Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
Goa Pawon
KAJIAN PARIWISATA BUDAYA DALAM MENDUKUNG
PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA DI KBB
BAB I PENDAHULUAN 1


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kabupaten Bandung Barat (KBB) merupakan kabupaten yang baru didirikan
karena adanya pemekaran daerah Kabupaten Bandung pada Tahun 2007 sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Pembentukan KBB di
Jawa Barat. KBB memiliki peluang sebagai salah satu destinasi pariwisata yang
unggul karena letaknya berdekatan dengan Kota Bandung yang merupakan kota
jasa dan pariwisata (RIPPDA Kota Bandung, 2006).
Pemerintah KBB memanfaatkan peluang tersebut dengan memilih pariwisata
sebagai fokus pengembangannya karena pariwisata dianggap sebagai alat yang
dapat digunakan untuk mempercepat perekonomian masyarakat (Disbudpar KBB,
2014). Saat ini Kabupaten Bandung Barat dikenal dengan destinasi pariwisata
alam, hal ini dibuktikan dengan hasil survey analisis pasar wisata Jawa Barat
Tahun 2006 dalam RIPPDA (2014:I-4) yang menunjukkan bahwa 68,3%
wisatawan mengemukakan tujuan kunjungan ke KBB adalah untuk menikmati
keindahan alam di Lembang, Tangkuban Perahu, dan Maribaya. Selain itu
destinasi pariwisata yang menjadi unggulan di KBB antara lain Tangkuban Perahu,
Goa Pawon, Maribaya, dan diikuti oleh wisata buatan yang mulai berkembang
seperti Kampung Gajah serta perkemahan Cikole (Disbudpar KBB, 2014).
Untuk dapat mempertahankan suatu usaha pariwisata dalam pasar aktual yang
sama maka diperlukan adanya suatu pengembangan produk (Kotler, Bowen, dan
Makens, 2010:65). KBB melakukan hal serupa dalam mempertahankan destinasi
pariwisatanya. Hal ini dapat dilihat dari visi dan misi Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan KBB Tahun 2013 2018, yaitu Terwujudnya Perkembangan
Potensi Kebudayaan dan Pariwisata sebagai Sektor Andalan Bagi Peningkatan
Perekonomian Masyarakat di KBB. Dinas Pariwiasata dan Kebudayaan KBB
menawarkan pariwisata budaya sebagai bentuk pengembangan produk yang baru
KAJIAN PARIWISATA BUDAYA DALAM MENDUKUNG
PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA DI KBB
BAB I PENDAHULUAN 2


dari sebuah destinasi pariwisata alam. Menurut ICOMOS (2002:22), pariwisata
budaya dapat didefinisikan sebagai aktivitas dimana memungkinkan seseorang
untuk mendapatkan pengalaman cara hidup yang berbeda dari orang lain,
sehingga memahami budaya, tradisi, lingkungan fisik, ide intelektual, dan tempat-
tempat yang memiliki arsitektur, sejarah, serta arkeologikal atau budaya penting
lainnya yang merupakan peninggalan masa lalu.
Tabel 1
Matriks Sumber Daya Budaya KBB
Zona Wisata Bandung Barat Sumber Daya Budaya
Utara
Teropong Bintang Bosscha
Ngaruat Lembur
Kerupuk Tulang Moro Seneng
Barat
Goa Pawon
Ibing Pencak Silat
Kupat Tahu Padalarang
Selatan
Makam Cijenuk
Karinding
Wajit
Sumber : Hasil Penelitian, 2014
KBB memiliki berbagai macam kekayaan baik dari alam maupun produk
budaya dengan nilai antropologi yang beranekaragam (Bachtiar 2004; Yunianto
2008). Beberapa produk wisata budaya di KBB diantaranya warisan budaya
kolonial di zona wisata bandung barat bagian utara berupa Observatorium
Bosscha. Observatorium Bosscha merupakan tempat peneropongan bintang tertua
di Indonesia dan termasuk kedalam Bangunan Cagar Budaya yang dilindungi oleh
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Permasalahan
yang kini muncul di sekitar Observatorium Bosscha adalah permukiman yang
semakin mendekat ke kawasan Observatorium Bosscha. Hal tersebut
menimbulkan polusi cahaya yang menjadi ancaman bagi Observatorium Bosscha,
karena Observatorium Bosscha seharusnya memiliki karakteristik intensitas
cahaya yang kecil (Research ITB University of Florida, 2008). Hal ini tentunya
akan berdampak negatif terhadap kegiatan pariwisata. Warisan budaya lainnya
KAJIAN PARIWISATA BUDAYA DALAM MENDUKUNG
PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA DI KBB
BAB I PENDAHULUAN 3


adalah Benteng Gunung Puteri yang terletak di puncak Gunung Puteri, Kecamatan
Lembang. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan pada bulan April tahun
2014, benteng tersebut dibangun sekitar Tahun 1913 1917 pada masa Perang
Dunia Pertama. Benteng tersebut bisa dikatakan masih utuh, namun kondisinya
tidak terawat seperti rangka bangunan yang diambil oleh masyarakat sekitar.
Zona wisata bandung barat bagian barat juga memiliki warisan budaya yang
mewakili masa prasejarah, yakni Gua Pawon yang terletak di Desa Gunung
Masigit, Kecamatan Cipatat. Dikutip dari Yondri (2011:3) yang menyebutkan
bahwa latar belakang kehidupan masyarakat prasejarah yang telah memanfaatkan
gua sebagai tempat hunian di sekitar tepian Danau Bandung Purba ini mulai
terungkap dengan ditemukannya Gua Pawon di kawasan bukit gamping (karst)
Gunung Masigit, yang terletak di kawasan bagian barat Danau Bandung Purba.
Selanjutnya menurut Diharja (2012:5), pemanfaatan Gua Pawon untuk kegiatan
pariwisata terganggu dengan adannya aktivitas penambangan yang terjadi
disekitar gua yang dilakukan oleh masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa 53,3% masyarakat menyetujui adanya
penambangan di kawasan tersebut (Gunawan, 2011:18). Penambangan yang
terjadi dapat merusak Gua Pawon sebagai salah satu produk budaya yang dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata.
Selain itu, zona wisata bandung barat bagian selatan juga memiliki warisan
budaya Hindu-Budha dari Kerajaan Sunda, yakni kesenian Karinding.
Berdasarkan data dari Komunitas Karinding dalam Upaya Pelestarian Budaya
Seni Sunda (2012:3), kesenian Karinding sudah ada sejak sekitar 600 tahun yang
lalu dan masih dilestarikan oleh sanggar seni di Batujajar. Terdapat pula produk
budaya berupa bangunan yang mewakili masa kolonial, yakni Gedung
Telepoonken. Menurut liputan Okezone (08/01/13), Gedung Teleponkeen yang
merupakan kantor radio tertua di Indonesia dan pernah digunakan oleh Ratu
Wilhelmina untuk menghubungi penjajah Belanda di Indonesia. Berdasarkan
observasi lapangan pada bulan Mei Tahun 2014, kesenian Karinding maupun
Gedung Teleponkeen kurang begitu dikenal oleh masyarakat. Bahkan Gedung
Teleponkeen sekarang sudah berubah fungsi menjadi kandang sapi dan pabrik
KAJIAN PARIWISATA BUDAYA DALAM MENDUKUNG
PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA DI KBB
BAB I PENDAHULUAN 4


tahu. Informasi mengenai keberadaan produk budaya tersebut juga sulit
didapatkan, sehingga menghambat pengembangan produk budaya tersebut
menjadi produk wisata budaya.
Keseluruhan permasalahan di atas menunjukan bahwa pariwisata budaya
kurang dapat menunjang KBB dalam mengembangkan wilayahnya menjadi
destinasi wisata. Berdasarkan hasil seminar ke-41 United Nations-World Tourism
Organization(UN-WTO) Comission for East Asia and the Pasific (2004:3), dalam
mencapai kesuksesan pengembangan pariwisata budaya maka hal-hal penting
yang harus diperhatikan antara lain penetapan standar kualitas bagi produk wisata,
kebijakan yang terkoordinasi dan terintegrasi, pemasaran, kesadaran masyarakat
akan budaya, dan komitmen yang kuat dari masyarakat lokal.
Maka dalam mewujudkan pengembangan pariwisata budaya di KBB
diperlukan penelitian terkait pengembangan destinasi wisata yang didalamnya
mencakup produk budaya, masyarakat, kebijakan, dan pemasaran dengan
mengangkat topik Kajian Pariwisata Budaya dalam Mendukung Pengembangan
Destinasi Wisata di Kabupaten Bandung Barat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian yang telah dijabarkan
sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi produk budaya di KBB?
2. Bagaimana peran kebijakan dalam mendukung pariwisata budaya di
KBB?
3. Bagaimana segmentasi pasar yang sesuai bagi pariwisata budaya
berdasarkan sumber daya budaya (SDB) dan preferensi wisatawan di
KBB?
4. Bagaimana kesadaran masyarakat lokal mengenai pariwisata khususnya
pariwisata budaya di KBB?
C. Tujuan Dan Sasaran
1. Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain :
a. Memberikan gambaran mengenai kondisi produk budaya di KBB;
KAJIAN PARIWISATA BUDAYA DALAM MENDUKUNG
PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA DI KBB
BAB I PENDAHULUAN 5


b. Memberikan gambaran mengenai kesiapan masyarakat di KBB
terhadap produk budaya yang dimilikinya;
c. Memberikan gambaran mengenai peran Pemerintah Daerah KBB
terkait kebijakan terhadap pelestarian dan pengembangan SDB;
d. Memberikan gambaran mengenai profil dan preferensi wisatawan
yang berkunjung ke SDB di KBB.
2. Adapun sasaran dari penelitian ini antara lain :
a. Tercapainya pemahaman mengenai kondisi produk budaya yang
mendukung pengembangan destinasi wisata di KBB;
b. Tercapainya pemahaman mengenai kesadaran masyarakat dalam
mengangkat budaya sebagai aset pariwisata di KBB;
c. Tercapainya pemahaman peran kebijakan yang mendukung pariwisata
budaya di KBB;
d. Tercapainya pemahaman segmentasi pasar yang sesuai dengan
pariwisata budaya KBB.
D. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yakni ruang lingkup
substansi dan wilayah.
1. Ruang Lingkup Substansi
a. SDB dilihat dari produk budaya
1) Tangible dan Intangible
b. Produk budaya dilihat dari pariwisata budaya
1) Kesiapan produk budaya
2) Kesiapan fasilitas dan aksesibilitas
3) Klasifikasi produk budaya kedalam tipologi pariwisata budaya
c. Kesadaran masyarakat terkait budaya yang dimiliki
d. Kebijakan pemerintah terkait pemanfaatan SDB untuk kegiatan
pariwisata
e. Pemasaran pariwisata budaya
1) Segmentasi dan target pasar pariwisata budaya
2) Preferensi wisatawan terhadap SDB
KAJIAN PARIWISATA BUDAYA DALAM MENDUKUNG
PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA DI KBB
BAB I PENDAHULUAN 6


2. Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini didasari pada Rencana Induk
Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kabupaten Bandung Barat yang
membagi zona wisata utama kedalam tiga bagian, yakni zona wisata bandung
barat bagian utara, zona wisata bandung barat bagian barat, dan zona wisata
bandung barat bagian selatan.
a. Zona wisata bandung barat bagian utara meliputi tiga kecamatan, yakni
Kecamatan Lembang, Kecamatan Parongpong, dan Kecamatan
Cisarua.
b. Zona wisata bandung barat bagian barat meliputi lima kecamatan,
yakni Kecamatan Padalarang, Kecamatan Cipatat, Kecamatan
Cikalong Wetan, Kecamatan Cipeundeuy, dan Kecamatan Ngamprah.
c. Zona wisata bandung barat bagian selatan meliputi enam kecamatan,
yakni Kecamatan Batujajar, Kecamatan Cihampelas, Kecamatan
Cililin, Kecamatan Sindangkerta, Kecamatan Gunung Halu, dan
Kecamatan Rongga.
E. Sistematika Penulisan
Penyusunan laporan pendahuluan ini terdiri dari lima bab pembahasan,
dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran,
ruang lingkup penelitian, serta sistematika penulisan laporan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini berisikan tentang konsep yang digunakan oleh peneliti, mulai
dari konsep pariwisata budaya, konsep masyarakat dengan budaya, konsep
kebijakan pariwisata dan budaya, konsep pemasaran pariwisata budaya, serta
kerangka pemikiran dalam penelitian ini.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisikan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh peneliti,
uraian yang menjelaskan tentang langkahlangkah sistematis yang digunakan
KAJIAN PARIWISATA BUDAYA DALAM MENDUKUNG
PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA DI KBB
BAB I PENDAHULUAN 7


dalam penelitian, unit analisis, populasi dan sampel, teknik sampling, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, serta operasionalisasi variabel.
BAB IV TINJAUAN UMUM PENELITIAN
Dalam bab ini berisikan empat sub-bab, yaitu Gambaran Umum
Kepariwisataan KBB, Gambaran Sumber Daya Budaya KBB, Masyarakat di
KBB, serta Kebijakan Pariwisata dan Kebudayaan di KBB.
BAB V ANALISIS
Dalam bab ini berisikan analisis mengenai kesenjangan antara kondisi aktual
sumber daya budaya, masyarakat, kebijakan pariwisata budaya dan
kebudayaan serta pasar dan pemasaran di KBB dengan kondisi idealnya.
BAB VI ANALISIS SWOT
Bab ini berisikan analisis lanjutan dari hasil analisis di bab lima dengan
menggunakan teknik analisis SWOT yang didasarkan pada empat tipologi
pariwisata budaya, yaitu cultural heritage tourism, art tourism, creative
tourism dan Indigenous tourism.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari keseluruhan bab dan disertai dengan
saran mengenai pengembangan pariwisata budaya di kabupaten Bandung
Barat berdasarkan pada sumber daya budaya, masyarakat, kebijakan, dan
pemasaran.
LAMPIRAN
Pada lampiran penelitian berisikan daftar periksa, pedoman wawancara,
kuesioner dan peta persebaran sumber daya budaya potensial berdasarkan
tipologi pariwisata budaya di KBB.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar ini berisikan sumber-sumber yang dijadikan acuan atau pedoman
dalam penyusunan laporan terdiri dari buku, koran, majalah, website, jurnal
dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai