Anda di halaman 1dari 4

Tugas Kelompok Mata Kuliah Kepemimpinan Bu Vetty Migraini Jumat,19.00-20.

40
Pemberdayaan Visi




Ema Maratus Sholihah A (1206320 )
Erikaliza Agustina ( 1206320506 )
Ratna Wulansari ( 1206321811 )
Riska Putriyani (1206321881 )

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
2013

TINJAUAN PUSTAKA
Setiap organisasi bersifat kolaboratif. Tak terkecuali organisasi yang bergerak di
bidang pendidikan. Artinya, ia tidak bisa dan tidak harus berkolaborasi dengan berbagai
pihak yang lain untuk mencapai apa yang telah menjadi visi dan misinya. Kolaborasi
tersebut antara lain dilakukan dengan staf, siswa atau wali murid, stakeholder atau
pemangku kepentingan, maupun dengan organisasi-organisasi yang lain. Dalam hubungan
kolaborasi tersebut, terdapat beberapa hal yang menjadi bagian penting, misalnya
responsivitas personal maupun kolektif terhadap visi dan misi, responsivitas institusi
pendidikan terhadap masyarakat atau wali murid, bagaimana pemberdayaan misi dilakukan,
serta bagaimana melakukan inovasi sosial. Pada keseluruhan proses tersebut, peran dari
sorang pemimpin (bridging leader) yang mampu menjembatani sangatlah penting. Ia
menjembatani antara pencapaian visi misi dengan langkah-langkah yang dilakukannya,
menjembatani organisasinya dengan para staf sekolah, stakeholder, organisasi lain,
maupun elemen-elemen lain di luar organisasinya, serta menjembatani antara berbagai
kelompok yang ada pada masyarakatnya.
Kunci dari kepemimpinan yang mampu menjembatani ini adalah terhadap hal-hal
yang berhubungan dengan masalah-masalah sosial, seorang pemimpin harus memiliki
kemampuan untuk mengubah pandangannya, dari pemahaman dan kepemilikan yang
bersifat personal, menjadi aksi yang bersifat kolektif untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Terdapat tiga elemen penting dalam kepemimpinan tersebut. Pertama, pemimpin
harus memiliki kesadaran dan sense kepemilikan pribadi (turut merasa memiliki) terhadap
permasalahan-permasalahan sosial yang dihadapi. Kedua, setelah dari dirinya, ia
menempa hubungan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan masalah tersebut.
Dengan mengembangkan co-ownership tersebut, ia dapat memberikan pemahaman yang
memadai tentang masalahnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Kemudian yang
ketiga adalah Co-creation. Aspek terakhir ini merupakan aksi kolaborasi dimana tercetus
komitmen untuk bersama-sama bergerak secara kolaboratif menuju pencapaian hasil,
target, dan tujuan bersama (Asian Institute of Management, 2008).
Pemberdayaan misi merupakan salah satu bagian penting pula dalam kerangka
kerja organisasi kolaboratif. Yang menjadi pertanyaan saat ini adalah bagaimana kita akan
mengukur pemberdayaan misi tersebut? Patut disayangkan, untuk mengukur
pemberdayaan misi tersebut masih cukup sulit untuk dilakukan dan dilaksanakan (Lacerack
G, 2001).
Pengembangan misi dengan mengembangkan program sekolah harus dapat
mewujudkan kebutuhan lingkungan organisasi sekolah, sehingga pelayanan dan hasil
sekolah dapat diwujudkan dalam bentuk keterampilan, keahlian, dan pengetahuan, baik dari
peserta didik,guru, dan masyarakat. Sekolah sebagai sebuah organisasi pendidikan
profesional harus dapat memberikan perhatian terhadap kondisi-kondisi lingkungan yang
mampu menciptakan berbagai program, dan mendukung budaya organisasi sekolah yang
mampu melahirkan berbagai siswa berprestasi.
Internalisasi sistem penyelenggaraan sekolah hendaknya direalisasikan ke dalam
mekanisme dan sistem dalam bidang keilmuan, sehingga memberi peluang bagi personil
untuk melakukan kegiatan yang kompetitif. Untuk menyiapkan kualitas sistem
penyelenggaraan sekolah yang gandal hendaknya dilakukan melalui strategi musyawarah,
dengan melibatkan personil sesuai dengan fungsi dan tugas masing-masing (AR, 2009).
Faktor-faktor yang menjadi penentu sistem penyelenggaraan sekolah adalah
kemampuan internal sekolah dalam menentukan kebijakan, strategi, dan program, sehingga
adanya perumusan stratejik dan implementasi stratejik sesuai dengan visi, misi, dan tujuan
sekolah. Faktor-faktor eksternal sekolah yang menjadi pendukung dalam sistem
penyeenggaraan sekolah, hendaknya dapat dioptimalkan untuk berpartisipasi aktif dalam
program sekolah. Pemberdayaan faktor-faktor yang menjadi penentu sistem
penyelenggaraan sekolah ini sebagai syarat utama menciptakan program-program sekolah
yang kompetitif.
Secara sistemik, model pemberdayaan sekolah melalui manajemen stratejik dalam
sistem penyelenggaraan sekolah, hendaknya dilakukan dengan pemberdayaan seluruh
sumber daya internal maupun eksternal sekolah. Tujuannya adalah agar terciptanya sinerjik
dalam menentukan visi,misi, dan tujuan sekolah sehingga perumusan stratejik dan
implementasi stratejik terhadap penentuan stratejik dan kebijakan, pengembangan program,
pengadaan anggaran, dan pengembangan stratejik dalam membangun program sekoah
sesuai dengan perkembangan keilmuan dapat dilakukan secara efektif. Dengan demikian,
program-program sekoalh yang kompetetif menggambarkan kemajuan sekolah yang dapat
dilihat dari program-program sekolah sesuai dengan kebutuhan siswa (AR, 2009).

DAFTAR PUSTAKA
Asian Institute of Management. 2008. Bridging Leadership Framework.
http://blfellows.wordpress.com/about/the-bridging-leadership-framework/

Lacerack G, Wallerstein N. 2001. Measuring Community Empowerment: A Fresh Look at
Organizational Domains. Health Promotion International, Vol. 16, No. 2
AR, Murniati dan Nasir Usman. 2009. Implementasi Manajemen Stratejik Dalam
Pemberdayaan Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Citapustaka Media Perintis

Anda mungkin juga menyukai