Anda di halaman 1dari 47

KEMENTERIAN KOORDINATOR

BIDANG PEREKONOMIAN
Menara Telekomunikasi :
Antara Regulasi, PAD dan Ekonomi Nasional
DEPUTI BIDANG KOORDINASI DAN PENGEMBANGAN WILAYAH
2009
Ketersediaan infrastruktur telekomunikasi yang handal merupakan salah satu kebutuhan
dasar untuk dapat mendukung pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.
Sementara itu, pembangunan dan penggunaan menara bersama telekomunikasi merupakan
infrastruktur pendukung utama dalam penyelenggaraan telekomunikasi yang memerlukan
ketersediaan lahan, bangunan dan ruang udara. Penggunaan Menara Telekomunikasi harus
memperhatikan faktor keamanan dan estetika lingkungan serta kesehatan masyarakat
sebagaimana diatur dalam Kepmen Kominfo Nomor : 02/PER/M.KOMINFO/3/2008.
Dilain pihak Pemerintah Daerah harus mengatur penempatan lokasi menara sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam implementasi kebijakan tersebut sering terjadi benturan kepentingan antara regulasi
yang diatur Pemerintah Pusat dengan Peraturan Daerah yang akhirnya menimbulkan
permasalahan baru, yaitu terjadi pembongkaran menara telekomunikasi eksisting di beberapa
tempat dari berbagai operator. Hal ini bisa mengganggu akses kepada pengguna, yang
apabila terjadi secara berkepanjangan dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan
merusak iklim investasi secara nasional.
i
Buku kecil POLICY BRIEF Menara Telekomunikasi: Antara Regulasi, PAD dan
Ekonomi Nasional diharapkan mampu menyajikan ringkasan permasalahan pelaksanaan
Kebijakan Pemerintah Pusat dengan Daerah dan upaya penyelesaiannya secara terkoordinasi.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya penyusunan buku ini. Tim
penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas partisipasi semua pihak,
terutama kepada Bapak Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan
Wilayah atas dukungan dan arahannya serta Staf Keasdepan 5/V Urusan Telematika dan
Utilitas yang telah membantu proses terbitnya buku ini.
Besar harapan kami, kiranya keberadaan buku ini bisa memberikan inspirasi untuk penyusun
kerangka kebijakan yang lebih konkret guna pelaksanaan pembangunan infrastruktur
telekomunikasi, khususnya menara, yang lebih baik di kemudian hari.
Jakarta, Desember 2009
Ketua Tim Pelaksana,
Eddy Satriya
ii
iii
Bergesernya paradigma pembangunan dari ekonomi industri kepada ekonomi
informasi (information economy) dan ekonomi berbasiskan ilmu pengetahuan (knowledge
based economy) semakin membutuhkan pendekatan yang lebih peka terhadap kemajuan
teknologi telematika. Hal ini dipicu oleh kemajuan teknologi serta ditandai dengan
makin meningkatnya peran informasi dan ilmu pengetahuan dalam kehidupan
manusia.
Percepatan pembangunan infrastruktur, khususnya telekomunikasi, adalah salah satu
langkah penting dalam merealisasikan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan.
Namun, permasalahan muncul seiring pesatnya pembangunan infrastruktur
telekomunikasi akibat adanya ketidaksinkronan antara berbagai peraturan.
Kami menyambut baik terbitnya buku POLICY BRIEF Menara
Telekomunikasi : Antara Regulasi, PAD dan Ekonomi Nasional yang
merupakan wujud kepedulian pemerintah dalam mengevaluasi kebijakan eksisting
dan menyiapkan langkah-langkah kebijakan di bidang telematika.
Buku ini menguraikan bagaimana sektor telekomunikasi selama ini telah dapat
memberikan kontribusi kepada pertumbuhan ekonomi nasional, mengidentifikasi
isu-isu yang muncul dalam pelaksanaan kebijakan telematika, memaparkan latar
belakang hingga terjadi permasalahan menara telekomunikasi, serta langkah-langkah
yang dilaksanakan. Penyusunan buku ini dirasa penting bagi perbaikan dalam
pelaksanaan kebijakan telematika, khususnya menara telekomunikasi. Dengan
disusunnya buku ini diharapkan agar seluruh pihak yang terkait baik langsung
maupun tidak langsung dapat menyempurnakan berbagai peraturan dan kebijakan
yang terkait dalam pembangunan telematika di masa depan.
Jakarta, Desember 2009
Deputi Bidang Infrastruktur Dan Pengembangan Wilayah
Kementeriaan Koordinator Bidang Perekonomian
Bambang Susantono
iv
v
Kata Pengantar i
Sambutan iii
Datar Isi v
I. Latar Belakang 1
II. Ribut Masalah Menara 10
III. Ketidaksinkronan Peraturan 20
IV. Kondisi Menara Badung 25
V. Langkah Kedepan 35
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
L A T A R B E L A K A N G
1
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
Telekomunikasi (ICT) merupakan pemicu utama globalisasi.
Pelajaran dari beberapa negara memperlihatkan bahwa
adanya penambahan investasi pembangunan sektor
telekomunikasi akan mendorong pula adanya pertumbuhan
ekonomi nasional (Roeller, Telecoms and Economic
Development, 2001).
Organisation for Economic Cooperation and Development
(OECD) mencatat hubungan signifikan antara ekonomi dan
broadband serta perannya sebagai bagian integral dari
ekonomi juga kian meningkat (for every 10 percentage
point increase in the penetration of broadband services,
there is an increase in economic growth of 1.3 percentage
points)
2
KORELASI (I)
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
P
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n

K
o
m
u
n
i
k
a
s
i

d
a
n

I
n
f
o
r
m
a
s
i
Investasi ICT
Informasi
Pendidikan
Keterbukaan
Informasi
Elemen Produksi
Kapital Kerja, dll
Produktivitas
(Inovasi, Perbaikan)
Human Capital
(Pendidikan SDM,
Pengetahuan)
Social Capital
(masyarakat,
pemerintahan)
K
e
k
u
a
t
a
n

E
k
o
n
o
m
i
K
e
k
u
a
t
a
n

I
n
t
e
l
e
k
t
u
a
l
K
e
k
u
a
t
a
n

S
o
s
i
a
l
P
e
r
t
u
m
b
u
h
a
n

E
k
o
n
o
m
i
First Impact Second Impact
Investasi infrastruktur telekomunikasi dapat mendukung
pertumbuhan ekonomi melalui beberapa cara
(Roler & Waverman ,1996)
3
KORELASI (II)
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
Universal Service Obligation (USO)
Biaya Hak Penggunaan (BHP)
Frekuensi
Ijin Stasiun Radio (ISR)
4
Kontribusi sektor telekomunikasi terhadap
Produk Domestik Bruto PDB terus mengalami
peningkatan dan telah mencapai 1,8 persen, lebih
tinggi dibanding perkiraan lembaga survei asing
sekitar 1,3 persen (KADIN, 2008).
Kontribusi Operator Sektor Telekomunikasi di luar
pajak :
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
5
No. Tahun
Pos
(Rp.1000)
Telekomunisasi
(Rp.1000)
Standarisasi
(Rp.1000)
Frekuensi
(Rp.1000)
USO
(Rp.1000)
Total PNBP
(Rp.1000)
1 2004 1.140 387.140.064,5 2.739.283,3 994.279.216,2 n/a 1.384.159.704
2 2005 24.700 449.845.483,1 4.072.935,5 1.356.432.170,9 n/a 1.810.375.290
3 2006 20.000 628.767.084,2 10.316.936,1 2.705.609.428,2 650.073.747,7 3.344.713.449
4 2007 20.000 970.360.150,6 17.609.534,0 3.416.417.814,7 756.447.661,5 4.404.407.499
5 2008 26.000 960.272.968,3 29.862.510,0 6.160.457.913,7 693.502.957,2 7.150.619.392
6 2009* 23.000 387.151.501,6 23.732.738,0 3.667.830.237,8 445.041.248,9 4.078.737.477
Realisasi PNBP Bidang Pos dan Telekomunikasi
Tahun 2004 - 2009
Sumber: Buku Statistik Bidang Pos dan Telekomunikasi Tahun
2009, Ditjen Postel - Depkominfo
* Data s/d Juni 2009
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
Jenis Layanan 2004 2005 2006 2007 2008
2009
(Maret)
PSTN 8,703,168 8,818,336 8,807,491 8,712,872 8,784,103 8.701.445
FWA 1,672,000 4,680,000 5,998,000 10,777,934 18,695,000 22.523.540
Seluler 30,000,000 46,580,000 63,646,000 94,210,422 132,850,000 146.897.112
Total
(satuan sambungan)
40,375,168 60,078,336 78,451,491 113,701,228 160,329,103 178.112.097
Teledensitas
(Sambungan per
100 Penduduk)
19,23 28,34 36,67 52,39 69,70 78,02
Kapasitas dan Teledensitas Telepon
Sumber : Operator, Ditjen, BPS dan diolah
6
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
Dari jumlah sebesar 178.112.097 sambungan
mampu memberikan teledensitas 78 % bagi sekitar
228 juta penduduk Indonesia per 2009. Angka di
atas cukup tinggi jika dibandingkan dengan
teledensitas global sebesar 84,8 % pada tahun yang
sama (ITU Telecom World, 2009).
Untuk memenuhi potensi pertumbuhan ekonomi
yang akan datang, pemerintah berusaha mengawal
proyek PALAPA RING yang dibangun oleh
konsorsium swasta sebagai punggung jaringan
telekomunikasi yang menghubungkan seluruh
daerah di Indonesia.
7
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
Sebagian besar jangkauan akses telekomuikasi masih terdapat di Sumatera
dan Jawa
Masih terbatasnya ketersediaan infrastruktur telekomunikasi di pedesaan
Jangkauan Infrastruktur hingga tahun 2008
Daerah
Wilayah USO
Cakupan
Jaringan
Telkomsel
Cakupan Jaringan
Telkom
Jumlah
Kecamata
n
Jumlah
Desa
Kecamatan Desa Kecamatan Desa
Sumatera 1251 13312 72% 68% 67% 16%
Jawa 1233 4574 91% 91% 60% 43%
Bali, NTB,
NTT
308 2368 77% 46% 19% 0%
Kalimantan 459 3797 55% 36% 15% 4%
Sulawesi 706 4758 51% 27% 32% 15%
Papua 260 3015 13% 3% 5% 0%
Nasional 4217 31824 69% 54% 46% 16%
8
Sumber : Indikator TIK 2008, BPPT
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
Pesatnya telekomunikasi di Indonesia
didorong oleh majunya telepon seluler
(74%). Telepon seluler dan sistem
telepon bergerak lainnya hanya bisa
beroperasi dengan dukungan menara
telekomunikasi untuk menempatkan
antena.
9
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
RIBUT MASALAH MENARA
10
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
Meski bermanfaat dalam
menyediakan infrastruktur untuk
berkomunikasi, menara
telekomunikasi bagi beberapa
Pemerintah Daerah dirasakan cukup
mengganggu sehingga perlu
ditertibkan.
11
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
Pemkab Badung mengatakan penertiban
terhadap bangunan yang tidak memiliki izin
bangunan (IMB) bukan hanya terhadap BTS,
melainkan juga bangunan lainnya (Bisnis
Indonesia, 14/07/2009)
14 menara telah dirobohkan lagi oleh Pemerintah
Kabupaten Badung. Dari menara tersebut, sekira 88
BTS milik operator tidak lagi beroperasi dan ratusan
ribu pelanggan seluler di wilayah tersebut sulit
melakukan panggilan. (okezone.com, 13/07/2009)
12
Keterbatasan infrastruktur telekomunikasi telah mengurangi akses
masyarakat terhadap informasi dan pengetahuan yang diperlukan
dalam menghadapi globalisasi.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta
Nomor 89 Tahun 2006 tentang Menara Bersama,
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
memerintahkan pembongkaran sekitar 1.700
menara seluler di wilayah Jakarta (Kompas,
28/5/2008)
Kepala Seksi Penertiban Sudin P2B Jaksel
Raden Haryono menambahkan, warga menolak
adanya menara seluler di lingkungan padat
karena takut menara sewaktu-waktu roboh
(Kompas, 22/04/2009)
13
Wewenang pemda selanjutnya hanya menyangkut Izin Mendirikan
Bangunan (IMB) yang menurut SKB Menara Bersama berlaku untuk
selamanya dan tidak perlu diperbaharui setiap periode tertentu
(ATSI).
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
Kisruh Menara, Layanan Seluler Drop Hingga 40 Persen
Kamis, 13 Agustus 2009
TEMPO I nteraktif, Jakarta - Ketua Asosiasi telepon Seluler Indonesia
(ATSI) Merza fachys mengungkapkan akibat penebangan 16 menara
telekomunikasi di Badung, Bali, pada 10 Agustus lalu, layanan telekomunikasi
di kawasan tersebut anjlok dari 30 hingga 40 persen.
Ke-16 menara tersebut terdiri dari 88 Base Tranceiver Station. "Dengan
matinya 88 BTS di wilayah itu cukup signifikan untuk menurunkan layanan di
wilayah Badung dan sekitarnya," kata Merza di Jakarta, Kamis (13/8).
Ia menambahkan, dari 88 BTS yang ditebang itu paling banyak dimiliki PT.
Mobile-8 Telecom Tbk (Fren) sebanyak 33 BTS, disusul 22 BTS milik PT.
Telekomunikasi Selular (Telkomsel), dan PT. Telekomunikasi Indonesia
(Telkom) sebanyak 9 BTS.
Adapun sisa BTS yang ditebang merupakan milik PT. Indosat Tbk, PT.
Excelcomindo Tbk. (XL), PT. Hutchinson CP Telecommunication (Three)
yang masing-masing kehilangan 6 BTS. . . . . . . .
14
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
15
Komunikasi selular akan terganggu bahkan terputus. Yang merasakan hal tersebut
bukan saja penduduk setempat, tapi juga wisatawan lokal dan mancanegara. Mau
tidak mau, Bali kadung jadi maskot wisata dan potret Indonesia dari negara lain.
Apa kata mereka kalau bertelepon dan SMS saja terganggu. Belum lagi
masyarakat luar Badung yang ingin menghubungi kerabat dan rekan bisnisnya,
turut merasakan imbas hal tersebut.
Terkait dengan mengantisipasi biaya tinggi, dan niatan pemerintah pusat untuk
menata menara telekomunikasi, keluarlah Peraturan Menkominfo No. 2/2008, yang
isinya penggunaan menara bersama. Setidaknya satu menara bisa digunakan oleh
tiga hingga empat operator. . . . . . . . . .
Masalah Menara, Wewenang Pemda?
Senin, 13 April 2009
www.seluler.co.id
Perubuhan menara di Kabupaten Badung, Bali cukup
mengundang perhatian masyarakat. Kerugian yang
diderita pun sudah tentu tidak sedikit. Nanti dulu
menghitung kerugian dari pihak pemilik menara yang
sudah pasti bernilai ratusan juta rupiah. Coba kita hitung
kerugian dari pihak masyarakat dan tentu saja
pelanggan.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
Kementerian Komunikasi dan Informatika segera mengirim surat kedua untuk
Menteri Dalam Negeri. Di dalam surat itu akan dijelaskan mengenai perobohan
31 menara telekomunikasi di Kabupaten Badung di Bali, kata Kepala Pusat
Informasi dan Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo)
Gatot S Dewa Broto di Jakarta, Minggu (7/2/2010).
DPR mengkhawatirkan, bila tidak dicegah, perobohan menara dapat diikuti
daerah lain di Indonesia. Dalam merobohkan menara, pemerintah daerah
(Pemda) tidak mempertimbangkan adanya Peraturan Bersama Menteri Dalam
Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Komunikasi dan Informatika, serta
Kepala BKPM tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Bersama
Menara Telekomunikasi Nomor 18 Tahun 2009. . . . . . . . .
16
Layanan Telekomunikasi Terganggu, Pemda
Merobohkan Menara
Kompas.com, 8 Pebruari 2010
Kementerian Komunikasi dan Informatika
mengkhawatirkan perobohan puluhan menara
telekomunikasi oleh pemerintah daerah. Pasalnya,
perobohan menara telekomunikasi dapat memutus
layanan komunikasi warga dan merugikan perekonomian.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
Keberatan Asosiasi Telekomunikasi Seluler
Indonesia ( ATSI) atas permasalahan
menara kepada Mendagri dan Menkominfo :
Pembangunan dan pengolahan menara
menjadi hak pihak ketiga yang ditunjuk
oleh Pemda sebagai mitra Penyedia
Menara Terpadu dengan hak monopoli
Penyelenggara Telekomunikasi tidak
termasuk Penyedia Menara
Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
berjangka waktu
Permohonan untuk mendapatkan IMB
menara yang baru dan perpanjangan
menara eksisting tidak diberikan karena
komitmen Pemda dengan mitranya
17
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
Pemerintah Kab/Kota menetapkan retribusi lain
diluar IMB, seperti : retribusi HO, Sumbangan
Pihak Ketiga (SP3), dsb.
Perlu kejelasan status menara eksisting
Pendirian dan pengoperasian menara baru
seyogyanya disinkronkan dengan berbagai aturan
yang ada (regional dan nasional)
o Peraturan Gubernur, Walikota dan Bupati
o Peraturan Menara Bersama
o Tata ruang dan Cipta Karya
18
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
Dalam surat Menkominfo kepada Mendagri Nomor
74/M.KOMINFO/2/2010 tanggal 8 Februari 2010, disampaikan
beberapa hal antara lain:
Perda Kabupaten Badung Nomor 6 Tahun 2008 tentang
Penataan, Pembangunan dan Pengoperasian Menara
Telekomunikasi Terpadu tidak sesuai dengan Peraturan
Bersama Mendagri, Menteri PU, Menkominfo dan Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) tentang Pedoman
Pembangunan dan Penggunaan Bersama Menara
Telekomunikasi.
Perda Kabupaten Badung Nomor 6 Tahun 2008 bertentangan
dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Mengusulkan agar Perda Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Penataan, Pembangunan dan Pengoperasian Menara
Telekomunikasi Terpadu di Kab. Badung segera dicabut.
19
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
KETIDAKSINKRONAN PERATURAN
20
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
21
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
Perda Walikota Jogjakarta tahun 2007 yang mengatur
hanya boleh ada satu BTS untuk tiap kecamatan.
Perda Bupati Badung Bali yang mengatur atau
menentukan titik lokasi yang diperbolehkan untuk
pembangunan BTS.
Perda Pemda Makassar dan Pamekasan yang mengatur
pembangunan BTS hanya dibolehkan dengan
menggandeng pihak ketiga tertentu yang ditunjuk.
Perda Pemda Semarang yang mewajibkan operator yang
membangun BTS di wilayahnya untuk membayar
sejumlah retribusi yang disebut dengan nilai pengelolaan
menara.
22
ATSI berpendapat SKB merupakan pilihan yang lebih ideal
dibanding dengan Permenkominfo karena di dalamnya
termasuk Mendagri, yang dalam hal ini diharapkan mampu
mengatur Perda-Perda yang sudah ada.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
Surat diterbitkan atas keputusan bersama
Departemen Komunikasi dan Informatika,
Departemen Dalam Negeri, Departemen Pekerjaan
Umum, dan Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM)
Diterbitkan pada 30 Maret 2009 dan meliputi
Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Bersama
MenaraTelekomunikasi No.18/2009, No.07/2009,
No.19/2009, dan No. 03/2009
Pada Pasal 28 dijelaskan bahwa operator menara
yang telah memiliki IMB atau telah mendirikan
menara sebelum Peraturan Bersama ini diterbitkan,
diwajibkan untuk mengikuti Peraturan dalam waktu 2
tahun.
23
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
24
No. Items PM Kominfo No.02/2008/
Peraturan Bersama
Perda No. 6/2008
1. Pembangunan
Menara
Bersama
Dapat dilaksanakan oleh
Penyelenggara
Telekomunikasi, Penyedia
Menara dan atau Kontraktor
Menara.
Pembangunan menara telekomunikasi
terpadu hanya dapat dilaksanakan oleh
Badan Usaha Milik Negara, daerah dan
swasta nasional (pasal 6 ayat 1)
2. Perijinan Pembangunan menara harus
memiliki Ijin Mendirikan
Menara dari instansi
berwenang sesuai dengan
ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
Setiap pembangunan dan pengoperasian
menara terpadu wajib memiliki Ijin Menara
Terpadu berdasarkan rekomendasi TP3MT
yg meliputi :
a) Ijin Pengusahaan Menara
Telekomunikasi Terpadu
b) IMB Menara
c) Ijin operasional menara telekomunikasi
terpadu
3. Pengaturan
Penempatan
Antena
Hanya mengatur menara yang
berada di atas (tidak melarang
penempatan antena di atas
gedung/ bangunan)
Melarang penempatan antena di atas
bangunan, papan iklan ataupun bangunan
lain hanya pada Menara Telekomunikasi
Terpadu (Pasal 7)
4. Menara
Eksisting
Tetap dipertahankan
sepanjang digunakan sebagai
menara bersama
Menara eksisting tetap berlaku sampai
dengan masa ijin berakhir dan wajib
bergabung dalam Menara Telekomunikasi
Terpadu sampai terwujudnya Menara
Telekomunikasi Terpadu (Pasal 41 ayat 2)
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
KONDISI MENARA BADUNG
25
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
26
Dari 14 menara tersebut bercokol sekira 88 BTS milik 7 operator eksisting di Indonesia.
Paling banyak yang menderita kerugian adalah Mobile-8 dengan kerusakan di 33 BTS,
Telkomsel mengalami kerusakan di 22 BTS. Selain itu, 6 BTS rusak juga dialami masing-
masing oleh XL, Indosat, Bakrie Telecom dan pemegang merek dagang Tri (3) Hutchison.
Sedangkan kerusakan juga menimpa 9 BTS Flexi di wilayah tersebut.
"ATSI sendiri tidak memiliki kebijakan untuk melakukan proses hukum karena itu kami
telah mencoba melakukan pendekatan kepada beberapa pihak seperti DPRD Badung,
Pemprov Bali, Kapolda Bali, Menkominfo dan Dirjen Postel, serta Mendagri," jelas Merza.
Dipaparkan Merza, selama ini industri telekomunikasi mampu menumbuhkan
perekonomian di Indonesia dengan kontribusi sekira 1,4 persen. Bahkan telekomunikasi
seluler pun mampu menjembatani kepentingan nasional dan internasional di wilayah
pariwisata tersebut.
Menara di Badung Roboh Lagi, 40% Coverage
Telekomunikasi Dipastikan Lumpuh'
Okezone.com, 13/07/2009
JAKARTA - 14 menara telah dirobohkan lagi oleh Pemerintah
Kabupaten Badung. Dari menara tersebut, sekira 88 BTS milik
operator tidak lagi beroperasi dan ratusan ribu pelanggan seluler
di wilayah tersebut sulit melakukan panggilan.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
27
Menurut laporan yang ia terima, jumlah menara yang dirubuhkan mencapai 16
unit, yang meliputi 13 menara milik Solusindo Karya Pratama (SKP), 2 menara
milik XL, serta satu menara milik United Tower.
Perubuhan ini berdampak sangat luas. Akibatnya, sekitar 88 BTS terpaksa non-
aktif dan tak berfungsi. Alhasil, jangkauan sinyal dari berbagai operator sangat
terganggu. Mobile-8 menjadi operator yang paling dirugikan, karena 33 BTS
miliknya menjadi lumpuh.
Disusul Telkomsel (22 BTS), Telkom Flexi (9 BTS), Bakrie Telecom (6 BTS), Indosat
(6 BTS), XL (6 BTS), serta Hutchison CP Telecommunications (6 BTS). "Ini
menghilangkan 30 - 40 persen jangkauan sejumlah operator telekomunikasi di
Bali," Merza mengeluhkan.
Dampak lainnya, akses atau channel komunikasi di Bali akan semakin minim.
Perubuhan itu malah akan membatasi komunikasi para wisatawan asing di Bali.
Padahal pariwisata memberikan devisa cukup besar.
Perubuhan Marak Lagi, 88 BTS Lumpuh
VIVAnews, 13/07/2009
Perubuhan menara Base Transceiver Station (BTS) resmi
milik beberapa operator selular, marak lagi di Badung Bali.
Lagi-lagi, perubuhan tersebut dilakukan secara sepihak
oleh pemerintah kabupaten (Pemkab) Badung.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
28
Menurut Tifatul, Perda tersebut merupakan pangkal permasalahan atas maraknya
kasus perubuhan menara yang terjadi di kabupaten Badung, Bali, sejak akhir
2008 lalu hingga belakangan ini.
"Persoalannya ada di Perda. Sebab, Bupati Badung menyandarkan kepada Perda
itu kewenangannya untuk tidak memperpanjang izin menara eksisting. Dengan itu
dia punya alasan untuk menebangnya," jelas menteri.
"Namun sekarang Perda itu telah diperintahkan oleh Mendagri untuk dibatalkan
atau dicabut. Dari 12 ribu Perda yang bermasalah karena bertentangan atau tidak
sinkron dengan pusat, Perda Badung merupakan salah satunya," lanjut dia.
Menkominfo : Aksi Barbar Menara Telah Berakhir
detikNET, 08/02/2010
Padang - Pemkab Badung, Bali, sudah harus
menghentikan aksi pembongkaran menara
telekomunikasi di wilayahnya seiring diterbitkannya
Surat Keputusan Mendagri terhitung sejak
Desember 2009 lalu soal pembatalan Perda Badung
No. 6/2008.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
Menyikapi merebaknya pembangunan menara
telekomunikasi, Pemkab Badung melakukan kajian
tentang Menara Telekomunikasi bekerjasama dengan
Universitas Udayana
Penerbitan Peraturan Bupati No. 15 Tahun 2006
tentang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan
Menara Telekomunikasi
Dianggap belum mengatur tentang menara bersama,
PERBUP BADUNG No.15 / 2006 dicabut dan
digantikan dengan PERBUP BADUNG No. 62 / 2006
tentang Penataan dan Pembangunan Menara
Telekomunikasi Terpadu di Kabupaten Badung
29
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
Pelelangan segera dilaksanakan untuk merealisasikan
Menara Telekomunikasi Terpadu di Kab. Badung
melalui SK Bupati Badung No. 24/02/HK/2007
Setelah melalui proses pengujian dan pendalaman,
ditetapkan pemenang lelang kepada PT. Bali Towerindo
Sentra berdasarkan Surat No. 519/HK/2007 tanggal 29
Maret 2007
Atas inisiatif DPRD Badung, diterbitkan PERDA No. 6
Tahun 2008 tentang Penataan, Pembangunan dan
Pengoperasian Menara Telekomunikasi
30
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
Karena dianggap melanggar PERDA, maka
diperkirakan ada 148 menara BTS di Badung yang
harus dibongkar
Tidak memiliki IMB, 17 menara telekomunikasi
dirubuhkan mengakibatkan 88 BTS milik 7 operator
tidak berfungsi.
Terjadi blank spot hingga 40 persen dari jangkauan
layanan semula
Kerugian mencapai miliaran rupiah dari operator
maupun konsumen akibat terganggunya komunikasi
dan kegiatan perekonomian
31
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
Menara yang dirobohkan
32
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
Menara Baru, lokasi berseberangan
dengan Menara yang dirobohkan
33
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
Menara Lama Menara Baru
34
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
LANGKAH KEDEPAN
35
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
Untuk memenuhi potensi traffic telekomunikasi yang
semakin tinggi, dibutuhkan infrastruktur telekomunikasi
yang baik. Namun pada realisasinya sering terjadi
permasalahan antar peraturan yang berkaitan dengan
keberadaan menara. Hal ini yang menjadi latar belakang
dilakukan Rapat Koordinasi
Pelaku usaha telekomunikasi beranggapan penertiban
menara telekomunikasi oleh Pemkab. Badung melanggar
Pasal 38 UU Telekomunikasi karena melakukan perusakan
infrastruktur telekomunikasi. Kebijakan yang diambil oleh
Pemkab. Badung juga bertentangan dengan Peraturan
Bersama (PMB) Mendagri, Menkominfo, Menteri PU dan
Kepala BKPM Nomor 18 Tahun 2008, 07/PRT/M/2009,
19/PER/M.KOMINFO/03/2009 dan 3/P/2009 tentang
Pedoman Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi.
36
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
Rapat telah dilaksanakan pada
tanggal 17 Desember 2009 di
Hotel Harris Kuta, Bali. Rapat
diselenggarakan oleh Asdep
Urusan Telematika dan Utilitas,
Kantor Menko Perekonomian.
Ikut hadir pada acara adalah
pihak Operator Telekomunikasi,
perwakilan Pemerintah Daerah
Badung, Asosiasi Telepon Seluler
Indonesia, Dep. Komunikasi
Informatika, Dep. Pekerjaan
Umum dan pihak terkait
lainnya.
37
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
Acara bertujuan untuk mendapatkan masukan
dari Pemerintah Daerah, Pemerintah Kabupaten
dan Pelaku Usaha dalam pembahasan
penempatan dan pengaturan menara
telekomunikasi di Kab. Badung, yang juga
merupakan kelanjutan dari rapat yang telah
dilangsungkan di Jakarta.
38
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
1. Meningkatkan komunikasi antar instansi
yang terkait dengan telekomunikasi
2. Kementerian Kominfo agar meningkatkan
sosialisasi Peraturan Bersama Nomor
19/PER/M.KOMINFO/03/2009 tentag
Pedoman Penggunaan Menara Bersama
Telekomunikasi
3. Meminta kepada Ditjen Cipta Karya untuk
mengundang stake holder telekomunikasi
dalam rangka mendapatkan masukan dalam
penyusunan peraturan RTRW (Rencana Tata
Ruang Wilayah).
39
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
4. Meminta kepada Kementerian Kominfo
untuk bersama-sama operator selengkap
mungkin memberi masukan kepada Pemda
menyangkut hal-hal teknis, seperti cell plan,
metode penghitungan menara dan penempatan
menara
5. Jika dirasa perlu, Menko Perekonomian
dapat melaksanakan rapat koordinasi terbatas.
Menko Perekonomian akan mensinkronkan
berbagai peraturan yang ada saat ini terutama
berkaitan dengan maraknya berbagai ijin atau
pungutan yang muncul di berbagai daerah,
karena hal ini dapat mengganggu iklim
investasi
40
TERIMA KASIH
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
DEPUTI BIDANG KOORDINASI DAN PENGEMBANGAN WILAYAH
Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2 4, Jakarta Pusat
Telp. 021-3511466 | Fax. 021-3511464
asdeplimalima@gmail.com | http://d5ekon.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai