Anda di halaman 1dari 5

Bahan Bakar Nabati dari Suweg

sebagai Sumber Energi Terbaharukan


Oleh : Agustin Anggriani
Minyak bumi adalah bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbaharui.
Energi dari minyak bumi yang digunakan oleh manusia jumlahnya sangat
terbatas. Oleh karena itu, kita harus dapat menggunakan minyak bumi sehemat
dan seefisien mungkin.
Menurut Roy Hendroko dan Rama Prihandana dalam bukunya yang
berjudul Energi Hijau (2!", sejak lima tahun terakhir, #ndonesia telah
mengalami natural oil declining atau penurunan produksi minyak bumi yang
terjadi se$ara alami. Padahal, meningkatnya populasi manusia yang terjadi setiap
saat berdampak pada peningkatan akti%itas yang membutuhkan bahan bakar
dalam kuantitas yang besar.
&ikutip dari harian 'a(a pos, Minggu ) Maret 2** bah(a dalam kurun
lima tahun terakhir, konsumsi minyak bumi nasional men$apai *.*+!.)).+)!
barel. ,ebagai energi tak terbaharukan, $adangan minyak #ndonesia hanya -,+
miliar barel pada tahun 2+. Menurut .ementerian Energi dan ,umber &aya
Mineral, jumlah itu masih kalah banyak jika dibandingkan dengan jumlah
$adangan negara/negara produsen minyak dunia. 0idak dapat dipungkiri,
anggaran subsidi bahan bakar nasional sangat menguras dana pemerintah. Pada
tahun 2+, subsidi bahan bakar men$apai ++.+-1,+ miliar. ,edangkan pada tahun
2* subsidi meningkat menjadi *).22),! miliar. .ebutuhan bahan bakar
terbesar yakni dari sektor industri yang menembus angka -2+,! juta ,3M (setara
barel minyak" atau jika dipersentasekan adalah 4+,45 0E6 (total energi
nasional". .onsumsi terbesar kedua ditempati oleh sektor transportasi yaitu 22),)
juta ,3M atau -45 0E6. .emudian disusul oleh kebutuhan rumah tangga yakni
1*,2 juta ,3M atau *2,25 0E6, dan yang terakhir adalah bangunan komersil
yang membutuhkan 2+,* juta ,3M atau 4,45 0E6.
Bahan Bakar Nabati
0idak banyak negara di dunia ini yang memiliki kekayaan alam seperti
yang dimiliki #ndonesia. 6enek moyang kita memberi nama spesial atas kondisi
ini, gemah ripah loh jinawi. 3erpijak pada realitas, tentulah di tanah #ndonesia
terdapat sumber energi dan bahan makanan yang melimpah. &engan kekayaan
alam seperti ini, masalah/masalah yang menyangkut kelangkaan energi
seharusnya tidak terjadi. 7da banyak sumber energi terbaharukan dari kekayaan
alam di negara kita yang dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil.
Tetra Ethyl Lead (0E8" dan Methyl Tertiary Buthyl Ether (M03E" adalah
bahan aditif yang umum dipakai untuk meningkatkan mutu bensin, tetapi akhir/
akhir ini dilarang pemakaiannya karena berbahaya bagi kesehatan. 0E8 dapat
meningkatkan nilai oktan sampai *2 poin, tetapi penggunaan bahan ini
menghasilkan asap hitam dan se$ara tidak sadar juga merusak mesin. 9ntuk
men$egah kerusakan komponen mesin, dapat di$ampur dengan :2H43r2. 0etapi
hal ini dapat menghasilkan senya(a ra$un yang terkandung dalam asap yang
dihasilkan yang diketahui ternyata menimbulkan kerusakan otak. &an akhirnya
posisi 0E8 diganti oleh M03E. M03E dapat meningkatkan nilai oktan, tetapi
dalam penggunaannya dapat menghasilkan asap yang mengandung :O. ,elain
tidak ramah lingkungan, M03E juga sukar diuraikan dan sangat larut dalam air
sehingga dapat men$emari sumber air bersih. 7langkah lebih baiknya apabila
bahan aditif pada bahan bakar disubstitusi dengan bahan yang ramah lingkungan
dan dapat terbaharukan.
.eadaan ini memungkinkan kita untuk memanfaatkan energi yang dapat
terbaharukan, seperti etanol. Etanol dapat meningkatkan nilai oktan dan dapat
menggantikan posisi bahan aditif tersebut. Etanol atau etil alkohol (:2H2OH",
merupakan $airan bening yang tidak ber(arna, larut dalam air, eter, aseton,
ben;ena, dan semua pelarut organik, memiliki bau khas, terurai se$ara biologis
(biodegradable", toksisitas rendah, dan tidak menimbulkan polusi udara yg besar
bila bo$or. ,alah satu pembuatan etanol yang paling terkenal adalah fermentasi.
,ekarang ini, pemerintah beren$ana membangun kilang hijau, karena
sudah banyak tanaman yang diketahui ternyata dapat dijadikan bioetanol.
Penyebutan bioetanol sebenarnya salah kaprah karena bio berarti makhluk hidup
sehingga arti bioetanol adalah etanol yang berasal dari makhluk hidup. ,edangkan
seperti yang telah kita ketahui, fosil/fosil dan jasad renik juga termasuk makhluk
hidup sehingga yang paling tepat untuk menyebut etanol yang berasal dari nabati
adalah fitoetanol, karena fito berarti tumbuh/tumbuhan.
,ubstrat yang berpotensi untuk dijadikan fitoetanol adalah antara lain
bahan mengandung gula, misalnya < tebu dan sisa produknya, gula bit, tapioka,
kentang manis, dan lain sebagainya. ,elain itu fitoetanol dapat diproduksi dari
bahan/bahan yang mengandung amilum, $ontohnya < tapioka, mai;ena, gandum,
padi, kentang, dan lain sebagainya. ,umber selulosa dan lignoselulosa yang
berasal dari limbah pertanian dan kayu juga berpotensi untuk dijadikan fitoetanol.
Riset Sederhana
3ermula dari penemuan/penemuan itulah, penulis berupaya melakukan
riset sederhana di laboratorium kimia sekolah atas inisiatif penulis untuk
mengetahui apakah su(eg juga dapat dimanfaatkan sebagai fitoetanol pengganti
bensin. ,elama ini tanaman tersebut hanya dimanfaatkan sebagai sumber bahan
panganan oleh masyarakat desa tanpa ada peningkatan nilai fungsi. Penulis
menemukan tanaman tersebut tumbuh subur di kebun sebelah, dan atas dasar
keingintahuan karena belum pernah ada yang menyelidiki, maka akhirnya penulis
tertarik untuk meneliti apakah su(eg juga berpotensi untuk dijadikan fitoetanol.
Menurut penelitian 7stanto .asno, 0rustinah, M. 7n(ari, dan 3. ,(asono
dari 3alai Penelitian 0anaman .a$ang/ka$angan dan 9mbi/umbian, ,u(eg
(Amorphophallus campanulatus B." mengandung serat tinggi dan lemak rendah,
masing/masing *-,!*5 dan ,215 serta 25 pati, sehingga berpotensi untuk
diubah menjadi fitoetanol melalui proses fermentasi dan destilasi. Hama atau
penyakit pada su(eg tidak terlalu merugikan. &ilaporkan bah(a penyakit yang
merusak adalah busuk umbi (footrot" yang disebabkan oleh Sclerotium rolfiii.
Penyakit busuk umbi terjadi bila kondisi tanah berdrainase buruk. 3usuk kering
(dry rot" disebabkan oleh Batryodiplodia theobromae yang terjadi bila kondisinya
panas dan lembab. Penyakit bakteri daun dan %irus juga ditemukan pada su(eg.
Hama yang diketahui menyerang su(eg adalah hama daun (alerucida bicolor",
Aracearus fasciculatus, ulat grayak (!artepillar", dan nematoda. Panen umbi
pada akhir musim kemarau ditandai oleh daun yang telah menguning, kemudian
umbi digali agar umbi tidak luka yang merupakan titik masuknya hama dan
penyakit.
Penggunaan $ampuran *5 fitoetanol su(eg dan +5 bensin merupakan
jalan terbaik yang ramah lingkungan dan mendukung slogan hemat energi. 'ika
diaplikasikan dengan menggunakan $ampuran *5 fitoetanol su(eg dan +5
bensin berarti menghemat *5 bensin yang telah digantikan fitoetanol su(eg
tadi. ,etiap * kilogram su(eg dapat menghasilkan *1) ml sedangkan * hektar
perkebunan su(eg dapat memproduksi 2 ton su(eg atau *,1 juta buah dengan
butuh (aktu tanam rata/rata * tahun. &ari data tersebut kita dapat membuat
kalkulasi yang lebih akurat bah(a kita membutuhkan +,*! juta ton su(eg atau
*1-2 hektar perkebunan su(eg. Penggantian *5 bensin oleh fitoetanol su(eg
akan pula mengurangi impor bensin sehingga menghemat anggaran nasional kita.
'ika * kilogram su(eg menghasilkan *1) ml fitoetanol, maka * hektar
perkebunan su(eg diperkirakan menghasilkan fitoetanol sekitar 242,! gallon.
3erdasarkan pada kalkulasi di atas, penulis yakin bah(a penambahan
fitoetanol su(eg dalam bensin dapat menjadikan fitoetanol su(eg sebagai salah
satu sumber energi masa depan yang ramah lingkungan, dapat terbaharukan dan
menguntungkan sektor lain.
Pen$ampuran etanol dan bensin akan mengoksigenasi $ampuran bahan
bakar sehingga dapat terbakar lebih sempurna dan mengurangi emisi gas buang,
seperti karbonmonoksida (:O". ,ebelum di$ampur, fitoetanol harus dimurnikan
dahulu sampai kemurniannya mendekati *5. 7da beberapa $ara sederhana
yang dapat dilakukan, tetapi yang paling terkenal adalah memurnikan fitoetanol
menggunakan gamping atau ;eolit. Harga gamping lebih murah daripada ;eolit.
0etapi dalam pemurnian fitoetanol, gamping menyerap lebih banyak fitoetanol,
sehingga hanya sedikit fitoetanol yang tersisa apabila dibandingkan dengan
memakai ;eolit.
&ari tahun ke tahun, energi fosil kita semakin sedikit, tetapi
penggunaannya meningkat. Penulis berharap dilakukannya penelitian yang lebih
$anggih dan intensif mengenai fitoetanol su(eg ini. ,emua umbi berpotensi untuk
dijadikan fitoetanol penghemat bahan bakar, maka dari itu pemba$a dapat
men$oba membuat fitoetanol dari jenis umbi lain. &an tidak itu saja, alangkah
lebih baiknya apabila masyarakat #ndonesia dan pemerintah bahu/membahu untuk
mengembangkan proyek fitoetanol dari tanaman/tanaman di #ndonesia yang
berpotensi sebagai ;at aditif pada bensin. ,ebenarnya setiap daerah berpotensi
menjadi daerah mandiri energi, apabila antara pihak perusahaan, pemerintah,
uni%ersitas, dan petani bekerjasama untuk me(ujudkannya karena hal ini
merupakan sebuah fundamental pembangunan bangsa #ndonesia menghadapi
globalisasi.

Anda mungkin juga menyukai