Anda di halaman 1dari 23

PANDUAN PENGELOLAAN

PERSALINAN PRETERM NASIONAL


, !
HIMPUNAN KEDOKTERAN FETOMATERNAL POGI
PANDUAN PENGELOLAAN
PERSALINAN PRBTERM NASIONAL
HIMPUNAN KEDOKTERAN FETOMATERNAL POGI
daftar isi
cover
kata pengantar
daftar isi
tujuan pedoman
definisi istilah
klasifikasi
faktor risiko
sistem skoring risiko creasy
mekanisme persalinan preterm
diagnosis
intervensi medisinalis dan operatif
pemeriksaan panjang serviks
algoritma
kepustakaan
1
3
4
6
7
7
8
10
12
12
16
17
21
22
KATA PENGANTAR
KEPALA DIVISI KEDOKTERAN FETOMATERNAL
DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN / RS. DR. HASAN SADIKIN.
BANDUNG
"PANDUAN PENGELOLAAN PERSALINAN PRETERNI
NASIONAL"
HIMPUNAN KEDOKTERAN FETOMATERNAL POGI
Saat ini kejadian persalinan preterm masih merupakan
kontributor utama morbiditas dan mortalitas perinatal di negara
berkembang dan di rumah sakit rujukan. Di lndonesia angka
kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) nasional rumah
adalah 27,9%% dalam 10 tahun terakhir. Keadaan ini belum han\ ak
berubah.
Mengingat pengelolaan persalinan preterm masih benariasi.
maka perlu disusun suatu Pedoman Pengelolaan Persalinan Preterm
di Indonesia, agar terjadi keseragaman penatalaksanaan
memungkinkan evaluasi secara berkesinambungan.
Kami menyadari bahwa penyusunan "Pedoman Pengelolaan
Persalinan Preterm di Indonesia" tahun 2011 masih ban.ak
kekurangan. Kami masih mengharapkan masukan-masukan dari para
sejawat dan tenaga kesehatan lainnya untuk perbaikan pedoman ini
Dengan ini pula kami mengucapkan banyak terima
kepada Ketua Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI yang telah
mempercayakan tugas ini kapada kami. Juga kepada Kelompok
Kerja Pengelolaan Persalinan Preterm Himpunan Kedokteran Feto
Maternal POGI atas bantuannya dalam menyusun pedoman inr
Semoga -Pedoman Pengelolaan Persalinan Preterm di Indonesla- ini
bermanfaat bagi kita semua dalam rangka menurunkan morbiditas
dan mortalitas ibu akibat persalinan preterm.
Bandung, Juni 201 1
Kepala Divisi Kedokteran Fetomaternal
Departemen Obstetri dan Ginekologi
Universitas Padjadjaran / RS. Dr. Hasan Sadikin Bandumi
Prof. Dr. Johanes C. Mose, dr., SpOG(K)
KATA PENGANTAR
KEPALA DIVISI KEDOKTBRAN FETOMATERNAI.-
DEPARTEMEN OBSTf,TRI DAN GINEKOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN / RS. DR. HASAN SADIKI\
BANDUNG
''PANDT]AN PENGELOLAAN PERSALINAN PRETERIVI
NASIONAL''
HIMPUNAN KEDOKTERAN FETOMATERNAL POGI
Saat irri ke-iadian persalinan preterm masih merupakarr
kontributor utama morbiditas dan moftalitas perinatal di negara
berkerlbang dan di mmah sakit rujukan. Di Indonesia anska
kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) nasional rumah sakit
adafah 27.9%% dalam l0 tahun terakhir. Keadaan ini belurn hanrak
berubah.
Mengingat pengelolaan persalinan preterm masih berranair.
rnaka perlu disusun suatu Pedoman Pengelolaan Persalinan Preternr
di Indonesia. agar terjadi keseragaman penatalaksanaan rehrrrcgir
mem u n gk i n kan eva I r"ras i secara berkesi rram bungan.
Kami menvadari bahwa penyusunan "Pedoman Pengekrlaan
Persalinan Preterm di Indonesia" tahun 201 | masih barrr ak
kekurangan. Kami masih rnengharapkan masukan-masukan dan para
sejawat dan tenaga kesehatan lainnya untuk perbaikan pedoman rnr
Dengan ini pula kami mengucapkan banyak terima kasrlr
kepada Ketua Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI
yang
telah
mempercayakan tugas ini kapada kami. Juga kepada Kelornpok
Kerja Pengelolaan Persalinan Preterm Himpunan Kedokteran Feto
Maternal POGI atas bantuannya dalam menyusun pedoman inr
Semoga "Pedoman Pengelolaan Persalinan Preterm di Indonesra" rrrr
bermanfaat bagi kita semua dalam rangka menurunkan morhrclitas
dan rnortalitas ibu akibat persalinan preterm.
Bandung, Juni 201 |
Kepala Divisi Kedokteran Fetomaternal
Departemen Obstetri dan Ginekologi
Llniversitas Padjadjaran / RS. Dr. Hasan Sadikin Bandung
Prof. Dr. Johanes C. M_ose, dr., SpOG(K1
I
DAFTAR ISI
No Halaman
1 KATA PENGANTAR
2 DAFTAR ISI ii
3 TUJUAN PEDOMAN 1
4 HARAPAN DAN RUANG 1
LINGKUP
5 PENDAHULUAN DAN LATAR
BELAKANG
6 IDENTIFIKASI DAN ASESMENT
BERBASIS BUKTI
7 DEFINISI ISTILAH YANG 2
DIPAKAI
8 KETERANGAN SESUAI EVIDENCE 7
BASED MEDICINE PRACTICE
9 INTERVENSI MEDISINALIS DAN 1 1
OPERATIF
I 0 KEPUSTAKAAN 1 7
ii
DAFTAR ISI
No
I KATA PENGANTAR
2 DAFTAR ISI
3 TUJUAN PEDOMAN ............
4 HARAPAN DAN RUANG
LINGKUP..
5 PENDAHULUAN DAN LATAR
BELAKANC................
Halaman
I
ii
i
I
I
6 IDENTIF}KASI DAN ASESMENT
2
BERBASIS BUKTI.......
7 DEFINISI ISTILAH YANG
DtrPAKAI...
8 KETERANGAN SESUAI EVIDENCE
7
BAS E D ME DIC TNE P RAC T]C E
9 INTERVENSI MEDISINALIS DAN II
OPERATIF
IO KEPUSTAKAAN
l7
Editor :
1. Prof. Dr. Sofie Rifayani Krisnadi, dr., SpOG(K)
2. Akhmad Yogi Pramatirta, dr., SpOG, M.Kes
3. Amillia Siddiq, dr., SpOG, M.Si
4. Eisenhower Sitanggang, dr., SpOG, M.Kes
Kontributor:
1. Prof. Hidayat Wijayanegara, dr., SpOG(K)
2. Prof. Dr. Firman Fuad W. dr., SpOG(K)
3. Prof. Dr. Sofie Rifayani Krisnadi, dr., SpOG(K)
4. Prof. Dr. Johanes C. Mose, dr., SpOG(K)
5. Udin Sabarudin, dr., SpOG(K), MM, MH.Kes
6. Prof. Dr. Jusuf S. Effendi, dr., SpOG(K)
7. Dr. Anita D. Anwar, dr., SpOG(K)
8. Dr. Budi Handono, dr., SpOG(K), MH.Kes
9. Setyorini lrianti, dr., SpOG(K)
10. Adhi Pribadi, dr., SpOG(K)
11. Muhammad Alamsyah, dr., SpOG(K), M.Kes
12. Akhmad Yogi Pramatirta, dr., SpOG, M.Kes
13. Amillia Siddiq, dr., SpOG, M.Si
14. Jeffry lman Gurnadi, dr., SpOG, M.Kes
15. Vaulinne Basyir, dr., SpOG
16. Eisenhower Sitanggang, dr., SpOG, M.Kes
lll
Editor :
l. Prof. Dr. Sofie Rifayani Krisnadi, dr., SpOG(K)
2. Akhmad Yogi Pramatifta, dr.. SpOG, M.Kes
3. Amillia Siddiq, dr., SpOG. M.Si
4. Eisenlrower Sitanggarrg. dr., SpOG, M.Kes
Kontributor:
L Prof. Hidayat Wijayanegara, dr., SpOG(K)
2. Prof. Dr. Firman Fuad W. dr., SpOG(K)
3. Prof. Dr. Sofie Rifayani Krisnadi, dr., SpOG(K)
4. Prof. Dr. Johanes C. Mose, dr., SpOG(K)
5. Udin Sabarudin, dr., SpOG(K), MM, MH.Kes
6. Prof. Dr. Jusuf S. Effendi, dr., SpOG(K)
l. Dr. Anita D. Anwar, dr., SpOG(K)
8. Dr. Budi Handono, dr., SpOG(K), MH.Kes
9. Setyorini lrianti, dr., SpOG(K)
10. AdhiPribadi, dr., SpOG(K)
I l. Muhammad Alamsyah, dr., SpOG(K), M.Kes
12. Akhmad Yogi Pramatirta, dr., SpOG, M.Kes
13. Amillia Siddiq, dr., SpOG, M.Si
14. Jeffry Iman Gurnadi, dr., SpOG, M.Kes
15. Vaulinne Basyir, dr., SpOG
16. Eisenhower Sitanggang, dr., SpOG, M.Kes
ut
I. TUJUAN PEDOMAN
Buku pedoman ini disusun sebagai panduan pengelolaan persalinan
preterm nasional yang disepakati oleh Himpunan Kedokteran
Fetomaternal (HKFM) Indonesia.
II. HARAPAN DAN RUANG LINGKUP
Buku ini disusun agar dapat dipakai sebagai pedoman yang juga
dilengkapi standar teknis, diharapkan dapat berguna bagi petugas
kesehatan, terutama dokter spesialis obstetri.
III. PENDAHULUAN DAN LATAR BELAKANG
Kehamilan disebut cukup bulan bila berlangsung antara 37-42
minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir pada siklus 28 hari.
Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi sebelum janin
genap berusia 37 minggu.i
Sekitar 75% kematian perinatal disebabkan oleh kurang
bulan. Bayi kurang bulan, terutama dengan usia kehamilan <32
minggu, mempunyai risiko kematian 70 kali lebih tinggi karena
kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim akibat
ketidakmatangan sistem organ tubuh seperti paru-paru, jantung,'
ginjal dan hati. '2 Kematian janin sering disebabkan oleh
sindroma gawat nafas (respiratory distress syndrome-RDS),
perdarahan intraventrikuler, displasia bronkopulmoner, sepsis dan
enterokolitis nekrotikans.2
Masalah lain yang dapat timbul adalah masalah
perkembangan neurologi yang bervariasi dari gangguan neurologis
berat, seperti serebral palsi, gangguan intelektual, retardasi mental,
gangguan sensoris (gangguan penglihatan, tuli), sampai gangguan
yang lebih ringan seperti kelainan perilaku, kesulitan belajar dan
berbahasa, gangguan konsentrasi/atensi dan hiperaktif.1 -2
Kejadian persalinan preterm berbeda pada setiap negara, di negara
maju misalnya di Eropa, angkanya berkisar antara 5-1 1 %.3 Di USA
pada tahun 2000 sekitar satu dari sembilan bayi dilahirkan kurang
bulan (I I,9%).4 Di negara yang sedang berkembang angka
kejadiannya masih jauh lebih tinggi, misalnya di India sekitar 30%,
Afrika Selatan 1 5%, dan Sudan 31 %. Angka kejadian persalinan
kurang bulan di Indonesia belum ada. namun angka kejadian bayi
1
I. TUJUAN
PEDOMAN
Buku pedoman
ini disusun
sebagai panduan
pengeloraan
persarinan
preterm
nasional yang
disepakati
oreh Himpunan
Kedokteran
Fetomaternal (HKFM)
Indonesia.
N. HARAPAN
DAN RUANG
LINGKUP
Buku ini disusun
agar dapat dipakai
sebagai pedoman
yang juga
dilengkapi
standar teknis, diharapkan
dapal bergu*a
bagi p""tugu,
kesehatan,
terutama
dokter spesialis
obstetri.
III. PENDAHULUAN
DAN LATAR
BELAKANG
Keharnila'disebut
cukup
bulan bila berlangsr-rng
antara
37-42
linggu
dihitung dari hari pertama
haid terakhiipada
siklus 2g lrari.
Persalinan preterm
adalah persarinan
yarrg
terjadi
seberum janin
genap
berusia 37 minggu.'
Sekitar 7 5o/o
kematian perinatar
disebabkan
oreh kurang
bulan.
Bayi kurang
bulan, terutama
denga. usia keham ilan <32
mrnggu'
mempunyai
risiko
kematian 70 kali lebih
tinggi karena
kesulitan untuk
beradaptasi
dengan
kehiduparr
cli luar rahim
akibat
ketidakmatangan
sistem organ tubuh
seperti paru_paru, jantung;
ginjal
dan hati.r'2
Kematian janin
sering
dis;baik;n
oreh
sindroma gawat
nafas (respiratory
clistrei.s
syndrome_RDS),
perdarahan
intraventrikuler,
displasia
bronkopulmoner,
sepsis
dan
enterokol
itis nekrotikans.r
Masalah lain yang
dapat timbul
adalah
masalah
perkembangan
neurologi yang
bervariasi
dari gangguan
neurorogis
berat,
seperti serebral palsi, gangguarr
intelektual,
retarilasi
mental.
gangguan
sensoris (gangguan
penglilratan.
tuli),
sarnpai gangguan
yang
lebih ringan
seperli kelainan perilakLr.
kesulitan
belaiai aan
berbahasa, gangguan
konsentrasi/atensi
dan hiperaktif.r
r
Kejadian persalinan
preterm
berbeda pada
setiap negara,
di negara
rnaju misalnya
di Eropa, angkanya
berkisar antara S_t lW.3 Di USA
pada
tahun 2000
sekitar satu dari sembilan
bayi dilahirkan
kurang
bufan (l l,9o
).4
Di negara yang
sedang berkembang
angka
kejadiannya
masih
jauh
lebih tinggi, misalnva
di India sekitar 30%,
Afrika
Selatan l5%0, dan sudan 3l%. Angka ke-iacrian persarrnan
l<urang
bLrla' dr Indonesia
belum
ada. namun
angka kej,clian
bayi
dengan berat badan Iahir rendah (BBLR) dapat mencerminkan angka
kejadiannya secara kasar. Angka kejadian BBLR nasional rumah
sakit adalah 27,9%.5
IV. IDENTIFIKASI DAN ASESMEN BERBASIS BUKTI
Pedoman ini dibuat dengan standar yang ditetapkan oleh Himpunan
Kedokteran Fetomaternal Indonesia. Data-data berbasis bukti yang
diambil disesuaikan dengan kepustakaan yang ada (RCOG
Guidelines) karena belum ada data nasional.
V. DEFINISI ISTILAH YANG DIPAKAI
Definisi persalinan preterm menurut WHO adalah persalinan yang
terjadi antara usia kehamilan 20 minggu sampai kurang dari 37
minggu, dihitung dari hari pertama haid terakhir pada siklus 28 hari.3
Klasifikasi:
Menurut kejadiannya. persalinan preterm digolongkan menjadi:8
1. Idiopatik/Spontan
Sekitar 5 0% penyebab persalinan preterm tidak diketahui, oleh
karena itu digolongkan pada kelompok idiopatik. Sekitar 12,5 %
persalinan preterm spontan didahului oleh ketuban pecah dini
(KPD), yang sebagian besar disebabkan faktor infeksi
(korioamnionitis).
2. Iatrogenik /Elektif
Persalinan preterm buatan /iatrogenik disebut juga sebagai
elective preterm.
Menurut usia kehamilan persalinan preterm diklasifikasikan dalam:
1. Preterm ikurang bulan:
usia kehamilan 32 36 minggu
2. Very preterm /sangat kurang bulan:
usia kehamilan 28 32 minggu
3. Extremely preterm /ekstrim kurang bulan:
usia kehamilan 20 27 minggu
2
dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dapat mencerminkan angka
keiadiannya secara kasar. Angka keiadian BBLR nasional rumah
,ulit uautut.r zi.g' .s
IV. IDENTIFIKASI DAN ASESMEN BERBASIS BUKTI
Pedoman ini dibuat dengan standar
yang ditetapkan oleh Himpunan
Kedokteran Fetomaternal Indonesia. Data-data berbasis bukti yang
diambil disesuaikan dengan kepustakaan
yang ada (RCOG
Guidelines) karena belum ada data nasional.
V. DEFINISI ISTILAH YANG DIPAKAI
Definisr persalinan preterm menurut WHO adalah persalinan yang
terjadi antara usia kehamilan 20 rninggu sampai kurang dari 31
rni,lggu. dihitung clari hari pertama haid terakhir pa<la siklus 28 hari.r
Klasifikasi:
Menurut kejadiarrnya. persalinan preterm digolongkan menjadi:"
L Idiopatik/Spontarr
Sekitar 500% penyebab persalinan preterm tidak diketahui, oleh
karena itLr digolongkan pada kelompok idiopatik. Sekitar l2,5yo
persalinan preterm spontan didahului oleh ketuban pecah dini
(KPD), yang sebagian besar disebabkan faktor infeksi
(korioamn ion itis).
2. latrogenik /Elektif
Persalinan preterm buatan /iatrogenik disebut
juga
sebagai
elective preterm.
Menurut usia kehamilan persalinan preterm diklasifikasikan dalam:
l. Preterm Aurang bulan:
r.rsia keharnilan J2
-
36 minggu
2. Very preterm /sangat kurang bulan:
usia kehamilan 28
-
32 minggu
3. Extremely pretertn lekstrirn kurang bulan:
usia kehamilan 20
-
27 rninggu
Menurut berat badan lahir, bayi kurang bulan dibagi dalam
kelompok:
1. Berat badan lahir rendah:
Berat badan bayi 1500 2500 gram
2. Berat badan lahir sangat rendah:
Berat badan bayi 1000 1500 gram
3. Berat badan lahir ekstrim rendah:
Berat badan bayi <1000 gram
Faktor risiko persalinan preterm
Persalinan preterm dipengaruhi oleh banyak faktor, antara
lain ras dan keadaan sosioekonomi, sehingga sulit diatasi. Di negara
maju yang sosioekonominya baik, kejadiannya malah cenderung
meningkat karena induksi persalinan (elektif) yang ditujukan untuk
keselamatan janin, ibu atau keduanya. Risiko juga meningkat akibat
pemakaian obat-obatan induksi ovulasi yang meningkatkan
kehamilan multifetus. Risiko tertinggi persalinan preterm adalah
riwayat persalinan preterm.
Faktor risiko persalinan preterm adalahl
1. Idiopatik
2. latrogenik (elektif)
3. Sosiodemografik
4. Faktor ibu
5. Penyakit medis dan keadaan kehamilan
6. Infeksi
7. Genetik
1. Idiopatik
Apabila faktor penyebab lain tidak ditemukan sehingga penyebab
persalinan preterm tidak dapat dijelaskan.
2. Iatrogenik
Perkembangan teknologi dan etika kedokteran, menempatkan
janin sebagai individu yang mempunyai hak atas kehidupannya
(fetus as a patient). Apabila kelanjutan kehamilan dapat
membahayakan janin, maka ia harus dipindahkan ke lingkungan
3
Menurut
berat badan lahir. bay'i kurang bulan dibagi dalam
kelompok:
I . Berat badan lahir rendah:
Berat badan bayi I 500
-
2500 grarn
2. Berat badan lahir sangat rendah:
Berat badan bayi 1000
-
1500 grarn
3. Berat badan lahir ekstrirn rendah:
Berat badan bayi
<
I 000 grarn
Faktor risiko persalinan preterm
Persalinan preterm
dipengarulii oleh banyak faktor, antara
lain ras dan keadaan sosioekonomi, sehingga sulit diatasi. Di negara
rrrajr"r yang
sosioekonorninya
baik, kejadiannya malah cenderung
meningkat karena induksi persalinan (elektif) vang ditujuka, untuk
keselarnatan
-janin,
ibu atau keduanya. Risiko.itr.qa rneningkat
akibat
pemakaiarr
obat-obatan induksi ovulasi yilltg rneningkatkan
kehamilan rnultifetus.
Risiko tertinggi persalinan preterm
adalah
riwayat persalinan preterm.
Faktor risiko persalinan preterm aclalahr
l. Idiopatik
2. latrogenik (elektif)
3. Sosioder-nografik
4. Faktor ibu
5. Penyakit
medis dan keadaan kehamilan
6. Infeksi
7. Genetik
i. Idiopatik
Apabila laktor penyebab lain tidak ditemLrkan
sehingga penvebab
persalinan
preterm tidak dapat dijelaskan.
2. Iatrogenik
Perkembangan
teknologi dan etika kedokteran, menempatkan
janin
sebagai individLr yang mempunyai hak atas kehidupannya
Qfetus
as a patient).
Apabila kelanjutan kehanrilan dapat
mernbahayakan janin,
maka ia harus dipindahkan ke lingkungarr
1
luar yang lebih baik dari rahim ibu, sebaliknya bila ibu terancam
oleh kehamilannya. maka kehamilan akan diakhiri.
Sekitar 25% persalinan preterm termasuk ke dalam golongan tni
Keadaan yang sering menyebabkan persalinan preterm elektit-
adalah:
a. Keadaan ibu
- Preeklamsi berat dan eklamsi
- Perdarahan antepartum (plasenta previa dan solusio plasenta
- Korioamnionitis
- Penyakit jantung yang berat atau penyakit paru sinjal yang
berat
b. Keadaan janin:
- Gawat janin. (anemia, hipoksia, asidosis atau gangguan
jantung janin)
- lnfeksi intrauterin
- Pertumbuhan janin terhambat (PJT)
- Isoimunisasi rhesus
- Tali pusat kustit (C'ord Entanglement) pada kenihal
monokorion ik
3. Faktor sosio-demografik
Yang termasuk kedalam faktor ini adalah:
- Faktor psiko-sosial, adalah kecemasan, depresi, keberadaan
stres, respons emosional, dukungan sosial, peketjaan.
perilaku. aktivitas seksual, dan keinginan untuk hamil
- Faktor demografik adalah usia ibu, status marital, kondisi
sosio- ekonomi, ras dan etnik.
4. Faktor maternal
Inkompetensi Serviks
Diagnosis serviks inkompeten ditentukan dengan
pemeriksaan dalam dan Bishop score.
Riwayat Reproduksil 1`)
Pernah mengalami persalinan preterm
Pernah mengalami KPD
Pernah mengalami abortus trimest,pr II
Interval kehamilan <6 bulan
4
luar yang lebih baik dari rahim ibu. sebaliknya bila ibu rerarrcarl
oleh keharnilannya. maka kehamilan akan diakhiri.
Sekitar 25% persalinan preterm termasuk ke dalam golongan rrrr
Keadaan vane sering menvebabkan persalinan preterm elektil
adalalr:
a. Keadaan ibu
- Preeklamsi berat dan eklamsi
- Perdarahan antepartum (plasenta previa dan solusio plasenta)
- Korioamnionitis
- Penyakit
jantung
yang berat atau penyakit paru lgin3al rang
berat
b. Keadaan.ianin:
-
Garvat
.ianin.
(anernia.
lripoksia, asidosis atau gangguan
jantung janin)
- Infeksi intrauterirr
- PertLrrnbuhan.janirr terhambat
(PJT)
- Isoimunisasi rhesus
--fali pusat kusut
(('ortl
[,ntanglentent) pada kcrrrhar
rnonokorionik
3. Faktor sosio-demografi k
Yang termasr"rk kedalam faktor ini adalah:
-
Faktor psiko-sosial, adalah kecemasan, depresi, keberadaarr
stres, respons ernosional, dukungan sosial, peker';aan.
perilaku.
aktivitas seksual, dan keinginan untuk hamil
-
Faktor demografik adalah usia ibu, status marital. kondisr
sosio-ekonomi. ras dan etnik.
4. Faktor maternal
-
lnkompetensi Serviks
Diagnosis serviks inkompeten ditentukan dengarr
penreriksaan
dalarn dan Bishop score.
- Riwa'-at Reproduksil
rorl
.
Pernah mengalami persalinan preterm
.Pernah
mengalarni KPD
.
Pernah mengalami aboftus trimespr II
.
lnterr,'al kehamilan
<6
bulan
Paritas nol
Kehamilan Multifetus
Kehamilan Hasil Teknologi Reproduksi Berbantu
Kelainan Uterus
Pemeriksaan Kehamilan
Kejadian persalinan preterm pada ibu hamil tanpa
pemeriksaan kehamilan meningkat sebanyak 2.8 kali.1
Skoring Risiko
Skoring risiko Creasy mengelompokkan kehamilan kedalam
risiko rendah apabila hasil skoring risikonya antara 1-5,
sedang pada skor 6-9 dan tinggi bila >10.
5. Penyakit medis dan keadaan kehamilan
Hipertensi kronis dan hipertensi dalam kehamilan
- Lupus eritematosus sistemik (SLE)
Penyakit paru restriksi
Hipertiroidisme
Diabetes melitus pregestasional dan gestasional
- Penyakit jantung
- Penyakit ginjal
- Hidramnion
Kelainan kongenital
- Anemia berat
6. Infeksi" I
Infeksi genital, terutama oleh vaginosis bakterial
Infeksi intra uterin.
Infeksi ekstra uterin, seperti pielonefritis dan periodontitis,
7. Faktor Genetik1 2 3 3
Beberapa penelitian menyatakan terdapat hubungan antara
predisposisi genetik, eksistensi interaksi gen-lingkungan,
pengaruh familial dan intergenerasional dengan persalinan
preterm.
5
. paritas
nol
-
Kehamilan
Multifetus
-
Kehamilan
Hasil Teknologi
Reproduksi
Berbantu
-
Kelainan
Uterus
-
PemeriksaanKeharnilan
Kejadian
persalinan
preterm
pacla
ibLr har.n il ranpa
perneriksaan
kehanrilarr rnenirrgkat
sebanvak
2.g kali.
I
-
Skoring Risiko
Skoring risiko
creasy mengerompokkar
kerramiran
kedararn
risiko rendah
apabila
hasil skoring risikonya
antara
l_5,
sedang pada
skor 6-9 dan tinggi bila
>
I 0.
5. Penyakit
medis dan keadaan
kehamilan
-
Hipertensi
kronis dan hiperlensi dalam keharnilan
-
Lr-rpus eritematosus
sisternik (SLE)
-
Penyakit parr"r restriksi
-
Hipertiroidisrne
- Diabetes
rnelitus pregestasional
dan
sestasional
- Penyakit jantLrng
- Penyakit ginjal
- Hidramnion
- Kelainan
kongenital
-
Anemia berat
6. Infeksir'rl
Infeksi genital,
terutama
oleh vaginosis
bakterial
Infeksi
intra uterin.
Infeksi ekstra uterin,
seperti pielonefritis
da' periodontitis.
7. Faktor
Genetikr2'r3
Beberapa penelitian
menyatakan
terdapat
lrubungan
antara
predisposisi
genetik,
eksistensi
interaksi
gen_lr.ngkungan,
pengaruh
familial
dan intergenerasional
dengan persalinan
preterm.
Tabel 1 : Sistem Skoring Risiko Creasy
Skoring Karakteristik Ibu Riwayat Obstetri Kebiasaan Keadaan Kehamilan
Sekarang
- Dua anak

Abortus < I th terakhir

Bekeria di luar rumah Kelelahan tisik


- Sosek. rendah
llsia .." 20 th

2 kali abortus Merokok >10 batang per Kenaikan BB <13 kg sampai ;2 ininggu
hari
3 kali abortus Rekeria herat

Lingsang pada kehamilan 32 minggu


Sosek saneat rendah

BI3 turun 2 kii


Kepala sudah engaged
Demam
4 t lsia < 18 th Riwayat pielonefritis Perdarahan sebelum 12 minggli
Pendataran ser,iks
Iritabilitas uterus
Plasenta previa
Anomali uterus
Abortus trimester II Hidramnion
Terpapar dietilstilbestrol (DES)
Abortus trimester 11 Hamil kembar
6 berulang
Operasi abdomen
Riwayat persalinan preterm
.4.
Sumber: Creasy, 2009
rn
Tabel 1 : Sistem Skoring Risiko Creasy
Skoring Karakteristik Ibu Rirvayat Obstetri
Kebiasaan
Keadaan Kehamilan
Abortus< I thterakhir
Bekeria di luar rumah
Se
Kelelahan trsik
anaK
- Sosek rendah
)
(
lsra
{
20 th I kalr abortus
Nlcrokok
,10
batang per
hari
Kcnaikan BB 'j l-l kg sanrpai i2 rrtnegu
St,sek sangat rendah
J kali abortus
lieker;a berat Su,.tgsang pada kehanrilan 32 nrirrggu
B[] turLrn 2 kg
Kepala sudah engrtgcd
Demam
tlsia
<
l8 th Riwayat pielonefritis
Perdarahan sebelunl l2 ntinggu
Pendataran serv lKs
lritabilitas uterus
Plasenta
previa
Anomali uterus
s Aborlus trrmester ll
-
Hidramnion
TerPuPut di.tilstilbest
''
oil;;; Um;i;; n
nmlin;S;;
6
berulang
OPerasi abdornen
R iwayat petsall|ll.an p re te r n1
Sumber: Creasy, 2009
V/. KETERANGAN SESUAI EVIDENCE BASED
MEDICINE PRA CTICE
Bukti penelitian pemberian tokolitik sampai saat ini tidak secara jelas
menunjukkan akan menurunkan mortalitas perinatal maupun
neonatal. Tujuan utama penggunaan tokolitik adalah menurunkan
terjadinya persalinan dalam 48 jam atau 7 hari setelah pemberian
obat terutama untuk memberikan kesempatan pemberian
kortikosteroid (rekomendasi A).2 7
Penggunaan tokolitik hanya direkomendasikan
untuk
wanita dengan ancaman persalinan prematur tanpa ada komplikasi
kehamilan lainnya seperti kelainan kongenital, infeksi intrauterin,
preeklamsi berat, solusio plasenta, dilatasi serviks yang lanjut, dan
adanya bukti insufisiensi plasenta (rekomendasi B).2 7
Pemilihan jenis tokolitik adalah nifedipin dan atosiban.
Kedua jenis ini memiliki efektifitas yang sebanding untuk menunda
terjadinya persalinan sampai 7 hari (rekomendasi A).2 7
Beta agonis dibandingka plasebo menunjukkan efek
pencegahan persalinan prematur 0,63, tetapi dibandingkan dengan
tokolitik lain, belum terbukti lebih efektif. Beta agonis juga'
dilaporkan memiliki efek samping yang lebih sering terjadi seperti
palpitasi (38%), tremor (39 %), nausea (2 1%), nyeri kepala (19 %)
dan sesak nafas ( 14cY0).2 7
Cyclooxigenase (COX) 2 inhibitor yang bekerja dengan
menghambat prostaglandin belum terbukti kuat akan menurunkan
risiko persalinan prematur, dan memiliki risiko peningkatan
bermakna terhadap penutupan duktus ateriosus prematur.
Mekanisme persalinan preterm
Terdapat 4 teori mekanisme persalinan preterm, yaitu aktivasi poros
hypothalamus-pituitary-ovary (HPO) maternal-fetal, inflamasi atau
infeksi, perdarahan desidua atau thrombosis, dan distensi uterus
patologi.
7
VI. KETERANGAN SESUAI EVIDEIVCE BASED
MEDICINE PRACTICE
BLrkti penelitian pemberian tokolitik sampai saat ini tidak secara
jelas
rnenunjukkan akan menurunkan ntortalitas perinatal mallpun
neonatal. Tr-rjlran utar-na peltggllnaan tokolitik aclalah menurunkan
teriadinva persalinarr dalam 48
jam
atau 7 lrari setelah pernberian
obat temtama r,rntuk memberikarr keserrpatau pemberian
kortikosteroid
1
rekomendasi A.1.
r'
Penggunaan tokolitik hanya direkomendasikan untuk
wanita dengan ancatnan persalinan prematur tanpa ada kornplikasi
kelramilan lainnya seperli kelainan kongenital, infeksi intrauterin,
preeklamsi berat, solusio plasenta, dilatasi serviks yang lanjut, dan
adanya bukti insufisiensi plasenta (rekomendasi
B)."
Pernilihan
jenis
tokolitik adalah nifedipin dan atosiban.
Kedua
jenis
ini memiliki efektifitas yang
sebanding untuk menunda
terjadinya persalinan sampai 7 hari (rekomendasi A)."
Beta agorris dibandingka plasebo menunjukkan efek
pencegalrarr persalinan prematur 0,63, tetapi dibandingkan dengan
tokolitik lain, belurn terbukti lebih efektif. Beta agonis
jLrga'
dilaporhan merniliki efek samping yang lebih serirrg terjadi seperti
palpitasi (38%),
trernor_(39
0%).
nausea (2lo
),
nyeri kepala (19
%)
darr sesak rralas ( ]4o/r).''
Cyclooxigenase (COX) 2 inhibitor yarrg bekerja dengan
menghambat prostaglandin belum terbukti kuat akan menurunkan
risiko persalinan prematur, dan memiliki risiko penirrgkatan
berrnakna terhadap pen utupan duktus ateriosr-rs prematur.
Mekanisme persalinan preterm
Terdapat 4 teori rrekanisme persalinan preterm, yaitu aktivasi poros
hypot hal amus -pituitary- ovary (HPO) maternal-fetal, infl amasi atau
infeksi, perdarahan
desidua atau thrombosis, dan distensi uterus
patologi.
Diagnosis
Menegakkan diagnosis persalinan preterm terlalu cepat atau lambat
mempunyai risiko meningkatkan morbiditas dan mortalitas neonatus.
Pada kenyataannya kurang dari 50c/o ibu hamil yang didiagnosis
mengalami persalinan preterm melahirkan bayinya dalam l minggu
setelah diagnosis ditegakkan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
mudah menentukan diagnosis persalinan preterm.t5
Diagnosis persalinan preterm dapat dilakukan dengan:
1. Anamnesis: penentuan usia kehamilan, faktor risiko (riwayat
obstetri, perdarahan, infeksi)
2. Gejala dini persalinan preterm"
Nyeri perut bawah dan/atau kram dan/atau pelvic pressure
Nyeri pinggang belakang
3. Tanda persalinan preterm
Kontraksi uterus : intensitas, frekuensi, durasi.
His yang regular dengan interval tiap 8-10 menit yang
disertai perubahan serviks.
Prediksi persalinan preterm yang hanya berdasarkan
kontraksi uterus sulit karena:
a. Hanya I 5%kontraksi tampak pada gambaran
kardiotokografi (KTG).
b. Pada kehamilan biasa terjadi kontraksi Braxton-Hicks.
Kriteria Creasy dan Heron:
Kontraksi uterus 4 kali dalam 20 menit atau 8 kali dalam
satu jam, dan disertai dengan salah satu keadaan di bawah
ini:
Pecahnya kantung amnion
- Pembukaan serviks >2 sentimeter
- Pendataran serviks >50%.
Pendataran dan pembukaan serviks dinilai dengan
pemeriksaan berkala.
Peningkatan duh vagina
Perubahan serviks
- Digital, dengan memeriksa panjang dan pembukaan
serviks, pemeriksaan ini sangat subjektif
USG abdominal, transvaginal, transpfrineal
8
Diagnosis
Menegakkan diagnosis
persalinan preterm terlalu cepat atall lambat
mempunyai risiko merringkatkan morbiditas dan mortalitas neonatus.
Pada kenyataannva kurang dari 50oh ibu hamil yang didiagnosis
merrgalar.ni persalinan preterm rnelahirkan bayinya dalam I minggu
setelah diagnosis ditegakkarr. tlal ini menunjukkarr bahwa tidak
mtrdah menentukan diagnosis persalinan prelernt.'''
Diagnosis persalinan preterm dapat dilakukan dengalt:
l. Anamnesis: penentnan Lrsia kehamilan, faktor risiko (rirvayat
obstetri, perdarahan. inf-eksi)
2. Gejala dirri persalin an pret(rni
.
Nyeri perut balvah dan/atau kram dan/atau pelvic pressure
.
Nyeri pinggang belakang
3. Tanda persalinalr preternl
r
Kontraksi uterus : intensitas, frekuensi, durasi.
His yang regular dengan interval tiap B-10 Inenit yang
d isertai perubahan serv iks.
Prediksi persalinan prelerm yang hanya berdasarkan
koutraksi uterus sulit karena:
a. I lanya | 5y" kontraksi tampak pada gambaran
kardiotokografi
(KTG).
b. Pada kehamilan biasa terjadi kontraksi Braxton-Hicks.
.
Kriteria Creasy dan Fleron:
Kontraksi uterus
.1
kali dalarn 20 rnenit atau B kali dalarn
satu.jarn- dan clisertai derrgan salah satu keadaan di bawah
ini:
- Pecahnya kantung amnion
- Pembukaan serviks
>2
sentimeter
- Pendataran serviks
>50o
.
Pendataran dan pernbukaan serviks dinilai dengan
pemeriksaan berkala.
e
Peningkatan dulr vagina
.
Perubahan serviks
- Digital, dengan memeriksa panjang dan pembukaan
serviks,
pemeriksaan ini sangat subjektif
o
USG abdorninal, transvaginal, transpgrineal
01111,111
- CRE1
Androgen adrenal fe.11.
- ENtrogen-progesteron
plusent:,
-
- ReSept01. LIC,11..11
-
- SIndromA u,snor,
prelnawr
Intlanut,i atau infek.
- lntraanution
- ut,11, dem,11..
.Sisternik
atall 11,1111,1S,
-
-
1.11.,:rus patolo,'
Kehamil3n tnnitiPetus ;
-
Anotnnli strmktur
Pern.t.Ing.) IkS
- Pec:11-111),,
i
( fV)1 1 .'tiens,i :11
,1,,pI I I .
1g1,1 d in uturotonin
laltr
------------------------

----- ---------
Kontr.1,i tueru,
I C)
Gambar I. Mekani sme persali nan preterm
Somber: Lockwood,201 1
1\kti\ usi pr()scs I lF(-l
rn;rrortnl lcrrl
- Srr'us
- Alir r\ ilsi I isr(,1(f!.is
Drcrrlrr\rr
Inflarrlalsi rl:r!r rrr liksr
- lntrirarllrtrorl
- licrvils ilrilu (lc.:'.1il,,
'S isrerl i l<
I)cndrf rhrli (lcsi(i!ra
irt:rrr Itorrltrosis
' S,,lilsr., pl:rsunGr
'TrorrrLrdsilii
[)tstcnsi Lr(erus pu(()l(r.q]'
. Kcharrril3u rnuhali:lus
- l,olrhi(lrrnrnt('rl
- ,\nDnloli str!rktrrr ut.'rtrs
- Sat()krn
pfctattlarnosi
- Srndr()rn.r tEslt<)us
- a;al-.jLu?(tit)n
rrrllilrrrrrsi l;'l\rs
- a-( t n I nr a l i a t t | - a.\ -s. rL i.t I r ( l
/),r)/.'itt-t
- Rcsept()r clcsilosrrt
' .Androgcn adrerlal lctrrs
- Estr(rHen-pr()Feste|otr
plrsent:t
Cambar l. Mekanisrne persalinan preterm
Sumber: Lockwood. 20 I I
Funneling
Funneling adalah dilatasi ostium servikalis, merupakan
proses pendataran dengan lebar >5 mm. Gambaran
perkembangan morfologi funneling dapat digambarkan
sebagai proses TYVU.
Gambar 2 : Gambaran morfologifunneling
Gambaran serviks normal
Normal serviks :
Nulipara : 24 minggu : 40 8 mm
28 minggu : 33 8 mm
Multipara : 24 minggu : 36 8 mm

28 minggu : 35 9 mm
Panjang serviks < 25 mm pada 16-24 minggu
mernpunyai risiko 6 kali lebih besar untuk persalinan
preterm.
Panjangfunne/ Iebih dari 50% mempunyai prognosk
buruk, 79% terjadi persalinan.
Normal funneling adalah gambaran T.
Panjang serviks > 40 mm, risiko persalinan preterm
0,2%, bila panjang serviks 5 mm persalinan preterm
mencapai 78%
Perdarahan (bercak, bercampur lendir/show)
Memberikan nilai sensitifitas yang relatif rendah namun nilai
prediksi positifnya tinggi
Pemeriksaan fibronektin fetus
10
Funneling
Funneling adalah dilatasi ostium servikalis. merupakarr
proses pendataran dengan lebar
>5
mm. Gambaran
perkembangan
morfologi
.funneling
dapat digambarkarr
sebagai proses TWU.
dLr
&Y
//(
{v
&u
Y-.>
\_-/
Gambar 2 : Gambaran morfologi
funneling
Carrbaran serviks normal
.
Normal serviks :
.
Nulipara
.24 ninggu : 40
+
B mm
o
28 rninggu : 33
a
8 mm
.
Multipara : 24 minggu : 36
+
8 mm
23minggu :35+9mm
.
Panjang serviks
<
25 mm pada 16-24 mulggrl
mernpunyai risiko 6 kali lebih besar untuk persalinan
prelerm.
.
Panjang
Jimnel
lebih dari 500/o rnernpunyai progrrt'sr,
bu rr-r k, 7 9o/o terjadi persal i nan .
.
Norrrral
Junneling
adalah gambaran
T.
.
Panjang serviks
>
40 mm, risiko persalinan preternr
0,2o/o.bila panjang
serviks 5 mm persalinan preternt
mencapai 780%
.
Perdaralran (bercak,
bercampur lendirlshow)
Memberikarr nilai sensitifitas yang
relatif rendah namun rrilar
prediksi positifn_va
tinggi
r
o
Pemeriksaan fibronektin fetus
l0
Fibronektin fetus merupakan salah satu penanda terbaik,
kadar dalam sekret servikovagina >50 ng/mL pada gestasi
>22 minggu meningkatkan risiko terjadinya persalinan
preterm spontan.'
VI. INTERVENSI MEDISINALIS DAN OPERATIF
Manajemen persalinan kurang bulan mencakup:
1. Tirah baring (bedrest)
Hidrasi dan sedasi
3. Pemberian tokolitik
4. Pemberian steroid
5. Pemberian antibiotik
6. Emergency Cercloge
7. Perencanaan persalinan
1. Tirah baring (bedrest)
Kepentingan istirahat rebah disesuaikan dengan kebutuhan ibu,
namun secara statistik tidak terbukti dapat mengurangi kejadian
kurang bulan secara statistik.24
2. Ilidrasi dan sedasi
Hidrasi oral maupun intravena sering dilakukan untuk
mencegah persalinan preterm, karena sering terjadi
hipovolemik pada ibu dengan kontraksi premature, walaupun
mekanisme biologisnya belum jelas. Preparat morfin dapat
digunakan untuk mendapatkan efek sedasi.
3. Pemberian Tokolitik
Tokolitik akan menghambat kontraksi miometrium dan dapat
menunda persalinan
a. Nifedipin
Nifedipin adalah antagonis kalsium diberikan per oral. Dosis
inisial 20 mg, dilanjutkan 10-20 mg, 3-4 kali perhari,
disesuaikan dengan aktivitas uterus sampai 48 jam. Dosis
maksimal 60mg/hari, komplikasi yang dapat terjadi adalah
sakit kepala dan hipotensi
11
Fibronektin fetus merupakan salah satu penanda terbaik,
kadar dalam sekret servikovagina
>50
ng/ml pada gestasi
>22
minggu meningkatkan risiko terjadinya persalinan
preterm spontan.'
VI. INTERVENSI MEDISINALIS DAN OPERATIF
Manajemen persalinan kurang bulan mencakup:
l. Tirah baring (bedrest)
l. Hidrasi dan sedasi
,1. Pemberiantokolitik
4. Pemberian steroid
5. Pernberianantibiotik
6. Entergency Cerclage
1. Perencanaan persalinan
l. Tirah baring (bedrest)
Kepentingan istirahat rebah disesuaikan dengan kebutuhan ibu.
namun secara statistik tidak terbukti dapat mengurangi kejadian
kurang bulan secara statistik.2a
2. Hitlrasi dan sedasi
Hidrasi oral maupun intravena sering dilakukan untuk
mencegah persalinan preterm, karena sering terjadi
hipovolemik pada ibu dengan kontraksi premature, walaupun
mekanisme biologisnya belum
jelas.
Preparat morfin dapat
digunakan untuk mendapatkan efek sedasi.
i. Pernberian Tokolitik
Tokolitik akan menghambat kontraksi miornetritrn.t dan dapat
menunda persalinan
a. Nifedipin
Nifedipin adalah antagonis kalsium diberikan per oral. Dosis
inisial 20 mg, dilanjutkan l0-20 ffig, 3-4 kali perhari,
disesuaikan dengan aktivitas uterus sampai 48
jam.
Dosis
maksimal 60rng/hari, komplikasi yang dapat terjadi adalah
sakit kepala dan hipotensi
ll
Pemeriksaan Panjang Serviks dengan USG Transvaginal (USGTV)
Membran utuh

PPROM
<34 Minggu

>34 Minggu

c_36 Minggu >36 Minggu


Tidak perlu

USGTV

Mungkin USGTV

Tidak
USG

diperlukan

perlu
USGTV
Panjang Serviks Panjang Serviks
<3cm

>3cm
Pertimbangkan Tidak ada
untuk: ntervensi
- Konsultasi.
- Rujuk
- Steroid
- Rawat inap
- Cerclage
-Pembatasan aktivitas
PPROM= Preterm Premature Rupture of Membranes
Garnbar 3. Pemeriksaan panjang serviks dengan lISG fransvaginal Se". 1TV)
Sumber Van den Hof. 200 I
IJ
Pemeriksaan Panjang Serviks dengau tlSG Transvaginal (LISGTV)
Nlenrbran utulr PPRO}I
>36 Nl <.14 Nlinggu
I
-l-idak
perlu
t_rsGt'\,
>.14 Nlinggu
<36 \Iinggu nggu
l..lSG'l V Mungkin LISGl'\'
'I'idali
perlu
US(]TV
diperlukan
Panjang Serviks Panjang Serviks
<3cm >3cm
tl
tl
Pertimbangkan
"I'idak
ada
untuk: nterven$i
- Konsultasi
.|
- Itujuk
- Steroitl
- Rawat inap
- Cerclage
-Pernbatasa n aktivitas
PPRON{
:
Preterm Premature Rupture of Membranes
Gambar -1.
Perneriksaan panjang serviks dengan I
lS(i
Iransvaginal ttlSGTV)
Sumber Van den Hof. 200 I
tJ
b. COX (cyclo-oxygenase)-2 inhibitors
Indomethacin
Dosis awal 100 mg, dilanjutkan 50 mg per oral setiap 6 jam
untuk 8 kali pemberian. Jika pemberian lebih dari dua hari,
dapat menimbulkan oligohidramnion akibat penurunan renal
blood flow janin. Indometachin direkomendasikan pada
kehamilan >32 rninggu karena dapat mempercepat
penutupan duktus arteriosus (PDA).28
c. Magnesium sulfat
Magnesium sulfat dipakai sebagai tokolitik yang diberikan
secara parenteral. Dosis awal 4-6 gr IV diberikan dalam 20
menit, diikuti 1-4 gram per jam tergantung dari produksi urin
dan kontraksi uterus. Bila terjadi efek toksik, berikan
kalsium glukonas 1 gram secara IV perlahan-lahan.28
d. Atosiban
Atosiban adalah suatu analog oksitosin yang bekerja pada
reseptor oksitosin dan vasopresin.I8 Dosis awal 6,75mg bolus
dalam satu menit, diikuti 18mg/jam selama 3 jam per infus,
kemudian 6mg/jam selama 45 jam. Dosis maksimal
330mg.27
e. Beta2-sympathomimetics
Saat ini sudah banyak ditinggalkan.
Preparat yang biasa dipakai adalah ritodrine, terbutaline,
salbutamol, isoxsuprine, fenoterol and hexoprenaline.
Contoh: Ritodrin (Yutopar)
Dosis:
50 mg dalam 500 ml larutan glukosa 5%. Dimulai dengan
10 tetes per menit dan dinaikkan 5 tetes setiap 10 menit
sampai kontraksi uterus hilang. Infus harus dilanjutkan 12
48 jam setelah kontraksi hilang. Selanjutnya diberikan dosis
pemeliharaan satu tablet (10 mg) setiap 8 jam setelah makan.
Nadi ibu, tekanan darah dan denyut jantung janin harus
dimonitor selama pengobatan. Kontra indikasi pemberian
adalah penyakit jantung pada ibu, hipertensi atau hipotensi,
hipertiroidi, diabetes dan perdarahan antepartum.
Efek samping yang dapat terjadi pada ibu adalah palpitasi,
rasa panas pada muka (flushing), mual, sakit kepala, nyeri
dada, hipotensi, aritmia kordis, edema paru, hiperglikemia
13
b. C OX
( cy c I o- oxy g e nas e) -2 in h i b it ors
Indomethacin
Dosis awal 100 mg, dilanjutkan
50 rng per oral setiap 6
jam
untuk 8 kali pemberian. Jika
pemberian lebih dari dua hari,
clapat rnenirnbulkarr oligohiciramnion
akibat penttrttnan renal
blootl
flov,
janir-r. Indonletacltin direkomendasikan
pada
kelramilan
>32
rninggu karerta., dapat mempercepat
penutupan duktus arteriosus
(
PDA).-"
Magnesium sulfat
Magnesium sulfat dipakai sebagai tokotitik
yang diberikan
secara
parenteral. Dosis ar,val
zl-6
gr IV diberikan dalam 20
rnenit, diikuti l-4 gratrt per
jarn
tergantung dari produksi urin
clan kontraksi
utertts. Biln terjadi et-ek toksik- berikan
kalsiurn glukonas I grarn secara IV perlahan-lahan.l8
Atosiban
Atosiban
acialah suatu analog oksitosin
yang bekerja
pada
reseptor oksitosin dan vasopresin.rs Dosis awal 6-75mg bolus
dalam satu menit, diikuti 18mg/jam selatna 3
-iam
per infus,
kemudial
6mg/jam selama
45
jam. Dosis rnaksimal
3 30mg.''
B et a2 - sy mp at h o mimetic s
Saat ini sudah banyak ditinggalkan.
Preparat
yang biasa dipakai adalah ritodrine, terbutaline,
s al b utam o l, is oxs upr ine,
fen
o t e r ol and h e x opr e n a I ine'
Contoh:
Ritodrin
(YutoPar)
Dosis:
50 mg dalam 500 ml larutan
glukosa 50%- Dirnr'rlai dengan
l0 tetes
per menit dan dinaikkan
5 tetes setiap
l0 menit
sampai
kontraksi uterus hilang' Infus harus dilanjLrtkan l2
-
48
jam
setelah kontraksi
hilang. Selanjutnya
diberikan dosis
pemeliharaan satu tablet
(10 mg) setiap 8
janr
setelah makan'
Nadi ibu, tekanan darah dan denyut
.iarrtung .iarrin
harus
dirnonitor
selama
pengobatan. Kontra indikasi
pernberian
adalah
penyakit
jantung pada ibu. hipertensi
atau hipotensi,
hipertiroidi,
diabetes dan perdarahan antepartum.
Efek samping
yang dapat terjadi
pada ibu adalah
palpitasi'
rasa
panas pada muka
(flushing), mLral, sakit kepala, nyeri
dada, hipotensi, aritmia kordis, edema
paru, hiperglikemia
e.
l3
dan hipokalenn. Efek samping pada janin antara lain ft.tal
takhikardia. Inpoglikemia, hipokalemi, ileus dan hipotensi
f. Progesteron
Progesteron dapat mencegah persalinan preterm. Injeksi
alpha-hi.drax-ffirogesterone caproate menurunkan
persalinan preternz berulang. Dosis 250 mg (1 mL) im tiap
minggu sampai 37 minggu kehamilan atau sampai
persalinan. Pemberian dimulai 16-21 minggu kehamilan.2 8
4. Pemberian steroid
Pemakaian kortikosteroid dapat menurunkan kejadian RDS.
kematian neonatal dan perdarahan intraventrikuler. Dianjurkan
pada kehamilan 24 34 minggu, namun dapat dipertimbangkan
sampai 36 ITI i nggu .2 1
Kontra infeksi sistemik yang berat, (tuberkulosis dan
korioamnionitis).
Betametason merupakan obat terpilih, diberikan secara injeksi
intramuskuler dengan dosis 12 mg dan diulangi 24 jam
kernudian. Efek optimal dapat dicapai dalam I - 7 hari
pemberian, setelah 7 hari efeknya masih meningkat. Apabila
tidak terdapat betametason, dapat diberikan deksametason
dengan dosis 2 x 5 mg intramuskuler per hari selama 2 hari.
5. Antibiotika
Pemberian antibiotika pada persalinan tanpa infeksi tidak
dianjurkan karena tidak dapat meningkatkan luaran persalinan.2 3
Pada ibu dengan ancaman persalinan preterm dan terdeteksi
adanya vaginosis bakterial, pemberian klindamisin ( 2 x 300 mg
sehari selama 7 hari) atau metronidazol ( 2 x 500 mg sehari
selama 7 hari). atau eritromisin (2 x 500 mg sehari selama 7
hari) akan bermanfaat bila diberikan pada usia kehamilan
minggu.
6. Emergency cerclage
Di negara maju telah dilakukan emergency cerclage pada ibu
hamil dengan pembukaan dan pendataran serviks yang nyata
tanpa kontraksi. Secara teknik hal ini! sulit dilakukan dan
berisiko untuk terjadi pecah ketuban. 2 6
14
1.
dan hipokalerni. Efek samping pada janin
antara lairr f'etal
takhikardia, hipoglikemia, hipokalemi.
iler-rs dan hipotensi
f. Progesteron
Progesteron
dapat rnencegah persalinan
preterm. Injeksi 1
--
alpha-h.t,droxyprogesterone
caproate
menurunkarr
persalinarr preterrn
berulang. Dosis 250 rng (l
mL) im tiap
rninggu
sar-npai 37 minggu
kehamilan atau sampai
persalinarr.
Pemberian dimulai l6-2 I minggu kehamilan.rs
Pemberian steroid
Pemakaian kortikosteroid
dapat menurunkan
kejadian RDS.
kematian neonatal dan perdarahan
intraventrikuler.
Dianjurkan
pada
kehamilan 24
-
34 rninggu, namun dapat dipertimban-ekan
sampai 36 minggu.2r
Kontra indikasi: infeksi sistemik yang
berat. (tuberkulosis
dan
korioanrn iorr itis
).
Betalletasorr rrerupakan
obat terpilih, diberikan
secara inleks
intramuskuler
derrgan dosis 12 mg dan diulangi 24 pm
kemudian. Efek optimal dapat dicapai dalam I -
7
lrarr
pemberian.
setelah 7 hari efeknya masih meningkat. Apabila
tidak terdapat betametason, dapat diberikan deksametason
dengan dosis 2 x 5 mg intramuskuler per hari selama 2hari.
Antibiotika
Pemberian
antibiotika pada persalinan
tanpa infeksi tidak
dianjurkan
karena tidak dapat meningkatkan
luaran persalinan.2r
Pada ibu dengan ancaman persalinan
preterm
dan terdeteksi
adanva vaginosis
bakterial, pemberian
klindamisin ( 2 x 300 rng
sehari selama 7 hari) atau metronidazol ( 2 x 500 mg seharr
selarna 7 hari). atau eritromisin (2
x 500 mg sehari selama
7
hari) akar berrnarrlaat bila diberikarr pada usia kehamilan
.<ll
lniltgglt.
--
Emergenc.y,
cerclage
Di negara rnaju telah dilakukan emergency
cerclage pada ibu
hamil dengan pembukaan
dan pendataran
serviks yang
nyara
tanpa kontraksi. Secara teknik hal inir sulit dilakLrkarr dan
berisiko untuk ter.jadi pecah
ketuban.26
l4
7. Perencanaan Persalinan
Persalinan preterm harus dipertimbangkan kasus perkasus,
dengan mengikutsertakan pendapat orang tuanya. Untuk
kehamilan <32 minggu sebaiknya ibu dirujuk ke tempat yang
mempunyai fasi I itas neonatal intensive care unit (NICU).
Kehamilan <24 minggu dilahirkan pervaginam. Kehamilan 24-
37 minggu diperlakukan sesuai dengan risiko obstetrik lainnya
dan disamakan dengan aturan persalinan aterm. Tidak
dianjurkan forseps atau episiotomi elektif.23
15
7. Perencanaan Persalinan
Persalinan preterm harus dipertimbangkan kasus perkasus,
dengan mengikutsertakan pendapat
orang tuanya.
Untuk
kehamilan
<32
minggu sebaiknya ibu dirujuk ke tempat yang
mempunyai fasilitas neonatal intensiive care unit (NICU).
Kehamilan
<24
minggu dilahirkan pervaginam.
Kehamilan 24-
37 minggu diperlakukan sesuai dengan risiko obstetrik lainnya
dan disamakan dengan aturan persalinan
aterm. Tidak
dianjurkan forseps atau episiotomi elektif.23
l5
Terapi Berhasil Terapi Gagal
;
Kontraksi preterm
Anamnesis
Diagnosis Klinik
Diagnosis USG
Manajemen:
Tirah Baring
Hidrasi dan sedasi
Tokolitik
Kortikosteroid
Antibiotika
Emergency cerclage
Rencana persalinan
Observasi
Pemeriksaan kehamilan
intensif
Persalinan *
Persalinan <- 24 minggu pervaginam
Persalinan 24 37 minggu: sesuai dengan
indikasi obstetri, disesuaikan dengan
persalinan aterm..Fidak menganjt4kan tbrseps
elektif dan episiotomi elektif
ksi preternt
I
I
I
Kontra
a
a
a
Anamnesis
Diagnosis Klinik
Diagnosis USG
Manajemerr:
r
Tirah Baring
.
Hidrasi dan sedasr
r
Tokolitik
r
Kortikosteroid
r
Antibiotika
t
Emergency cerclage
o
Rencana persalinan
Observasi
Terapi Berhasil
Pemeriksaan
kehamilan
intens if' o
a
Persalinan
*
Persalinan 24 minggu pervaginanr
Persalinan 24 .37 minggu. sesuai dengan
indikasi obstetri, disesuaikan dengan
persalinan aterrn.
'l'idak
rnengan juqlgn
tirrseps
elektif dan enisiotorrri clektif
VII. KEPUSTAKAAN
1. Greer l, Norman J. Preterm Labor. Managing Risk in Clinical
Practice. Cambridge University Press.2005.pp 1-26.
2. Slattery MM, Morrison JJ. Preterm Delivery. Lancet 2002;
360(9344): 1089-97.
3. Centers for Disease Control and Prevention. (CDC) 2007.
"Bhirts: Final data for 2005". Tersedia pada
http://www.cdc.gov/nchs/datainvsr/nvsr56/nvsr56 06.pdf
(diakses 13 Maret 2008)
4. Spong C.Y. Prediction and Prevention of Recruitment
Spontaneous Preterm Birth. Obset Gynecol 2007; l 10:405-15.
5. Profil Kesehatan Indonesia 2005, Diterbitkan olehDepartemen
Republik Indonesia tahun 2007.
6. Alisjahbana A, HamzahES, Tanuwidjaja S. Perinatal Mortality
and Morbidity Survey and Low BirthWeight. 1983. Final
Report V
7. Krisnadi SR, "The Use of Clyndamycin to Reduce LBW infant
rateapplied to Bacterial Vaginosis. withor without Group B
Streptococcal Colon ization and Chlamydia trachomatis
lnfection". Disertation. Padjadjaran University. Bandung
Indonesia, 2000.
8.
Moutquin JM, Classification and Heterogeneity of Preterm
Birth. Br J Obstet Gynaecol. 2003; 110 (Supl 20):30-33.
9. Iams JD. Abnormal Cervical Competence. In: Creasy RK,
Resnik R, Iams JD, eds. Maternal-fetal medicine. 5t h ed.
Philadelphia: Saunders; 2004. P.603-22
10.
SmithGC, Pell JP, Dobbie R. Interpregnancy Interval and risk
of Preterm birthand neonatal death: Retrospective co-hort
study. Bmj. 2003;327:9.
11. Behrman RE, Butler AS. (Eds). Preterm Birth. Causes,
Consequences and Prevention. Committee on Understanding
Kurang bulane Birthand Assuring Healthy Outcomes Board on
HealthSciences Policy. Institute of Medicine of National
Academies. The National Academies Press. Washington. 2006
12.
KalishRB, Vardhana S, Gupta M, Perni SC. Witkin SS.
Interleukin-4 and -10 Gene Polymorphisms and Spontaneous
Preterm
Birthin Multifetal Gestations. Am J Obstet Gynaecol.
2004;190:702-6
17
VII. KEPUSTAKAAN
l. Greer I, Norman J. Preterm Labor. Managing Risk in Clinical
Practice. Cambridge Universitl'
Press.2005.pp | -26-
2. Sfattery MM, Morrison JJ. Pretcrnt Delivery'. Lancet 2002:
360(9344): 1 089-97.
l. Centers for Disease Control and Prerention. (CDC) 2007
"Bhirts: Final data for 2005". Tersedia
pada
littp ://wr,vw.cdc. gov/nchsidata/nvsr/nvs15
6/nvs15 6-06.pdf
(diakses
l3 Maret 2008)
4. Spong C.Y. Prediction
and Prevention
of Recruitment
Spontaneous
Preterm Birth. Obset Gyrrecol 2001, | 10:405-15-
5. Profil Kesehatan Indonesia
2005. Diterbitkan oleh Departemen
Republik Indonesia tahun 2007.
6. Alisjahbana A, Hamzah ES, Tanuwidjaja S Perinatal Mortality
and Morbidity Survey and Low Birth Weight. 1983. Final
Report V
1. Krisnadi SR,
"The Use of Clyndam;-cin
to Reduce LBW infant
rateapplied to Bacterial
Vaginosis.
with or without Group B
Streptococcal Colonization
and Chlam-n.-dia trachomatis
Infection".
Diserlation. Padjadjaran
Universitl. Bandung
Indonesia, 2000.
8. Moutquin JM, Classification
and Heterogerreit) of Pretern't
Birth. Br J Obstet Gynaecol.
2003; I l0
(Supl 20):30-33.
g.
Iams JD. Abnormal Cervical Conrpetence.
In: Creasy. RK,
Resnik R, Iams JD, eds. Maternal-fetal medicine. 5t" ed.
Philadelphia: Saunders;
2004. P.603-22
10. Smith GC, Pell JP, Dobbie R. Interpregnancy
Interval and risk
of Preterm birth and neonatal death: Retrospective co-hot1
study. Bmj. 2003;327 :9.
I l. Behrman RE. Butler AS.
(Eds). Preternt Birth. Causes,
Consequences
and Prevention. Committee
on Understanding
Kurang bulane Birth and Assuring
Healthy Outcomes
Board on
Health Sciences Policy.
Institute of Medicine of National
Academies. Tlre National Academies
Press' Washington' 2006
12. Kalish RB, Vardhana S, Gupta M. Perni SC- Witkin SS'
Interleukin-4
and -10 Gene Polyrnorphisms
and Spontaneous
Preterm Birth in Multifetal
cestations.
Am J Obstet Gynaecol.
2004:'190:102-6
17
13. Krktin Peterson Oehlke. Genetics, genomic, preterm labor and
birth. I he Minnesota department of health. 2004.
14.
Romero R, Espinoza J, Mazor M, Chaiworapongsa T. The
prctcrm parturition Syndrome. ln: Critchley H, Bennett P,
Thornston S, editors. Preterm Birth. London: RCOG Press;
2004.p.28-60
15. McCormick MC. The Contribution of low birth weight to infant
mortality and childhood morbidity. N Engl J Med 1985; 312:
82-90.
16. American College of Obstetricians and Gynaecologist. "preterm
Labor". Technical Bulletin no. 206. Washington DC:ACOG,
1995.\
17. Royal College of Obstetricians and Gynaecologist. Tocolytic
drugs for women in preterm labour, Guideline No.1B. London:
RCOG; 2002.
18. Papatsonis D, Flenady V, Cole S, Liley H. Oxytocin receptor
antagonists for inhibiting preterm labour. Cochrane Database
Syst Rev 2005;3:CD004452.
19. Kashanian M, Akbarian AR, Soltanzadeh M. Atosiban and
nifedipine for the treatment of preterm labor. Int J Gynaecol
Obstet. 2005 Oct; 91( 1 ):10-4
20.
Al-Omari WR, Al-Shammaa HB, Al-Tikriti EM et aI. Atosiban
and nifedipine in acute tocolysis: a Comparative study. Eur J
Obstet Gynecol Reprod Biol 2006.
21. Roberts D, Dalziel S. Antenatal Corticosteroids foraccelerating
fetal lung maturation for women at risk of preterm birth.
Cochrane Database Syst Rev. 2002; 3: CD002860
22. King J, Flenady V. prophylactic antibiotics for preterm labour
with intake membranes. Cochrane Database Syst Rev
2002;4:CD000426.
23. Grant A, Penn Zj, Steer Pj. Elective or selection cesarean
delivery of the small baby? A systematic review of the
controlled trials. Br Obstet Gynaecol 1996; 103:1197-1200.
24. Read JS, Klebanoff MA. Sexual intercourse during
pregnancyand preterm delivery: Effects of vaginal
microorganisms. Am J Obstel and Gynaecol.
1993.1668(2):5149.
18
l)
l4
Kri,,t irr I)t'lcrsorr
()elrlke.
Genetics, genomic, preterm labor and
birllr I lrc Nlirrrrcsota department of health. 2004.
l{orrrero l{. [:spinoza J. Mazor M, Clraiworapongsa T. The
l)r'(t(,t'Dt ltarlurition
SVndrome. Irr: Critchley H, Benrrett P,
'l
lr()r'l)ston S. editors. Preterm Birth. t-ondon: RCOG Press-
2004.p.2 B-60
McCornrick l\4C. The Contribution of lorv birth weight to infarrt
nortalitr and childhood nrorbidity. N Engl J Med l9B5; 312:
82-90.
American College of Obstetricians and Gynaecologist. "pretertn
Labor". Technical Bulletin no. 206. Washington DC:ACOG,
I 995.\
Royal College of Obstetricians and Gynaecologist. Tocolytic
drugs for \\'olrell in prelernt labour, Guideline No. IB. London:
RCOC; 2002.
Papatsonis D. Flcnadl V. Cole S, Liley H. Oxytocin receptor
antagonists for inhibitir:rg preterm labour. Cochrane Database
Syst Rev 2005;3 :CD004452.
Kashanian M. Akbarian AR, Soltanzadeh M. Atosiban and
nifedipine fbr thc treatment of preterm labor. Int J Gvnaecol
Obstet. 2005 Oct: 9l( |
):
l0-.1
Al-Orlari U/R. ,Al-Slrarnnraa IlU. Al-fikr-iti EM et al. Atosiban
arrd nil-edipirre in acrrtc tocolysis: a Comparative strrdy. Lur J
Obstet G)'rtecol Reprgcl Biol 2006.
Roberts D. Dalziel S. Antenatal Corticosteroids foraccelerating
fetal lung maturation fbr wornen at risk of preterm birlh.
Coclrrane Database Sr st Rer,. 2002;3: CD002860
King .1, Flenady, V prophylactic
antibiotics for preterm labour
u,ith intake nternbranes. Cochrane Database Syst Rev
2002:4:CD000426.
Ciranl A- Penn Zj. Steer Pj. Elective or selection cesarean
dclivcry of the snrall baby? A systernatic revierv of the
corrtrolled trials. Br'.1 Obsret Gynaecol 1996: 103: I 197-1200.
Ileacl .lS. Klebanoff
MA. Sexual intercourse
during
lrrcgrurnc,r'uncl
pre[ernl
delivery: tsffects of vaginal
rnicroorsarr isnts. ,Artr .f Obstel and Gynaecol.
l 99i 1 66[i( ] ):5 1
.1q
l5
t1.
16.
l8
19.
20.
1l
LI
22.
23
24.
l8

Anda mungkin juga menyukai