Mentari mengenyahkan kegelapan, menebar sinar kehangatan. Udara dingin
menyapa para penghuni bumi. Angin sepoi menerbangkan dedaunan kering warna kuning, merah, maupun jingga yang berguguran menghiasi jalan. Tumbuhan telah meranggas dedaunannya akibat pergantian musim. Beberapa orang berlalu lalang mengenakan pakaian musim gugur. Hari ke hari suhu semakin menurun, menandakan musim dingin hampir tiba. Josh.. tepukan pelan di bahu Josh mengagetkannya. Pria berambut sehitam eboni itupun sontak mengalihkan pandangan dari bukunya. Ia memutar badan, melihat sahabat kutu bukunya memasang cengiran aneh. Wendy? Ada apa? Pria berkacamata tebal di depannya menyeringai lebar. Aku punya sesuatu menarik. Josh mengerutkan kening. Apa? Ini, bacalah, ujar Wendy, menyerahkan selembar kertas terlipat dua. Tanpa basa-basi, Josh menerima kertas itu, lalu membaca judul yang tertera di sana. Canis Diabolus, anjing iblis bermata satu. Apa ini? Wendy melipat tangan di dada dan tertawa kecil. Baca saja dulu. Info ini sedikit berkaitan hal mistis. Kau pasti tertarik. Bukankah membaca cerita begitu adalah hobimu? Josh terdiam. Memang, Josh cukup menyukai hal-hal berbau horror. Ia suka menonton atau membaca berbagai cerita mistis. Josh bahkan tahu tentang lambang klenik seperti 666, Hexagram, hingga Pentagram. Sahabat Josh, Kiki hanya terheran-heran terhadap hobinya. Beruntung, sebab Josh tak pernah punya pikiran mengoleksi pajangan menyeramkan atau sejenisnya di rumah. Mengumpulkan buku-buku mistik dalam satu rak besar adalah cukup. Josh mendesah panjang. Baiklah. Wendy menoreh senyum kemenangan, memerhatikan Josh yang serius memusatkan perhatian ke kertas pemberiannya. Mata Josh memicing. Terdapat ilustrasi anjing mata satu berada di atas kumpulan tulang-tulang manusia. Anjing itu tampak kokoh dengan sayap terbentang lebar bagai sayap kelelawar. Bulunya warna merah. Ia memiliki tanduk kerbau. Mulut Canis Diabolus menampilkan taring panjang nan menakutkan. Kuku-kuku kakinya melengkung, menancap di salah satu tengkorak manusia di bawahnya. Mata anjing besar itu serupa mata ular, terletak di tengah dahi seperti Cyclops. Tingginya sekitar dua kali lipat dari manusia dewasa. Josh pun membaca penjelasan dalam hati. 'Canis Diabolus, ialah anjing merah bermata satu, diyakini sebagai wujud lain dari iblis. Ia muncul di abad pertengahan. Canis Diabolus dipercaya sebagai makhluk mitologi nyata oleh sebagian orang meski keberadaannya tak pernah terbukti jelas. Dalam mitologi, Canis Diabolus merupakan makhluk jahat dan buas. Ia suka memangsa dengan cara merobek dada serta perut untuk disantap isi organ tubuh korban. Canis Diabolus juga dapat menghabisi mangsa melalui tatapan mata hingga tubuh korban kurus kering, nyaris tinggal tulang belulang. Konon, Canis Diabolus hanya muncul mencari korban setiap tanggal 11 November pukul 11.11 malam. Orang-orang yang berani berkeliaran saat malam itu akan menjadi mangsa Canis Diabolus. Mereka berusaha pulang lebih cepat ke kediaman masing- masing sebelum pukul 11.11. Diharapkan setiap anggota keluarga menetap di rumah dan mengunci pintu sebagai bentuk perlindungan terhadap makhluk mitologi itu sampai matahari terbit. Namun, Canis Diabolus dikabarkan mampu menjelma menjadi sosok manusia jika malam itu ia tak kunjung mendapat mangsa. Canis Diabolus berwujud manusia akan mendatangi salah satu rumah penduduk. Ia pura-pura bertamu, yang sebenarnya bertujuan menangkap mangsa ketika si pemilik rumah lengah. Setelah berhasil mendapat korban, Canis Diabolus akan menghilang.' Josh meneruskan ke paragraf berikutnya. 'Mereka memberi julukan 'Canis Mortis' atau 'Anjing Kematian'. Sebab, angka 11-11 yang tertera pada tanggal dan waktu munculnya Canis Diabolus memiliki arti tersendiri. Apabila dijumlahkan, 1+1+1+1, maka hasilnya 4. Menurut berbagai pendapat, angka 4 diartikan sebagai simbol kematian. Disejajarkan huruf D, yang menduduki urutan ke-4 dalam Alphabet. Dan D, merupakan awalan huruf kata 'Death' atau 'Die'. Selain itu, angka 4 berasal dari penjumlahan bilangan sial, yaitu 13. Apabila dijumlahkan, 1+3, hasilnya adalah 4. Hingga masa kini, sebagian masyarakat percaya adanya Canis Diabolus, tapi ada pula yang tidak. Sempat diberitakan bahwa seorang pria melihat penampakan siluet Canis Diabolus sedang terbang tinggi di kejauhan pada tanggal 11 November tengah malam beberapa tahun lalu. Namun tak sedikit penduduk mengatakan berita tersebut sekedar rumor, karena tak memiliki bukti kuat. Banyak yang berargumen jika pria itu sekedar melihat siluet kelelawar atau burung besar. Mereka menganggap Canis Diabolus adalah makhluk rekaan yang diciptakan masyarakat zaman dulu. Dan cerita mengenai Canis Diabolus sengaja dibuat untuk menakuti penduduk.' Tunggu sebentar, 11 November itu... lusa, bukan? tanya Josh disela keseriusan membaca. Keningnya bertaut. Benar, salah sudut bibir Wendy tertarik. Ia membungkuk, meletakkan kedua telapak tangan di atas meja. Kau takut jika Canis Diabolus memangsamu? tanya Wendy dengan nada meledek. Josh mendengus. Aku tak bilang begitu? Hanya saja... makhluk mitologi ini membuatku penasaran. Jujur saja, aku baru sekarang membaca penjelasan Canis Diabolus, jawab Josh. Infonya hanya segini? ia bertanya kemudian, menggoyangkan kertas yang ia pegang. Wendy mengangkat bahu. Ya, itu informasi yang kudapat di internet. Selebihnya mungkin ada, tapi aku tak tahu. Dari siapa kau tahu tentang Canis Diabolus? Kemarin aku tak sengaja menemukan artikel itu saat online. Karena kau suka hal begitu, jadi ku print dan kuberikan padamu, sepasang alis Wendy lalu berkedut. Dan, untuk apa kau ingin tahu hal lebih tentang makhluk itu? Sudah jelas 'kan, dia cuma makhluk mitologi yang sengaja dikarang masyarakat kuno. Aku mengerti. Tapi, aku sangat penasaran, ujar Josh. Wendy menggeleng-geleng. Tak kusangka, kau sebegitu tertarik padanya. Josh menyunggingkan seringai kecil. Itu semua karena kau. Kalau kau tak memberiku info Canis Diabolus, aku tak akan penasaran. Wendy mengacak-acak belakang kepalanya. Iya, aku salah. Tapi, Josh... lupakan saja. Makhluk itu tidak penting. Aku memberitahumu karena kebetulan sebentar lagi dan dipenjelasan itu sama. Jadi, kurasa sangat menarik kalau ... Memang menarik, Wendy, Josh memotong pembicaraan dan menyeringai. Bagi Wendy, seringaian itu hanya berarti satu hal. . . Josh menyeruput minuman yang ia pesan, matanya masih tertuju pada kertas yang diberikan oleh Wendy saat di perpustakaan siang tadi. Kini hari semakin larut. Josh duduk terpaku di sebuah sudut di Heavens caf. Menunggu.. Menunggu para sahabatnya datang. Bruukk! The Anthonys Bro duduk berseberangan dengan Josh, Josh hanya mengangkat kepalanya sejenak. Melihat cengiran dari duo Anthony itu.. Lalu kembali sibuk dengan kertasnya. Tak lama setelah duo Anthony itu datang, Kiki dan Wendy juga datang. Dari raut wajahnya, sepertinya Wendy telah menceritakan semuanya pada Kiki. Josh menarik nafas kemudian memulai untuk membuka pembicaraan. Aku- Belum sempat Josh berbicara, Kiki sudah memotongnya, Josh sudah menduga itu. Akhirnya, ia hanya diam dan mulai mendengarkan ocehan Kiki. Sedangkan The Anthonys Bro, sudah memasang earphone di telinga mereka masing- masing, dan Wendy? Buku-buku yang setinggi gunung yang ia keluarkan dari tas ranselnya telah menemaninya, Apa kau gila! Hei, Josh! Itu hanya makhluk khayalan! Imajinasi! Hanya karangan.. Apakah koleksi-mu belum lengkap? Josh! Kiki menarik putar laptop Josh, 'Menurut masyarakat kuno, seseorang dapat memanggil sosok Canis Diabolus. Akan tetapi dalam melakukan langkah ini, seseorang harus yakin dan siap menerima segala resiko. Hal pertama perlu diketahui adalah, seseorang wajib menggunakan darah mereka sendiri untuk memanggilnya. Dan dianjurkan melakukannya tanggal 11 November pukul 11.11 malam, sesuai tanggal serta waktu di mana Canis Diabolus muncul. Seseorang harus menyiapkan darah, lalu dicampur dengan air secukupnya ke dalam mangkuk. Kemudian, keluar dan berdirilah di depan rumah. Percik-percikkan air darah sebanyak enam kali ke arah berbeda. Setelah itu, angkat kepala menghadap langit dengan mata terpejam, lalu berucap, 'Canis Diabolus... Canis Diabolus... Izinkan aku melihat sosokmu di malam istimewa ini.'. Konon, jika seseorang melakukannya, maka Canis Diabolus akan mendatangi rumah sang pemanggil. Kabarnya, cara tersebut merupakan langkah tepat memanggil Canis Diabolus. Namun, tak pernah dijelaskan secara detail, apa akibat setelah memanggil makhluk itu. Hingga kini belum ada satu pun berita seseorang yang memanggil Canis Diabolus. Para masyarakat modern menanggapi hal tersebut sebagai lelucon aneh orang-orang kuno.' Wajah Kiki kini berubah menjadi kusut, ia diam dan menunduk. Membuat Wendy yang sibuk membaca buku menoleh padanya, Josh dan The Anthonys Bro juga melakukan hal yang sama. Jangan katakan kau menyetujuinya Nona Keningston? tanya duo Anthony itu bersamaan. .. Tidak.. Josh, kumohon, hentikan keinginanmu sekarang juga! Kiki menutup laptop Josh paksa dan pergi meninggalkan Heavens caf. Membuat Josh cs memandang kepergiannya dengan tatapan heran. Hey! tumben sekali, aku tidak melihat Kiki.. ujar seorang pramusaji, bernama Lucy. Dia pulang.. Barusan... jawab Josh seadanya, dengan nada heran.. Jangan lupa wajah kusutnya.. timpal Anthony Anderson. Dan bantingan tangannya pada laptop Josh.. Malang sekali.. tambah Anthony Jersen Yang aku tahu, Kiki tak pernah seperti itu.. Memangnya.. Apa yang kalian bicarakan? tanya Lucy. Biasa.. Keingintahuan seorang manusia bernama Josh.. Tentang, Canis Diabolus.. Wendy menanggapi pertanyaan Lucy dengan santai. Lucy tampak tegang dengan perkataan Wendy. Kau kenapa? tanya Josh, mereka bertiga melihat Lucy yang gemetaran. Ka-kalian tidak mengetahuinya? Lucy balik bertanya.. Kiki.. Dia pernah mempunyai seorang kakak.. Sekitar, lima tahun yang lalu.. Kejadian buruk itu menimpa kakaknya.. Josh cs memandang Lucy dengan serius, meminta kelanjutan ceritanya, sejenak Lucy menarik nafas dan melanjutkan. Kebiasaan kakaknya, sama sepertimu Josh dia- belum selesai Lucy bercerita, kepala pelayan memanggilnya. Akhirnya, hari itu mereka bertiga pulang kerumah masing-masing dengan perasaan yang masih luar biasa penasaran. . Aku pulang.. Josh membuka pintu rumahnya dan masuk. Selamat datang.. Kau pulang telat Josh, makan malam sudah ada di meja.. suara lembut dari Bunda Josh menggema. Josh melangkahkan kaki menuju meja makan, ternyata.. Disana telah tersedia piring, sendok serta garpu dan gelas. Selesai makan, Josh pergi ke kamarnya.. Merebahkan diri pada kasurnya dan mulai terserang kantuk. . . Pagi ini lebih dingin dari sebelumnya, mungkin sore atau malam salju akan turun, Josh bangun dengan malas-malasan.. Beruntung hari ini libur.. Dari pagi hingga menjelang malam, Josh hanya duduk terpaku di depan laptopnya. Yang akhirnya ia menelepon Wendy, The Anthonys Bro dan Kiki. Mereka berkumpul di rumah Josh dan Josh tetap mempertahankan keinginannya Astaga, Josh... jelas kalau itu berbahaya 'kan? Memanggil setan, roh, monster, atau semacamnya merupakan sesuatu mengerikan! nada suara Kiki meninggi. Josh tersenyum hambar. Dia bukan makhluk nyata, Kiki. Siapa tahu cara memanggil Canis Diabolus adalah salah, atau sekedar karangan? Kita tak akan tahu jika tak dipraktekkan. Kita juga tak akan tahu apa yang terjadi setelahnya jika kau berani memanggilnya, Josh, ujar Kiki. Bagaimana kalau cara memanggil makhluk itu ternyata benar? Bagaimana kalau dia nyata dan melakukan sesuatu buruk pada kita? Apa kau mau menanggungnya? Josh mendesah, menyibak poni ke belakang. Dia hanya makhluk takhayul. Dari mana kau tahu dia hanya makhluk takhayul? Dan kenapa kau bersikeras ingin memanggilnya kalau dia sekedar takhayul? Kau tak tahu seluk-beluk mengenai makhluk mitologi itu. Tolong jangan berpikir macam-macam, apalagi melakukan hal negatif. Aku tak peduli dia makhluk takhayul atau apa. Yang jelas, aku tak setuju jika kau nekat memanggilnya! Aku percaya dia adalah makhluk takhayul. Masyarakat kuno menjelaskan bahwa Canis Diabolus selalu mencari korban setiap tanggal 11 November pukul 11.11 malam. Dan diharapkan, para penduduk segera kembali ke rumah masing-masing sebelum waktu 11.11 malam tiba. Tapi, apa semua terbukti? Apa pernah terdengar berita seseorang menjadi korban nyata makhluk itu? Tanggal 11 November tahun lalu tak terjadi apa-apa 'kan? Padahal kita masih berpergian di luar rumah tengah malam, dan semua baik-baik saja. Dari sini sudah jelas kalau dia bukan makhluk nyata. Masyarakat kuno hanya ingin menakut-nakuti kita melalui cerita. Josh berujar panjang. Kiki menggeleng-geleng cepat. Aku tak peduli! Untuk apa kau memanggilnya, sementara kau percaya dia makhluk tak nyata? Aku hanya mau mencobanya, Kiki. Aku penasaran, karena di sana tertulis belum ada yang memanggilnya. Kalau begitu kau harus mengurungkan niatmu! Kiki memotong. Kening Josh berkerut dalam. K-kenapa kau bicara begitu? Karena kau akan melakukan hal negatif. Kau bukan orang yang mudah terpengaruh, Kiki menjawab. Suaranya mengecil. Sadarlah, Josh... Apa yang kau pikirkan, dan apa yang ingin kau lakukan saat ini adalah buruk. Buang jauh-jauh pikiran itu. Sebaiknya kau pikirkan soal lain yang jauh lebih penting, ujarnya. Kiki, aku ... Kutanya padamu, apa jaminan jika kau berhasil memanggil makhluk itu kemari? Apa dia membawa keuntungan? Atau, apa kau mampu mengembalikan makhluk itu ke alamnya jika terjadi hal buruk? Jawab aku, Josh, Kiki bertanya. Ia menunggu jawaban sahabatnya itu, namun pria itu tak kunjung bersuara. Josh justru memalingkan wajah. Lihat, kau bahkan tidak tahu cara menangkalnya. Kuperingatkan, jangan bermain-main terhadap sesuatu berkaitan ilmu klenik. Perbuatan itu sangat berbahaya dan beresiko besar! Hening. Josh melirik ke jam dinding. Pukul 10.50 malam. Beberapa menit lagi adalah waktu tepat memanggil Canis Diabolus. Tapi, Josh justru ragu. Kiki melarangnya memanggil Canis Diabolus. Wendy, sahabatnya pun ikut melarangnya pula, The Anthonys Bro.. Mereka sudah pulang duluan, takut mendengar omelan Kiki. Namun di samping itu, Josh ingin sekali mencobanya. Rasa penasaran terus menyelimuti batin Josh. Jika ia membatalkan niat ini, ia harus menunggu tahun depan untuk memanggil Canis Diabolus, itu pun jika tak ada yang melarang. Hari ini, merupakan hari kesempatan baginya mempraktekkan cara memanggil Canis Diabolus. Pikiran Josh berputar-putar, tak tahu harus bagaimana. Menuruti perintah Kiki, atau mengikuti rasa penasaran? Josh termenung. Ia kemudian meraih memo dan pulpen dalam laci meja. Dicatatnya kalimat mantra yang masih terpasang di layar monitor. Setelah selesai, ia merobek kertas dan mematikan komputer, lalu beranjak ke dapur. Josh mengambil pisau. Ia melipat kedua lengan kemeja sampai siku. Josh mengarahkan bagian tajam benda itu ke telapak tangan kirinya. Ia meringis kecil, membuat garis hingga cairan merah merembes di sebagian telapak tangannya. Josh membiarkan tetesan darah jatuh ke mangkuk yang ia siapkan. Merasa cukup, Josh lantas menutup luka menggunakan balutan saputangan. Ia pun mencampur darah tadi dengan air secukupnya. Tak lama, Josh keluar rumah tanpa sepengetahuan Kiki. Ya, Josh benar-benar berencana memanggil Canis Diabolus. Ia telah memantapkan diri melakukannya. Batin Josh seakan buta, tak peduli kata-kata Kiki atau apapun yang akan terjadi nanti. Niat pria itu tak dapat tertahankan. Rasa keingintahuan Josh berhasil mengalahkan rasa takut. Josh berdiri di depan pagar rumahnya. Ia memutar pergelangan tangan dan melihat arloji. Tepat pukul 11.11. Waktunya beraksi, pikirnya. Josh menatap sekilas mangkuk yang berisi darah. Ia menggigit bibir. Josh menarik napas dalam sembari mengatup mata sebelum memulai. Pria itu mencelupkan ujung jemari tangan, memercik-mercik darah ke arah berbeda-beda. Selesai. Josh segera merogoh kantong celana, mengeluarkan sobekan kertas bertuliskan kalimat mantra. Ia menghafal mantra sebentar, lalu menengadah dengan mata terpejam. "Canis Diabolus... Canis Diabolus... Izinkan aku melihat sosokmu di malam istimewa ini," ucapnya. Ia membuka mata. Seketika, dada Josh berdegup cepat. Entah kenapa perasaannya berubah tak karuan. Perutnya berguncang tak nyaman. Josh menelan saliva. Ia tetap berdiri, menunggu 'sesuatu'. Sunyi. Tak terjadi apapun, hanya terdengar suara gemerisik daun kering yang tertiup angin. Josh mendongak, melihat langit malam cerah di atasnya. Ia mengernyit. Sepersekian menit menanti, namun tak ada tanda kehadiran sosok Canis Diabolus. Josh berdecak kecewa. "Rupanya memang cuma cerita takhayul." ia bergumam. Josh berbalik, kembali memasuki rumah. Ia membawa mangkuk ke bak cuci piring dapur. Josh membuka balutan saputangan. "Josh?" Sontak pria itu mematikan air dan memutar badan, melihat Kiki yang menatap heran. "Apa yang kau lakukan?" tanya Kiki sembari menghampirinya diikuti Wendy. "Kenapa tanganmu berdarah?" tanyanya cemas pada goresan luka Josh. "I-ini...," Josh tergagap, mencoba mencari alasan untuk menyembunyikan hal sebenarnya. Kiki mengernyit penasaran, merasa sesuatu tak beres. "Apa?" "A-aku..." "Jangan katakan luka itu ada karena kau baru saja memanggil makhluk itu? Iya 'kan? Jawab!" perasaan Kiki memuncak. Ia menebak-nebak. Josh membisu seribu bahasa. "Josh, cepat jawab aku!" Josh masih terdiam, memasang wajah bersalah. "Sudah kukatakan, jangan coba-coba memanggilnya! Kenapa kau tak mengerti? Kenapa kau tak mau mendengarku?" Kiki berbalik dan bersiap pergi dari rumah Josh, "K-Kiki, tunggu!" Josh mengejar, mengikuti langkah sahabat nya ke balkon rumahnya, sedangkan Wendy hanya bediam diri di depan meja makan keluarga Josh. "Kiki?" Josh memanggil. Diam. "Kiki, kau dengar aku?" panggilnya lagi. Diam. Pria berambut hitam itu mengernyit. Kiki tak menanggapinya. Isak tangis yang tadi dikeluarkan pun berhenti. Wanita itu masih membelakanginya. 'Dia melamun?' pikir Josh. Ia menyentuh pundak si sahabat . "Kiki?" Josh terperanjat, otomatis mundur ketika wanita itu berputar menghadapnya. Josh membelalak. Mata Kiki tampak aneh seperti mata ular, bukan mata emerald. Kiki seperti tersengat listrik. Raut wajahnya beringas. Ia memandang tajam ke arah Josh yang perlahan tengah melangkah mundur menjauhinya. Kiki memamerkan gigi-gigi runcingnya. Kuku tangan wanita itu turut memanjang. 'Dia bukan Kiki,' batin Josh. 'A-atau jangan-jangan dia...' Josh hendak berbalik, berencana meninggalkan ruangan secepatnya. Namun, sontak tubuhnya terpental hebat oleh sebuah dorongan kuat. Josh melayang, punggungnya menghantam tembok. Pria itu bersusah payah melepaskan diri, tapi tidak bisa. Ia merasa tertahan sesuatu meski tak ada seuntai tali yang mengikatnya. Josh mengerang, mencoba menggerakkan tangan dan kaki. Percuma, tenaganya tak sebanding dengan sesuatu yang menahannya. Josh memerhatikan Kiki.. Ia melangkah lambat mendekati Josh. Detik berikutnya, Kiki mengulur tangan kanan ke depan. "Tch!" Kedua lengan Josh seketika terentang di atas kepala. Kaki pria itu merapat. Ia bagai seorang tahanan. Josh terus berusaha melawan kekuatan aneh itu, tapi nihil. Ia tak mampu berbuat apapun. Ia menatap takut pada Kiki yang kini berdiri tepat di hadapannya. Kiki memiringkan kepala seraya memainkan lidah, seolah-olah siap menerkam. Josh meyakini bahwa Canis Diabolus-lah yang merasuki sahabat nya. Semua karena ia memanggil makhluk mitologi itu beberapa menit lalu. Dan sekarang, Josh sungguh menyesal menuruti kata hatinya. "Kiki, ini aku, Josh! Sadarlah! Lawan kekuatan makhluk itu! Jangan biarkan dia menguasai jiwamu!" Josh berteriak. Napasnya memburu. Tak ada sahutan. Canis Diabolus berhasil menguasai tubuh sahabat Josh sepenuhnya. Makhluk mitologi itu mudah mengendalikan Kiki. Sosok wanita cantik itu bertransformasi menjadi monster. Ia tak tampak seperti manusia normal. Mata ularnya tertuju pada Josh. Josh menahan napas. Memejamkan mata. "Kiki, kumohon sadarlah!" Tetap tak ada sahutan. Kiki memperlihatkan seringai jahat. Bukan, bukan Kiki yang memperlihatkan seringaian jahat.. Makhluk itulah yang memperlihatkannya.. Tak ada yang mendengar teriakan tolong dari Josh, bahkan orangtua dan Wendy sekalipun tak mendengarnya. BRAK! Jendela kamar tidur terbuka lebar. Hembusan angin mengibarkan gorden putih gading. Canis Diabolus mengalihkan pandangan, memerhatikan Kiki yang tak sadarkan diri sebelum akhirnya ia berubah kembali menjadi asap hitam. Canis Diabolus pergi melalui jendela, meninggalkan sang pemilik rumah. Tak ada satu pun percaya jika Canis Diabolus adalah pelaku pembunuhan, terkecuali Kiki dan Wendy. Wanita itu meyakini bahwa Canis Diabolus-lah yang memangsa sahabatnya. Ia tak menyangka, apa yang Josh lakukan semalam merupakan jalan terburuk, bahkan lebih buruk dari pikirannya. Canis Diabolus datang dan mencabut nyawa Josh sebagai korban di malam berdarah itu. Semua terlanjur terjadi. Waktu tak dapat dan tak mungkin diputar balik. Seandainya Josh tak nekat memanggil Canis Diabolus, ia mungkin selamat dari maut mengerikan. Josh, adalah manusia yang berani memanggilnya. Dan langkah itu, sukses menuntun Josh masuk ke dalam daftar korban Canis Diabolus. . The End