukan USG yaitu untuk mendeteksi cedera di area alat kelamin dan tuntunan untuk melakukan operasi biopsi. Testis normal mempunyai gambaran densitas echo midgray atau medium-level dan homogen. Ukuran normal testis pada orang dewasa 2 - 3 cm lebar dan panjang 3 - 5 cm. Volume testis dihitung dengan rumus (lenght x widht x height x 0,51) Testis normal Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 29
USG testis dan epididymis Structure yang dilihat : Lobus testis Tubulus seminiferus Caput epididymis Ductus epididymis Cauda epididymis Spermatic cord with vas deferens Yang harus diperhatikan dari USG testis Diffuse change Circumscribed lesion Epididymal lesion Intracostal mass Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 30
Orchitis : USG sebenarnya hanya berperan sedikit dalam membantu diagnosa orkitis. Pada orkitis bisa didapatkan kelainan berupa 1 atau ke-2 testis membesar dan terkadang disertai nonhomogenisitas. Biasanya epididimidis juga ikut membengkak. Pada testis yang orkhitis didapatkan gambaran hypoechoic ringan jika dibandingkan dengan testis sehat. A slightly oblique view of a testicle with an enlarged hypoechoic epididymis. (Courtesy of Michael Blaivas, M.D.) Orchitis. Marked increase in blood flow is seen along with a reactive hydrocele. (Courtesy of Michael Blaivas, M.D.) Hydrocele Merupakan kumpulan cairan pada tunica vaginalis testis.ditandai dengan peningkatan area anechoic yang meliputi testis Figure 3: Image of right and left testicles with hydrocele on right. (Courtesy of Michael Blaivas, M.D.) Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 31
Citra ultrasonografi dari seorang pria 22 tahun dengan nyeri skrotum kiri akut yang disebabkan oleh focal orchitis (a). Longitudinal warna Doppler citra ultrasonografi menunjukkan penurunan ekogenisitas dan peningkatan vaskularisasi di bawah dua pertiga dari testis. Tajam transisi terlihat antara daerah normal dan abnormal (kepala panah). Penampilan ini disebabkan oleh orkitis fokus, biasanya akibat gondongan. Bahkan dengan tidak ada efek massa dan distribusi reguler kapal di area yang abnormal, jenis lesi harus diikuti sampai memutuskan, untuk memastikan bahwa itu bukan neoplasma, seperti limfoma. Hiperemia inflamasi adalah temuan positif, sebagai lawan torsi induksi oligemia, yang merupakan temuan negatif. Kehadiran hiperemia adalah prediksi bahwa testis adalah tidak torsed.
Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 32
BAB III LAPORAN KASUS I. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn.Michael Rico Umur : 19 tahun Jenis kelamin : laki-laki Agama : kristen Alamat : - Status : belum menikah Tanggal pemeriksaan : 16 Agustus 2014 II. ANAMNESA (diambil dari autoanamnesis) A. KELUHAN UTAMA Nyeri pada kemaluan B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Kurang lebih 2 hari sebelum berobat ke rumah sakit, pasien mengeluh merasakan nyeri pada kemaluan nya, nyeri dirasakan terutama pada buah zakar nya, terutama yang sebelah kiri. Sakit terutama dirasakan oleh pasien saat pasien sedang berjalan dan mereda saat pasien sedang diam, awalnya nyeri tidak begitu mengganggu pasien sehingga pasien tidak segera berobat ke rumah sakit, namun lama kelamaan nyeri semakin hebat dan membuat pasien kesulitan berjalan. Menurut pasien buah zakar nya terasa panas, dan nyeri Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 33
jika dipegang namun tidak bengkak, tidak membesar. Pasien tidak mengeluhkan adanya nyeri saat buang air kecil dan tidak ada kesulitan dalam buang air kecil, warna air kencing kuning, tidak ada nanah maupun bercak darah. Pasien mennyangkal adanya hubungan seksual. Pasien belum pernah memeriksakan diri ke dokter sebelumnya, pasien juga tidak mengkonsumsi obat-obatan apapun. Tidak ada demam, mual, muntah, pusing, diare, tidak ada batuk-pilek, tidak ada sesak napas, tidak ada riwayat terkena gondongan, tidak ada riwayat trauma pada kemaluan. Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa. Pasien kurang minum air putih dimana pasien mengaku hanya pipis 3-4x sehari, pasien suka menahan pipis.
C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Jantung : disangkal Hepar : disangkal Ginjal : disangkal Hipertensi : disangkal Diabetes Melitus : disangkal Riwayat di rawat di rumah sakit : disangkal Riwayat alergi : disangkal Riwayat operasi : disangkal Riwayat gondongan : disangkal
Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 34
D. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA Dikeluarga tidak ada yang mengalami keluhan serupa E. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI Pasien seorang mahasiswa yang berkuliah di suatu universitas di Semarang. III. PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 16 Agustus 2014 1. Status Internis Keadaan Umum : Tampak sakit Ringan Kesadaran : Compos mentis
Status Gizi Berat Badan : 58 kg Tinggi Badan : 169 cm IMT : BB/TB 2
: 20,30 (berat badan Normal) Tanda Vital Nadi : 88x/menit, irama reguler, isi cukup Respirasi : 20x/menit Suhu : 36.5 0 C
2. Keadaan Regional Kepala : bentuk bulat , tidak teraba benjolan, rambut keabu-abuan terdistribusi merata, tidak mudah dicabut Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 35
Mata : Bentuk normal, simetris, palpebra superior et inferior tidak edema, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, lensa jernih, pupil bulat, isokor, diameter 3 mm, refleks cahaya (+/+) Telinga : bentuk normal, sekret -/-, serumen -/- Hidung : bentuk normal, tidak ada septum deviasi, sekret -/- Mulut : bentuk simetris, perioral sianosis (-), lidah kotor (-), letak uvula ditengah, faring tidak hiperemis, tonsil T1/T1 tenang, tidak memakai gigi palsu Leher : Trakea ditengah, kelenjar tiroid dan KGB tidak teraba membesar
Kesimpulan : Semua Dalam Batas Normal
3. Thorax Pulmo Inspeksi : simetris dalam statis dan dinamis Palpasi : stem fremitus kanan kiri dan depan belakang sama kuat Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru, batas paru hepar dalam batas normal Auskultasi : Vesikuler, Ronkhi -/-, wheezing -/- Kesimpulan : Pulmo dalam batas normal Cor Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak Palpasi : pulsasi ictus cordis teraba di ICS V midclavicula line sinistra Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 36
Perkusi : redup, jantung dalam batas normal Auskultasi : BJ I&II normal, reguler, murmur (-), gallop (-) Kesimpulan : cor dalam batas normal, tidak ditemukan adanya kelainan
4. Abdomen Inspeksi : tampak datar Palpasi : supel, nyeri tekan (-), tidak teraba massa Perkusi : timpani Auskultasi : bising usus (+) Kesimpulan : abdomen dalam batas normal 5. Tulang Belakang Kifosis (-) , skoliosis (-) , lordosis (-) Kesimpulan : dalam batas normal
6. Ekstremitas Oedema (-), deformitas (-), krepitasi (-), akral hangat Kesimpulan : ekstremitas dalam keadaan normal 7. Pemeriksaan Scrotum Teraba bengkak dan panas pada scrotum sinistra Nyeri saat dipegang, tidak ada torsio testis, tidak ada tanda herniasi Kesimpulan : pembengkakan scrotum sinistra 8. Status Neurologis a) Kesadaran : Compos Mentis (GCS 15) b) Rangsang meningeal : (-) Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 37
c) Tanda Peningkatan TIK : (-) d) Pupil : bulat, isokor, diameter 3mm, refleks cahaya +/+ e) Nn.Craniales : Baik f) Sistem Motorik : Baik g) Sistem Sensorik : Baik h) Sistem Otonom : Baik i) Fungsi cerebellum dan koordinasi : Baik j) Fungsi luhur : Baik k) Fungsi fisiologis : +/+ l) Reflek patologis : -/- Kesimpulan : status neurologis dalam batas normal
Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 38
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 39
Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 40
Interpretasi Hasil : SKROTUM DEXTRA Testis ukuran normal, parenkim homogen, tak tampak lesi maupun kalsifikasi. Pada pemeriksaan CDS tak tampak hipervaskularisasi Caput epididimis : ukuran normal, tak tampak nodul, pada pemeriksaan CDS tak tampak peningkatan vaskularisasi Tak tampak cairan bebas pretesticuler SKROTUM SINISTRA Kutis subkutis tampak menebal Testis ukuran membesar ringan, parenkim homogen, tak tampak lesi maupun kalsifikasi, pada pemeriksaan CDS tampak hipervaskularisasi Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 41
Caput epididimis ukuran membesar, tampak hipoekoik inhomogen, tak tampak nodul, pada pemeriksaan CDS tampak peningkatan vaskularisasi Tampak cairan bebas peritestikuler disertai multiple septa
KESAN: Penebalan kutis subkutis, ukuran testis dan cauda epididimis kiri yang membesar disertai peningkatan vaskularisasi pada CDS sesuai gambaran epididimorchitis Hidrokel bersepta scrotum kiri Tak tampak kelainan pada scrotum dekstra
V. DIAGNOSIS Orkhitis Sinistra, disertai Hydrocele Sinistra
VI. PENATALAKSANAAN Non-farmakologis Lab darah lengkap, cek urin lengkap Swab cairan tubuh Bed rest Konsul dokter penyakit dalam Farmakologis Doxyxicline caps 100 mg 2x1, selama 7 hari Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 42
VII. PROGNOSIS Quo Ad Vitam : bonam Quo Ad Functionam : dubia ad bonam Quo Ad Sanationam : bonam
Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 43
BAB IV KESIMPULAN
Orchitis merupakan reaksi inflamasi akut dari testis terhadap infeksi. Sebagian besar kasus berhubungan dengan infeksi virus gondong , namun, virus lain dan bakteri dapat menyebabkan orchitis. Etiologi orchitis Virus: orchitis gondong (mumps) paling umum. Infeksi bakteri dan pyogenik: E. coli, Klebsiella, Pseudomonas, Staphylococcus, dan Streptococcus. Granulomatous: T. pallidum, Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium leprae, Actinomycetes, trauma, virus lain meliputi coxsackievirus , varicella , dan echovirus . Insidensi orchitis karena gondong, 4 dari 5 kasus terjadi pada laki-laki prepubertal (lebih muda dari 10 tahun). Dalam orchitis bakteri, sebagian besar kasus berhubungan dengan epididimitis (epididymo-orchitis), dan mereka terjadi pada laki-laki yang aktif secara seksual lebih tua dari 15 tahun atau pada pria lebih tua dari 50 tahun dengan hipertrofi prostat jinak (BPH). Gejala klinis: nyeri dan pembengkakan testis. Kelelahan, demam dan menggigil , mual, sakit kepala Pada pemeriksaan fisik tampak pembesaran testis dan skrotum, lebih hangat, kadang pembesaran KGB inguinal. Penatalaksanaan meliputi terapi supportif dan antibiotika yang sesuai jika penyebabnya bakteri. Komplikasi: sampai dengan 60% dari testis yang terkena menunjukkan beberapa derajat atrofi testis, gangguan kesuburan dilaporkan pada tingkat 7-13%, kemandulan jarang dalam kasus-kasus orchitis unilateral, abscess scrotal , infark testis, rekurensi Prognosis sebagian besar baik, jika penyebabnya virus, dapat hilang 3 -10 hari, jika penyebabnya bakteri dengan pemberian antibiotik dapat sembuh tanpa komplikasi.
Nicholas Johan 406127085
Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara RSUD Ketileng Periode 11 Agustus 2014 - 6 September 2014 Page 44
DAFTAR PUSTAKA 1. R. Sjamsuhidajat. Jong, W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC. 2. Snell, R. A. 2000. Anatomi Klinik. Edisi 6. Jakarta : EGC. 3. Benninghoff. 2003. Testis Gross Anatomy. http://www.urology- textbook.com/testis-anatomy.html. 4. Mark, B. 2010. Orchitis- Department of Emergency Medicine. http://emedicine.medscape.com/article/777456. 5. Blaivas M, Sierzenski P, Lambert M. Emergency evaluation of patients presenting with acute scrotum using bedside ultrasonography. Acad Emerg Med.2001 6. Schmidt G.testis, epididymis anatomy and topography. Dalam : differential diagnosis in ultrasound imaging.german : georg thieme verlag, 2002 : 379-386 7. Rhoads et all., Surgical Principal and Practise, Lippincott Turtle, 1971 8. Sabiston. Buku ajar bedah (Essentials of surgery). Bagian 2, cetakan I : Jakarta, penerbit buku kedokteran EGC. 1994 9. Hoffmann B, Testicular USG-small parts. Dalam : ultra sound guide for emergency physician. Acad Emrg Med.2001 10. Ghazali Malueka R.ultrasonografy.dalam : Radiologi Diagnostik, Yogyakarta : pustaka cendikia press, 2008 : 167-172 11. Purnomo, Basuki B., Dasar-Dasar Urologi, edisi kedua, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang, 2003 : 140-145, 186