Anda di halaman 1dari 17

KOMPOSISI DAN STRUKTUR JENIS MANGROVE

PADA DAERAH PENANGKAPAN KEPITING BAKAU


(Scylla serrata de Haan Forskal) OLEH MASYARAKAT
DI KAMPUNG WARGANUSA I DISTRIK BABO
KABUPATEN TELUK BINTUNI








Oleh
Esau Nur Yaung













FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS NEGERI PAPUA
MANOKWARI
2007
RINGKASAN
ESAU NUR YAUNG. Komposisi dan Struktur Mangrove Pada Daerah
Penangkapan Kepiting Bakau (Scylla serrata de Haan Forskal) Oleh Masyarakat di
Kampung Warganusa I Distrik Babo Kabupaten Teluk Bintuni. Di bawah
bimbingan MAX J. TOKEDE dan ZULFIKAR MARDIYADI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi dan struktur mangrove
pada daerah penangkapan kepiting bakau yang sering dilakukan oleh masyarakat di
Kampung Warganusa I. Penelitian berlangsung selama 1 bulan, mulai dari tanggal
19 November sampai 19 Desember Tahun 2005. Metode yang digunakan adalah
deskriptif dengan teknik survei dan wawancara semi struktural. Pengambilan contoh
melalui teknik garis berpetak (Line Plot Systematic Sampling). Variabel yang
diamati adalah parameter kuantitatif vegetasi meliputi : Kerapatan Jenis, Kerapatan
Relatif Jenis, Frekuensi Jenis, Frekuensi Relatif Jenis, Dominansi Jenis, Dominansi
Relatif Jenis dan Indeks Nilai Penting Jenis.
Hasil penelelitian menunjukkan bahwa hutan mangrove pada daerah
penangkapan kepiting bakau di Kampung Warganusa I berada pada daerah delta
sungai yang terbentuk akibat sedimentasi yang tinggi dan telah berlangsung lama.
Jenis-jenis mangrove yang ditemukan terdiri dari 12 jenis dan tergolong dalam 5
famili.
Struktur jenis mangrove dominan di komunitas hutan mangrove yang
dijadikan daerah-daerah penangkapan kepiting untuk tingkat semai (Rhizophora
mucronata Blume dan Xylocarpus granatum Koem), tingkat sapihan (Xylocarpus
granatum Koem), tingkat tiang (Bruguiera parviflora Roxb) dan tingkat pohon
(Avicinia alba Blume). Jenis-jenis mangrove yang paling banyak ditemukan di
habitat mangrove sebagai daerah penangkapan kepiting bakau adalah Avicenia alba
Blume, Rhizhopora mucronata Blume dan Bruguiera parviflora Roxb.

KOMPOSISI DAN STRUKTUR JENIS MANGROVE
PADA DAERAH PENANGKAPAN KEPITING BAKAU
(Scylla serrata de Haan Forskal) OLEH MASYARAKAT
DI KAMPUNG WARGANUSA I DISTRIK BABO
KABUPATEN TELUK BINTUNI








Oleh
Esau Nur Yaung







Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan
Pada Fakultas Kehutanan Universitas Negeri Papua










FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS NEGERI PAPUA
MANOKWARI
2007
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL : KOMPOSISI DAN STRUKTUR JENIS
MANGROVE PADA DAERAH PENANGKAPAN
KEPITING BAKAU (Scylla serrata de Haan
Forskal) OLEH MASYARAKAT DI KAMPUNG
WARGANUSA I DISTRIK BABO KABUPATEN
TELUK BINTUNI
NAMA : ESAU NUR YAUNG
NIM : 01 400 115
PROGRAM STUDI : BUDIDAYA HUTAN
JURUSAN : BUDIDAYA HUTAN

Menyetujui,
Komisi Pembimbing


Ir. Max J. Tokede, MS. Zulfikar Mardiyadi, S. Hut.
Ketua Anggota
Mengetahui,
Ketua Jurusan Budidaya Hutan Dekan Fakultas Kehutanan
Universitas Negeri Papua

Ir. Patria Hadi, MP. Ir. C. Y. Hans Arwam, MP.
NIP. 131 679 828 NIP. 131 603 730


Tanggal lulus :22 J anuari 2007

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Jayapura Propinsi Papua pada tanggal 12 Desember
1982, sebagai Anak Sulung dari Ayah Saban Bacoa dan Ibu Sara Yaung
Ia mulai menempuh pendidikan formal pada tahun 1988 pada SD Inpres Besum
dan tamat pada tahun 1995, kemudian pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan
pada SMPN II Nimboran dan tamat pada tahun 1998. Pada tahun itu juga Ia
melanjutkan pendidikan pada SMA NEGERI I Nimboran dan selesai pada tahun
2001.
Pada tahun 2001 ia diterima sebagai pendidikan sebagai Mahasiswa Strata satu
(S1) pada Fakultas Kehutanan Universitas Negeri Papua, Jurusan Budidaya Hutan
Program Studi Budidaya Hutan dengan minat utama Manajemen Hutan.










DAFTAR ISI
Teks Halaman

KATA PENGANTAR ......................................................................................
DAFTAR ISI .....................................................................................................
DAFTAR TABEL .............................................................................................
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
v
viii
ix
x
PENDAHULUAN
Latar Belakang .........
Masalah ........
Tujuan dan Manfaat ............
1
2
3
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Hutan Mangrove..........
Komposisi Jenis Mangrove........
Struktur Vegetasi Mangrove..........
4
5
7
Zonasi Hutan Mangrove.............................................................................
Habitat Mangrove.......................................................................................
Kepiting Bakau (Scylla serrata de Haan Forskal)......................................
Teknik-Teknik Inventarisasi Vegetasi Mangrove .....
Fase Pertumbuhan Hutan Mangrove..........................................................
Analisa Vegetasi Mangrove.......................................................................
8
9
11
12
13
14

METODOLOGI PENILITIAN
Tempat dan Waktu 16
Alat dan Bahan ..... 16
Objek Penilitian . 16
Metode dan Teknik Penelitian....................... 16
Variabel Pengamatan ................................................................................. 17
Pengumpulan Data . 17
Teknik Pengambilan Contoh..........
Pengolahan Data.........
18
21
Analisis Data.......... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN

Komposisi Jenis Mangrove...
24
Struktur Jenis Mangrove ...
28
Tingkat Semai....................................................................................
Tingkat Sapihan ................................................................................
Tingkat Tiang ...................................................................................
Tingkat Pohon...........
28
30
31
32
Jenis-Jenis Mangrove Dominan Di Sepanjang Garis Pantai Pada Daerah
Penangkapan Kepiting Bakau................

33
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan .......
36
Saran .................................................
37
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN




DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Tingkat Pertumbuhan, Plot Ukur dan Intensitas Sampling ............................. 20
2. Klasifikasi Tingkat Dominan Vegetasi Hutan Berdasarkan Nilai Penting ..... 23
3. Jenis-jenis Mangrove Pada Daerah Penangkapan Kepiting Bakau ..... 25
4. Klasifikasi Jenis Dominan Berdasarkan Indeks Nilai Penting Tingkat
Semai di Hutan Mangrove Pada Daerah Penangkapan Kepiting Bakau ..... 28
5. Klasifikasi Jenis Dominan Berdasarkan Indeks Nilai Penting Tingkat
Sapihan di Hutan Mangrove Pada Daerah Penangkapan Kepiting Bakau ...... 30
6. Klasifikasi Jenis Dominan Berdasarkan Indeks Nilai Penting Tingkat
Tiang di Hutan Mangrove Pada Daerah Penangkapan Kepiting Bakau ......... 31
7. Klasifikasi Jenis Dominan Berdasarkan Indeks Nilai Penting Tingkat
Pohon di Hutan Mangrove Pada Daerah Penangkapan Kepiting Bakau 32
Lampiran
1. Tabel Hasil Perhitungan Jenis Mangrove Dominan Tingkat Semai .. 40
2. Tabel Hasil Perhitungan Jenis Mangrove Dominan Tingkat Sapihan ... 40
3. Tabel Hasil Perhitungan Jenis Mangrove Dominan Tingkat Tiang ... 42
4. Tabel Hasil Perhitungan Jenis Mangrove Dominan Tingkat Pohon .......... 42
5. Tabel Jenis Mangrove Dominan Berdasarkan Nilai Kerapatan
Tingkat Pohon dan Kepiting Bakau Hasil Tangkapan ................................... 43
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
1. Desain Letak Garis Pengamatan dan Petak Ukur ......................................... 19
2. Grafik Jumlah Individu Jenis Mangrove Berdasarkan Tingkat Pertumbuhan
Pada Daerah Penangkapan Kepiting Bakau..................................................... 26
3. Grafik Populasi Kepiting dan Jenis Mangrove Dominan Tingkat Pohon
di Ujung Setiap Jalur Pengamatan Daerah Penangkapan Kepiting Bakau ..... 34

Lampiran
1. Foto-foto Daerah Penangkapan Kepiting Bakau di Kampung
Warganusa I Distrik Babo Kabupaten Teluk Bintuni .................................... 43
2. Peta Lokasi Penelitian Hutan Mangrove Pada Daerah Penangkapan
Kepiting oleh Masyarakat di Kampung Warganusa I .................................... 44





METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Kampung Warganusa I Distrik Babo Kabupaten
Teluk Bintuni. Penelitian berlangsung selama 1 bulan mulai dari tanggal 19
November sampai 19 Desember Tahun 2005.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kompas, pita ukur
(Phi band), roll meter, tali ukur, parang, kamera dan peta kerja (skala 1 : 50.000).
Bahan yang digunakan adalah tally sheet, cat, alkohol 75 %, kantong plastik, kertas
koran, etiket (label spesimen), rol film dan plak-band.
Objek Penelitian
Objek penelitian adalah jenis mangrove (Fase pertumbuhan semai, sapihan,
tiang dan pohon) pada daerah penangkapan kepiting bakau oleh masyarakat di
Kampung Warganusa I Distrik Babo Kabupaten Teluk Bintuni.
Metode dan Teknik Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan
teknik survei dan wawancara semi struktural. Pengambilan contoh melalui teknik
garis berpetak (Line Plot Systematic Sampling).
Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati adalah parameter kuantitatif vegetasi meliputi :
Kerapatan Jenis, Kerapatan Relatif Jenis, Frekuensi Jenis, Frekuensi Relatif Jenis,
Dominansi Jenis, Dominansi Relatif Jenis dan Indeks Nilai Penting Jenis.
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada setiap plot pengamatan meliputi :
1. Tingkat Semai/Seedling (kecambah sampai permudaan semai dengan tinggi
1,5 meter) : nama daerah setempat dan botanis dari setiap jenis dan jumlah
individu jenis per plot.
2. Tingkat Sapihan/Sapling (tinggi lebih dari 1,5 meter dan berdiameter sampai <
5 cm) : nama daerah setempat dan botanis dari setiap jenis dan jumlah individu
jenis per plot.
3. Tingkat Tiang/Poles (diameter 5 cm sampai < 10 cm): nama daerah setempat dan
botanis dari setiap jenis, jumlah individu per jenis, diameter pohon dan jumlah
individu jenis per plot.
4. Tingkat Pohon/Tree (diameter 10 cm): nama daerah setempat dan botanis dari
setiap jenis, jumlah individu per jenis, diameter dan jumlah individu jenis per plot.
5. Jumlah kepiting hasil tangkapan/pancingan di sekitar jalur pengamatan (sepanjang
Base line), selama 3 kali pancingan pada saat air surut pagi hingga air pasang
(sore hari).
Selain itu, pengumpulan material herbarium bagi jenis yang tidak diketahui
untuk diidentifikasi di Unit Herbarium Manokwariense UNIPA Manokwari.
Identifikasi jenis (bahasa daerah Suku Irarutu) dilakukan dengan menggunakan
tenaga pengenal pohon dari daerah setempat dan kemudian dialihbahasakan ke nama
ilmiah melalui buku panduan (Jenis-Jenis Pohon Mangrove di Teluk Bintuni).
Teknik Pengambilan Contoh
Teknik pengambilan contoh dengan menggunakan metode deskriptif dan
teknik survei. Sedangkan pengambilan contoh dilakukan dengan teknik garis
berpetak dan pengukuran langsung pohon-pohon mangrove di lapangan serta
pengamatan keadaan tempat tumbuh.
1. Pengambilan Contoh (Populasi yang dicontohkan)
Pengambilan contoh ditentukan secara purposif dengan pertimbangan bahwa areal
pengambilan contoh merupakan lokasi penangkapan kepiting oleh masyarakat.
Penentuan lokasi pengamatan di lapangan disesuaikan dengan informasi yang
diperoleh dari masyarakat pada saat di lapangan.
2. Penentuan Garis dan Petak Ukur Pengamatan
Luas areal yang menjadi objek penelitian adalah 1.200 m x 200 m = 240000 m
atau 24 Ha. Base Line searah dengan aliran Sungai Kaitero dengan panjang 1200
m. Jarak antara jalur pengamatan 200 m. Jarak titik pusat plot dengan titik pusat
plot yang lain 20 m. panjang masing-masing jalur adalah 200 m. Jumlah jalur
keseluruhan adalah 1200 m : 200 x 1 jalur = 6 jalur pengamatan.
Petak ukur tingkat pohon berbentuk persegi panjang. Sedangkan untuk tingkat
tiang, sapihan dan semai berbentuk bujur sangkar. Khusus untuk tingkat tiang,
sapihan, dan semai jarak antara titik pusat plot adalah 20 meter. Plot pengamatan
pertama (I) berjarak 20 m dari tepi areal pengamatan. Sehingga jumlah plot
pengamatan adalah 60 plot (6 jalur x 10 plot x 1 jalur) untuk semua tingkat
permudaan.
Base Line
JI ........................... JVI





`



`Keterangan : A = Petak Ukur Tingkat Semai (2 meter x 2 meter)
B = Petak Ukur Tingkat Sapihan (5 meter x 5 meter)
C = Petak Ukur Tingkat Tiang ( 10 meter x 10 meter)
D = Petak Ukur Tingkat Pohon ( 10 meter x 20 meter)
P = Petak Pengamatan
J = Jalur Pengamatan

Gambar 1. Desain letak garis pengamatan dan petak ukur
1200 m
200 m
C
A
B
P1
P10
D
C
A
B
D
10 m
10 m

4 Intensitas Sampling
Intensitas sampling berdasarkan hasil perkalian masing-masing ukuran plot ukur
dan jumlah plot ukur kemudian dibagi dengan luas areal penelitian. Intensitas
sampling untuk setiap tingkat pertumbuhan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Tingkat pertumbuhan, plot ukur dan intensitas sampling
No Tingkat Pertumbuhan Plot Ukur (m
2
) Intensitas Sampling (%)
1.
2.
3.
4.
Semai
Sapihan
Tiang
Pohon
4
25
100
200
0,1
0,625
2,5
5

4 Pemancingan / Penangkapan Kepiting Bakau
Lokasi Pancingan di perairan dengan lumpur dalam (batas-batas air surut /
tepi sungai) selama 3 kali pancingan pada saat air surut pagi hingga air pasang
sore hari. Setiap lokasi pemancingan dilakukan oleh 1 orang responden
dengan mengunakan alat pancingan tradisional (alat sapihan, mata kail, nelon
dan umpan).
Lokasi pemancingan dilakukan pada ujung plot pertama setiap garis
pengamatan (6 Lokasi) dengan luasan 0,1 Ha atau radius 17,8 m.




Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan mendata vegetasi menurut nama jenis dan
famili untuk setiap tingkatan dan disusun secara alfabetik. Penentuan jenis mangrove
mengunakan buku pengenal jenis mangrove di Teluk Bintuni (Kusmana, 2003).
Perhitungan kerapatan, kerapatan relatif, dominansi jenis, dominansi relatif dan
indeks nilai penting suatu jenis pada masing-masing tingkat pertumbuhan.
Data akan dianalisis menggunakan alat analisis kuantatif menurut
Soerianegara dan Indrawan (2002) sebagai berikut :
Jumlah Individu Suatu Jenis
Kerapatan (K) =
Luas Petak Pengamatan
Kerapatan Suatu Jenis
Kerapatan Relatif (KR) % = 100
Kerapatan Semua Jenis
Jumlah Plot Ditemukan Suatu Jenis
Frekwensi (F) =
Jumlah Seluruh Plot
Frekuensi Suatu Jenis
Frekwensi Relatif (FR) % = 100
Frekuensi Seluruh Jenis
LBD Suatu Jenis
Dominansi (D) =
Luas Petak Pengamatan

Dominansi Suatu Jenis
Dominansi Relatif (DR) % = 100
Dominansi Seluruh Jenis
Luas Bidang Dasar hanya ditentukan pada tingkat pohon dan tiang dengan
menggunakan Formula : LBD = 1/4 (d/100)
2
. Dimana : LBD = Luas Bidang
Dasar (m), D = Diameter (cm), = Nilai Koefesien (3,14).
Indeks Nilai Penting (INP) dapat digunakan untuk menentukan tingkat
dominansi jenis dalam suatu komunitas tumbuh-tumbuhan. Menurut, Soerianegara
dan Indrawan (2002) INP dari tingkat pohon dan tiang diperoleh dari hasil
penjumlahan Frekuensi Relatif (FR), Kerapatan Relatif (KR) dan Dominansi Relatif
(DR) yang dinyatakan dalam persen (%), sedangkan untuk tingkat semai dan sapihan
didapat dari penjumlahan Kerapatan Relatif (KR) dan Frekuensi Relatif (FR). INP
tingkat tiang dan pohon = KR + FR + DR (%) dengan Nilai maksimum 300 %,
INP tingkat sapihan dan semai = KR + FR (%) dengan Nilai maksimum 200 %.
Indeks nilai penting digunakan untuk menentukan jenis-jenis yang dominan dengan
mengunakan klasifikasi dominansi menurut Sutisna et.al. (1988) dalam Peday (1998).





Tabel 2. Klasifikasi tingkat dominansi vegetasi hutan berdasarkan nilai penting
No Kelas Tingkat Dominansi Selang Nilai INP (%)
1 I Sangat Tinggi V4 HV
2 II Tinggi V3 V4
3 III Sedang V2 V3
4 IV Rendah V1 V2
5 V Sangat Rendah LV V1

Keterangan :
HV = Nilai Tinggi V2 = LV + (HV LV)
LV = Nilai Terendah V3 = LV + 1/3 (HV LV)
V1 = LV + 1/5 (HV LV) V4 = LV + 4/5 (HV LV)

Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif berdasarkan parameter
kuantitatif vegetasi dan disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan foto.

Anda mungkin juga menyukai