Anda di halaman 1dari 9

Kitab Aqidatul Awam Syair syair tauhid dari Rosululloh saw

Posted on 25 Maret 2010 | 106 Komentar


Dua minggu yang lalu saya menghadiri Peringatan Maulid di Majlis Talim al afaf pimpinan
Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf yang diselenggarakan bada sholat subuh dan dimulai
dengan Sholat subuh berjamaah. Ada sesuatu yang menarik hati saya dalam peringatan
Maulid kali ini. Setiap jamaah mendapat sebuah kitab Terjamah Nadzhom Aqidatul Awam
yang dibagikan secara gratis ,dan ini merupakan amanat dari Sayyidul walid Habib
Abdurrahman Assegaf kepada putra-putranya untuk mensyiarkan Kitab Aqidatul awam dan
saya termasuk yang mendapat kitab tersebut.
Alarif Billah Habib Abdurahman Assegaf bersama putranya
Lalu saya teringat kepada salah seorang guru saya yang bernama Kh.Taufik Kholil yang telah
mengajarkan saya Kitab Aqidatul awam tersebut dan menerintahkan saya untuk
menghafalnya namun Tidak sampai tuntas saya belajar kitab tersebut.
Kitab Nazhom Aqidatul awam karangan Syech Ahmad al marzuqi bermula dari mimpi Syech
Ahmad Marzuki pada malam jumat pertama di bulan Rajab tahun 1258 yang bertemu
dengan Rosululloh saw dan para sahabatnya, dalam mimpi tersebut Rosululloh saw berkata
kepada Syech Ahmad al marzuki Tulislah Nadzhom Tauhid barang siapa yang
menghafalnya dia akan masuk kedalam surga dan mendapatkan segala macam kebaikan
yang sesuai dengan Al quran dan Sunnah . Syech Ahmad marzuki pun bingung dan bertanya
kepada Rosululloh saw Nadzhom apa ya Rosululloh..??. Para sahabat menjawab
Dengarkan saja apa yang akan Rosululloh saw ucapkan . Nabi Muhammad saw berkata
Ucapkan..


Maka Syech Ahmad Marzukipun mengucapkan


Sampai dengan akhir Nadzhom yaitu


Nabi Muhammad saw pada saat itu mendengarkan bacaan Syech Ahmad almarzuki, maka
saat itupula Syech Ahmad al marzuki terbangun dari tidurnya dan Beliau baca apa apa yang
terjadi dalam mimpinya, dan ternyata Nadzhom tersebut telah terekam rapih dari awal
sampai akhir nadzhom.
Nadzhom tauhid yang telah diberikan Rosululloh kepada Syech Ahmad marzuki , beliau
tuangkan dalam sebuah kitab yang diberi nama Aqidatul Awam ( Aqidah untuk orang
awam ) . Selang beberapa waktu lamanya Syech Ahmad Al marzuki bermimpi kembali
bertemu dengan Rosululloh saw , dan Rosululloh saw berkata Bacalah apa yang telah kau
kumpulkan di hatimu ( pikiranmu), lalu Syech Ahmad Marzuki berdiri membacanya dari
awal sampai akhir Nadzhom dan para Sahabat rosululloh di samping nabi muhammad saw
mengucapkan Amiin pada setiap bait bait nadzhom ini dibacakan . Setelah selesai Syech
Ahmad Marzuki menyelesaikan bacaanya, nabi Muhammad saw bekata kepadanya dan
mendokannnya: Semoga Alloh memberimu Taufiq kepada hal-hal yang menjadi Ridho-Nya
dan menerimanya itu darimu dan memberkahi kamu dan segenap orang mukmin dan
menjadikannya berguna kepada Hamba hamba Alloh swt amiinn.
Kitab Nadzhom Aqidatul awam semula hanya berisi 26 bait , namun karena rasa cinta dan
rindunya Syech Ahmad marzuki kepada nabi Muhammad saw maka beliau menambahkan
hingga mencapai 57 Bait Nadzhom.

Nama lengkap beliau Syekh Ahmad bin Muhammad bin Sayid Ramadhan Mansyur bin Sayid
Muhammad al-Marzuqi Al-Hasani, dilahirkan sekitar tahun 1205 H di mesir , Beliau
sepanjang waktu bertugas mengajar Masjid Mekkah karena kepandaian dan kecerdasannya
Syech Ahmad Marzuki diangkat menjadi Mufti Mazhab Almaliki di Mekkah menggantikan
Sayyid Muhammad yang wafat sekitar tahun 1261, Syech Ahmad marzuki juga terkenal
sebagai seorang Pujangga dan dijuluki dengan panggilan Abu Alfauzi.
Kitab Nadzhom Aqidatul awam berisi pokok-pokok keyakinan ajaran Islam yang dijadikan
sebagai pijakan bagi kaum muslimin . Di dalamnya menjelaskan tentang ilmu tauhid dan
dasar-dasarnya. Ilmu tauhid ini menjelaskan tentang keesaan Allah dan pembuktiannya.
Dalam kitab tersebut menjelaskan sifat-sifat Allah, atau yang disebut aqoid lima puluh.
Aqoid lima puluh itu terdiri dari, 20 sifat yang wajib bagi Allah, 20 sifat mustahil bagi Allah, 1
sifat jaiz bagi Allah, serta 4 sifat wajib bagi Rasul, 4 sifat mustahil bagi rasul dan 1 sifat jaiz
bagi rasul. Semua merupakan isi dari ajaran yang terangkum dalam kitab Aqidatul Awam.
Kewajiban mengetahui 50 keyakinan tersebut diperuntukkan, baik bagi laki-laki maupun
perempuan yang telah mukallaf. Kewajiban mengetahui 50 kayakinan tersebut tak hanya
untuk diketahui tapi juga dimengerti, sehingga umat Islam bisa mewujudkan kebahagiaan
dunia dan akhirat, yang hanya akan didapatkan oleh orang-orang yang mengamalkan ajaran
Islam dengan baik dan benar.
Kitab Nadzhom Aqidatul awam banyak diajarkan di pesantren dan Majlis talim dan
merupakan dasar dasar ketauhidan yang harus dipahami oleh setiap muslim. Bahkan Syech
Nawawi Assyafii memandang penting untuk mempelajari Kitab Aqidatul awam karena
setiap mukallaf wajib mengetahui sifat sifat Alloh dengan mengenal Sifat Alloh maka dia
akan mengenal dirinya begitu juga sebaliknya ( barang siapa yang mengenal dirinya maka
dia akan mengenal Tuhan-nya) jika sudah mengenal Alloh maka dia akan senantiasa
Taat dalam menjalankan semua perintah Alloh dan Rosulnya dan menjauhi segala
larangannnya. Dan Syech Nawawi Assyafii pun mengkomentari Kitab Aqidatul awam
tersebut dalam sebuah kitab bernama Nurudz zholam.
Kitab Nazhom Aqidatul Awam ( ) merupakan kitab yang berisi syair-syair
(nadham) tentang Tauhid, kitab ini dikarang oleh Syaikh as-Sayyid al-Marzuqiy. Nama
lengkap beliau adalah Ahmad bin Muhammad bin Sayyid Ramadhan al-Marzuqiy al-Hasaniy
wal Husainiy al-Malikiy, al-Mishriy al-Makkiy,, dilahirkan sekitar tahun 1205 H di Mesir.
Sepanjang waktu beliau bertugas mengajar di Masjid Mekkah. Karena kepandaian dan
kecerdasannya, beliau kemudian diangkat menjadi Mufti Mazhab Maliki di Mekkah
menggantikan Sayyid Muhammad yang wafat sekitar tahun 1261 H. Syaikh Ahmad al-
Marzuqiy juga terkenal sebagai seorang Pujangga dan dijuluki dengan Abu Alfauzi.


.
Salah satu guru beliau adalah asy-Syaikh al-Kabir as-Sayyid Ibrahim al-Ubaidiy, beliau adalah
ulama yang berkonsentasi pada Qiraah al-Asyrah (Qiraah 10).
Dan diantara murid-murid beliau adalah Syaikh Ahmad Damhan (1260 1345 H), Syaikh as-
Sayyid Ahmad Zaini Dahlan (1232 1304 H), Syaikh Thahir at-Takruniy dan lain sebagainya.
Salah satu kitab yang beliau karang adalah kitab Aqidatul Awam. Beliau mengarang kitab ini,
bermula ketika beliau mimpi berjumpa Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam dan para
Sahabatnya pada akhir malam Jumat pertama di bulan Rajab.
Kitab Aqidatul Awam telah beliau rincikan dalam sebuah kitab syarah yang diberi nama
Tahshil Nail al-Maram Libayani Mandhumah Aqidah al-Awam (
), dan turut memberikan syarah atas kitab Aqidatul Awam yaitu Syaikh
al-Imam an-Nawawiy ats-Tsaniy al-Bantaniy al-Jawiy asy-Syafii dengan nama kitab Nurudl
Dlalam alaa Mandhumah Aqidah al-Awam ( ) dan juga
kitab syarah yang dikarang oleh Syaikh Ahmad al-Qaththaaniy al-Aysawiy dengan nama
Tashil al-Maram liDaarisil Aqidatil Awam ( ).
Dalam kitab Nurudl Dlalam, Imam an-Nawawiy ats-Tsaniy al-Jawiy menuturkan bahwa
alasan Syaikh al-Marzuqiy menulis kitab tersebut adalah karena beliau mimpi berjumpa
dengan Rasulullah dan para sahabatnya. Dalam mimpi itu Rasulullah bersabda,

Bacalah nadham Tauhid yang barangsiapa yang memeliharanya akan masuk surga dan
tercapai tujuan (maksud) dari segala kebaikan yang selaras dengan Quran dan Sunnah
Syaikh al-Marzuqiy berkata,

Nadham-nadham apakah itu wahai Rasulullah ?
Para sahabat Nabi berkata,

Dengarkanlah apa-apa yang akan Rasulullah katakan
Rasulullah bersabda,


Katakanlah, Aku memulai dengan menyebut nama Allah yang Maha Penyayang
Maka, Syaikh al-Marzuqiy pun berkata,


Aku memulai dengan menyebut Asma Allah yang Maha Penyayang . (ilaa akhirihi, sampai
nadham yang Rasulullah ajarkan selesai)
Yaitu sampai pada bait,


Nabi pun berdoa dan para Sahabat meng-Amin-kannya. Begitulah asal mula Syaikh al-
Marzuqiy mengarang kitab Aqidatul Awam. Mula-mula nadhamnya berjumlah 26 bait,
kemudian Syaikh al-Marzuqiy menambahkan lagi sebanyak 31 bait hingga berjumlah 57 bait,
karena kecintaan Syaikh al-Marzuqiy kepada Rasulullah. 31 nadham yang ditambahkan
tersebut dimulai dengan bait berikut,


Hingga selesai yaitu sampai pada bait,


Huruf-huruf pada lafadz ( ) dalam hitungan Jummal berjumlah 57 yaitu ()=40, ()=10,
()=10. Angka 57 tersebut adalah jumlah dari nadham (bait) dari kitab Aqidatul Awam, oleh
karena itu baitnya berbunyi,
Jumlah bait-baitnya adalah ( ) atau 57 berdasarkan hitungan Jummal
Sejarahnya (selesainya) adalah (

) atau 1258 juga berdasarkan hitungan Jummal


Angka 1258 adalah tahun selesainya nadham Aqidatul Awam yaitu 1258 Hijriyah. Rincian
dari kalimat (

) adalah ()=30, ()=10, ()=8, ()=10, ()=1000, ()=200.


Kitab yang sangat berharga dalam membangun aqidah ini, diawali dengan pujian kepada
Allah dan shalawat dan salam kepada Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam, keluarga, para
Sahabat serta orang-orang yang mengikut jalan agama yang benar (Dinul Haq).


Berikutnya tentang sifat wajib bagi Dzat Allah dan juga sifat jaiz yang wajib diketahui oleh
setiap kaum Muslimin yang mukallaf.


Sifat yang wajib terdiri dari 20 sifat yaitu al-Wujud (ada). Dalam kitab Nurudl Dlolam
dituturkan dalil yang menunjukkan hal tersebut adalah firman Allah,


Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka
sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku (QS. Thaaha : 14)
Dan dalam kitab al-Aqidah ad-Diniyyah karangan Syaikh Abdurrahman bin Saqaf bin Husain
as-Saqaf al-Alwiy al-Husainiy asy-Syafii al-Asyariy dituturkan bahwa makna Wujud didalam
haq Allah adalah menyakini secara pasti (al-Itiqadu al-Jazimu) bahwa sesungguhnya Allah
itu ada secara haq (muhaqqaqan) tidak ada keraguan tentang hal itu, dan dalil yang
menunjukkannya adalah firman Allah,


Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit,
kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki
untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di
lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai, Dan
Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar
(dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang, Dan Dia telah
memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya.
Dan jika kamu menghitung nimat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya.
Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nimat Allah). (QS.
Ibrahim : 32-34)
Sifat yang bertentangan sifat Maujud atau sifat yang mustahil bagi Haq Allah adalah al-
Adam (ketiadaan). Berikutnya, al-Qadim (terdahulu), tidak ada awal bagi keberadaan Allah,
tidak menciptakan diri-Nya sendiri dan tidak pula diciptakan oleh selain-Nya, berdasarkan
firman Allah,


Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan (QS. al-Ikhlas : 3)
Maksud dari sifat ini, dalam karya Syaikh as-Saqaf diterangkan adalah wajib bagi umat Islam
beritiqad secara pasti (al-Itiqadu al-Jazimu) bahwa keberadaan Allah adalah terdahulu dan
tidak ada awalnya bagi keberadaan Allah, dalil tentang hal ini adalah,



Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin ; dan Dia Maha Mengetahui
segala sesuatu (QS. al-Hadiid : 3)
Maka dari itu mustahil bagi Allah memiliki sifat al-Huduts (baru).
Diatas adalah sekilas tentang penjelasan dua sifat wajib Allah dalam nadham Aqidatul
Awam dari kitab syarahnya yaitu kitab Nurudl Dlalam karya Imam an-Nawawiy ats-Tsani al-
Jawiy dan juga disertai penjelasan dari kitab ad-Aqidah ad-Diniyah karya Syaikh as-Saqaf
yang banyak di ajarkan disekolah-sekolah Islam Ahl as-sunnah wal al-Jamaah dan juga di
pesantren Ahl as-sunnah wal al-Jamaah.
Sifat berikutnya dari 20 sifat yang wajib bagi Allah adalah al-Baqa (kekal), al-Mukhalafah lil-
Hawaaditsi (berbeda dengan makhluk), al-Qiyamu bin Nafs (berdiri sendiri), al-Wahdaniyah
(Maha Esa), al-Qudrah (Maha Berkuasa), al-Iraadah (Maha Berkehendak), al-Ilm (Maha
Mengetahui), al-Hayyu (Maha Hidup), as-Samu wa al-Bashar (Maha Mendengar lagi Maha
Melihat), al-Kalam (Maha Berfirman). Berikutnya, Qadiran (Dzat yang Berkuasa), Muridan
(Dzat yang Berkehendak), Aliman (Dzat yang Mengetahui), Hayyan (Dzat yang Hidup),
Samian (Dzat yang Mendengar), Bashiran (Dzan yang Melihat), Mutakalliman (Dzat yang
Berfirman).
Kebalikan dari sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang mustahil yaitu sifat yang bertentangan
dengan haq Allah, antara lain ; al-Adam (tiada), al-Huduts (baru), al-Fana (rusak), al-
Mumatsalah lil-Hawaditsi (menyerupai dengan makhluk), al-Ihtiyaaju ilaa syaiin minal
hawaditsi (butuh kepada makhluk), at-Taaddu (berbilang), al-Ajzu (lemah), al-Karahah
(terpaksa), al-Jahlu (bodoh), al-Maut (mati), ash-Shamamu (tuli), al-Amaa (buta), al-Bakamu
(bisu), selanjutya Kaunuhu Aajizan (Dzat yang lemah), Kaunuhu Mukrahan (Dzat yang
terpaksa), Kaunuhu Jaahilan (Dzat yang bodoh), Kaunuhu Mayyitan (Dzat yang mati),
Kaunuhu Ashamma (Dzat yang tuli), Kaunuhu Amaa (Dzat yang buta), Kaunuhu Abkama
(Dzat yang bisu). Mahasuci Allah dari semua itu, Maha Tinggi Allah lagi Maha Besar.
Dari 20 sifat wajib bagi Allah, terbagi menjadi 4 macam yaitu sifat an-Nafsiyah, sifat as-
Salbiyah, sifat al-Maaniy dan sifat al-Manawiyah. Pembagiannya sebagai berikut ;
:
1. :
2. ( ) :

3. :
4. :


Tentangs sifat al-Maaniy dan sifat al-Maanawiyah, Imam an-Nawawiy ats-Tsaniy
mengumpamakannya bahwa al-Maanniy seperti al-Ashl (asal), sedangkan al-Maawiyah
adalah cabang. Sebab sifat al-Manawiyah merupakan sifat-sifat tidak ada seperti yang
demikian kecuali dinisbatkan kepada maaninya.
Sifat Jaiz bagi Allah adalah ,


dan boleh (jaiz) dengan karuania dan keadilan-Nya, Allah meninggalkan sesuatu ataupu
mengerjakannya
Dalam hal ini, setiap Muslim wajib berkeyakinan bahwa Allah subhanahu wa Taalaa boleh
(jaiz) untuk menciptakan sesuatu ataupun tidak menciptakannya, jaiz bagi Allah
menciptakan kebaikan ataupun keburukan, jaiz bagi Allah semisal menjadikan Zaid itu
muslim dan Umar itu kafir, menjadikan salah satu dari keduanya itu cerdas ataupun
menjadikan bodoh, tidak wajib bagi Allah atas semua itu berdasarkan hukum akal dalam
ilmu tauhid. Dalil yang menunjukkan atas hal ini adalah,


Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya.(QS. al-Qashash : 68)
Bait-bait berikutnya membahas tentang sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi Nabi dan Rasul
Allah.


Wajib bagi setiap muslim yang mukallaf berkeyakinan bahwa Allah mengutus para Nabi dan
Rasul dengan 4 sifat yang wajib pada haq mereka yaitu al-Fathanah (cerdas), as-Shiddiq
(Jujur), at-Tabligh (Menyampaikan risalah) dan al-Amanah (Terpercaya). Didalam kitab
Nurudl Dlalam dituturkan bahwa sifat-sifat wajib yang merupakan haq Rasul juga termasuk
haq para Nabi kecuali sifat at-Tabligh karena ini khusus untuk para Rasul, sebab Nabi
bukanlah Rasul dan tidak menyampaikan risalah.
Sifat jaiz pada haq para Rasul dan Nabi adalah sifat-sifat kemanusiaan (sifat-sifat yang
memang dimiliki oleh seorang manusia) yaitu wajib bagi setiap muslim berkeyakinan bahwa
jaiz bagi haq para Rasul dan para Nabi memiliki sifat-sifat basyariyah (kemanusiaan) yang
tidak sampai menyebabkan berkurangnya martabat atau derajat mereka, seperti sakit yang
ringan, dan juga seumpama makan, minum, berdagang, melakukan perjalanan, berperang,
menikah, tidur dan lain sebagainya.
Dituturkan dalam kitab syarahnya, bahwa Nabi dan Rasul tidak ada yang perempuan
ataupun waria. Pendapat yang mengatakan bahwa ada 6 nabi perempuan yaitu Maryam,
Asiyah, Hawa, Ummu Musa, Hajar dan Sarah adalah pendapat yang marjuh. Adapun Luqman
juga bukanlah Nabi melainkan seorang hamba yang bertakwa dan murid dari para Nabi.
Nabi dan Rasul adalah masum sebagaimana Malaikah. Wajib bagi seorang Muslim
berkayakinan bahwa seluruh Nabi dan Rasul itu wajib mashum sebagaimana kemashuman
itu wajib bagi seluruh malaikat alayhimus shalatu was salam. Allah menjaga mereka dari
dosa serta hal-hal yang mustahil bagi haq mereka. Lafadz wa fadlaluw al-Malaaikah,


Maksudnya adalah para Nabi dan para rasul lebih utama dari para Malaikat. Adapun yang
lebih utama diantara para Rasul Allah adalah Nabi Muhamma shallallahu alayhi wa sallam,
kemudian Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isaa dan selanjutnya Nabi Nuh, mereka itulah
yang disebut Ulul Azmi. Wajib mengetahui urutan kelima Nabi tersebut.
Maka, dari itu semua mustahil bagi para Nabi dan Rasul memiliki sifat kebalikan dari sifat
wajib yaitu al-Balaadah (bodoh), al-Kadzib (pembohong), al-Kitman (menyembunyikan) dan
al-Khiyanah (berkhianat). Setiap Muslim wajib berkeyakinan bahwa sifat-sifat seperti itu
mustahil di miliki oleh para Nabi dan Rasul Allah.
Bait-bait berikutnya adalah tentang rincian para Nabi dan Rasul Allah,


Wajib bagi seorang Muslim mengetahui rincian 25 Rasul Allah. Kata (

) pada bait diatas


adalah bermakna wajib, sebagaimana dituturkan dalam syarahnya dan disebutkan pula
bahwa pendapat yang dituturkan dalam nadham diatas berbeda dengan apa yang
dituturkan oleh as-Suhaimy yang juga mewajibkan bagi seorang Muslim mengetahui secara
rinci anak-anak dari para Rasul, perempuan-perempuannya (istri-istrinya), khadim-khadim
dari para Rasul yang disebutkan didalam al-Quran yang membenarkan dan beriman kepada
mereka, dan tidak boleh berkeyakinan bahwa mengetahui semua itu hanya wajib untuk
Sayyidina Muhammad semata, karena beriman kepada semua Nabi itu sama saja.
25 Nabi tersebut adalah Adam, Idris, Nuh, Hud, Shalih, Ibrahim, Luth, Ismail, Ishaq, Yaqub,
Yusuf, Ayyub, Suaib, Harun, Musa, Yasa, Dzul Kifli, Daud, Sulaiman, Ilyas, Yunus, Zakariyya,
Yahya, Isa dan Nabi Thaha (Muhammad).
Dalam syarahnya dituturkan, lafadz Thaha (

) sebagaimana disebutkan dalam nadham


adalah nama lain dari Nabi Muhammad. Dikatakan, maknanya adalah purnama (badar)
karena (

)=9 dan ()=5 maka jumlahnya adalah 14, dan bulan purnama muncul pada malam
tanggal 14. Dikatakan, maknanya adalah obat (penawar) bagi setiap macam penyakit.
Dikatakan, maknanya adalah Thubaa limanih-Tadii (Kebahagiaan bagi orang yang
mendapat petunjuk).
Ketahuilah, seluruh Nabi-nabi yang disebutkan tersebut adalah berbangsa Ajamiyah kecuali
hanya 4 yang berbangsa Arab yaitu Nabi Muhammad, Nabi Hud, Nabi Shalih dan Nabi
Syuaib.
Selanjutnya bait-bait tentang Malaikat,


Malaikat tidak berbapak, tidak beribu, tidak makan, tidak minum dan juga tidak tidur.
Rinciannya terdiri dari 10 malaikat yaitu Jibril, Mikail, Israafil, Izraail, Munkar, Nakir, Raqib,
Atid, Malik dan Ridwa.
Dalam syarahnya dituturkan, wajib bagi setiap Muslim yang mukallaf berkeyakinan bahwa
Malaikat adalah makhluk ciptaan Allah yang tidak berbapak dan beribu, bukan laki-laki,
bukan perempuan dan bukan pula waria. Barangsiapa berkeyakinan bahwa malaikat adalah
laki-laki maka orang itu fasik, barangsiapa berkeyakinan bahwa malaikat itu perempuan atau
waria maka orang itu kafir berdasarkan Ijma.
Bait-bait berikutnya,


Bait-bait diatas adalah tentang shuhuf dan kitab yang diturunkan oleh Allah. Ada 4 kitab
yang Allah turunkan yaitu Taurat Musa, Zabur (Mazmur) Nabi Daud, Injil Nabi Isa dan Furqan
(al-Quran) Nabi Muhammad shallallahu alayhi wa sallam. Dan juga shuhuf (mushhaf) Nabi
Ibrahim dan mushhaf Nabi Musa sebelum diturunkannya kitab Taurat. Bagi muslim yang
mukallaf, semua itu wajib di yakini. Termasuk juga wajib menyakini suhuf yang Allah
turunkan, namun tidak wajib menyakini rincian jumlahnya karena tidak ada keterangan
tentang ketentuan jumlahnya baik didalam al-Quran, namun berbeda dengan 4 kitab yang
diturunkan, karena keterangan jumlah 4 kitab tersebut nasnya jelas didalam al-Quran. Oleh
karena itu wajib mengetahui rinciannya.
Demikian bait-bait yang terdapat dalam kitab Aqidatul Awam yang merupakan bait-bait
yang langsung diajarkan oleh Nabi Muhammad kepada Syaikh al-Marzuqiy. Adapun bait-bait
berikutnya merupakan bait-bait tambahan oleh Syaikh al-Marzuqiy karena kecintaan beliau
kepada Baginda Nabiyullah Muhammad shallallahu alayhi wa sallam. Yang berisi tentang
pribadi Nabi Muhammad, kelahiran (di makkah), wafatnya Beliau (di Madinah), ayah dan ibu
Nabi Muhammad, serta Ibu yang menyusui Nabi Muhammad. Selain itu, juga tentang putra-
putra Nabi, istri-istri Nabi, paman dan bibi Nabi, peritiwa isra Miraj Nabi Muhammad
shallallahu alayhi wa sallam dan diwajibkannya shalat maktubah.

Anda mungkin juga menyukai