Anda di halaman 1dari 11

BAB I

LAPORAN KASUS
I.

IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis kelamin
Umur
Agama
Status
Pendidikan
Alamat
Pekerjaan
Tanggal Masuk
Tanggal Keluar

II.

: Ny. S
: Perempuan
: 60 tahun
: Islam
: Menikah
: tamat SD
: Cengkuang, Palimanan
: Ibu rumah tangga
: 1-12-2011
: 5-12-2011

ANAMNESIS (Auto anamnesis)

a. Keluhan Utama

: Batuk berdahak

b. Keluhan Tambahan

: Sesak, nyeri perut, nafsu makan menurun

c. Riwayat penyakit sekarang


Enam bulan SMRS OS mengeluh sering batuk-batuk. Batuk tidak disertai menggigil
dan keringat di malam hari. Batuk disertai dahak kental yang berwarna kekuningan hingga
kehijauan. Setiap kali batuk, jumlah dahaknya sebanyak 2 gelas aqua kecil. Batuk yang
dirasakan juga disertai dengan sesak. Sesak bertambah berat apabila OS berbaring. Dua
minggu SMRS, batuk yang dirasakan semakin memberat dan juga disertai darah. OS semakin
sulit untuk melakukan aktifitas sehari-hari. Sebelum berobat ke RS, OS sering mengkonsumsi
obat dari warung, namun batuk yang dirasakan tidak semakin membaik. OS juga merasakan
nyeri perut bagian atas dan juga kehilangan nafsu makan sejak dua minggu SMRS.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pasien belum pernah mengalami gejala yang sama sebelumnya
Riwayat penyakit asma tidak ada
Riwayat hipertensi tidak ada
e. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit yang sama
III.

PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Keadaan umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Status gizi
: Cukup
Tanda vital
: TD : 100/60 mmHg
N
: 90 x/menit
R
: 34
S
: 37.5 oC
1

Kepala
Mata
Telinga
Hidung

: Normocephal
: CA -/- ; SI -/: Bentuk normal, serumen -/: Septum deviasi (-), sekret (-), darah (-)

Leher

: Pembesaran kelenjar getah bening (-)

Thorax
Jantung
Inspeksi
: Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi
: Iktus kordis tidak teraba
Perkusi
: Batas kanan jantung di sela iga V sternalis dekstra
Batas kiri jantung di sela iga VI midclavicula sinistra
Batas atas jantung di sela iga III parasternalis sinistra
Auskultasi
: BJ I > BJ II, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru
Inspeksi
: Terdapat retraksi intercostae, tidak ada pelebaran sela iga
Palpasi
: Fremitus taktil kanan = kiri menurun
Perkusi
: sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi
: Bronchial +/+ , wheezing -/- , Rhonki +/+
Abdomen
Inspeksi
: Datar, vena kolateral (-), caput medusa (-)
Auskultasi
: Bising usus (+) normal 12x/menit
Palpasi
: Nyeri tekan epigastrium (+), hepar tidak teraba, lien tidak teraba, turgor
kulit baik
Perkusi
: timpani diseluruh kuadran abdomen, shifting dullness (-)
Ekstremitas
Superior
: Edema (-/-), akral hangat (+/+)
Inferior
: Edema (-/-), akral hangat (+/+)
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 1-12-2011
A. Hematologi rutin
Leukosit
Limfosit
Monosit
Granulosit
Limfosit%
Monosit%
Granulosit%

Hasil
10.7
2.9
0.9
6.9
27.2
8.2
64.6

Nilai Normal
4-12
1-5
0.1-1
2-8
25-50
2-10
50-80

Satuan
103/ul
103/ul
103/ul
103/ul
%
%
%

RBC
Hb
HCT

3.79
11.1
35.2

4-6.2
11-17
35-55

106/ul
g/dl
%
2

MCV
MCH
MCHC
RDW

92.9
29.3
31.5
11.6

80-100
26-34
31-35.5
10-16

um3
pg
g/dl
%

PLT
MPV
PCT

443
6.5
0.288

150-400
7-11
0.200-0.500

103/ul
um3
%

KGDS
LED

114 gr/dl
190 mm/jam

B. Radiologi
Foto Thorax PA

Ekspertise :
Cor membesar ke lateral kiri dengan apeks tertanam dibawah diafragma, sinus kiri dan diafragma
normal, sinus kanan terpotong
Pulmo : Hili normal
Corakan paru bertambah
Kranialisasi (-)
Tampak bayangan rongga-rongga luscent dengan pola retikuler disekitarnya pada kedua
lapang tengah dan bawah paru disertai dengan perbercakan lunak disekelilingnya
Kesan : -Pembesaran jantung tanpa bendungan paru
-Bronkhitis kronis dengan bronkiektasis disertai infeksi sekunder

c. EKG

Hasil EKG :

Sinus tachycardia
Nonspesifik ST & Twave abnormality

V.

RESUME
Perempuan, 60 tahun, datang dengan keluhan batuk kronis sejak 6 bulan SMRS yang
disertai sputum kental purulent. Sejak 2 minggu SMRS, batuk dirasakan semakin memberat, juga
disertai dengan hemoptisis. Selain itu, OS juga merasakan dispnea dan semakin sulit untuk melakukan
aktifitas sehari-hari.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan OS tampak sakit sedang, febris, pada inspeksi
terdapat retraksi dinding dada, fremitus taktil kanan kiri (menurun) dan pada auskultasi paru
didapatkan rhonki pada kedua lapang bawah paru. Permukaan tubuh OS tidak terlihat membiru
ataupun kemerahan.
VI.

DIAGNOSIS
Bronkiektasis

VII.

DIAGNOSIS BANDING
Bronkitis kronik
Emfisema
Asma

VIII.

TATA LAKSANA

Rencana diagnostik
Pemeriksaan hematologi rutin, radiologi, EKG
Rencana terapeutik
Medikamentosa :
Infus NS 20 tts/menit
Aminofilin 3 x 1 amp drip
Bisolvon 3 x 1 amp IV
NS 3% + Bisolvon + Farbivent 4 x nebule
Ambroxol 4 x CI
Ciprofloxacin 2 x 200 mg

Nonmedikamentosa
Chest Fisioterapi
4

IX.

Tindak Lanjut / Follow Up

Tanggal 1-12-2011
S
: Batuk (+) berdahak sejak 6 bulan yll, sesak (+), mual (+), nafsu makan (-)
O
: - Keadaan umum
: tampak sakit sedang
- Kesadaran
: compos mentis
- Tanda vital
: T: 90/40 mmHg
N: 100 x/menit
R: 34 x/ menit
S: 37.4 oC
A
: Bronkiektasis
P
: Lanjut
Tanggal 2-12-2011
S
: Batuk (+) berdahak, sesak (+), mual (+), nafsu makan (-), nyeri kepala (+)
O
: - Keadaan umum
: tampak sakit sedang
- Kesadaran
: compos mentis
- Tanda vital
: T: 100/60 mmHg
N: 90 x/menit
R: 24 x/ menit
S: 37,3 oC
A
: Bronkiektasis
P
: Lanjut
Tanggal 3-12-2011
S
: Batuk (+) berdahak, sesak (+)
O
: - Keadaan umum
: tampak sakit sedang
- Kesadaran
: compos mentis
- Tanda vital
: T: 110/70 mmHg
N: 95 x/menit
R: 22 x/ menit
S: 37.3 oC
A
: Bronkiektasis
P
: Lanjut
Tanggal 4-12-2011
S
: Batuk (+) berdahak, sesak (+)
O
: - Keadaan umum
: tampak sakit sedang
- Kesadaran
: compos mentis
- Tanda vital
: T: 110/70 mmHg
N: 92 x/menit
R: 24 x/ menit
S: 37.5 oC
A
: Bronkiektasis
P
: Lanjut

Tanggal 5-12-2011
S
: Batuk (+) berdahak, sesak (+)
O
: - Keadaan umum
: tampak sakit sedang
5

- Kesadaran
- Tanda vital

A
P

: compos mentis
: T: 110/60 mmHg
N: 96 x/menit
R: 24 x/ menit
S: 37.4 oC

: Bronkiektasis
: Lanjut

BAB II
PEMBAHASAN
6

I. DEFINISI
Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi (ektasis) dan
distorsi bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik, persisten, atau irreversibel. Bronkus
yang terkena umumnya adalah bronkus kecil, sedangkan bronkus besar umumnya jarang.(1)(4)
II. EPIDEMIOLOGI
Pada penelitian terbaru ditemukan kasus bronkiektasis terjadi pada sekitar 110.000 penduduk
di Amerika Serikat. Kelainan ini umumnya diderita oleh pasien usia lanjut, dan kira-kira 2/3 dari
mereka adalah wanita.(3)
III. ETIOLOGI
Kelainan kongenital
Dalam hal ini, bronkiektasis terjadi sejak individu masih dalam kandungan.
Kelainan Didapat
Infeksi. Bronkiektasis sering terjadi sesudah seorang anak menderita pneumonia yang sering
kambuh dan berlangsung lama. Pneumonia ini umumnya merupakan komplikasi pertusis maupun
influenza yang diderita semasa anak, tuberkulosis paru, dan sebagainya.(1)(3)
Obstruksi bronkus. Obstruksi dapat disebabkan oleh corpus alienum, karsinoma bronkus
atau tekanan dari luar lainnya terhadap bronkus.(1)(3)
IV. PATOFISIOLOGI
Dilatasi bronkial pada bronkiektasis diakibatkan adanya destruksi dan inflamasi pada dinding
bronkus ukuran sedang, biasanya pada bagian bronkus segmental atau subsegmental. Proses inflamasi
pada saluran napas, terutama dimediasi oleh neutrofil, sehingga menyebabkan meningkatnya kerja
enzim elastase dan metalloproteinase matriks. Komponen struktur dinding saluran napas normal yang
terdiri atas kartilago, otot, dan jaringan elastik, mengalami kerusakan dan digantikan oleh jaringan
ikat/fibrosa. Pad dinding saluran napas yang berdilatasi berangsung-angsur mengandung tumpukan
mukus yang tebal, bahan purulent, sedangkan pada saluran napas yang lebih perifer mengalami
oklusi/hambatan akibat adanya sekresi yang berlebihan dan digantikan oleh jaringan ikat. Gambaran
tambahan secara mikroskopis termasuk inflamasi dan fibrosis pada bronkial dan peribronkial, ulkus
pada dinding bronkial, metaplasia skuamosa, dan hiperplasia glandula mukus. Parenkim paru yang
pada keadaan normal mendapat supply dari saluran napas tersebut, menjadi abnormal, sehingga
mengalami fibrosis, emfisema, bronkopneumonia dan atelektasis. Sebagai akibat dari proses
inflamasi tersebut, vaskularisasi pada dinding bronkial menjadi banyak, juga disertai dengan adanya
pembesaran aarteri bronkial dan anastomosis diantara sirkulasi arteri bronkial dan pulmonal.(3)(4)
Terdapat tiga gambaran yang terjadi pada bronkiektasis. Pada bronkiektasis silindris, bronkus
yang mengalami gangguan secara seragam mengalami dilatasi dan pada akhirnya akan pecah
dikarenakan saluran napas yang lebih kecil terobstruksi oleh sekret. Pada bronkiektasis varikosa,
bronkus yang mengalami gangguan memiliki gambaran dilatasi irregular menyerupai vena varikosa.
Pada bronkiektasis sakular (kistik), bronkus memiliki gambaran seperti balon di bagian perifer.(3)

V. GEJALA DAN TANDA KLINIS

Gejala yang timbul tergantung dari luas, berat, lokasi, serta ada atau tidaknya komplikasi.
Gejala tersering adalah batuk kronis dengan sputum yang banyak (200 ml). Batuk dan pengeluaran
sputum dialami paling sering di pagi hari, setelah tiduran atau berbaring pada posisi yang berlawanan
dengan sisi yang mengandung kelainan bronkiektasis.(2)(4)
Tiap pasien bronkiektasis tidak selalu disertai infeksi sekunder pada lesi bronkiektasis.
Apabila sputum bersifat mukoid dan berwarna putih jernih, menandakan belum adanya infeksi
sekunder. Sebaliknya apabila sputum pasien yang semula berwarna putih jernih kemudian berubah
warna menjadi kuning atau kehijauan atau berbau busuk, berarti telah terjadi infeksi sekunder.(3)
Hemoptisis terjadi kira-kira pada 50% kasus bronkiektasis. Kelainan ini terjadi akibat
nekrosis atau destruksi mukosa bronkus mengenai pembuluh darah (pecah) dan timbul perdarahan.
Pada dry bronkiektasis, hemoptisis justru merupakan gejala satu-satunya karena bronkiektasis jenis ini
letaknya di lobus atas paru, drainase baik, sputum tidak pernah menumpuk dan kurang menimbulkan
refleks batuk.(3)(4)
Sesak napas/dispnea ditemukan pada sebagian besar pasien (50% kasus). Timbul dan
beratnya sesak napas tergantung pada seberapa luasnya bronkitis kronik yang terjadi serta seberapa
jauh timbulnya kolaps paru dan destruksi jaringan paru yang terjadi. Kadang-kadang ditemukan pula
suara mengi (wheezing), akibat adanya obstruksi bronkus. Wheezing dapat bersifat lokal.(3)
Tanda klinis
Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan sianosis, jari tabuh, yang merupakan komplikasi
bronkiektasis. Pada kasus yang berat dan lanjut dapat ditemukan tanda kor pulmonalkronik maupun
payah jantung kanan. Karena kelainan yang timbulkan tergantung lokasi, maka pada pemeriksaan
fisik paru, kelainannya harus ditemukan dilokasi predisposisi. Pada bronkiektasis biasanya ditemukan
ronki basah yang jelas pada lobus bawah paru yang terkena.(3)
VI. KLASIFIKASI BRONKIEKTASIS
Berdasarkan progresifitas penyakit, Brewis membagi bronkiektasis dibagi menjadi 3:
1. Tipe ringan
Ciri klinis : batuk dan sputum mukoid dan jernih (bila terjadi infeksi sekunder, sputum
berwarna kehijauan), produksi sputum terjadi dengan adanya perubahan posisi tubuh, hemoptisis
jarang terjadi, pasien tampak sehat dan fungsi paru normal.(3)
2. Tipe sedang
Ciri klinis : batuk produktif terjadi setiap saat, sputum sering berwarna kehijauan, hemoptisis
sering ditemukan, pasien umumnya tampak sehat dan fungsi paru normal. Jarang ditemukan jari
tabuh. Pada pemeriksaan fisik, sering ditemukan ronki basah kasar pada daerah paru yang terkena,
gambaran foto dada, masih terbilang normal.(3)
3. Tipe berat
Ciri klinis : batuk produktif dnegan sputum banyak berwarna kotor dan berbau. Sering
ditemukan pneumonia dengan hemoptisis dan nyeri pelura. Sering ditemukan jari tabuh. Bila ada
obstruksi napas, dapat ditemukan adanya dispnea, sianosis. Umumnya keadaan pasien kurang baik.
Pada pemeriksaan fisik paru, ditemukan ronki basah kasar pada daerah paru yang terkena. Pada
gambaran foto dada ditemukan kelainan 1) penambahan bronchovascular marking dan 2) multiple
cysts containing fluid levels (honey comb appearance).(3)

Berdasarkan kelainan anatomi:


1) Tubular atau cylindrical bronkiektasis. Merupakan bentuk bronkiektasis yang paling ringan, sering
ditemukan pada bronkiektasis yang disertai dengan bronkitis kronis.
2) Saccular/ cystic bronkiektasis. Merupakan bentuk bronkiektasis yang klasik, ditandai dengan
dilatasi dan penyempitan bronkus yang bersifat irregular.
8

3)Varicose bronkiektasis. (3)(4)

VII. DIAGNOSIS
- Anamnesis : batuk kronis yang produktif (sputum mukoid/ purulent), hemoptisis (+/-), dispnea
- Pemeriksaan fisik : auskultasi (ronki basah kasar pada bagian yang mengalami gangguan), jari
tabuh, sianosis (2)(7)
- Pemeriksaan penunjang : foto thorax (multiple cyst containing fluid levels (honey comb
appearance), bronkografi, spirometri, pemeriksan sputum (sputum berlapis tiga) (2)(7)
VIII. DIAGNOSIS BANDING (7)
- Bronkitis kronik
- Emfisema
- Asma
IX. KOMPLIKASI (7)
- Pneumonia dengan atau tanpa atelektasis
- Kor pulmonal kronik
X. TATA LAKSANA
Terapi bertujuan untuk:
1. Meningkatkan pengeluaran sekret trakeobronkial, dengan cara:
- Melakukan drainase postural
- Mencairkan sputum yang kental
- Mengatur posisi tempat tidur pasien(1)
2. Mengontrol infeksi
Pemberian antibiotik berdasarkan pemeriksaan bakteri dari sputum dan resistensinya.
Sementara menunggu hasil biakan kuman, dapat diberikan antibiotik spektrum luas sperti amoksisilin,
trimetoprim-sulfametoksazol, atau levofloxasin. Antibiotik diberikan hingga produksi sputum
minimal dan tidak purulen.(3)
3. Mengembalikan aliran udara pada saluran napas yang mengalami obstruksi
Bronkodilator selain untuk menangani bronkospasm, juga untuk memperbaiki drainase sekret.
Bronkoskopi terkadang diperlukan untuk pengangkatan benda asing atau sumbatan mukus.(3)
XI. PENCEGAHAN

Bronkiektasis dengan kelainan didapat, kejadiannya dapat dicegah, sedangkan yang


mengalami kelainan kongenital, tidak bisa. Beberapa tindakan pencegahan yaitu :
- Pengobatan antibiotik pada saat timbul pneumonia pada anak, akan mengurangi untuk timbulnya
bronkiektasis
- Tindakan vaksinasi terhadap pertusis, influenza, pneumonia pada anak(1)
X. PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada berat ringannya serta luasnya penyakit sewaktu pasien berobat
pertama kali. Pada kasus yang berat dan tidak diobati, prognosisnya jelek. Kematian dapat terjadi
akibat komplikasi pneumonia, gagal jantung kanan.(3)(5)(6)

DAFTAR PUSTAKA
(1) Rahmatullah, Pasiyan.Bronkiektasis dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Empat Sub
Bagian Pulmonologi.Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Siti Setiati.Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI.2006.Halaman: 1035.
10

(2) Bronkiektasis dalam buku Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I Sub Bagian
Pulmonologi.Arif Mansjoer, Kuspuji Triyati, Rakhmi Savitri, Wahyu Ika Wardhani.Media
Aesculapius FKUI.2001.Halaman: 482.
(3) Gregory Tino, Steven E. Weinberger.Bronchiectasis dalam buku Harrisons Principles of
Internal Medicine 17th Edition Volume II.Fauci, Braunwald, Kasper, Hauser Longo, Jameson,
Loscalzo.Mc Graw Hill.2008.Page: 1629.
(4) Lorraine M. Wilson.Bronkiektasis dalam buku Patofisologi Edisi 6 Volume 2.Sylvia A. Price,
Lorraine M. Wilson.EGC.2005.Halaman: 783.
(5) Keistinen T, Saynajakangas O, Tuuponen T, Kivela SL. Bronchiectasis: an orphan disease
with a poorly-understood prognosis. Eur Respir J. Dec 1997;10(12):2784-7.
(6) Saynajakangas O, Keistinen T, Tuuponen T, Kivela SL. Bronchiectasis in Finland: trends in
hospital treatment. Respir Med. Aug 1997;91(7):395-8.
(7) Ip MS, Lam WK. Bronchiectasis and related disorders. Respirology. Jun 1996;1(2):107-14.

11

Anda mungkin juga menyukai