Anda di halaman 1dari 58

PENDEKATAN DIAGNOSIS DAN

TATA LAKSANA ANEMIA PADA


ANAK
Rogatianus Bagus Pratignyo
Bagian Hematologi Onkologi
Ilmu Kesehatan Anak RSAM

1. Memiliki kemampuan menegakkan diagnosis


anemia pada anak
2. Memiliki kemampuan menginterpretasikan
hasil pemeriksaan laboratorium untuk
diagnosis anemia pada anak
3. Memiliki kemampuan tatalaksana anemia pada
anak

Anemia merupakan masalah kesehatan


masyarakat di seluruh dunia.
Diperkirakan terjadi pada 43% anak-anak usia
kurang dari 4 tahun.
Anemia yang sering terjadi pada anak Anemia
Defisiensi Besi (ADB).
Data SKRT tahun 2007 menunjukkan Angka
kejadian ADB pada anak balita di Indonesia sekitar
4045%.

Prevalence of anaemia
Risk groups include children, pregnant women,
women of reproductive age, and the elderly 1

Worldwide, 30% of women of reproductive


age are anaemic, with at least half due to ID 2
1. WHO global database of anaemia, 19932005
2. WHO meeting report. Preconception care to reduce maternal and childhood mortality and morbidity, 2012

Tabel 1. Batasan Anemia berdasarkan Kriteria WHO.

Usia

Hemoglobin (g/dL)

6 bulan < 5 tahun

< 11

5 tahun 14 tahun

< 12

Dewasa lelaki

< 13

Dewasa perempuan (tidak hamil)

< 12

Dewasa perempuan (hamil)

< 11

Berdasarkan etiologi
Berdasarkan morfologi eritosit

Penyebab anemia:
1.Gangguan produksi eritrosit

Defisiensi zat-zat yang dibutuhkan untuk


pembentukan eritrosit
Gangguan pada sumsum tulang

2.Gangguan pada masa hidup eritrosit


3.Meningkatnya kehilangan eritrosit

Maturasi Eritrosit

Anemia mikrositik
Mean corpuscular volume (MCV) lebih
kecil dari batas normal (<75 fL).
Anemia normositik
MCV dalam batas normal (7590 fL)

Anemia makrositik
MCV lebih besar dari batas normal
(>90 fL)

Menghitung Index Eritrosit


MCV = Hematokrit x 10
Eritrosit
Nilai normal : 82-92 fl (femtoliter)
MCH = Hemoglobin x 10
Eritrosit
Nilai normal : 27-31 pg (pikogram)
MCHC = Hemoglobin x 100
Hematokrit
Nilai normal : 32-37 %

retikulosit rendah atau normal kelainan


pematangan erythroid atau proses
erithropoiesis tidak sempurna, etiologi
tersering defisiensi Fe
DD/ thalassemia minor
retikulosit yang meningkat, etiologi yang
paling sering ialah thalassemia mayor

Di Indonesia penyebab paling sering anemia


pada anak adalah Defisiensi Fe
Selain itu defisiensi vitamin B12, asam
folat, protein, dan vitamin B6 cukup sering
juga ditemukan
Defisiensi dapat diakibatkan karena:

Penurunan konsumsi
Pola makan vegetarian
Masa pertumbuhan dan kehamilan
Penurunan absorpsi
Kurangnya faktor intrinsik

retikulosit rendah, etiologi yang tersering:


anemia krn penyakit kronik,
anemia aplastik, dan keganasan
retikulosit adekuat atau meningkat,
umumnya disebabkan:
perdarahan, hipersplenisme, atau
hemolisis
yang sedang berlangsung

megaloblastik anemia gangguan sintesis DNA dan inti sel


defisiensi asam folat,vitamin B12 dan kel
kongenital
jumlah retikulosit rendah atau normal :
anemia aplastik kongenital (Diamond-blackfan
dan Fanconi)
hipotiroidisme
drug induced
trisomi 21
Retikulosit tinggi:
congenital dyserythropoietic anemia / CDA I dan II
hemolisis

Seringkali anak tidak menunjukkan tanda dan


gejala klinis
Gejala klinis tampak jelas bila kadar
hemoglobin mencapai 7-8 g/dl
Tanda-tanda klinis yang muncul dapat berupa:
Pucat
Iritabel
Pica (pada defisiensi besi)
jaundice (pada hemolisis)
Sesak nafas
Palpitasi

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan:

Pucat
Jaundice
Takipnu
Takikardi
Tanda-tanda gagal jantung.

Pucat/ pallor indikator yang kurang baik


untuk mendiagnosis anemia ringan
Pucat dapat ditemukan pada mukosa, kuku
dan telapak tangan.

Conjunctiva pucat

Telapak tangan pucat

Usia
Jenis kelamin
Ras
Etnis
Pola makan/diet
Riwayat kelahiran dan masa neonatal
Riwayat penggunaan obat-obatan
Riwayat infeksi
Riwayat gangguan buang air besar/diare

bayi cukup bulan jarang ADB sebelum usia 6 bulan


pada periode neonatal pada umumnya karena:
kehilangan darah yang akut
manifestasi awal anemia hemolitik bawaan
infeksi bawaan
Anemia yang pertama kali terdeteksi pada usia 36
bulan menunjukkan kelainan bawaan dari sintesis
hemoglobin atau struktur hemoglobin.

Pertimbangkan X-linked disorder pada laki-laki


(G6PD deficiency, Pyruvate kinase deficiency).
Defisiensi G6PD lebih banyak ditemukan pada
bangsa Filipina dan Yunani.
Hemoglobins S and C lebih umum ditemukan pada
ras kulit hitam
Thalassemia mayor lebih sering ditemukan pada
ras kulit putih, sedangkan thalassemia minor lebih
sering ditemukan pada ras kulit hitam dan kuning.
Sindrom thalassemia paling sering ditemukan
pada pasien yang berasal dari Mediterrania.

Riwayat hiperbilirubinemia pada bayi


anemia hemolitik kongenital, seperti
defisiensi G6PD.
Pada bayi prematur perlu dicurigai adanya
anemia defisiensi Fe.

Riwayat nutrisi memegang peran penting,


mayoritas anemia di Indonesia karena
defisiensi asupan gizi tertentu
Evaluasi sumber Fe, vitamin B12, asam folat
atau vitamin E dalam diet sehari-hari.
Riwayat pica, geophagia or pagophagia
mengarah pada defisiensi Fe.

Pucat tanda yang khas pada penderita anemia


Kelainan lain pada kulit:
Hiperpigmentasi anemia fanconi,
thalassemia
Jaundice atau kuning anemia hemolitik
akut/kronis, hepatitis, dan anemia aplastik
Ptekie atau purpura anemia hemolitik
autoimun dengan trombositopenia, sindrom
hemolitik uremik, aplasia, atau infiltrasi
sumsum tulang.

Tabel 2. Tanda atau Gejala pada Pemeriksaan Fisis Anemia pada Anak
Penyakit

Pucat

Perdarahan

Organomegali

Anemia defisiensi

Anemia hemolitik akut

Anemia aplastik

ITP

-/+

Anemia pasca perdarahan

+/++

Anemia hemolitik kronik

-/+

Leukemia akut

-/+

Thalassemia dengan hipersplenisme +

Hemosiderosis hati

Metastasis tumor

-/+

-/+

Penyakit infeksi kronis

-/+

-/+

Kelainan berupa penonjolan tulang frontal,


maksila dan malar (facies Cooley) khas
pada thalassemia
Stomatitis angularis dan glositis
anemia defisiensi besi

Angular stomatitis

Pemeriksaan dada:
bunyi jantung abnormal bila anemia berat
gagal jantung kongesti
Bila terjadi pembesaran limpa, maka dapat
dicurigai adanya proses hemolitik, infeksi,
keganasan, atau hipertensi portal
Tanda khas spoon nails, merupakan tanda
adanya defisiensi Fe
Displasia alat gerak radius pada anemia
aplastik fanconi

Pemeriksaan lanjutan :
TIBC (Total Iron Binding Capacity),
ferritin,
FEP (Free erythrocyte Protophyrin)
dilakukan bila dicurigai adanya defisiensi Fe
pada pasien
Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan
occult blood pada tinja untuk mengetahui
adanya perdarahan pada saluran cerna dan
endoskopi jika diperlukan

Pemeriksaan sumsum tulang, absorpsi vitamin


B12/schilling test, pemeriksaan kadar vitamin
B12 dan folat dalam serum, dan analisa gaster
setelah injeksi histamin dilakukan pada
penderita anemia dengan diagnosis banding
defisiensi vitamin B 12.
Pemeriksaan sumsum tulang berupa aspirasi
dan biopsi pada umumnya dilakukan jika
adanya kecurigaan anemia aplastik atau
leukemia.

Eritrosit adalah yang paling banyak ditemui


dalam apusan darah tepi
Pemeriksaan morfologi harus mencakup
penilaian ukuran, bentuk, dan warna (pucat)
Dari segi bentuk, sel darah merah akan
tampak bulat dan memiliki kontur halus
Dari segi warna, area inti sel sebesar 1/3 dari
diameter secara keseluruhan harus berwarna
pucat.

Bentuk normal sel darah merah/eritrosit: bulat


pipih dan tidak berinti, tampak seperti bentuk
bikonkaf

Sel darah merah tampak berwarna merah atau


merah muda dengan inti pucat sebesar 1/3
diameter sel jika dilakukan pewarnaan Giemsa
Berkurangnya proporsi tersebut menunjukkan
hyperchromia
Bila warna pucat secara keseluruhan
menghilang maka dapat dikarakteristikkan
sebagai spherocytes
Bila area yang berwarna pucat bertambah besar
maka sel dikarakteristikkan sebagai hipokromik

Retikulosit

Reticulocyt
e

SDM < normal (MCV


< 70 fL)
Pada umumnya
juga tampak
hipokromik / pucat.
Ditemukan pada
anemia defisiensi
Fe, keracunan
timbal, thalasemia,
anemia penyakit
kronis, dan anemia
sideroblastik.

SDM > normal (MCV


>100 fL)
Ditemukan pada:
neonates normal,
kelainan kromosom
(trisomi 21), defisiensi
vitamin B12,
defisiensi folat,
hipotiroid, gangguan
fs hati, pre leukemia
dan penggunaan
obat-obatan
antikonvulsi,
antidepresan,
estrogen,
antiretroviral, serta
kemoterapi.

Eritrosit berbentuk
seperti rokok/
panjang dengan
ujung tumpul.
Dapat ditemukan
pada anemia
defisiensi besi yang
berat

Sel darah merah


dengan hemoglobin
terkonsentrasi pada
area tengah
dikelilingi oleh area
berwarna pucat dan
cincin hemoglobin
pada bagian perifer,
atau disebut juga
gambaran bulls
eye.
Dapat ditemukan
pada penderita
thalasemia.

Sel darah merah


tampak panjang
dan meruncing
pada kedua
ujungnya. Dapat
berbentuk seperti
huruf S maupun C.
Dapat ditemukan
pada penderita
anemia sel sabit.

Sel darah merah


berbentuk seperti
tetesan air atau
buah pir (pear
shaped).
Dapat ditemukan
pada mielofibrosis.

Tabel 3. Pemeriksaan Darah Tepi Lengkap pada Anemia


Hb

Ht

Leukosit

Trombosit

Hitung

Retikulosit

MCV

RDW

Jenis
ADB

N/

N/segmenter

N/

Anemia

Limfositosis

N/

aplastik

relatif

ITP

N/

N/

N/

Leukemia

/N/

Dominasi satu

N/

Akut
Thalassemia

sel
N/

N/

/N/

N/

N/

Minor
Thalassemia
Mayor
Anemia

normoblast

Hemolitik

Normoblast

lain

-/+

Pendekatan diagnostik
anemia terhadap nilai MCV
dan jumlah
retikulosit
Anemi
a
MCV

rendah
*Defisiensi
besi
*Talasemia
**Keracunan
logam
Peny kronik

normal

RETIKULOSI
T

tinggi
*Defisiensi
folat/B12
*prelekemia
*anemia
aplstik
*peny hati

RETIKULOSIT
Rendah

Tinggi

Lekosit
Trombosi
t

Bilirubin

Normal

Tinggi

Perdarah
an

An.
hemolitik

Tinggi

Rendah

Infeksi
Normal
Depresi
ss.tulang
Keganasan
An. Aplastik

Aplasi SDM
Diamond
Blackfan
Transient
erithroblastope
nia

Anemia sendiri bukan merupakan


diagnosis akhir tetapi merupakan
kumpulan dari gejala, sehingga terapi
pada anemia harus didasarkan pada
penyebab/etiologi
Pasien yang mengalami anemia berat
sebaiknya diberikan transfusi darah
sementara evaluasi untuk menegakkan
diagnosis dan etiologi dilakukan.

Transfusi sel darah merah


anemia akut hemoglobin (Hb) <7 g/dl
asimptomatik dan/atau penyakitnya penyerta :
pada kadar Hb yang lebih rendah
Hipoksia atau hipoksemia : Hb 7-10 g/dl
penyakit paru obstruktif kronik berat dan
penyakit jantung iskemik berat : Hb 10 g/dl
pada neonatus :
hipoksia Hb 11 g/dl
kebutuhan suplemen oksigen Hb 10 g/d3

Volume darah yang diperlukan

V= Wx(PCV1PCV0)
V= volume darah yang diperlukan
W= berat badan (kg)
PCV1 = Kenaikan kadar Ht (%)
PCV0 = Kadar Ht (%) awal

Preparat besi per oral


4-6 mg besi elemental/kgBB/hari
Garam ferous sulfat mengandung besi elemental 20%,
absorpsi terbaik saat lambung kosong, namun dapat
menyebabkan efek samping saluran cerna segera
setelah makan
Diberikan sampai 2 bulan setelah anemia teratasi

Preparat besi parenteral


Kemampuan menaikkan kadar Hb tidak lebih baik
daripada oral, pemberian IM menimbulkan rasa sakit

Transfusi darah
Jarang diperlukan

Pemberian Rutin Tambahan Zat Besi


Bayi Sampai Remaja).
Berat
Lahir

Mulai
Umur

Kurang dari
2,5 kg

2 bulan

2mg/kgbb/
hari

Setiap hari sampai


umur 2 tahun

2,5 kg atau
lebih

4 bulan

2mg/kgbb/
hari

Setiap hari sampai


umur 2 tahun

Semua anak

2 tahun

2mg/kgbb
/hari

Setiap hari, selama


3 bulan, diulang
setiap tahun,
sampai remaja

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)


Soedjatmiko, 2007

Dosis

Lama Pemberian

Pendekatan diagnosis anemia dimulai dari anamnesis


riwayat penyakit dalam keluarga, penyakit terdahulu,
dan pemeriksaan fisik untuk mengarahkan pemilihan
pemeriksaan penunjang yang tepat sesuai dengan
penyakit yang diperkirakan.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berupa
pemeriksaan darah lengkap, apusan darah tepi,
pengukuran MCV, MCH, MCHC, jumlah retikulosit,
bilirubin, tes Coomb, jumlah leukosit, jumlah
trombosit, selain itu dilakukan aspirasi sumsum
tulang atau pemeriksaan penunjang lainnya yang
lebih spesifik jika diperlukan.
Terapi pada anemia diberikan berdasarkan pada
etiologi.

terimak

Anda mungkin juga menyukai