1/2010
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu langkah kerja dalam simulasi dan
pemodelan
reservoir
adalah
pemodelan
persebaran saturasi air di reservoir. Untuk
memodelkan saturasi air tersebut dibutuhkan
suatu fungsi yang dapat mengambarkan
persebaran saturasi air di tiap ketinggian di atas
free water level (FWL). Fungsi tersebut lebih
dikenal sebagai SwH function.
Sebenarnya, data saturasi air dapat diperoleh
melalui interpretasi logging. Namun demikian,
data ini hanya terbatas pada radius beberapa inch
dari lubang sumur. Data ini tidak dapat digunakan
55
1.3 Metodologi
Dalam penyusunan penelitian ini, langkahlangkah yang dilakukan oleh penulis dalam
penerapan metodologi FOIL function adalah:
1. Melakukan review data reservoir pada
lapangan X
2. Mengumpulkan
data
logging
serta
melakukan interpretasi terhadap data
56
4.
5.
6.
7.
8.
9.
(1)
Pemodelan Persebaran Saturasi Air dengan Menggunakan Metode Foil Function (Bulk Volume Of Water)
pada Reservoir Minyak di Lapangan X
studi penerapan metode ini pada lapangan gas di
Laut Utara. Hubungan antara height above FWL
dan BVW dituliskan dalam persamaan sebagai
berikut:
;< = >? = @A B
(2)
Persamaan (2) menunjukkan bahwa nilai saturasi
air akan bervariasi tergantung dari porositas dan
posisi pengukuran relatif terhadap FWL.
Sehingga, bila persamaan di atas disusun kembali
akan diperoleh persamaan umum yaitu:
%C D
>? =
(3)
Dari persamaan (2) dan (3) di atas dapat dilihat
bahwa metode FOIL function tidak bergantung
pada nilai permeabilitas dan litologi batuan. Nilai
fungsi bulk volume of water terhadap HWFL
akan konsisten untuk satu jenis reservoir, tanpa
dipengaruhi oleh keragaman dari porositas dan
permeabilitas
reservoir
tersebut.
Namun
demikian, tetap harus diperhatikan bahwa
persamaan ini hanya berlaku pada satu unit
geologi atau lithofacies, dilihat dari fungsi
hubungan antara porositas dan permeabilitas yang
seragam. (Amabeoku, 2005). Selain itu, karena
perhitungan berdasarkan analisa hasil interpretasi
log, maka keakuratan data log menjadi sangat
penting dalam penerapan metode tersebut.
Metode FOIL dianggap lebih cocok diterapkan
untuk 3-D modelling dibandingkan dengan
metode Leverett J-function. Keunggulan metode
FOIL function ini adalah metode ini
memanfaatkan prinsip BVW yang tidak
bergantung pada nilai porositas dan permeabilitas.
57
Top Reservoir
Gambar 2. Hasil logging gamma ray, densitas dan resistivitas dari 3 sumur lapangan X
Pemodelan Persebaran Saturasi Air dengan Menggunakan Metode Foil Function (Bulk Volume Of Water)
pada Reservoir Minyak di Lapangan X
Sumur 1
Sumur 3
Sumur 2
Gambar 3. Lokasi sumur pada lapangan X (dari kiri : sumur-1, sumur 3, sumur 2)
Perhitungan shale content dengan interpretasi
gamma ray didekati oleh persamaan berikut:
FGHIJ KFGLMN
;E: = FG
LO8P FGLMN
(4)
Gambar 4. Plot kandungan shale vs HFWL dari Sumur-1, Sumur-2 dan Sumur-3
ULO K UD
ULO KUV
(5)
kembali untuk
(6)
60
(7)
Pemodelan Persebaran Saturasi Air dengan Menggunakan Metode Foil Function (Bulk Volume Of Water)
pada Reservoir Minyak di Lapangan X
0
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.2
1.4
1.6
1.8
-0.2
Log BVW
-0.4
-0.6
-0.8
-1
y = -0.308x - 0.499
R = 0.502
-1.2
-1.4
Log HFWL
Gambar 7. Log-Log plot HFWL vs BVW
61
9.+WX
C Y.ZY[\
(8)
_`abEc
dUe KUY
\
i
f h j A
\
i
(9)
_`abEc
k=
e KUI
\
i
f h j
g
(10)
(11)
80
70
60
HFWL (ft)
50
40
a average
30
Data
20
10
0
-0.1
6E-16
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
BVW
62
0.6
Pemodelan Persebaran Saturasi Air dengan Menggunakan Metode Foil Function (Bulk Volume of Water)
pada Reservoir Minyak di Lapangan X
Karena keterbatasan data tersebut, maka alternatif
yang dilakukan adalah dengan menggunakan uji
sensitifitas. Dalam studi ini yang diuji adalah
sensitifitas konstanta a. Hal ini didasarkan pada
studi mengenai FOIL function yang menganggap
suatu reservoir akan memiliki nilai konstanta b
yang relatif sama, dan kualitas reservoir akan
sangat dipengaruhi oleh konstanta a (Gagnon,
D., 2008).
Pada studi ini, uji sensitifitas hanya mengambil 2
nilai, yaitu konstanta a optimis dan konstanta a
pesimis. Konstanta a optimis mengikuti tren
BVW vs HFWL yang memberikan nilai saturasi
air yang paling kecil atau kualitas reservoir yang
paling baik. Sedangkan konstanta a pesimis
>? =
9.m
C Y.ZY[\
9.
(12)
C Y.ZY[\
(13)
80
70
60
HFWL (ft)
50
a average
40
a optimis
a pesimis
30
Data
20
10
0
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
BVW
IV.
HASIL
PEMODELAN
DAN
PERHITUNGAN OOIP
Untuk memodelkan persebaran saturasi air di
reservoir pada lapangan X tersebut, penulis
menggunakan simulator PETRELTM. Model
reservoir yang digunakan dapat dilihat pada
Gambar 14 dengan ukuran 187 x 196 x 110 grid
cells. Pada model ini, properti reservoir seperti
63
(a)
(b)
64
Pemodelan Persebaran Saturasi Air dengan Menggunakan Metode Foil Function (Bulk Volume of Water)
pada Reservoir Minyak di Lapangan X
(c)
Gambar 15. Hasil pemodelan saturasi air dengan FOIL function: (a) FOIL function a = 0.356,
(b) FOIL function a = 0.2, (c) Foil function dengan a = 0.5
Dari ketiga pemodelan saturasi di atas dilakukan
perhitungan jumlah minyak di tempat (OOIP)
secara volumetrik. Persamaan umum yang
digunakan adalah:
= ;k = = 1 >n
(14)
Hasil
perhitungan
dengan
menggunakan
persamaan-persamaan di atas ditunjukkan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Hasil perhitungan konstanta a dan
OOIP
Konstanta a
OOIP (x 106res.bbl)
0.3164
285.04
0.2
0.5
368.7
165.97
vr%B = 0.2166 s
wa_r%B
tm
u f
>?a%yazp{q = 0.2777 v
K9.mXX|
(15)
(16)
(17)
(18)
Dengan pemodelan saturasi air metode Leverett Jfunction, diperoleh OOIP sebesar 369.77 x 106
res.bbl. Hal ini menjadi perhatian, karena nilai
OOIP yang diperoleh dengan metode FOIL
function dengan konstanta a average tidak
sesuai dengan nilai OOIP yang diperoleh dengan
65
Gambar 11. Perbandingan hasil simulasi pemodelan saturasi air FOIL function a = 0.3164 dengan saturasi air
hasil logging
66
Pemodelan Persebaran Saturasi Air dengan Menggunakan Metode Foil Function (Bulk Volume of Water)
pada Reservoir Minyak di Lapangan X
Gambar 12. Perbandingan hasil simulasi pemodelan saturasi air FOIL function a = 0.2 dengan saturasi air
hasil logging
Gambar 13. Perbandingan hasil simulasi pemodelan saturasi air FOIL function a = 0.5 dengan saturasi air
hasil loggin
67
68
= Porositas (fraksi)
= Densitas batuan terbaca dari log
b
f
= Densitas fluida yang mengisi pori
batuan
= Densitas matriks batuan
ma
o
= Densitas fasa minyak (g/cm3)