Anda di halaman 1dari 4

JUDUL

PEMANFAATAN LIMBAH PADAT PT.BRIDGESTONE KALIMANTAN


PLANTATION SEBAGAI PUPUK KOMPOS TANAMAN

LATAR BELAKANG MASALAH

Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting baik
untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Di Indonesia karet
merupakan salah satu hasil pertanian terkemuka karena banyak menunjuang
perekonomian negara. Hasil devisa yang diperoleh dari karet cukup besar.
Bahkan, Indonesia pernah mengusai produksi karet dunia dengan melibas negara-
negara lain dan negara asal tanaman karet sendiri di daratan Amerika Selatan.
Hasil utama dari pohon karet yang berupa getah (latex), pada umumnya
banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar seperti PT.Bridgestone
Kalimantan Plantation sebagai bahan baku pembuatan karet setengah jadi yang
nantinya akan dijual kembali ke perusahaan besar baik di dalam maupun luar
negri, khususnya pada industri kendaraan bermotor. Pengolahan karet yang
melalui beberapa tahapan, tentunya akan menimbulkan hasil samping berupa
limbah padat. Limbah padat ini tentunya jika tidak diolah dengan baik, maka akan
berdampak pada lingkungan sekitar PT.Bridgestone Kalimantan Plantation.
Dimana tidak hanya akan merugikan bagi penduduk sekitar namun juga
PT.Bridgestone Kalimantan Plantation.
Mengatasi hal tersebut, kami dan PT.Bridgestone Kalimantan Plantation
kemudian berinisiatif untuk mengolah hasil samping berupa limbah padat
tersebut. Berdasarkan penelitian para ahli, pada dasarnya limbah padat tersebut
mengandung unsur N, P, K, dan Mg. Unsur tersebut sangat bermanfaat bagi
tanaman untuk proses pertumbuhannya. Oleh sebab itulah, timbul sebuah ide
untuk memanfaatkan limbah padat tersebut sebagai pupuk kompos.

PERUMUSAN MASALAH

TUJUAN

LUARAN YANG DIHARAPKAN

KEGUNAAN

TINJAUAN PUSTAKA

Karet dalam ilmu botani dikenal dengan nama Hevea brasiliensis yang
termasuk suku jarak-jarakan. Berbentuk pohon yang dapat mencapai tinggi 25 m.
Bunganya ada 2 macam, yakni bunga jantan dan bunga betina. Bunga betina lebih
besar sedikit daripada bunga jantan dan berambut. Daunnya berbentuk lonjong,
buahnya beruang 3, berbiji besar dan beracun (Sastrapradja et al, 1980).
Hasil utama dari pohon ini yaitu getah (latex) dari kulit batang. Getah
tersebut dapat dimanfaatkan untuk bermacam-macam keperluan misalnya untuk
ban mobil, bola dan sebagainya (Sastrapradja et al, 1980). Sebenarnya banyak
sekali barang atau peralatan yang dapat dibuat dengan bahan baku karet alam,
misalnya ban mobil, peralatan kendaraan, pembungkus kawat listrik dan telepon,
sepatu, alat kedokteran, beberapa peralatan rumah tangga dan kantor, alat-alat
olahraga, ebonite dan aspal. Dengan demikian berarti karet memiliki pengaruh
besar terhadap bidang transportasi, komunikasi, industri, pendidikan, kesehatan,
hiburan, dan banyak bidang lain yang vital bagi kehidupan manusia (Tim Penulis
PS, 2004).

Proses Produksi
Bahan baku
Dalam melakukan aktivitas proses produksi pasti memerlukan bahan-
bahan untuk dapat menghasilkan jenis produk yang diinginkan. Demikian pula
dengan PT. BSKP juga memerlukan bahan baku penolong untuk dapat
menghasilkan karet jadi dalam bentuk RSS (Rubber Smoke Sheet).
Bahan Baku Utama
Bahan baku utama adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk,
ikut dalam proses produksi dan memiliki persentasi tersebar dibandingkan bahan-
bahan lainnya dan terkandung dalam produk akhir. Adapun bahan baku utama
yang digunakan PT. Bridgestone Kalimantan Plantation dalam pembuatan RSS
adalah:
Latek
Latek merupakan komponen terbesar dalam pengolahan RSS. Oleh karena itu,
latek yang digunakan harus memiliki kualitas dan sesuai dengan standar yang
telah di tentukan oleh PT Bridgestone seperti harus keadaan segar, tidak ada
kotoran baik itu ranting, daun, tidak terjadi koagulasi sebelum dilakukan proses
tidak memiliki kandungan air yang banyak dan syarat-syarat yang lainnya.
Latek diperoleh dari kebun PT. BSKP yang terletak di Desa Imban Kecamatan
Bati-bati kabupaten Tanah Laut Pelaihari.Adapun luar area perkebunan sebesar
5985 ha dengan kawasan yang ditanami latek 5229 ha.
Perkebunan yang dimiliki PT. BSKP terbagi atas berbagai SUB/bagian yaitu SUB
divisi A, SUB divisi B, SUB divisi C, SUB divisi D, SUB divisi E dan SUB divisi
F.
Bahan Baku Tambahan
Bahan baku tambahan adalah bahan yang terpisah dari produk, tetapi bahan
terbentuk mempertinggi tampilan atau berfungsi sebagai pengaman dariproduk
tersebut atau yang biasa dikenal dengan pengemasan (packing). Bahan tambahan
pada proses pembuatan RSS ini pada umumnya dibutuhkan atau digunakan pada
proses pengemasan yaitu:
Solar
Solar di pasok oleh divisi factory yang langsung membeli solar eceran di jalan
yang packing dengan derejen dengan penggunakan salar 24 liter setiap harinya.
Jumlah solar yang harus ada di divisi factory(pabrik) adalah dilebihkan 25% dari
jumlah pemakaian yaitu sebagai stok untuk cadangan apabila diperlukan.
Tepung
Solar di pasok oleh divisi factory yang langsung membeli tepung (talk) di mini
market yang di packing dengan kemasan plastik dengan penggunakan talk 8 kg
setiap harinya. Talk yang harus ada di divisi factory (pabrik) adalah dilebihkan
25% dari jumlah pemakaian yaitu sebagi stok untuk cadangan apabila diperlukan.
Cat
Cat berfungsi sebagai bahan baku dalam pelabelan kwalitas, kode produksi, dank
ode order. Produk RSS yang diberi label berupa pada rss1, RSS 4, local dan blok
cutting. Pemakaian cat biasanya menggunakan 5 kaleng dalam seminggunya
dengan menggunakan warna merah.
Bahan baku penolong
Bahan baku penolong adalah bahan baku yang digunakan dalam proses produksi
yang fungsinya adalah untuk memperbaiki kualitas produk. Dalam produksi bahan
baku penolong ini adalah untuk membantu proses produksi agar produk dapat
dihasilkan seperti sifat produk yang diinginkan. Bahan baku penolong dalam
proses pembuatan latek ringan adalah sebagai berikut:
Asam semut/formid acid
Dalam pengolahan RSS di PT. BSKP penggunaan asam semut digunakan pada
saat penggumpulan latek pada bak penggumpalan. Asam semut yang digunakan
sesuai dengan batasan yang telah ditentukan oleh PT. Bridgestone yang termuat
dalam SOP (Standar Operasional Prosedur) yaitu dengan dilakukan pengenceran
terlebih dahulu dari pembelian dari perusahaan dengan kadar 96% menjadi 5% -
7%. Semakin kecil presentase pengenceran yang digunakan maka akan semakin
banyak menggunakan asam semut dan sehubungan dengan hal itu akan membuat
semakin membengkaknya biaya produksi pada saat proses penggumpalan pada
bak penggumpalan. Fungsi dari penambahan asam semut adalah untuk
mengontrol pH latek yang bernilai lebih dari 9 pada bak pengenceran akan
menjadi 4,6 sampai 4,8 pada bak penggumpalan.
Kadar pH latek 4,6 maka latek tersebut akan siap untuk digiling setelah 4 jam
sedangkan pada saat kadar latek 4,8 akan digiling keesokan harinya pada jam 7
pagi, biasanya penggunaan kadar pH 4,8 saat produksi terakhir bahan baku asam
semut di PT. BSKP dipasok dari PT. Abadi Sentosa. Untuk menjaga agar asam
semut tetap bagus kualitasnya di PT. BSKP dalam proses penyimpanan atau
penggudangan menggunakan metode FIFO (first in first out) yaitu bahan baku
yang dimasukkan terlebih dahulu akan didahulukan keluar / digunakan untuk
produk.
Asam semut yang harus ada dalam gudang dua kali lipat dari jumlah permintaan /
pemakaian dan akan dilakukan pemesanan / pembelian asam semut bila sudah
setengah dari pemakaian dari pemasukan gudang. Penggunaan asam semut yang
dikirim ke PT. BSKP setiap bulannya dalam produksi RSS sebanyak 3.000
kg/bulannya.
Air
Air adalah bahan yang ditambahkan dalam proses pengenceran latek pada bak
penampung latek dengan kadar 15% sesuai dengan SOP yang telah ditentukan
oleh pihak PT. BSKP. Pengenceran ini bertujuan untuk meningkatkan grade RSS
karena pengenceran menggunakan air sebesar 15% mampu mengurangi bubel
(gelembung) dan menyebabkan cepatnya pertumbuhan jamur pada RSS pada bak
pengumpulan saat latek akan diolah menjadi RSS yang menurunkan grade dari
RSS #1 menjadi RSS #4 dan local bahkan sampai reject pada saat dilakukan
pengiriman RSS.
Bendungan air yang dimiliki PT. BSKP digunakan untuk proses produksi, baik itu
sebagai salah satu campuran bahan baku dan digunakan untuk pencucian bak
pengenceran, tangki pengangkut latek, bak koagulasi, plat pemotong latek, dan
alat-alat lainnya yang digunakan pada saat produksi serta digunakan untuk
membersihkan lingkungan sekitar pabrik.
Amoniak
Penggunaan amoniak sangat membantu pekerja kebum karet untuk lolos pada
penyeleksian penerimaan bahan baku. Amoniak akan digunakan bila keadaan
latek pada saat tiba di pabrik keadaan pH dibawah 9 maka akan ditambahkan
amoniak yang bertujuan untuk meningkatkan pH latek sehingga latek yang tiba
memenuhi syarat untuk dilakukan pengolahan lebih lanjut. Amoniak difungsikan
untuk mencegah terjadinya penggumpalan sejak dini pada latek yang
menyebabkan latek tidak bisa lagi untuk diolah menjadi RSS.
Bahan baku amoniak di PT. BSKP dipasok dari PT. Abadi Sentosa. Untuk
menjaga latek tetap mencair sehingga tidak terjadi penurunan kualitas. PT. BSKP
dalam proses penyimpanan atau penggudangan menggunakan metode FIFO (first
in first out). Amoniak yang ada dalam gudang dua kali lipat dari jumlah
permintaan/ pemakaian.


METODE PENELITIAN

JADWAL KEGIATAN PROGRAM

RANCANGAN BIAYA

DAFTAR PUSTAKA

Sastrapradja, S., Danimihardja, S., Soejono, R., Soetjipto, N.W. & Prana, M.S.
1980. Tanaman Industri, Lembaga Biologi Nasional-LIPI. PN. Balai
Pustaka, Jakarta.
Tim Penulis PS. 2004. Karet, Strategi Pemasaran dan Budidaya & Pengolahan.
Penebar Swadaya, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai