Anda di halaman 1dari 17

Ketidakpastian Pengukuran dalam Fisika

DAFTAR ISI

KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN DALAM FISIKA .............................................. 2


1. PENDAHULUAN: PENGUKURAN, EKSPERIMEN DAN ILMU
PENGETAHUAN ...................................................................................................... 2
2. PELAPORAN HASIL EKSPERIMEN: KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN DAN
SUMBERNYA ........................................................................................................... 3
2.1. Pelaporan Ketidakpastian Hasil Pengukuran...........................................................3
2.2. Tipe Kesalahan dan Sumber Penyebab Ketidakpastian .........................................6
3. PENGUKURAN LANGSUNG. .................................................................................. 8
3.1. Pengukuran Tunggal: Estimasi Hasil dan Ketidakpastiannya ...............................8
3.2. Pengukuran Berulang: Estimasi Hasil dan Ketidakpastiannya ..............................9
4. PENGUKURAN TAK LANSUNG: RAMBATAN KETIDAKPASTIAN .............. 10
4.1. Semua Variabel Bebas Diukur dengan Pengukuran Tunggal .............................11
4.2. Semua Variabel Bebas Diukur Secara Berulang ....................................................12
4.3. Variabel Bebas Diukur Sebagai Kombinasi Pengukuran Tunggal Dan Berulang
........................................................................................................................................13
5. KETIDAKPASTIAN RELATIF ................................................................................ 14
6. GRAFIK HASIL EKSPERIMEN DAN KETAKPASTIANNYA ............................. 14
6.1. Grafik Garis Lurus ....................................................................................................14
6.2. Metode Kuadrat Terkecil untuk Garis Lurus ........................................................15
7. LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA ........................................................................... 16
7.1 Tujuan Pelaporan Praktikum .....................................................................................16
7.2. Sistematika Laporan Praktikum ...............................................................................17

Jurusan Fisika, FMIPA, UM 1


Ketidakpastian Pengukuran dalam Fisika

KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN DALAM FISIKA

1. PENDAHULUAN: PENGUKURAN, EKSPERIMEN DAN ILMU


PENGETAHUAN
Eksperimen adalah jawaban alam atas kebenaran suatu teori (model) fisika.
Fisika tumbuh dan berkembang dengan mekanisme interaksi antara model (teori),
eksperimen dan komputasional (hal berkembang belakangan). Suatu teori dibangun
dan direpresentasikan dengan formulasi, perhitungan dan simulasi komputasional.
Model ini harus dibandingkan dengan data eksperimen. Jika suatu formulasi,
perhitungan dan/atau silmulasi berdasar model yang diusulkan tidak bersesuaian
dengan data eksperimen, maka model tersebut adalah salah dan dikesampingkan.
Suatu teori dapat diterima jika memiliki kecocokan yang memadai terhadap data
eksperimen, seperti dideskripsikan pada Gambar 1hh.

Gambar 1. Tiga pilar perkembangan Ilmu Fisika. Ekperimen memegang keputusan kebenaran.

Secara spesifik eksperimen dasar dalam perkuliahan di fisika memiliki tujuan


diantaranya adalah sebagai berikut. 1) Sebagai ilustrasi dan reproduksi konsep dasar
fisika. 2) Untuk membangun sikap ilmiah dan mengasah senses fisika. 3)
Pengembangan skill, yakni agar mahasiswa mampu dan trampil mengoprasikan alat,
melaksanakan percobaan dan melakukan pengukuran besar-besaran fisis. 4) Untuk
mendapatkan pengalaman praktek fisika sebagai dasar dalam melakukan penelitian
sesuai dengan latar belakang keilmuan.

Jurusan Fisika, FMIPA, UM 2


Ketidakpastian Pengukuran dalam Fisika

Pengukuran merupakan hal terpenting dalam eksperimen. Eksperimen


tersusun dari serangkaian pengukuran. Demikian juga, observasi (pengamatan) atas
suatu besaran fisika berupa pengamatan kuantitas atau pengukuran. Jelas bahwa
pengukuran sebagai bagian dari eksperimen memegang peranan penting dalam
pertumbuhan sains dan teknologi.
Misalkan kita mengukur diameter suatu kawat dengan mikrometer, pengukuran
dilakukan beberapa kali. Sejumlah pengukuran menghasilkan nilai pengukuran yang
sama, sementara beberapa kali diantaranya berbeda. Dengan kata lain terdapat
bervariasi hasil pengukuran. Variasi hasil pengukuran ini menyebabkan tidak dapat
diketahuinya secara pasti nilai pengukuran sejatinya.
Pengalaman mengukur ini menunjukkan bahwa tidak ada pengukuran yang
bebas dari ketidakpastian, meski pengukuran tersebut telah dilakukan dengan sangat
hati-hati. Seluruh struktur dan aplikasi sains bergantung pada pengukuran, dengan
demikian kemampuan melakukan evaluasi terhadap ketidakpastian serta upaya untuk
meminimalisir ketidakpastian menjadi hal yang sangat penting.
Sarjana FMIPA UM harus mampu menunjukkan penguasaan untuk
menerapkan metode pengukuran dan percobaan dalam masalah fisika dan
aplikasinya. Ketrampilan kerja laboratorium dan pengukuran menjadi salah satu
capaian pembelajaran lulusan. Sajian hasil pengukuran selayaknya dilakukan sesuai
kaidah saintifik. Dengan demikian kehadiran buku ini urgen untuk memandu
mahasiswa tahun awal yang akan melaksanakan eksperimen atau kerja laboratorium
fisika untuk mengolah data hasil eksperimen, dan melaporkan hasil eksperimen harus
disajikan secara benar sesuai kaidah ilmiah.

2. PELAPORAN HASIL EKSPERIMEN: KETIDAKPASTIAN


PENGUKURAN DAN SUMBERNYA
2.1. Pelaporan Ketidakpastian Hasil Pengukuran
Pernyataan yang lengkap dari hasil pengukuran harus dapat menunjukkan
estimasi tingkat kepercayaan. Pelaporan sejati atas hasil eksperimen yang dilengkapi
dengan faktor ketidakpastiannya mengijinkan orang lain (bukan pelaksana
eksperimen tersebut) dapat memberikan pertimbangan dan penilaian akan kualitas
eksperimen dan hasil eksperimen tersebut apakah memiliki makna untuk
dibandingkan dengan nilai prediksi teoritik yang terkait. Tanpa estimasi
ketidakpastian, tidak mungkin dapat dijawab pertanyaan mendasar ilmu pengetahuan
berikut, “Apakah hasil eksperimen saya mampu memberikan verifikasi atau
Jurusan Fisika, FMIPA, UM 3
Ketidakpastian Pengukuran dalam Fisika

konfirmasi atas prediksi teoritik atau hasil eksperimen terkait sebelumnya?” Ini adalah
pertanyaan fundamental untuk memutuskan suatu hipotesis ilmiah diterima ataukah
ditolak.
Ketika melakukan pengukuran, secara umum dapat diasumsikan bahwa
terdapat ukuran tepat yang bersandar pada bagaimana kita mendefinisikan hal yang
hendak diukur. Jika tidak dapat diketahui nilai hasil ukur suatu obyek secara eksak,
maka kita harus berupaya mendapatkan hasil yang ideal dengan memaksimalkan
kemampuan proses pengukuran agar diperoleh sumber data yang memadai.
Permasalahan pengukuran ini dapat diatasi dengan melakukan pengukuran beberapa
metode pengukuran yang berbeda atau pengulangan pengukuran dengan metode
yang sama pada obyek tersebut. Lantas bagaimana kita melaporkan dengan estimasi
terbaik atas hasil temuan yang kebenaran nilainya sulit dipahami ini? Penyajian yang
umum digunakan untuk menunjukkan kisaran nilai yang diyakini mengandung ‘nilai
yang benar’ adalah:

Nilai hasil pengukuran = estimasi terbaik  ketidakpastian


(satuan) (satuan)
Contoh kasus, anda bermaksud menimbang cincin emas agar dapat menjawab
secara tepat pertanyaan teman anda tentang berapa massa cincin itu. Anda
menimbang massa emas dengan timbangan digital sebanyak tiga kali sehingga
diperoleh hasil sebesar 17,43 g, 17,42 g dan 17,44 g, sehingga dapat disimpulkan
kisaran massa cincin sebesar 17,44  0,02 gram. Setelah memperoleh nilai ini, kini telah
memiliki data massa benda berharga ini hingga ketepatan seperseratus gram. Karena
ingin leih mantap, anda lantas menimbang sekali lagi dengan neraca dan hasil yang
diperoleh adalah 17,22. Nilai hasil penimbangan dengan neraca digital ini jelas di
bawah kisaran hasil penimbangan yang pertama, anda boleh tidak peduli dengan hasil
ini, tetapi anda harus bisa menjawab dengan tepat siapapun yang bertanya tentang
cincin anda. Lantas apa yang harus anda lakukan? Untuk menjawab pertanyaan ini
mula-mula kita harus mendefinisikan istilah akurasi dan presisi:
Akurasi adalah nilai hasil pengukuran yang paling dekat dengan nilai yang benar.
Ukuran kesalahan/ketidakpastian menyatakan jumlah ketak-akuratan.
Presisi menyatakan seberapa baik suatu hasil pengukuran dapat ditentukan (sebelum
dicocokkan dengan nilai teoritiknya atau nilainya yang benar). Ini merupakan derajat
konsistensi dan persetujuan hasil pengukuran secara independen, juga menyatakan
reliabilitas dan kemampuan reproduksi hasil pengukuran tersebut.
Jurusan Fisika, FMIPA, UM 4
Ketidakpastian Pengukuran dalam Fisika

Catatan: Ungkapan ketidakpastian pengukuran harus mencerminkan kedua hal ini,


presisi dan akurasi.
Perlu dicatat bahwa untuk menentukan akurasi hasil pengukuran, kita harus
mengetahui nilai yang benar dan ideal yang telah dilakukan oleh pengukuran
terpercaya sebelumnya. Kita bisa mengacu pada data yang telah disajikan dalam buku
teks yang telah jelas kebenarannya dan kita jadikan sebagai nilai ideal dan
memanfaatkan ‘nilai ideal’ ini untuk menduga akurasi hasil pengukuran kita. Kita juga
memperoleh nilai teoritik, yang dihitung dari prinsip-prinsip dasar, dan juga
merupakan nilai ideal. Tetapi fisika adalah ilmu pengetahuan yang empiris, yang
berarti teorinya harus divalidasi oleh eksperimen dan bukan dengan cara lain.
Terkait dengan kasus cincin emas, tidak ada acuan nilai yang bisa jadi
pembanding, kedua hasil pengukuran memiliki presisi yang sama, sehingga kita tak
punya alasan unruk lebih percaya satu diantaranya. Satu-satunya cara untuk
mengevaluasi tingkat akurasi hasil pengukuran ini dapat dilakukan dengan
membandingkannya dengan acuan standar. Hal ini dilakukan dengan melakukan
kalibrasi kesetimbangan neraca dengan standar massa dasar yang tersedia di The
National Institute of Standart and Technology (NIST). Kalibrasi kesetimbangan neraca
akan mengeliminasi ketidaksesuaian antara hasil pembacaan skala dengan pernyataan
yang lebih akurat dari pengukuran massa.
Pelaporan presisi data secara kuantitatif diungkapan dengan ketidakpastian
relatif dan fraksional sebagai berikut.

Ketidakpastian
Ketidakpastian Relatif= (1)
kuantitas pengukuran

Sebagai contoh, hasil pengukuran massa dinyatakan dengan


m = 75,5  0,5 g,
memiliki ketidakpastian relatif
0,5 g
= 0, 0066 = 0, 66% .
75,5 g
Catatan: Semakin besar ketidakpastian relatif maka semakin kecil tingkat presisi hasil
pengukuran.

Pelaporan akurasi data secara kuantitatif dinyatakan dengan kesalahan relatif


sebagai berikut.

Jurusan Fisika, FMIPA, UM 5


Ketidakpastian Pengukuran dalam Fisika

nilai pengukuran-nilai harapan


Kesalahan Relatif= (2)
nilai harapan
Contoh, nilai harap massa untuk m adalah
m = 80,0 g ,
maka kesalahan relatifnya adalah

75,5 − 80, 0 g
= −0, 056 = −5, 6% .
80, 0 g
Catatan: tanda minus mengindikasikan bahwa nilai pengukuran lebih kecil dari nilai
harap. Semakin besar nilai mutlak kesalahan relatif maka semakin kecil tingkat akurasi
hasil pengukuran.
Analisis terhadap data hasil pengukuran perlu mempertimbangkan perbedaan
antara tingkat presisi dan tingkat akurasi. Tingkat presisi mengindikasikan kualitas
hasil pengukuran, tanpa mempertimbangkan garansi kebenaran atas hasil pengukuran
tersebut. Di sisi lain, tingkat akurasi mengasumsikan adanya nilai ideal, yang
menunjukkan seberapa jauh nilai hasil pengukuran tersebut dari nilai idealnya, atau
jawaban yang benar. Konsep ini secara langsung terkait dengan kesalahan pengukuran
random dan sistematis.

2.2. Tipe Kesalahan dan Sumber Penyebab Ketidakpastian


Kesalahan pengukuran (measurement errors) dapat diklasifikasikan sebagai
kesalahan random dan sistematis, bergantung pada bagaimana hasil pengukuran
diperoleh (instrumen pengukuran dapat menyebabkan kesalahan random pada situasi
tertentu dan dapat pula menyebabkan kesalahan sistematis pada situasi yang lain).
Deskripsi tentang kesalahan random dan sistematis akan diuraikan sebagai berikut.

2.2.1. Kesalahan sistematis


Kesalahan/ketidakpastian sistematis merupakan tipe ketak-akuratan yang bersifat
ajeg/konsisten jika penyebab kesalahan ini tidak dihilangkan. Kesalahan ini sulit dideteksi
dan tidak dapat dianalisis secara statistik. Yang termasuk tipe ini antara lain adalah
sebagai berikut.
• Kesalahan kalibrasi: Cara pemberian nilai skala pada saat pembuatan alat tidak
tepat. Kesalahan ini dapat diketahui dengan membandingkan alat tersebut dengan
alat baku. Alat baku telah dikondisikan sedemikian rupa sehingga, meskipun
buatan manusia, dianggap sempurna.
• Kesalahan titik nol: Titik nol skala tidak berimpit denga titik nol jarum penunjuk.

Jurusan Fisika, FMIPA, UM 6


Ketidakpastian Pengukuran dalam Fisika

• Kelelahan komponen alat: Misalkan pada pegas: pegas yang telah dipakai beberapa
lama dapat mengalami deformasi kekakuan pegas sehingga mempengaruhi gerak
jarum penunjuk.
• Gesekan: Gesekan selalu timbul antara bagian satu yang bergerak terhadap bagian
yang lain
• Kesalahan paralak: Pengamat dalam melakukan pengamatan tidak tegak dan lurus
terhadap jarum penunjuk.
• Keadaan lingkungan saat bekerja: Pemakaian alat yang berbeda keadaannya
dibanding saat dikalibrasi.
Jika kesalahan ini terjadi maka perlu dilakukan kalibrasi ulang untuk menera
alat ukur agar kembali pada nilai standarnya, melakukan koreksi atau menentukan
faktor koreksi untuk mengurangi bias pengukuran. Kesalahan sistematis tidak dapat
dikurangi dengan melakukan pengulangan observasi.
Andai ketidakpastian bersistem dapat diatasi dengan membuat alat ukur yang
sangat sempurna dan dioperasikan oleh pengamat yang terampil, pengukuran akan
tetap tidak menghasilkan nilai yang sama. Penyebab ketidakpastian yang lain selain
ketidakpastian bersistem adalah ketidakpatian acak.

2.2.2. Kesalahan acak (random)


Beberapa hal yang menyebabkan ketidakpastian acak atau rambang adalah
sebagai berikut
• Gerak Brown molekul udara: Penunjukan jarum alat yang sangat halus (seperti
mikrogalvanometer) dapat terganggu oleh gerakan molekul udara.
• Fluktuasi pada tegangan jarum listrik.
• Landasan yang bergetar: Dapat muncul karena pergerakan pada kerak bumi.
• Noise: Terjadi karena adanya fluktuasi yang cepat pada tegangan yang
disebabkan oleh komponen alat yang peka temperatur.
• Radiasi Latar alam: Hal ini dapat mengganggu hasil pencacahan radioaktif
dengan pencacah elektronik.

Pada dasarnya ketakpastian acak disebabkan adanya suatu gejala yang tak
mungkin dihindari atau dikendalikan sepenuhnya karena gejala tersebut merupakan
perbuatan yang sangat cepat sehingga pengendaliannya diluar kemampuan manusia.

Jurusan Fisika, FMIPA, UM 7


Ketidakpastian Pengukuran dalam Fisika

Selain kesalahan di atas, terdapat kesalahan personal yang hadir karena tidak
hati-hati, miskin (ketidak-tahuan) teknik pengukuran atau bias yang dilakukan oleh
pelaksana eksperimen.

3. PENGUKURAN LANGSUNG.
Dalam palaksanaan kerja laboratorium, kita melakukan serangkaian
pengukuran. Pengukuran dapat dilaksanakan secara langsung dan tak langsung.
Pengukuran tak langsung dapat disebut pengukuran hasil eksperimen karena hasilnya
merupakan fungsi dari sejumlah pengukuran langsung.
Pengukuran terhadap suatu besaran secara langsung dapat dilakukan dengan
cara mengukur sekali saja atau melakukan pengulangan pengukuran dari suatu
besaran yang sama. Hal yang demikian disebut pengukuran tunggal dan pengukuran
berulang

3.1. Pengukuran Tunggal: Estimasi Hasil dan Ketidakpastiannya


Pengukuran apapun yang kita lakukan selalu mengandung ketidakpastian,
setinggi apapun ketepatan alat ukurnya. Ketepatan alat ukur ini dapat ditinjau dari
skala alat ukurnya. Setiap alat ukur mempunyai skala dalam berbagai bentuk, tetapi
setiap skala mempunyai batasan yaitu skala terkecil yang masih dapat dibaca. Semisal,
sebuah penggaris dengan skala terkecil 1 mm, jika digunakan untuk mengukur
panjang suatu benda yang panjangnya antara 2,1 cm dan 2,2 cm, biasanya hasil
pengukurannya dinyatakan sebesar 2,15 cm. Angka 0,05 cm merupakan angka yang
tak-pasti (suatu taksiran). Pembacaan skala pada alat ukur hanya dapat dipastikan
hingga batas (jumlah angka) tertentu saja. Inilah salah satu contoh dari ralat
(ketakpastian) pengukuran yang disebabkan nilai skala terkecil (nst).
Estimasi atas pengukuran yang hanya dilakukan sekali (tidak berulang) dapat
dilakukan dengan mempertimbangkan ketakpastian nilai skala terkecil ini dan cara
penyajian hasil pengukuran dinyatakan sebagai berikut.
1
Hasil pengukuran = (nilai pengukuran  nst) (satuan) (3)
2
Hendaknya menjadi perhatian, beberapa alat ukur memiliki skala yang sangat
halus, alat seperti ini ketidakpastiannya sejumlah nilai skala terkecilnya, bukan lagi
setengah skala terkecil, melainkan sebesar satu nst.
Contoh : Mengukur panjang pensil dengan penggaris seperti pada Gambar 2 dengan
sekali pengukuran.

Jurusan Fisika, FMIPA, UM 8


Ketidakpastian Pengukuran dalam Fisika

Gambar 2. Mengukur panjang pensil.


Skala terkecil penggaris adalah 1 mm, hasil pengukurannya adalah 36 mm, maka
pelaporan hasil pengukuran harus disertai kisaran  (1 2 )nst sebagai berikut
L = 36, 0  0,5 mm.
Ketakpastian hasil pengukuran ini akan menurun bila alat ukur yang digunakan
adalah jangka sorong.
Tugas : Ukurlah diameter ballpoint yang anda gunakan dengan jangka sorong, lalu
laporkan hasil pengukurannya dengan lengkap.

3.2. Pengukuran Berulang: Estimasi Hasil dan Ketidakpastiannya

3.2.1. Estimasi hasil pengukuran berulang

Misalnya dilakukan pengukuran satu periode osilasi bandul dengan


memanfaatkan pengukur waktu digital yang sangat presisi (yang diasumsikan tepat)
dan diperoleh hasil T=0,444 detik. Pengukuran tunggal ini menyarankan ketakpastian
sebesar 0,005 detik, tetapi kepresisian instrumen ini mungkin tidak memberikan
‘sense’ yang lengkap tentang ketidakpastian pengukuran. Disarankan untuk
melakukan beberapa kali mengevaluasi variasi masing-masing hasil pengukuran yang
diperoleh. Misalkan dilakukan lima kali pengukuran dan diperoleh nilai dalam detik:
0,46; 0,44; 0,45; 0,44 dan 0,41.
Estimasi terbaik atas nilai ukur x merupakan nilai rata-rata dari N pengukuran
independen yang dapat diperoleh dengan:
x = ( x1 + x2 + ... + xN ) N (4)

Contoh: untuk kasus pengukuran periode bandul diperoleh nilai terbaik periode

T = 0, 44 detik
Catatan: Pengulangan pengukuran hendaknya dilakukan dengan sebanyak mungkin,
selnjutnya lakukan perata-rataan hasil. Rerata ini merupakan estimasi terbaik atas nilai
pengukuran kyang benar. Semakin banyak pengulangan yang dilakukan, semakin
baik estimasi yang diperoleh.

3.2.2. Ketidakpatian pengukuran berulang: Deviasi standar rata-rata (Standart


Deviation of The Mean)
Jika distribusi data membentuk distribusi normal, maka variasi ketakpastian
pengukuran dinyatakan dengan simpangan baku rata-rata atau deviasi standar rata-
Jurusan Fisika, FMIPA, UM 9
Ketidakpastian Pengukuran dalam Fisika

rata (yang dialihbahasakan dari: standart deviation of the mean) [Taylor] dapat

dinyatakan dengan S x yang formulasinya

Sx =
 (x − x )
i
2

n(n − 1)
. (5)

Contoh: Mengukur lebar kertas dengan menggunakan penggaris berskala

sepersepuluh milimeter sehingga diperoleh hasil pengamatan 31,33; 31,15; 31,26; 31,02

dan 31,20.

Langkah awal adalah melakukan penabelan data hasil Pengukuran,

Hendaknya selalu sertakan satuan pengukuran.

Tabel 1. Data Pengukuran Lebar kertas

Pengukuran ke i xi (cm) ( xi − x ) (cm)

1 31,33 31,33-31,19=0,14

2 31,15 -0,04

3 31,26 0.07

4 31,02 -0.17

5 31,20 0,01

Dari tabel, diperoleh estimasi terbaik lebar kertas:


31,33 + 31,15 + 31, 26 + 31, 02 + 31, 20 155,96
x= = = 31,19 cm
5 5

Standar deviasi rata-ratanya dihitung dengan prosedur pada persamaan (5), sehingga
diperoleh nilai sebesar
(0,14) 2 + (−0, 04) 2 + (0, 07) 2 + ( −0,17) 2 + (0, 01) 2
Sx = = 0, 05 cm
20
Dengan demikian hasil pengukuran lebar kertas adalah
x = 31,19  0,05 cm .

4. PENGUKURAN TAK LANSUNG: RAMBATAN KETIDAKPASTIAN


Seringkali nilai hasil eksperimen yang kita tentukan merupakan fungsi Z = Z(x1,
x2, x3), yang bergantung pada sejumlah variabel misalnya x1, x2, x3,... yang masing-

masing memiliki standar deviasi rata-rata S x1 , S x2 .... . Untuk kasus seperti ini hasil
Jurusan Fisika, FMIPA, UM 10
Ketidakpastian Pengukuran dalam Fisika

pengukurannya disebut mengalami perambatan sehingga standar deviasi rata-ratanya


pun mengalami perambatan, atau merupakan perambatan ketidakpastian.
Contoh : Untuk menentukan besar kecepatan v ( x, t ) = x t , maka pelaporan hasil

eksperimen v = v  Sv m/s dilakukan dengan meninjau hasil pengukuran x = x  S x m

dan t = t  St . Perhitungan rambatan estimasi terbaiknya dapat dihitung secara

langsung sesuai rumus, akan tetapi perhitungan ketidakpastiannya harus


mempertimbangkan karakter pengukuran sebagaimana berikut.

4.1. Semua Variabel Bebas Diukur dengan Pengukuran Tunggal


Dalam hal ini dimisalkan bahwa:

x1 = x1  x1 ; dengan x1 = 0,5 nst

x2 = x2  x2 ; dengan x2 = 0,5 nst

x3 = x3  x3 ; dengan x3 = 0,5 nst


jika semua variabel bebasnya diukur hanya sekali, maka ketakpastian variabel
terikatnya dinyatakan dengan persamaan:

2 2 2
Z 2 Z 2 Z 2
z =  x1 +  x2 +  x3 (7)
x1 3 x2 3 x3 3

Contoh: Chandra mengukur massa jenis suatu benda dengan mengukur langsung
volume dan massanya. Volume diukur satu kali menggunakan gelas ukur dengan nst
= 1 cm3; massa diukur satu kali menggunakan neraca teknis dengan nst = 1 gram.
Diperoleh data pengukuran: V = 15 cm3 dan m = 12 gram. Bagaimanakah hasil
pengukuran tersebut disajikan
Massa jenis merupakan kuantitas hasil eksperimen yang dapat ditentukan dari hasil
pengukuran langsung volume, V dan massa m, dengan demikian untuk melaporkan
hasil pengukuran massa jenis, kita perlu menghitung masing-masing pengukuran
langsungnya terlebih dahulu.
• Kuantitas hasil pengukuran (langsung) untuk volume dan massa benda:
Volume, V = V  V ; karena diukur hanya satu kali, maka V = 0,5 nst = 0,5 cm3,
sehingga diperoleh
V = (15  0,5) cm3.

Massa, m = m  m ; karena hanya diukur sekali, maka m = 0,5 nst= 0,5 gram
Jurusan Fisika, FMIPA, UM 11
Ketidakpastian Pengukuran dalam Fisika

m = (12  0,5) gram


m
• Kuantitas hasil eksperimen (pengukuran tak langsung) Massa jenis  = ,
v
Estimasi nilai terbaik hasil eksperimen dapat dihitung langsung dari rumus
Nilai rerata massa jenis benda:
m 12gram
= = = 0, 75 g/cm3
V 15 cm3 .
Ketakpastian massa jenis benda, dihitung berdasar permbatan ketakpastiannya,

 2  2
2 2

 =  V +  m
V 3 m 3 .
Catatan:  (dibaca: parsial) adalah lambang dari turunan parsial, selain variabel
yang dicari turunannya akan dianggap konstanta sesuai cara berikut.
  m  1
(i) = =m = −mV −2 ; ingat bahwa V = 0,5 nst
V V V V V
  m 1 m 1
(ii) = = = ; ingat bahwa m = 0,5 nst
m m V V m V
sehingga diperoleh
2 2
2 2
 = (mV )  0,5 + (V −1 )  0,5 = 0, 0284 g / cm −3
−1

3 3
Ketakpastian relatif:

S 0, 03
R = = = 0, 04 = 4%
 0, 75

4.2. Semua Variabel Bebas Diukur Secara Berulang


Dimisalkan bahwa: x1, x2, dan x3 adalah variabel-variabel bebas yang diukur
langsung: x1 = x1  S x1 ; x2 = x2  S x2 ; dan x3 = x3  S x3 dengan x1 , x2 , dan x3 adalah
nilai estimasi terbaik (rata-ratanya) yang masing-masing ditentukan dengan
persamaan (4), dan nilai ketidakpastian S x1 , S x2 , dan S x3 masing-masing ditentukan
dengan persamaan (5). Ketakpastian dari hasil eksperimen (yang merupakan variabel
terikat) dinyatakan dengan persamaan (8).
2 2 2
Z Z Z
SZ =  S x1 + .S x 2 + .S x 3 (8)
x1 x2 x3

Contoh: Dody menentukan volume kawat berbentuk silinder (mengukur secara tak
langsung). Mula-mula ia mengukur panjangnya empat kali di beberapa tempat yang
berbeda menggunakan jangka sorong dengan hasil: (16,1; 16,2; 16,0; 16,1) cm.
Kemudian ia ukur juga diameter kawat menggunakan mikro-meter sebanyak lima kali
di beberapa tempat dan diperoleh.

Jurusan Fisika, FMIPA, UM 12


Ketidakpastian Pengukuran dalam Fisika

    
d1=10,10 mm d2=10,05 mm d3=10,10 mm d4=10,06 mm d5=10,04 mm
Bagaimana hasil pengukuran volume kawat harus dilaporkan?
Tabel 2. Penyajian hasil pengukuran variabel bebas

d i (mm) p i (cm)
10,10 16,1
10,05 16,2
10,10 16,0
10,06 16,1
10,04
 Diameter d, n=5 (diukur 5 kali)
Estimasi terbaik diameter

d=
d i
=
50,35
= 10,07 mm
n 5
Deviasi standar rata-rata diameter kawat dari persamaan (5)

Sd =
 (d i − d )2
= 0, 07 mm
n(n − 1)
Jadi, d = (10,07  0,07) mm atau d = (1,01  0,01) cm.
 Panjang p; n = 4 (diukur 4 kali):
Estimasi terbaik ukuran panjang adalah

p=
p i
=
64,40
= 16,10cm
n 4 .
Standar deviasi rata-rata ukuran penjang adalah,

Sd =
 ( p − p) i
2

= 0, 04 cm
n(n − 1)
Dengan demikian Hasil pengukuran panjang adalah
p = (16,10  0,04) cm
Tugas: Tentukan nilai pengukuran volume kawat V (d, p).

4.3. Variabel Bebas Diukur Sebagai Kombinasi Pengukuran Tunggal Dan


Berulang
Adakalanya eksperimen yang dirancang melibatkan pengukuran tunggal dan
berulang sekaligus, misalnya ekperimen Z tersususn dari pengukuran berulang
variabel x dan pengukuran tunggal variabel y. maka rambatan kesalahannya dapat
dinyatakan dengan

Jurusan Fisika, FMIPA, UM 13


Ketidakpastian Pengukuran dalam Fisika

2
Z Z 2
2

SZ =  Sx +  y
x y 3
Catatan: nilai 2/3 pada pengukuran tunggal merupakan tera tingkat ketangguhan
kebenaran pengukuran berulang.

5. KETIDAKPASTIAN RELATIF

Pelaporan hasil pengukuran dapat dinyatakan dengan ketakpastian relatif Rx


yang memenuhi formulasi berikut.
ketidakpastian hasil pengukuran
Rx = . (6)
rerata hasil pengukuran
Contoh : untuk kasus pengukuran lebar kertas, maka ketidakpastian relatifnya
dinyatakan sebesar
0, 05 cm
Rx = = 0, 0016  0, 002 = 0, 2%
31,19 cm
Catatan: Ketidakpastian relatif tidak berdimensi (tidak memiliki satuan). Pelaku
eksperimen fisika dapat menyatakan bahwa pengukuran ini adalah
“memiliki katepatan sebesar 0,2%”.

6. GRAFIK HASIL EKSPERIMEN DAN KETAKPASTIANNYA

Hasil eksperimen lebih mudah dimaknai dan menarik bila divisualisasikan


dalam bentuk grafik atau kurva. Visualisasi data dalam grafik memiliki tujuan,
• melihat hubungan antar variable,
• menghitung konstanta/koefisien dari suatu formulasi fisis,
• membuktikan kebenaran suatu formulasi fisis.
Untuk memenuhi tujuan pertama, dapat dilakukan dengan cara membuat plot
atas semua titik data hasil eksperimen yang ada. Selanjutnya titik tersebut
dihubungkan secara halus sehingga membentuk kurva. Apapun bentuk kurva yang
dihasilkan akan digunakan untuk melakukan interpretasi atas hubungan yang
mungkin diantara kedua variabel. Untuk tujuan kedua dan ketiga, dapat dibuat
persamaan garis lurus dari hukum fisika yang ditinjau.

6.1. Grafik Garis Lurus


Hukum atau formulasi fisika dapat dibuat membentuk hubungan linier atau
membentuk persamaan linier dengan veriabel terikat y sebagai fungsi variabel bebas

x atau dapat dinyatakan y = y ( x ) , berikut.

y = a + bx

Jurusan Fisika, FMIPA, UM 14


Ketidakpastian Pengukuran dalam Fisika

Dalam eksperimen, varibel bebas dipilih dalam rentang nilai tertentu hingga

menghasilkan titik xi = xi  S xi dan yi = yi  S yi maka terdapat dua cara untuk

memperoleh garis terbaik, yakni:


• menarik garis lurus terbaik berdasar plot titik-titk data eksperimen
• menarik garis lurus yang diperoleh dengan metode kuadrat terkecil
untuk garis lurus. Dengan metode ini garis lurus tidak ditarik secara langsung dari
titik data hasil eksperimen, melainkan ditentukan dari pengolahan data.
Dalam pelaksanaan eksperimen fisika, disarankan untuk menetapkan diri
memanfaatkan metode kuadrat terkecil untuk garis lurus dalam menganalisis hasil
eksperimen dengan grafik. Tentunya pelaksana eksperimen harus mengupayakan
eksperimennya agar memenuhi persamaan linier terlebih dahulu.
Catatan: Untuk memanfaatkan metode kuadrat terkecil harus dipastikan bahwa
hubungan antar variabelnya memenuhi persamaan linier.

6.2. Metode Kuadrat Terkecil untuk Garis Lurus


Analisis grafik dengan metode kuadrat terkecil langsung dimulai dengan
mengolah data pengukuran ke dalam tabulasi data yang terdiri dari kolom-kolom
untuk pasangan data variabel bebas dan terikat (xi dan yi) serta beberapa kolom

untuk data terhitung seperti xi2 dan ( xi . yi ) sebagai berikut.

Tabel 3. Paparan tabel untuk data metode kuadrat terkecil

No x y X2 xy

n x y x 2 xy

Nilai rerata dari tetapan-tetapan grafik ( a dan b ) serta ralatnya (Sb dan Sa)

dihitung berdasarkan metoda azas kuadrat terkecil, sebagai berikut.


Konstansta a merupakan titik perpotongan dengan sumbu y dinyatakan dengan

a=
(  y ) (  x ) − (  x )(  x y ) .
i i
2
i i i
(9)
n ( x ) − ( x )
2 2
i i

Jurusan Fisika, FMIPA, UM 15


Ketidakpastian Pengukuran dalam Fisika

Konstanta b yang menyatkan kemiringan (slope) garis lurus terhadap sumbu x


dapat diperoleh dengan

n ( xi yi ) −  xi  yi
b= (10)
n xi2 − (  xi )
2

Sementara Ketidakpastian bagi masing- masing konstanta a dan b dinyatakan


dengan

Sa = S y
x 2
i

n x − (  x )
2 2
i i

dan

n
Sb = S y
n x − (  xi )
2 2
i

Jika kita perhatikan masing-masing keidakpastian S a dan Sb mengandung faktor

S y yang memiliki formulasi

1   xi2 (  yi ) − 2 xi  ( xi yi )  yi + n (  xi yi ) 
2 2

Sy =  yi −
2 
n−2   i ( i ) 
2
 n x 2
− x 

Dari data nilai a dan b ini kita dapat mengganbar garis linear terbaik hasil
eksperimen dan menentukan kuantitas hasil pengukuran yang diharapkan dengan

estimasi kesalahan yang dapat dijabarkan dari S a dan Sb .

7. LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA


Laboratorium Fisika FMIPA UM meliputi laboratorium perkuliahan dan
laboratorium penelitian. Kerja laboratorium perkuliahan biasanya disebut Praktikum.
Di dalam Matakuliah Praktikum, mahasiswa mendapat pengalaman mereproduksi
gejala dari konsep yang telah mapan, sekaligus mengasah sense fisika dan ketrampilan
laboratorium. Pelaksanaan praktikum yang meliputi serangkaian pengukuran dan
pengamatan gejala harus dilaporkan. Ketrampilan menyusun laporan praktikum
merupakan bagian kunci kemampuan menulis artikel ilmiah.

7.1 Tujuan Pelaporan Praktikum

Laporan praktikum memiliki beberapa tujuan/fungsi,


1. menyediakan rekaman data eksperimen,

Jurusan Fisika, FMIPA, UM 16


Ketidakpastian Pengukuran dalam Fisika

2. menyediakan informasi yang memadai untuk mereproduksi data,


3. menganalisis data, menyatakan kesimpulan dan membuat rekomendasi
berdasar kerja laboratorium.

7.2. Sistematika Laporan Praktikum

Laporan percobaan dapat disajikan “seperti” artikel penelitian, yang mengikuti


sistematika IMRaD yakni Introduction, Method, Result, dan Discussion. Tentu terdapat
beda utama antara laporan percobaan dengan artikel penelitian terutama dalam hal
kebaruan, mengingat percobaan yang dilakukan merupakan reproduksi konsep yang
telah mapan. Sistematika laporan percobaan di Fisika FMIPA UM adalah sebagai
berikut.

• Pendahuluan. Latar belakang, landasan Teori, Tujuan


• Metode Praktikum. Alat dan Bahan, Bagan/Rangkaian dan Prosedur
percobaan
• Hasil Percobaan. Data, Grafik dan Analisis Data
• Pembahasan
• Kesimpulan dan Saran
• Daftar rujukan
Hendaknya dalam laporan dilengkapi dengan judul dan abstrak. Abstrak merupakan
deskripsi isi laporan secara singkat (maksimum 200 kata). Isi Abstrak harus lengkap
yang terdiri dari tujuan, metode dan hasil.

Menumbuhkan Sikap dan Pola Pikir Ilmiah


dengan
Eksperimen Fisika

Jurusan Fisika, FMIPA, UM 17

Anda mungkin juga menyukai