Estimasi Ketidakpastian PDF
Estimasi Ketidakpastian PDF
Namun bahasan tentang konsep ketidakpastian tidaklah utuh tanpa membahas juga tentang
konsep traceability (ketertelusuran). Menurut ISO istilah traceability secara metrologis didefinisikan
sebagai berikut[4]:
property of a measurement results whereby the result can be related to a reference through
a documented unbroken chain of calibrations each contributing to the measurement
uncertainty
Jadi ketertelusuran merupakan sifat dari pengukuran/pengujian, dimana hasil tersebut dapat
dihubungkan ke suatu nilai acuan melalui mata rantai kalibrasi yang tidak terputus yang
terdokumentasi, dimana masing-masing mata rantai berkontribusi terhadap ketidakpastian
pengukuran/pengujian. Dapat dicermati bahwa definisi ini secara tegas menggambarkan keterkaitan
antara ketidakpastian dengan ketertelusuran.
Jika ketertelusuran menyatakan keterkaitan hasil terhadap nilai benar berdasarkan suatu
acuan, sementara ketidakpastian menggambarkan sebaran nilai kuantitatif dari hasil uji, maka tidaklah
keliru pandangan yang menyatakan bahwa ketidakpastian merupakan suatu rentang dimana nilai
benar itu berada, sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Ilustrasi konsep ketidakpastian yang digambarkan merupakan suatu rentang ( U), dan mencakup nilai benar (X)
Jadi kita tidak dapat mengevaluasi nilai ketidakpastian suatu hasil pengukuran/pengujian sebelum
aspek ketertelusuran dari pengukuran/pengujian tersebut secara jelas dinyatakan.
yang tidak terputus. Khusus untuk laboratorium penguji, dimana jika ketetelusuran ke satuan SI tidak
mungkin atau tidak relevan, maka dapat ketertelusuran dapat dilakukan ke bahan acuan bersertifikat
(CRM), metode, atau standar konsensus yang disepakati[5]. Tidak semua hasil pengujian harus
tertelusur ke SI atau CRM, seperti dalam kasus metode empiris dimana measurand didefinisikan oleh
suatu prosedur pengujian tertentu. Contoh untuk kasus ini misalnya analisis logam Cd yang
terlarutkan dari wadah keramik; dalam hal ini measurand betul-betul dipengaruhi oleh prosedur
pengujian yang dilakukan seperti faktor kekuatan asam, waktu, dan suhu. Maka untuk metode empiris
ini, tidak perlu ketertelusuran terhadap SI atau CRM, melainkan cukup terhadap metode uji saja.
dsb. Jika metode yang digunakan berbeda maka hasilnya pun akan berbeda. Metode inilah
yang dimaksud dengan metode empiris.
Adalah penting untuk membedakan antara metode empiris dan metode rasional karena akan
berpengaruh pada bagaimana estimasi ketidakpastian akan dilakukan.
Dalam upaya melakukan spesifikasi measurand ini, pembuatan model pengujian berupa
diagram alir dapat sangat membantu memahami prosedur percobaan dan melihat faktor-faktor
yang dapat berkontribusi pada ketidakpastian, dilanjutkan dengan penulisan dan pengecekan
kembali rumus perhitungan yang digunakan untuk mendapatkan measurand.
Sampling
Spesifikasi instrumen
Personel
Preparasi contoh
Kurva kalibrasi
Homogenitas contoh
4
Dll.
Standar
deviasi (s)
Rentang
kepercayaan
Asumsi pola
distribusi data
s/n
99%
X/3,0
95%
X/1,96
Rectangular
X/3
Triangular
X/6
Ketidakpastian
baku ()
Cara
konversi
Gambar 2. Jenis-jenis data sumber ketidakpastian dan cara konversinya untuk mendapatkan
ketidakpastian baku ()
Aturan
Perhitungan ketidakpastian
Penggabungan
komponen ketidakpastian
gabungan, X
atau
a = b + c,
Aturan 2
a = b*c
Aturan 3
q = Bx ; B adalah konstanta
uq = Bu x
Aturan 4
q = xn
u (q ) n u ( x )
=
q
x
atau
a=b-c
ua = ( b ) 2 + ( c ) 2
Aturan 1
a = b
u u
ua = a b + c
b c
Derajat Kebebasan
v
12.7
4.3
3.2
2.8
2.6
2.5
Konsentrasi
Ambang Batas
Gambar 3. Beberapa kemungkinan situasi yang dihadapi pada penerapan konsep ketidakpastian
Gambar 3 (a) menggambarkan situasi di mana hasil pengujian secara jelas berada di atas atau di
bawah ambang batas. Pada situasi ini proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara jelas. Jika
ini merupakan suatu situasi rutin, maka cukup diperlukan perhitungan ketidakpastian secara kasar
saja. Pada situasi 3 (b) dapat dilihat bahwa hasil uji sangat dekat dengan ambang batas, maka dalam
hal ini nilai ketidakpastian yang baik (dan cara estimasi ketidakpastian yang baik) akan memperbaiki
kualitas pembuatan keputusan. Jika hasil yang melebihi ambang batas tidak diinginkan seperti pada
Gambar 3 (c), nilai ketidakpastian yang tidak dievaluasi dengan lengkap (underestimation of
7
uncertainty) dapat membawa pada keputusan yang keliru. Dalam beberapa kasus resiko
compliance/non compliance dapat terbagi menjadi 2 bagian, seperti pada Gambar 3 (d). Dalam hal ini
pertimbangan seksama harus diberikan terhadap nilai ketidakpastian dan kelayakan prosedur estimasi.
Biaya Pengukuran
untuk hasil A
Hasil B
Hasil A
Pada Gambar 4 dapat dilihat suatu contoh kasus dimana diperoleh 2 nilai hasil pengujian, yaitu hasil
A mempunyai nilai 50 15 mg/L dan hasil B 50 2 mg/L. Dari kurva dapat dilihat bahwa biaya yang
lebih besar diperlukan untuk memperoleh hasil dengan nilai ketidakpastian yang lebih kecil (hasil B).
Untuk mencapai nilai ketidakpastian yang lebih kecil mungkin diperlukan peralatan dengan tingkat
akurasi dan presisi lebih tinggi, kondisi akomodasi dan lingkungan yang lebih baik agar faktor
kontaminasi berkurang, bahan-bahan kimia dan bahan acuan dengan kualitas yang lebih baik,
pelatihan personel untuk meningkatkan ketrampilan analis, dan sebagainya, yang semuanya itu
membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Kesimpulan
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa aspek ketertelusuran dan ketidakpastian
metrologis merupakan indikator kunci untuk menilai kualitas dari suatu hasil pengukuran/pengujian,
antara lain untuk mengevaluasi reliabilitas hasil, untuk membuat perbandingan yang valid antara dua
8
hasil atau lebih, mengevaluasi tingkat keyakinan terhadap keputusan yang akan diambil berdasarkan
data tersebut, dan untuk menilai apakah hasil pengukuran/pengujian tersebut sesuai dengan tujuan
penggunaannya (fit for purpose).
Penilaian tentang manakah yang lebih baik, apakah hasil uji dengan ketidakpastian kecil lebih
baik dari hasil dengan ketidakpastian besar atau sebaliknya, seperti pada ilustrasi pada Gambar 4,
tidak dapat semata-mata dinilai hanya berdasarkan besar/kecilnya nilai ketidakpastian yang
dihasilkan, namun juga harus dilihat tujuan penggunaan dari hasil uji tersebut. Nilai ketidakpastian B
lebih kecil dari A tetapi membutuhkan biaya ekstra yang tidak sedikit. Jika biaya ekstra yang
dikeluarkan tersebut sepadan dengan manfaat yang diperoleh, dalam arti memang meningkatkan
kualitas proses pembuatan keputusan, maka biaya ekstra tersebut memang layak dan dapat
dibenarkan. Tetapi jika tidak, maka pengeluaran biaya ekstra untuk sesuatu yang kurang signifikan
manfaatnya dapat dinilai sebagai pemborosan. Evaluasi yang memadai perlu dilakukan agar dapat
memperkecil nilai ketidakpastian secara signifikan dengan biaya ekstra yang tidak terlalu besar.
Pustaka