Supardi
Mekanika Lagrangian
Melalui mekanika Lagrangian ini persamaan gerak Newton untuk sistem sederhana akan
diberikan dengan lebih siphisticated.
Koordinat Umum
Posisi partikel di dalam ruang dapat ditentukan melalui 3 koordinat. Koordinat tersebut
dapat berupa kartesan, bola atau silinder. Jika benda bergerak dalam bidang, maka derajat
kebebasannya ada 2, jika benda bergerak dalam ruang 3D, maka derajat kebebasannya ada 3.
Untuk kasus N partikel, maka kita membutuhkan 3N koordinat untuk menentukan posisi dari
seluruh partikel tersebut. Jika terdapat kendala dalam sistem, maka jumlah koordinatnya < 3N.
Misalnya untuk benda tegar, maka yang dibutuhkan adalah posisi pusat massa dan orientasi
bendanya. Jadi hanya 6 koordinat saja.
Misalnya koordinat diberi simbol q 1 , q 2, , q n sebagai koordinat umum. Koordinat
q k bisa berupa jarak atau sudut. Jika untuk menentukan sebuah sistem, sebuah koordinat dapat
bebas maka sistem tersbut disebut sistem holonomik dan sebaliknya disebut nonholonomik.
Jika sistem berupa partikel, maka koordinat kasrtesan dapat dinyatakan dalam koordinat
umum
x= x( q)
Jika
1 derajat kebebasan
x=x ( q1, q 2)
y= y (q 1, q 2)
2 derajat kebebasan
x=x ( q1, q 2, q 3)
y= y (q 1, q 2, q3 )
z=z (q1, q2, q 3)
3 derajat kebebasan
(q 1, q 2, ) ke nilai tetangga
(q 1+ q1, q 2 + q 2, ) maka
(1)
Supardi
Contoh 1. Untuk gerak partikel di dalam bidang, misal dipilih koordinat polar maka
q 1=r dan
q 2= sehingga
x= x(r ,)=r cos ,
y= y (r ,)=r sin
(2)
x
x
r+
=cos r r sin
r
y
y
y=
r+
=sin r + r cos
(3)
x=
jika sistem terdiri atas banyak partikel dengan n derajat kebebasan, koordinat umumnya
dinyatakan
oleh q 1, q2, , qn
sehingga
perubahan
konfigurasi
dari
q 1, q2, , qn ke
xi
qk
k qk
n
yi
y i =
qk
k qk
n
zi
z i=
qk
k qk
x i =
(4)
Gaya Umum
r karena adanya pengaruh gaya F maka kerja yang
(5)
Ungkapan tersebut tidak hanya untuk 1 partikel saja, tetapi juga untuk banyak partikel. Untuk 1
partikel i: 1 3, untuk N partikel i: 1 3N. Jika
umum, maka
(
(
(
)
)
w= F i
xi
q
qk k
w=
Fi
xi
q
qk k
Fi
xi
qk
qk
w=
(6)
w= Q k q k
k
Supardi
dimana
Q k = F i
i
xi
Gaya umum
qk
(7)
V
xi
(8)
V xi
xi qk
(9)
V
Qk =
q k
Misal untuk koordinat polar dimana q 1=r dan q 2= maka gaya umumnya adalah
Qr =
V
;
r
Q =
(10)
Persamaan Lagrange
Untuk memperoleh persamaan differensial tentang gerak, maka kita mulai dengan
ungkapan
F i =m x i
(11)
1
m( x i + y i + z i)
i 2
3N
1
= m x i
i 2
T =
dimana
x i=
k
(12)
xi
x
qk + i
qk
t
(13)
Apabila
Supardi
x i xi
=
qk qk
Jika kedua ruas dikalikan dengan
(14)
x i kemudian diturunkan terhadap t, maka diperoleh
( ) ( )
x i
xi
d
d
x i
=
x i
dt
qk
dt
qk
x
x i
= x i i + x i
qk
qk
x2
x i
( i )
(
)
xi
d
2
2
= x i
+
dt qk
q k q k
(15)
( )
( )
m x 2i
m x i
(
)
(
)
x
d
2
2
i
=m x i
+
dt
qk
qk
qk
xi T
d T
=F i
+
dt qk
qk qk
(16)
( )
( )
(17)
( )
(18)
maka
d T
T
=Qk +
dt qk
qk
Persamaan (18) inilah yang disebut persamaan Lagrange. Untuk gerak konservatif dimana
Q=
V
, maka ungkapan (18) dapat ditulis kembali menjadi
q k
( )
d T
T V
=
dt qk q k q k
(19)
(20)
Supardi
V
=0 , maka
qk
L T V
=
q k qk q k
(21)
( )
d L
L
=
dt qk q k
(22)
Jadi, persamaan diferensial gerak untuk sistem konservatif dapat diperoleh jika fungsi Lagrange
dalam set koordinat diketahui.
Jika gaya umumnya tidak konservatif, misal
V
qk
(23)
L=T V diperoleh
( )
d L
L
=Q' k +
dt qk
q k
(24)
( )
d T
T
,
=Qk +
dt qk
qk
( )
d L
L
=
dt qk q k
atau
( )
d L
L
.
=Q' k +
dt qk
q k
Supardi
1
1
L=T V = m x 2 k x 2
2
2
dimana m adalah massa benda dan K adalah parameter stiffness. Dengan mengaplikasikan pers.
Lagrange, dimana
( )
L
=m x dan
xk
L
=Kx
x
c x maka
q 1=r dan
q 2= , maka
r =r e r
1
1
T = mv 2= m ( r2 + r 2 2 )
2
2
V =V (r )
1
L=T V = m ( r2 +r 2 2 )V (r )
2
Kemudian
L
L
=m r ,
=mr 2 f (r ) ;
r
r
L
L
=m r 2 ,
=0
Karena sistemnya adalah konservatif, maka persamaan geraknya adalah
d
2
(m r )=mr f (r ) m r mr 2 + f ( r )=0
dt
d
( mr 2 )=0
mr 2 =constan
dt
Contoh 5. Mesin Atwood
Diketahui mesin atwood terdiri atas dua massa
Supardi
masing ujungnya. Sistem hanya memiliki 1 derajat kebebasan. Koordinat x mewakili konfigurasi
sistem, dimana x adalah jarak vertikal massa m1 dari katrol. Laju anguler katrol adalah
x /a ,
m1 >m2 maka
m1 akan
Supardi
=m1 gm2 g m3 g
x
x
d L
L
=
(m1 +m2 + m3 ) x +(m3m2) x ' =(m1m2m3) g
dt x
x
L
L
=m2 x ' m2 x + m3 x + m3 x '
=m2 g m3 g
x '
x'
d L
L
=
m2 ( x ' x )+ m3 ( x + x ' )=(m2m3) g
dt x
x
( )
( )
g sin cos
,
m+ M
cos
m
Supardi
x ' =
g sin
mcos 2
1
m+ M
T
x
(26)
q 1 , q 2 , q 3 , ... , q n , maka
p k didefinisikan oleh
pk =
L
qk
(27)
dan disebut momentum umum. Misal, salah satu koordinat tidak dinyatakan secara eksplisit di
dalam L (misal q , maka
p =
atau
p =0 . Koordinat
L
=0
q
(28)
umum yang bersesuaian dengan koordinat yang diabaikan merupakan konstanta geraka sistem.
Sebagai contoh, untuk partikel yang bergerak dalam bidang miring yang licin bahwa koordinat x
(posisi bidang) tidak masuk dalam fungsi Lagrange L. Dalam hal ini, koordinat x adalah koordinat
yang diabaikan, dan
px=
L
=M x + m x + m x ' cos =constant
x
p x disini merupakan total komponen momentum linier pada koordinat x, dan berarti tidak ada
gaya horizontal yang bekerja partikel sehingga momentumnya konstan.
Contoh lain untuk koordinat terabaikan adalah pada gerak partikel di dalam medan
central. Dalam koordinat polar
9
Supardi
1
2
2 2
L= m ( r + r ) V (r)
2
dalam hal ini adalah koordinat terabaikan sehingga
p =mr 2 =constant
yang merupakan momentum anguler di sekitar origin.
Contoh 8. Pendulum sferis
Ditinjau sebuah benda bergerak bebas di dalam permukaan mangkok. Hal ini bisa
digambarkan sebagai sebuah bandul dengan panjang tali l dan dapat bergerak bebas melintasi
lintasan yang membentuk sudut
atau
kebebasan. Konfigurasi benda dapat dijelaskan dengan koordinat dan . Energi kinetik
dan energi potensial yang dimiliki oleh benda adalah
1
1
T = mv 2= ml 2 (2 + 2 sin 2 ) dan V =mgl (1cos )
2
2
dengan mengingat bahwa v= r e r + r e + r e
1
1
L=T V = mv 2= ml 2( 2 + 2 sin 2 )mgl ( 1cos )
2
2
L
d
L
L
2
=ml
=ml 2 ;
=ml 2 2 sin cos mgl sin
dt
Jadi , ml 2 =ml 2 2 sin cos mgl sin
L
d L
L
=ml 2 sin 2
=ml 2 sin 2 ;
=0
dt
Jadi , p =0
dengan demikian dalam kasus ini merupakan koordinat yang terabaikan.
Jika diperhatikan, ketika tidak terjadi perubahan pada kordinat
=0
, maka kita
memiliki
g
+ sin =0
l
yang tidak lain merupakan persamaan bandul sederhana.
Supardi
tersebut bukan berdasarkan hukum kedua Newton melainkan dengan meode baru yang disebut
prinsip variasi Hamilton. Sir William R. Hamilton menjelaskan bahwa gerak setiap sistem terjadi
dengan cara dimana integral
t2
L dt
(29)
t1
selalu dalam asumsi bernilai ekstrem, dimana L = T -V merupakan fungsi Lagrange dari sistem
tersebut. Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa prinsip Hamilton menyatakan bahwa semua
kemungkinan sistem yang dapat berubah berada dalam interval waktu berhingga
t 2t 1 bisa
bernilai maksimum atau minimum. Pernyataan tersebut dapat dinyatakan dalam ungkapan
matematis
t2
L dt=0
(30)
t1
dimana
menyatakan variasi sempit. Variasi ini diperoleh dengan cara mengambil lintasan
integrasi yang berbeda dengan memvariasi koodinat umum dan kecepatan umum sebagai fungsi
t. Untuk menunjukkan bahwa persamaan di atas akan menuju langsung ke persamaan gerak
Lagrange, maka kita akan menghitung variasi tersebut secara eksplisit dengan mengasumsikan
bahwa L sebagai fungsi koordinat umum q k
t2
t2
L dt= L dt=
t1
t1
t1
L
L
qk +
q dt=0
qk
qk k
11
Supardi
Sekarang q k sama dengan selisih dari dua fungsi waktu berlainan, sehingga
qk =
d
q
dt k
Dengan mengintegralkan suku terakhir dengan metode integral bagian maka diperoleh
t2
L
q qk=
k
k
t
1
[
k
t2
t2
L
d L
q k
qk dt
qk
t
k dt qk
t
q k =0 pada
t 1 dan t 2
t2
L dt=
t1
t1
L d L
q k dt=0
q k dt qk
(31)
q k juga sembarang. Oleh
karena itu suku di dalam integral harus sama dengan nol. jadi
L d L
=0, k =1,2,. .. , n
q k dt qk
Persamaan tersebut tidak lain adalah persamaan gerak Lagrange. Penurunan
di
atas
telah
(32)
saja. Jadi
L=T (q k , q k )V (qk )
(33)
df
df
df
df
+x
+x
+...+ x n
=nf
dx 1 2 dx 2 3 dx 3
dx n
(34)
qk pk = qk q = q k q
k
=2 T
Sehingga
12
Supardi
H = qk pk L=2 T (T V )=T +V
(35)
yakni bahwa fungsi H sama dengan energi total dari sistem yang ditinjau.
Jika terdapat n persamaan
pk =
L
,
qk
k =1,2,3,. .. , n
Dari persamaan ini kita dapat menyatakan H sebagai fungsi p dan q, yaitu
H ( p k , q k )= p k qk ( p k , q k ) L
k
H = p k q k + qk p k
k
L
L
q
q
qk k q k k
p k = L / qk . Mengingat
p k = L /q k , maka
diperoleh
H = [ qk p k p k q k ]
k
H
H
pk
q
pk
qk k
sehingga
H
= q k
pk
H
= p k
qk
(36)
H =T +V =
1 2 K 2
p+ x
2m
2
13
Supardi
Persamaan geraknya
H
= x
p
p
= x ,
m
H
= p
x
Kx= p
Dengan menggunakan persmaan pertama, maka persamaan kedua dapat ditulis menjadi
Kx=
d
(m x )
dt
m x + Kx=0
Contoh 11. Dapatkan persamaan gerak hamilton untuk partikel di dalam medan sentral. Energi
kinetik dan potensial partikel adalah
1
T = m( r2+ r 2 2 ) , V =V (r )
2
p
T
T
p
pr=
=m r r = r ;
p =
=mr 2 = 2
r
m
mr
H =T +V =
p2
1
p 2r + 2 +V (r )
2m
r
Persamaan Hamiltonian
H
= r
pr
H
H
= p r ;
=
r
p
p
= x , Kx= p
m
H
= ptheta
;
Selanjutnya
p r= r ;
V ( r ) p
3 = p r ;
r
mr
p
=;
mr 2
0= p
2
dan
p =konstan=mr 2 =mh
m r = p r=
mh 2 V (r )
r
r3
14