Anda di halaman 1dari 5

Ada delapan bahaya hasud yang diterangkan dalam kitab

Thariqah Muhammadiyah.
Pertama, Ifsadut thoat. Bahwa hasud itu
merusak ketaatan kepada Allah. Mislakan seorang
pedagang yang jujur yang tidak pernah berbohong,
bahkan ia seorang yang rajin beribadah, menyempatkan
waktu untuk shalat di tengah kesibukannya. Tiba-tiba
datanglah pedagang baru yang menyainginya dengan
modal yang berlimpah. Maka ketika pedagang yang taat
ini berusaha melakukan perlawanan yang tidak sehat
dengan tujuan menghentikan lawannya, maka dia telah
terkena penyakit hasud. Biasanya ia akan melakukan
apapun demi mendapatkan keuntungan lebih besar.
Sehingga ia melupakan kaedah berdagang yang baik.
Kedua, bahaya hasud adalah al-
Ifdhau ila filil maashi, yaitu membuka pintu terjadinya
makshiat. Bahwa I hasud biasanya membutuhkan
pertolongan orang lain untuk menghilangkan nikmat
orang yang dihasudi. Secara otomatis si hasud akan
menarik orang lain melakukan kemaksiatan bahkan juga
kejahatan. Misalkan meminta bantuan dukun, meminta
bantuan preman atau meminta bantuan orang lain untuk
melakukan fitnah dan seterusnya.
Ini berarti perasaan hasud menyeret orang lain
melakukan makshiat. Bahkan akan menambah makshiat
dirinya sendiri, karena ketika si hasud meminta bantuan
kepada orang lain, ia akan menggunakan berbagai macam
cerita dan mengarang kebohongan, bukankah ini
merupakan makshiat baru?
Bahaya hasud yang Ketiga adalah,
hirmantus syafaah, yaitu menghalangkan diri
dari syafaat besok di hari kiamat. Artinya, orang yang
selama hidupnya melakukan hasud walaupun memiliki
amal tidak akan mendapatan syafaat dari Rasulullah saw.
Keempat, hasud dapat menyebabkan orang masuk neraka
(duhulun nar). Bahaya keempat ini merupakan dampak
dari berbagai bahaya yang lain. Secara otomatis orang
yang amalnya telah terhapus dan tidak mendapatkan
syafaat dari manapun, maka dapat dipastikan bahwa
nerakalah tempatnya kelak.
Kelima, al-ifdha ila dharari
ghairihi. Bahwa hasud dapat membahayakan orang lain.
Hal ini sering terjadi karena orang akan berusaha
semaksimal mungkin demi tercapainya tujuan
melenyapkan nikmat yang dihasudi. Ini biasanya akan
membawa-bawa orang lain. Sebagaimana hasud menyeret
orang lain untuk melakukan makshiat.
Misalnya, untuk menjatuhkan saingan bisnis yang selama
ini telah mapan dalam kepailitan, orang yang hasud akan
menggunakan berbagai macam cara. Diantaranya
membuat fitnah melalui berbagai media yang ia suarakan
lewat mulut orang lain. Sehingga pemilik mulut itulah
yang akhinya terkena imbasnya.
Bisa juga orang yang hasud itu dengan sengaja ingin
menghilangkan kenikmatan orang lain dengan cara
membakar rumah orang tersebut ketika tidur. Padahal di
dalam rumah itu ada pembantu dan keluarga lainnya.
Secara otomatis mereka yang tidak tahu-enahu urusan
ikut menjadi korban.
Bahaya keenamadalah, at-taab
wal ham min ghairi faidatin. Artinya orang yang hasud
selalu disibukkan dengan masalah yang tidak ada
faedahnya dan juga dirundung kesedihan yang tidak
terbatas. Misalkan orang yang merasa hasud dengan
tetangga yang membeli mobil, maka ia akan selalu
kepikiran bagaimana caranya membeli mobil seperti
tetangga sebelah, atau bagaimana caranya agar mobil
tetangga sebelah itu cepat rusak. Maka berulahlah dia
dengan melakukan berbagai intrik yang menyibukkan
dirinya sendiri. Padahal, yang demikian itu tidak pernah
dipikirkan oleh tetangga sebelah.
Parahnya lagi, sebelum si hasud berhasil merusak mobil
ternyata tetangga sebelah sudah menukar mobil itu
dengan mobil yang lebih baru dan lebih canggih. Maka
berpikirlah si hasud dengan intriknya lagi, disibukkanlah
dia dengan berbagai pikiran yang menyedihkan hati dan
tidak pernah berhenti.
Ketujuh, amal
qalbi hatta yakada la yafhamu hukman min ahkamillahi
taala. Hasud akan menyebabkan seseorang buta hatinya
dan tidak mempedulikan lagi aturan syariat dan hukum
Allah swt. Mata hati si hasud telah buta, sehingga ia tidak
peduli bahwa orang yang dihasudi, yang hendak direbut
kenikmatannya adalah saudara sendiri, teman sendiri,
sahabat, keluarga sendiri, bahkan juga orang tua sendiri.
Begitu pekatnya rasa kebencian dalam hati itu sehingga
menutup mata dari pemahaman agama. Si hasud tidak
lagi dapat mengenali hukum Allah, ia tidak peduli lagi
dengan ancaman Allah bagi orang yang durhakan,
menghianati atau memfitnah keluarga sendiri.
Banyak sekali contoh yang menunjukkan betapa
sengitnya persaingan dunia bisnis biasa terjadi antar
saudara (adik-kakak) dalam satu keluarga. Karena hasud,
kawan bisa menjadi lawan dan saudara bisa menjadi
terdakwa.
Terakhir, yang kedelapan adalah
alhirmanu wal hidzlanu. Bahwa hasud itu akan
menjadikan seseorang terhalang dari keberhasilan.
Artinya, si hasud akan semakin menjauhi diri dari
kesuksesan. Meskipun si hasud berhasil mencelakai orang
lain tetapi ia sama sekali tidak puas. Bahkan ia akan
semakin merasa jauh dari keberhasilan. Sebagaimana
orang yang semakin haus karena minum air laut.
Sabda Nabi SAW : Hati-hati kalian dari sifat hasud, sungguh hasud itu dapat `memakan`
(pahala) kebaikan seperti api yang melahap kayu bakar.

Sifat hasud adalah keinginan buruk terhadap orang lain yang sedang mendapat kenikmatan,
agar kenikmatan orang lain itu menjadi luntur, hancur atau hilang, dan dapat beralih kepada
dirinya.

Sifat hasud sering kali mendorong pemiliknya untuk berbuat apa saja, bahkan menghalalkan
segala cara, demi kehancuran orang yang dihasudi.

Sering terdengar ada seorang yang hasud kepada tetangganya, entah itu di perkampungan,
pertokohan, perkantoran maupun di pasar dan sebagainya, yang mana si hasud ini dalam
melancarkan aksinya sampai menggunakan bantuan dukun atau ilmu sihir.

Hal itu dilakukan demi terpenuhi ambisinya dalam menjatuhkan `lawan` yang dihasudi.
Biasanya, cara yang sering digunakan dalam memulai aksinya, adalah menjadikan sang
`lawan` sebagai bahan pergunjingan, misalnya dengan cara mencari-cari kesalahannya,
bahkan terkadang mengada-ada serta memberi bumbu penyedap omongan.

Jika cara itu dirasa belum cukup, maka mulailah melancarkan serangan fisik sedikit demi
sedikit, hingga melakukan hal-hal yang dapat membahayakan keselamatan jiwa `lawannya`,
namun umumnya, dilakukan secara sembunyi-sembunyg hingga susah dilacak sumbernya.
Jika cara licik ini masih dianggap kurang memadai, maka si hasud tidak segan-segan
menggunakan ilmu sihir atau meminta bantuan dukun.

Biasanya, si pelaku berusaha menampakkan kebaikan kepada orang lain termasuk kepada
`lawannya`, dengan tujuan agar kelakuannya tidak terdeteksi.

Sifat hasud seringkali bergandengan dengan sifat dengki. Sedangkan dengki adalah perilaku
permusuhan terhadap orang lain, baik yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi maupun
terang-terangan, dengan tanpa alasan yang dibenarkan oleh syariat.

Jadi orang yang memiliki sifat dengki dan hasud ini, termasuk orang yang berakhlaq buruk.
Menurut Nabi SAW keburukan sifat dengki dan hasud, dapat mengurangi perolehan pahala
dari kebaikan yang pernah dilakukan sebelumnya.

Dalam kata mutiara juga diungkapkan Alhasuud la yasuud, orang yang bersifat hasud itu
tidak layak memimpin. Karena sifat buruk hasud tersebut akan menjadi penyebab perpecahan
dan kehancuran dalam tubuh anggotanya.

Betapa nistanya sifat hasud ini. Karena itu alangkah keliru jika ada seorang muslim yang
sengaja `memelihara` dan `melestarikan` sifat hasud pada dirinya.
Ada cara bagi seorang muslim yang ingin belajar mengendalikan diri tatkala dirinya akan
diterpa penyakit hasud. Yaitu mengamalkan ajaran Nabi SAW yang bernama Ghibthah.

Sedangkan maksud ghibthah adalah seperti berikut : Seseorang yang melihat pihak lain
mendapat kenikmatan, misalnya mendapat pekerjaan yang mapan, lantas orang tersebut
mengatakan dalam dirinya : Saya ingin seperti dia, bisa sukses dalam pekerjaannya, dan
semoga dia tetap berjaya bahkan mendapatkan tambahan rejeki lebih, dan mudah-mudahan
saya bisa mendapatkan pula rejeki seperti yang dia dapatkan.

Pemilik sifat ghibthah tidak menginginkan orang lain yang dighibthahi menjadi hancur,
bahkan sebaliknya bisa saja menjadika mitra kerja dalam menggapai kesuksesan bersama,
terlebih jika dinilai dapat saling mengisi dan melengkapi serta menguntungkan.

Yang dimaksud Allah membolak-balik hati adalah:

Bila anda berada dalam kesesatan maka Allah akan berulang2 mendatangkan momen2, kejadian2,
peristiwa2 yang memaksa anda berpikir ulang atas segala keyakinan anda selama ini. Dengan
maksud mudah2an dengan itu anda berbalik tunduk kepada-Nya.

Bila anda merasa bahwa diri anda sudah benar, maka Alllah juga akan mendatangkan momen2,
kejadian2, peristiwa2 untuk menguji kebenaran atau keteguhan keyakinan anda.

Dikaitkan dengan pemilihan pasangan, tentu anda boleh beristikharah. Selanjutnya kalau sudah
mendapat pasangan, maka terjemahan yang tepat dari ujaran anda diatas adalah:

1). Sejauh mana anda mampu mempertahankan kesetiaan pada si dia (seandainya ia seorang
baik/setia) dihadapkan pada kenyataan sehari2 begitu banyaknya orang2 lain yang mungkin mampu
menarik perhatian anda.
2). Sejauh mana anda mampu melepaskan diri dari si dia (jika ia tidak baik / cocok buat anda)
dihadapkan pada kenyataan bahwa sulit sekali melepaskan diri secara emosional dari dirinya.

Anda mungkin juga menyukai