DAFTAR ISI
Gambar 1. Tiga pilar perkembangan Ilmu Fisika. Ekperimen memegang keputusan kebenaran.
konfirmasi atas prediksi teoritik atau hasil eksperimen terkait sebelumnya?” Ini adalah
pertanyaan fundamental untuk memutuskan suatu hipotesis ilmiah diterima ataukah
ditolak.
Ketika melakukan pengukuran, secara umum dapat diasumsikan bahwa
terdapat ukuran tepat yang bersandar pada bagaimana kita mendefinisikan hal yang
hendak diukur. Jika tidak dapat diketahui nilai hasil ukur suatu obyek secara eksak,
maka kita harus berupaya mendapatkan hasil yang ideal dengan memaksimalkan
kemampuan proses pengukuran agar diperoleh sumber data yang memadai.
Permasalahan pengukuran ini dapat diatasi dengan melakukan pengukuran beberapa
metode pengukuran yang berbeda atau pengulangan pengukuran dengan metode
yang sama pada obyek tersebut. Lantas bagaimana kita melaporkan dengan estimasi
terbaik atas hasil temuan yang kebenaran nilainya sulit dipahami ini? Penyajian yang
umum digunakan untuk menunjukkan kisaran nilai yang diyakini mengandung ‘nilai
yang benar’ adalah:
Ketidakpastian
Ketidakpastian Relatif= (1)
kuantitas pengukuran
75,5 − 80, 0 g
= −0, 056 = −5, 6% .
80, 0 g
Catatan: tanda minus mengindikasikan bahwa nilai pengukuran lebih kecil dari nilai
harap. Semakin besar nilai mutlak kesalahan relatif maka semakin kecil tingkat akurasi
hasil pengukuran.
Analisis terhadap data hasil pengukuran perlu mempertimbangkan perbedaan
antara tingkat presisi dan tingkat akurasi. Tingkat presisi mengindikasikan kualitas
hasil pengukuran, tanpa mempertimbangkan garansi kebenaran atas hasil pengukuran
tersebut. Di sisi lain, tingkat akurasi mengasumsikan adanya nilai ideal, yang
menunjukkan seberapa jauh nilai hasil pengukuran tersebut dari nilai idealnya, atau
jawaban yang benar. Konsep ini secara langsung terkait dengan kesalahan pengukuran
random dan sistematis.
• Kelelahan komponen alat: Misalkan pada pegas: pegas yang telah dipakai beberapa
lama dapat mengalami deformasi kekakuan pegas sehingga mempengaruhi gerak
jarum penunjuk.
• Gesekan: Gesekan selalu timbul antara bagian satu yang bergerak terhadap bagian
yang lain
• Kesalahan paralak: Pengamat dalam melakukan pengamatan tidak tegak dan lurus
terhadap jarum penunjuk.
• Keadaan lingkungan saat bekerja: Pemakaian alat yang berbeda keadaannya
dibanding saat dikalibrasi.
Jika kesalahan ini terjadi maka perlu dilakukan kalibrasi ulang untuk menera
alat ukur agar kembali pada nilai standarnya, melakukan koreksi atau menentukan
faktor koreksi untuk mengurangi bias pengukuran. Kesalahan sistematis tidak dapat
dikurangi dengan melakukan pengulangan observasi.
Andai ketidakpastian bersistem dapat diatasi dengan membuat alat ukur yang
sangat sempurna dan dioperasikan oleh pengamat yang terampil, pengukuran akan
tetap tidak menghasilkan nilai yang sama. Penyebab ketidakpastian yang lain selain
ketidakpastian bersistem adalah ketidakpatian acak.
Pada dasarnya ketakpastian acak disebabkan adanya suatu gejala yang tak
mungkin dihindari atau dikendalikan sepenuhnya karena gejala tersebut merupakan
perbuatan yang sangat cepat sehingga pengendaliannya diluar kemampuan manusia.
Selain kesalahan di atas, terdapat kesalahan personal yang hadir karena tidak
hati-hati, miskin (ketidak-tahuan) teknik pengukuran atau bias yang dilakukan oleh
pelaksana eksperimen.
3. PENGUKURAN LANGSUNG.
Dalam palaksanaan kerja laboratorium, kita melakukan serangkaian
pengukuran. Pengukuran dapat dilaksanakan secara langsung dan tak langsung.
Pengukuran tak langsung dapat disebut pengukuran hasil eksperimen karena hasilnya
merupakan fungsi dari sejumlah pengukuran langsung.
Pengukuran terhadap suatu besaran secara langsung dapat dilakukan dengan
cara mengukur sekali saja atau melakukan pengulangan pengukuran dari suatu
besaran yang sama. Hal yang demikian disebut pengukuran tunggal dan pengukuran
berulang
Contoh: untuk kasus pengukuran periode bandul diperoleh nilai terbaik periode
T = 0, 44 detik
Catatan: Pengulangan pengukuran hendaknya dilakukan dengan sebanyak mungkin,
selnjutnya lakukan perata-rataan hasil. Rerata ini merupakan estimasi terbaik atas nilai
pengukuran kyang benar. Semakin banyak pengulangan yang dilakukan, semakin
baik estimasi yang diperoleh.
rata (yang dialihbahasakan dari: standart deviation of the mean) [Taylor] dapat
Sx =
(x − x )
i
2
n(n − 1)
. (5)
sepersepuluh milimeter sehingga diperoleh hasil pengamatan 31,33; 31,15; 31,26; 31,02
dan 31,20.
1 31,33 31,33-31,19=0,14
2 31,15 -0,04
3 31,26 0.07
4 31,02 -0.17
5 31,20 0,01
Standar deviasi rata-ratanya dihitung dengan prosedur pada persamaan (5), sehingga
diperoleh nilai sebesar
(0,14) 2 + (−0, 04) 2 + (0, 07) 2 + ( −0,17) 2 + (0, 01) 2
Sx = = 0, 05 cm
20
Dengan demikian hasil pengukuran lebar kertas adalah
x = 31,19 0,05 cm .
masing memiliki standar deviasi rata-rata S x1 , S x2 .... . Untuk kasus seperti ini hasil
Jurusan Fisika, FMIPA, UM 10
Ketidakpastian Pengukuran dalam Fisika
2 2 2
Z 2 Z 2 Z 2
z = x1 + x2 + x3 (7)
x1 3 x2 3 x3 3
Contoh: Chandra mengukur massa jenis suatu benda dengan mengukur langsung
volume dan massanya. Volume diukur satu kali menggunakan gelas ukur dengan nst
= 1 cm3; massa diukur satu kali menggunakan neraca teknis dengan nst = 1 gram.
Diperoleh data pengukuran: V = 15 cm3 dan m = 12 gram. Bagaimanakah hasil
pengukuran tersebut disajikan
Massa jenis merupakan kuantitas hasil eksperimen yang dapat ditentukan dari hasil
pengukuran langsung volume, V dan massa m, dengan demikian untuk melaporkan
hasil pengukuran massa jenis, kita perlu menghitung masing-masing pengukuran
langsungnya terlebih dahulu.
• Kuantitas hasil pengukuran (langsung) untuk volume dan massa benda:
Volume, V = V V ; karena diukur hanya satu kali, maka V = 0,5 nst = 0,5 cm3,
sehingga diperoleh
V = (15 0,5) cm3.
Massa, m = m m ; karena hanya diukur sekali, maka m = 0,5 nst= 0,5 gram
Jurusan Fisika, FMIPA, UM 11
Ketidakpastian Pengukuran dalam Fisika
2 2
2 2
= V + m
V 3 m 3 .
Catatan: (dibaca: parsial) adalah lambang dari turunan parsial, selain variabel
yang dicari turunannya akan dianggap konstanta sesuai cara berikut.
m 1
(i) = =m = −mV −2 ; ingat bahwa V = 0,5 nst
V V V V V
m 1 m 1
(ii) = = = ; ingat bahwa m = 0,5 nst
m m V V m V
sehingga diperoleh
2 2
2 2
= (mV ) 0,5 + (V −1 ) 0,5 = 0, 0284 g / cm −3
−1
3 3
Ketakpastian relatif:
S 0, 03
R = = = 0, 04 = 4%
0, 75
Contoh: Dody menentukan volume kawat berbentuk silinder (mengukur secara tak
langsung). Mula-mula ia mengukur panjangnya empat kali di beberapa tempat yang
berbeda menggunakan jangka sorong dengan hasil: (16,1; 16,2; 16,0; 16,1) cm.
Kemudian ia ukur juga diameter kawat menggunakan mikro-meter sebanyak lima kali
di beberapa tempat dan diperoleh.
d1=10,10 mm d2=10,05 mm d3=10,10 mm d4=10,06 mm d5=10,04 mm
Bagaimana hasil pengukuran volume kawat harus dilaporkan?
Tabel 2. Penyajian hasil pengukuran variabel bebas
d i (mm) p i (cm)
10,10 16,1
10,05 16,2
10,10 16,0
10,06 16,1
10,04
Diameter d, n=5 (diukur 5 kali)
Estimasi terbaik diameter
d=
d i
=
50,35
= 10,07 mm
n 5
Deviasi standar rata-rata diameter kawat dari persamaan (5)
Sd =
(d i − d )2
= 0, 07 mm
n(n − 1)
Jadi, d = (10,07 0,07) mm atau d = (1,01 0,01) cm.
Panjang p; n = 4 (diukur 4 kali):
Estimasi terbaik ukuran panjang adalah
p=
p i
=
64,40
= 16,10cm
n 4 .
Standar deviasi rata-rata ukuran penjang adalah,
Sd =
( p − p) i
2
= 0, 04 cm
n(n − 1)
Dengan demikian Hasil pengukuran panjang adalah
p = (16,10 0,04) cm
Tugas: Tentukan nilai pengukuran volume kawat V (d, p).
2
Z Z 2
2
SZ = Sx + y
x y 3
Catatan: nilai 2/3 pada pengukuran tunggal merupakan tera tingkat ketangguhan
kebenaran pengukuran berulang.
5. KETIDAKPASTIAN RELATIF
y = a + bx
Dalam eksperimen, varibel bebas dipilih dalam rentang nilai tertentu hingga
No x y X2 xy
n x y x 2 xy
Nilai rerata dari tetapan-tetapan grafik ( a dan b ) serta ralatnya (Sb dan Sa)
a=
( y ) ( x ) − ( x )( x y ) .
i i
2
i i i
(9)
n ( x ) − ( x )
2 2
i i
n ( xi yi ) − xi yi
b= (10)
n xi2 − ( xi )
2
Sa = S y
x 2
i
n x − ( x )
2 2
i i
dan
n
Sb = S y
n x − ( xi )
2 2
i
1 xi2 ( yi ) − 2 xi ( xi yi ) yi + n ( xi yi )
2 2
Sy = yi −
2
n−2 i ( i )
2
n x 2
− x
Dari data nilai a dan b ini kita dapat mengganbar garis linear terbaik hasil
eksperimen dan menentukan kuantitas hasil pengukuran yang diharapkan dengan