TUTORIAL SKENARIO B
BLOK X
DISUSUN OLEH
Kelompok Tutorial IX
Tutor : dr. Dwi Handayani, M.Kes.
Abi Rafdi
Akbar Rizky Wicaksana
Feliani
Helvie Rahmadaniati
M. Auzan Ridho
M. Tafta Zani
Patima Sitompul
Rahma Putri Utami
Rikka Wijaya
Sharah Aqila
Sherly Wahyuni
(04011281320013)
(04011381320003)
(04011281320027)
(04011181320071)
(04011381320075)
(04011381320061)
(04011181320069)
(04011181320103)
(04011281320037)
(04011381320063)
(04011181320091)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
rahmat dan hidayah-Nya penyusun bisa menyelesaikan tugas Laporan
Tutorial ini dengan baik.
Laporan ini disusun sebagai bentuk dari pemenuhan tugas Tutorial
Skenario B Blok X yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK
(Kurikulum Berbasis Kompetensi) di Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya.
Terima kasih tak lupa kami haturkan kepada dr. Dwi Handayani,
M.Kes yang telah membimbing dalam proses tutorial ini, beserta pihakpihak lain yang terlibat, baik dalam memberikan saran, arahan, dan
dukungan materil maupun inmateril dalam penyusunan tugas laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini belum sempurna, oleh karena itu
kritik
yang
membangun
sangat
kami
harapkan
sebagai
bahan
Palembang,
September
2014
Penyusun
Kelompok Tutorial IX
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ................................................................................
.............................2
DAFTAR
ISI ..............................................................................................
..........................3
SKENARIO
B ................................................................................................
.......................4
A. Klarifikasi
Istilah ................................................................................
.........................4
B. Identifikasi
Masalah .....................................................................................
...............5
C. Analisis
Masalah .....................................................................................
....................6
D. Keterkaitan
antar-
Masalah .....................................................................................
..22
E. Identifikasi Topik Pembelajaran (Learning Issue)
1. Plasmodium
falciparum ......................................................................
............22
2. Pemeriksaan
Fisik................................................................................
............28
3. Pemeriksaan
Laboratorium...................................................................
...........32
4. Pemeriksaan
Penunjang ......................................................................
...........34
5. Penyakit
Endemik..........................................................................
..................36
6. Malaria
Cerebral..........................................................................
....................50
F.
Kerangka
Konsep ..................................................................................
....................59
G.
KESIMPULAN ......................................................................
......................................59
DAFTAR
PUSTAKA ....................................................................................
........................60
SKENARIO B
4
Tn. Andi (30 tahun) dibawa ke IGD Rumah Sakit dengan keluhan
tidak sadar dan kejang sejak 6 jam yang lalu. Keluarga pasien
mengatakan bahwa sejak 10 hari yang lalu pasien mengalami demam
yang diikuti dengan perasaan menggigil dan berkeringkat. Pasien juga
mengeluh lesu, nyeri kepala, nyeri pada tulang dan sendi, rasa tidak
nyaman pada perut serta diare. Selama sakit tidak ada keluhan bicara
pelo dan tidak ada keluhan anggota gerak yang lemah sesisi. Sebelumnya
didapatkan riwayat bepergian ke papua lebih kurang dua minggu sebelum
sakit. Tidak ada riwayat transfuse darah sebelumnya.
Pemeriksaan fisik :
TD 120/80 mmHg, nadi 98x/ menit, RR 20x/menit, T: 38 derajat celcius.
Kesadaran GCS 9, pupil isokor RC (+/+) N, konjungtiva palpebral anemis,
sklera ikterik, kaku kuduk (-), thorax dalam batas normal, abdomen : lien
teraba S1
Pemeriksaan lab:
Hb 4,6 mg/dl, GDS 145 mm%, preparat darah tebal didapatkan delicate
ring dan gametosit berbentuk pisang, kepadatan parasite 13.800/ul dan
preparat darah tipis hasil P. falciparum (+). Pemeriksaan penunjang yang
lain belum dikerjakan karena tidak ada fasilitas.
A. KLARIFIKASI ISTILAH
No.
Istilah
Kejang
2
3
Tidak sadar
Menggigil
Demam
Lesu
perasaan
sedih
Definisi
kaku dan menegang atau pengerutan otot yang
berlebihan diluar kehendak
keadaan kehilangan kesadaran
getaran tubuh secara involunter
setiap penyakit yang ditandai dengan peningkatan
suhu tubuh
berasa lemah dan lelah
menderita, atau agoni disebaban oleh rangsangan
saraf khusus
pengeluaran tinja berair bekali- kali yang idak
normal
ketidakmampuan seseorang untuk mengucapkan
Diare
Bicara pelo
Transfusi
darah
10
11
12
Kesadaran
GCS 9
Pupil isokor
RC
Konjungtiva
palpebral
anemis
13
Sklera ikterik
14
Kaku kuduk
15
16
GDS
Delicate ring
17
Plasmodium
falciparum
B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Tn. Andi (30 tahun) dibawa ke IGD Rumah Sakit dengan keluhan
tidak sadar dan kejang sejak 6 jam yang lalu. (vvvv)
2. Keluarga pasien mengatakan bahwa sejak 10 hari yang lalu pasien
mengalami demam yang diikuti dengan perasaan menggigil dan
berkeringkat. Pasien juga mengeluh lesu, nyeri kepala, nyeri pada
tulang dan sendi, rasa tidak nyaman pada perut serta diare. (vvv)
3. Selama sakit tidak ada keluhan bicara pelo dan tidak ada keluhan
anggota gerak yang lemah sesisi.
4. Sebelumnya didapatkan riwayat bepergian ke papua lebih kurang
dua minggu sebelum sakit. Tidak ada riwayat transfuse darah
sebelumnya. (vv)
5. Pemeriksaan fsik : TD 120/80 mmHg, nadi 98x/ menit, RR
20x/menit, T: 38 derajat celcius. Kesadaran GCS 9, pupil isokor RC
(+/+) N, konjungtiva palpebral anemis, sklera ikterik, kaku kuduk (-),
thorax dalam batas normal, abdomen : lien teraba S1 (v)
6. Hb 4,6 mg/dl, GDS 145 mm%, preparat darah tebal didapatkan
delicate ring dan gametosit berbentuk pisang, kepadatan parasite
13.800/ul
dan
preparat
darah
tipis
hasil
P.
falciparum
(+).
C. ANALISIS MASALAH
1. Tn. Andi (30 tahun) dibawa ke IGD Rumah Sakit dengan
keluhan tidak sadar dan kejang sejak 6 jam yang lalu.
Apa penyebab Andi kejang dan tidak sadar sejak 6 jam yang
lalu ?
Eritrosit yang mengandung P. falciparum cenderung bersifat
mudah melekat dengan eritrosit normal disekitarnya , sel
trombosit, dan endotel kapiler sehingga terjadi pembentukan
rosette dan penggumpalan di dalam pembuluh darah yang dapat
memperlambat sirkulasi darah. Hal-hal ini berperan dalam
menyebabkan peripheral pooling dan hipoksia jaringan. Hipoksia
menyebabkan
sel
otak
melakukan
respirasi
anaerob
dan
depolarisasi
neuron
sehingga
memicu
pelepasan
Gejala
somatosensoris
atau
sensoris
khusus
paresthesia.
Gejala psikik : dejavu, rasa takut, visi panoramic.
b.
Kejang Parsial Kompleks
Terdapat
gangguan
sebagai
kejang
kesadaran,
parsial
walaupun
simpleks,
dapat
pada
awalnya
mencangkup
dapat
dibangunkan
dengan
Tidak
ada
reflek
motoris
sekalipun
dengan
rangsangan nyeri.
Dobbie
dkk
menunjukkan
pada
pasien
malaria
ini
merupakan
agonis
reseptor
glutamat
NMDA,
roset
dan
menggumnpal
memperlambat
sirkulasi
di
pembuluh
darah
akibatnya
darah
terjadi
oksigen
ke
otak
menurun
hipoksia)
yang
basal
20%.
10-15%
Pada
dan
seorang
kebutuhan
anak
oksigen
berusia
akan
tahun,
dapat
terjadi
perubahan
keseimbangan
dari
maupun
Na
melalui
membran.
Perpindahan
ini
sering
menjadi
malaria
berat
yang
menyebabkan
terjadinya
trias
malaria
(malaria
proxym)
secara
berurutan:
Periode dingin
Dimulai dengan menggigil, kulit dingin, dan kering, penderita
sering membungkus dirinya dengan selimut atau sarung pada
saat menggigil, sering seluruh badan gemetar, pucat sampai
11
Periode panas
Wajah penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi
cepat dan panas tubuh tetap tinggi, dapat sampai 40 oC atau
lebih, penderita membuka selimutnya, respirasi meningkat,
nyeri kepala, nyeri retro-orbital, muntah-muntah dan dapat
terjadi syok. Periode ini berlangsung lebih lama dari fase
dingin dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan
berkeringat.
b.
Berkeringat
Periode Berkeringat.
Pada periode ini penderita berkeringat banyak sekali sampaisampai
tempat
tidurnya
basah.
Temperatur
turun
dan
tropika.
Hal
ini
disebabkan
oleh
adanya
12
hati
dan
ginjal
sehingga
menyebabkan
tersumbatnya
Lesu
Lesu dalam skenario ini disebabkan oleh anemia. Anemia yang
terjadi pada skenario ini disebabkan oleh :
1. Plasmodium (merozoit) yang menginvasi eritrosit akan
merombak Hb dan menghasilkan digesti berupa asam
amino globin dan cincin hematin (feriprotoporfrin IX).
Asam
amino
globin
akan
digunakan
untuk
menyebabkan
magnesium-activated
ATP-ase
terjadinya
pada
hambatan
eritrosit
yang
itu
tejadi
penurunan
interaksi
hemoglobin
dengan
eritrosit
lainnya).
Terjadi peningkatan asam laktat, peningkatan rasio laktat/
piruvat, depresi respirasi mitokondria. Kekurangan oksigen
menyebabkan
fase
recoveryuntuk
menghilangkan
benar-benar
terakumulasi,dan
pembentukan
ATP
terhambat.
b.
Nyeri kepala
Nyeri kepala yang dialami oleh Tn. Andi merupakan dampak
dari infeksi eritrosit oleh parasit Plasmodium falciparum.
Parasit ini akan mengeluarkan antigen GP1 yang merangsang
makrofag
sebagai
sistem
pertahan
tubuh
pertama
yang
masuk
ke
dalam
tubuh.
Virus
pundapat
dan
kompleks
antigen-antibodipun
mampu
vascular
organ
sehingga
meembuat
Diare ringan
Parasit P.falciparum masuk ke RBC > toxin dikeluarkan sebagai
reseptor di usus > melekat pada eritrosit (sel absortif usus) >
merusak eritrosit > enzim intrasel usus meningkat > diare
3. Selama sakit tidak ada keluhan bicara pelo dan tidak ada
keluhan anggota gerak yang lemah sesisi.
Apa makna tidak ada keluhan bicarca pelo dan tidak ada keluhan
anggota gerak?
Hal tersebut menunjukkan bahwa Tn. Andi tidak mengalami
gangguan neurologis. Berbicara pelo terjadi karena kelumpuhan
otot-otot lidah , dapat berkaitan dengan gangguan/kerusakan
syaraf cranial XII. Tn. Andi tidak berbicara pelo menunjukkan tidak
adanya kerusakan syaraf otot lidah
4. Sebelumnya didapatkan riwayat bepergian ke papua lebih
kurang
dua
minggu
sebelum
sakit.
Tidak
ada
riwayat
15
100x/menit
RR 20x/menit : normal (18-24x/menit)
Temperature 38 C : tinggi , normal : 36,5 37,5 C
Kesadaran GCS 9 = penurunan kesadaran, normal : 11
Pupil Isokor RC (+/+)N : Normal
Konjungtiva Palpebral Anemis : tidak normal, Kurangnya Hb
dalam darah yang dikarenakan penurunan eritrosit, sedangkan
darah yang ada di perifer di pasokkan ke organ organ vital
h.
i.
j.
k.
sehingga pasokan
Sklera Iterik : tidak normal ; adanya bilirubin unconjugated.
Kaku kuduk (-) : normal (-)
Thorax dalam batas normal
Abdomen : Lien teraba SI :Lien terjadi pembesaran palpasi pd
arcus costae sinistra.
jaringan
ikut
bertambah.
Pembesaran
limfa
terjadi
pada
Pemeriksaan Abdomen
1. Palpasi
Palpasi Lien: Posis pasien tetap telentang, buatlah garis
bayangan Schuffner dari midclavikula kiri ke arcus costaemelalui umbilicus berakhir pada SIAS kemudian garis dari
arcus costae ke SIAS di bagi delapan. Dengan Bimanual
lakukan palpasi dan diskrisikan nyeri tekan terletak pada
garis Scuffner ke berapa ?( menunjukan pembesaran lien )
17
6.
tebal
berbentuk
didapatkan
pisang,
delicate
kepadatan
ring
parasite
dan
gametosit
13.800/ul
dan
Normal
(Laki- Interpreta
Laki Dewasa)
13,5-18 mg/dl
si
Tidak
<180 mm%
normal
Normal
2. Preparat tebal
Pada preparat darah tebal didapatkan delicate ring dan
gametosit bentuk pisang. Delicate ring menandakan adanya
parasit Plasmodium falciparum dalam stadium tropozoit,
sedangkan gametosit bentuk pisang menandakan adanya
Plasmodium
falciparum
dalam
stadium
gametosit
(makrogametosit).
Indikasi hasil pemeriksaan preparat darah tebal pada pasien;
(+) jika ditemukan fase aseksual plasmodium
(-) jika tidak ditemukan fase aseksual plasmodium
Pada preparat darah tebal didapatkan delicate ring dan
gametosit berbentuk pisang, hal ini menandakan pada darah
pasien positif terdapat bakteri Plasmodium falciparum.
3. Preparat tipis
Pada preparat darah tipis hasil P. falciparum (+), yang
menandakan bahwa ada jenis parasit falciparum dalam darah
Tn. Andi yang dapat menandakan adanya infeksi malaria
Falciparum (tropica).
18
eritrositer
ini
menyebabkan
timbulnya
gejala
darah
yang
Apa
ciri
demam yang
disebabkan
oleh P.
falciparum
(yang
Dalam
kebanyakan
kasus,
infeksi
bakteri
ini
dapat
20
a. Umur
Anak-anak lebih rentan terhadap penyakit malaria dibandingkan
orang dewasa. Anak-anak usia kurang dari 5 tahun adalah kelompok
terbanyak yang berisiko terhadap malaria. Pertahanan tubuh
terhadap malaria yang diturunkan penting untuk melindungi anak
kecil atau bayi karena sifat khusus eritrosit yang relative resisten
terhadap masuk dan berkembang biaknya parasit malaria.
b. Jenis kelamin
Infeksi parasit plasmodium dapat menyerang semua masyarakat
dari segala golongan termasuk golongan yang paling rentan seperti
wanita hamil. Hasil penelitan Gomes (2001) menyatakan bahwa ibu
hamil yang anemia kemungkinan 8,56 kali menderita malaria
falsiparum dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak anemia.
memberikan
antimalaria
lainnya
seperti
Artesunate22
Sulfadoxine/pyrimethamine, Artesunate-amodiaquine, Artesunatpiperquine, Artemether-lumefantrine, dan Dihidroartemisininpiperquine. Penatalaksanaan malaria dapat diberikan tergantung
dari jenis plasmodium, menurut Tjay & Rahardja (2002) antara
lain salah satunya adalah malaria tropika: Kombinasi sulfadoksin
1000 mg dan pirimetamin 25 mg per tablet dalam dosis tunggal
sebanyak 2-3 tablet. Kina 3 x 650 mg selama 7 hari. Antibiotik
seperti tetrasiklin 4 x 250 mg/ hari selama 7-10 hari dan
aminosiklin 2 x 100 mg/ hari selama 7 hari.
c. Bagi penderita yang dinyatakan positif menderita malaria
setelah diuji di laboratorium, akan diberi pengobatan secara
sempurna.
d. Bagi orang-orang yang akan masuk ke daerah endemis malaria
seperti para calon transmigran, perlu diberi obat pencegahan.
pencegahan malaria dengan mengkonsumsi antimalaria dengan
beberapa pilihan antara lain mefloquine, atovakuon/proguanil,
dan doksisiklin.
23
E. LEARNING ISSUE
Plasmodium falciparum
Plasmodium falciparum mempunyai klasifkasi sebagai berikut:
Kingdom
: Haemosporodia
Divisio : Nematoda
Subdivisio
: Laveran
Kelas
: Spotozoa
Ordo
: Haemosporidia
Genus
: Plasmodium
Species : Falcifarum
Plasmodium
salah
satu
ini
masuk
pada
tubuh
manusia
falciparum menyebabkan
infeksi
organisme
penyebab
malaria,
merupakan
jenis
yang
paling
ditimbulkannya
dapat
menjadi
berat
dan
menyebabkan
24
siklus
aseksual
berikutnya
pada
umumnya
tidak
Dalam air liur tersebut terkandung zat anti pembekuan darah dan sel-sel
Plasmodium yang
selanjutnya
akan
ikut
dalam aliran darah menuju ke sel hati. Dalam sel hati, sporozoit
melakukan
pembelahan
berkalikali membentuk
merozoit.
Merozoit
selanjutnya akan menginfeksi sel darah merah hingga rusak dan pecah.
Merozoit-merozoit tersebut sebagian akan menginfeksi sel darah merah
lainnya, dan sebagian lagi akan membentuk gametosit.
Ketika
berada
dalam
dinding
usus
nyamuk
Anopheles
dalam
menghisap darah
tubuh
manusia
nyamuk
yang
telah
ketika
nyamuk
terinfeksi.
Setelah
tersebut
terjadi
3. Bentuk padat
4. Kromatin banyak berupa massa irreguler
5. Pigmen tersebar
d. Sison matur(tua)
1. Jarang terlihat dalam darah perifer
2. Ukuran hampir mengisi erytrosit
3. Bentuk berpigmen
4. Merozoit 32, rata-rata 24 berukuran kecil
5. Pigmen tersebar
e. Makrogametosit
1. Jumlah dalam darah banyak
2. Ukuran lebih besar dari pada erytrosit
3. Bentuk bulan sabit ujung runcing/ bulat
4. Sitoplasma biru tua
5. Kromatin melebar halus
6. Pigmen granula-granula hitam tersebar
f. Mikrogametosit
1. Waktu timbul 7-12 hari
2.
3.
4.
5.
6.
7.
untuk
semua
parasit
malaria
kecuali
untuk
strain
strain
P.
ovale
telah
dilaporkan
resisten
terhadap
Artesunat-piperquine,
Artemether-
Tindakan-tindakan Pencegahan:
a. Usahakan tidur dengan kelambu, memberi kawat kasa, memakai
obat nyamuk bakar, menyemprot ruang tidur, dan tindakan lain
untuk mencegah nyamuk berkembang di rumah.
b. Usaha pengobatan pencegahan secara berkala, terutama di daerah
endemis malaria.
c. Menjaga kebersihan lingkungan dengan membersihkan ruang tidur,
semak-semak sekitar rumah, genangan air, dan kandang-kandang
ternak.
d. Memperbanyak jumlah ternak seperti sapi, kerbau, kambing, kelinci
dengan menempatkan mereka di luar rumah di dekat tempat
nyamuk bertelur.
e. Memelihara ikan pada air yang tergenang, seperti kolam, sawah dan
parit.
Atau
dengan
memberi
sedikit
minyak
pada
air
yang
tergenang.
f. Menanam padi secara serempak atau diselingi dengan tanaman
kering atau pengeringan sawah secara berkala
g. Menyemprot rumah dengan DDT.
parasit
plasmodium
kepada
manusia
adalah
melalui
b.
c.
Pemeriksaan Fisik
A. Pemeriksaan Tanda Vital
Mengukur Tekanan Darah Perhatikan karakteristik suara aliran darah
dalam arteri berikut :
Bunyi Korothkof I : Bunyi yang pertama terdengar lemah,
-
(mengerang/mengeluh
dan
tidak
berbentuk kata-kata)
(3) Kata-kata tidak berhubungan (Berkata-kata acak atau berseruseru, namun tidak sesuai percakapan
(4) Bingung atau disorientasi (pasien merespon pertanyaan tapi
terdapat kebingungan dan disorientasi)
31
bahu
rotasi
interna,
pronasi
lengan
bawah,
flexi
pergelangan tangan)
(4) Flexi/penarikan terhadap rangsang nyeri (fleksi siku, supinasi
lengan bawah, fleksi pergelangan tangan saat ditekan daerah
supraorbita; menarik bagian tubuh saat dasar kuku ditekan)
(5) Dapat melokalisasi nyeri (gerakan terarah dan bertujuan ke arah
rangsang nyeri; misal tangan menyilang dan mengarah ke atas
klavikula saat area supraorbita ditekan
(6) Dapat bergerak mengikuti perintah
(melakukan
gerakan
bahwa
tingkat
kesadaran
pasien
belum
turun
akan
dikeluarkan
ke
sirkulasi
darah
menyebabkan
menunjukkan
terdapatnya
rangsangan
pada
33
agar dagu menyentuh dada. Kaku kuduk (+) bila terasa ada tahanan
dan dagu tidak dapat mencapai dada.
Pemeriksaan Laboratorium
Kadar Hb normal untuk laki-laki dewasa adalah 13,5-18 mg/dl. Pada kasus
Tn. Andi mempunyai kadar Hb 4,6 mg/dl, yang menunjukkan hasil yang
tidak normal. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan jumlah eritrosit
yang terinfeksi parasit sehingga terjadi aktivasi sistem RES untuk
memfagositosis eritrosit baik yang terinfeksi parasit maupun yang tidak,
karena parasit pada RBC dapat merangsang perlekatan dengan RBC
lainnya yang tidak mengandung parasit (rossete) sehingga banyak RBC
yang lisis. Otomatis Hb juga ikut dihancurkan dan jumlahnya di dalam
tubuh pun berkurang seiring dengan berkurangnya RBC. Dalam standar
WHO hal ini tergolong sebagai malaria berat akibat komplikasi malaria
berat yang ditandai dengan Hb <5 mg/dl. GDS normal pada laki-laki
dewasa adalah <180 mm%. pada kasus Tn. Andi mempunyai kadar GDS
145 mm%, yang menunjukkan hasil yang normal. Preparat sediaan darah
tebal dilakukan dengan memeriksa 100 lapang pandang mikroskop
dengan pembesaran 500-600/1000 yang setara dengan 0,2 l darah.
Jumlah parasit dapat dihitung per lapang pandang mikroskop. Metode
semikuantitatif utnuk hitung parasit pada sediaan darah tebal adalah :
+
++
parasit
Andi
adalah
13.800/l
artinya
13.800
jenis parasit falciparum dalam darah Tn. Andi yang dapat menandakan
adanya infeksi malaria Falciparum (tropica).
Nilai Hb nya rendah. Hb normal untuk laki-laki dewasa adalah 13,5-18 g/dl
sedangkan untuk wanita dewasa adalah 12-16 g/dl. Anemia berat terjadi
jika Hb < 5 gr/dl. Anemia berat dan keadaan parasit > 1000/uL
mengindikasikan
bahwa
terjadi
malaria
berat.
GDS
nya
normal.
f. RNA probe
g. DNA Hybridization
h. Rapid Manuel test (P.falciparum)
i. Indirect fluorescence Assay (IFA)
j. Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pemeriksaan
penunjang
yang
dibutuhkan
untuk
mengetahui
Pemeriksaan Penunjang
Mikroskopis
Pemeriksaan laboratorium
demam malaria
pada
penderita
dengan
tebal
dan
tipis
merupakan
pemeriksaan
yang
terpenting.
36
satu
kali
dengan
hasil
negatif.
Tidak
preparat
darah
tipis.
Sediaan
mudah
dibuat
menentukan
pronogsa
penderita
malaria.
Pengecetan
yang
dipakai
cukup
cepat
dan
sensitivitas
mauapun
39
Klasifkasi malaria
Jenis-Jenis Nyamuk Anopheles Atau Vektor Malaria Indonesia
merupakan daerah yang sangat luas yang terdiri dari pulau-pulau
dari Sabang sampai Merauke. Vektor penyakit malaria di Indonesia
melalui nyamuk anopheles. Anopheles dapat disebut vektor malaria
disuatu daerah, apabila species anopheles tersebut di daerah yang
bersangkutan telah pernah terbukti positif mengandung sporosoit
didalam kelenjar ludahnya. Disuatu daerah tertentu apabila terdapat
vektor malaria dari salah satu species nyamuk anopheles, belum
tentu di daerah lain juga mampu menularkan penyakit malaria.
40
beberapa
jenis
vektor
malaria
yang
perlu
diketahui
diantaranya:
1.
2.
3.
4.
An.
An.
An.
An.
Aconitus.
Sundaicus.
Maculatus.
Barbirostris.
An. Aconitus
Vektor An. Aconitus pertama sekali ditemukan oleh Donitz
pada tahun 1902. Vektor jenis An. aconitus betina paling sering
menghisap
darah
ternak
dibandingkan
darah
manusia.
minggu.
An. Sundaicus
An. Sundaictus pertama sekali ditemukan oleh Rodenwalt
pada tahun 1925. Pada vektor
berjarak
kurang
lebih
kilometer
(Km)
dari
tempat
asin,
dengan
kadar
garam
optimum
antara
12%
-18%.
Vektor
An.
Maculatus
pertama
sekali
ditemukan
oleh
penderita malaria.
44
Terdapat
hubungan
langsung
antara
hujan
dan
pengaruh tergantung pada jenis hujan, derasnya hujan, jumlah hari hujan,
jenis vektor dan jenis tempat perindukan (breeding places). Hujan yang
diselingi
oleh
panas
akan
memperbesar
kemungkinan
berkembangbiaknya Anopheles.
Curah hujan Mempengaruhi penyebaran malaria dengan menyediakan
tempat bagi nyamuk Anopheles untuk
46
dari
telur
masih
sangat
halus
seperti
jarum.
Dalam
akan
tumbuh
menjadi
kepompong
(pupa)
yang
merupakan
47
disebabkan
merupakan
parasit
oleh
sporozoa
amoeboid
dari
genus
intraseluler
Plasmodium
yang
vertebrata
yang
pada
yang
menyebabkan
penyakit
pada
manusia
adalah
knowlesi.
Penularan
kepada
manusia
adalah
melalui
berat juga
lingkungan.
Patogenesis
lebih
ditekankan
pada
terjadinya
anemia
tidak
sebanding
dengan
parasitemia,
hal
ini
Faktor
lain
yang
menyebabkan
anemia
mungkin
karena
pecah. Dalam
berkaitan
mengandung
parasit
mengalami
perubahan
struktur
dan
meliputi
mekanisme
transpor
membran
sel,
penurunan
densitas
parasit
dan
virulensi
parasit.
Sedangkan
yang
49
Selain itu eritrosit juga dapat melekat pada eritrosit yang tidak terinfeksi
sehingga terbentuk roset. Sitoadherensi
tidak beredar kembali dalam sirkulasi. Parasit dalam eritrosit matur yang
tinggal dalam
50
yang
tinggi.
Oleh
karenanya
diduga
adanya
peran
dari
neurotransmiter yang lain sebagai free radical dalam kaskade ini seperti
NO sebagai faktor yang penting dalam patogenesa malaria berat. Menurut
pendapat ahli lain, patogenesis malaria adalah mulitifaktorial dan
berhubungan dengan hal-hal berikut: 1. Penghancuran eritrosit Fagositosis
tidak hanya pada eritrosit yang mengandung parasit tapi juga terhadap
eritrosit yang tidak mengandung parasit sehingga menimbulkan anemia
dan anoksia jaringan. Pada hemolisis intravaskuler yang berat dapat
terjadi hemoglobinuria (black water fever) dan dapat menyebabkan gagal
ginjal. 2. Mediator endotoksin-makrofag Pada saat skizogoni, eritrosit yang
mengandung parasit memicu makrofag yang sensitif endotoksin untuk
melepaskan berbagai mediator. Endotoksin mungkin berasal dari saluran
pencernaan dan parasit malaria sendiri dapat melepaskan faktor nekrosis
tumor (TNF). TNF adalah suatu monokin yang ditemukan dalam peredaran
darah manusia dan hewan yang terinfeksi parasit malaria. TNF dan sitokin
lainnya
menimbulkan
demam,
hipoglikemia
dan
sindrom
penyakit
51
sel-sel
makrofag,
monosit
atau
limfosit
yang
jumlahnya
organ
retikuloendothelial,
52
(penyumbatan)
dalam
pembuluh
kapiler
yang
pada jaringan
tertentu.
53
Anamnesis
a. Keluhan utama Demam, menggigil, berkeringat, dan dapat
disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau
pegal-pegal.
b. Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke
c.
d.
e.
f.
Malaria Cerebral
Malaria cerebral adalah malaria dengan penurunan kesadaran yang
di nilai dengan skala dari Glasgow Coma Scale (GCS). Nilai GCS untuk
penderita
malaria
dewasa
<15.
Hampir
semua
malaria
cerebral
Etiologi
54
Malaria
serebral
merupakan
malaria
berat
yang
umumnya
:A.
di
vektor
aeonitus,
Jawa
sundaicus,
A.
dan Bali; A.
A.
yang
penting
maeulatus,
A,
sundaicus dan A.
subpictus di
Sulawesi;A.
pada
nyamuk
anopheles,
dan
siklus
aseksual
yang
nyamuk
anopheles
infektif
mengisap
darah
manusia
dan
55
dan
betina
melakukan
pembuahan
menjadi
zigot.
Zigot
faktor
geografk. Faktor
terjadinya
yang
terdiri
parasit
malaria
berat.
dari
faktor
tampaknya
Seluruh
parasit,
berperan
sangat
manifestasi
host
klinis
dan
sosial
besar
untuk
dari
malaria
keluar
seperti
TNF
alpha
dan
alpha.
Sitokin
ini
mengganggu
fungsi
sinaps
yang
mirip
anastesi
umum
dan
Proses Knobs-cytoadherence-
jaringan yang lebih dalam , jauh dari pembersihan limpa dan membantu
parasit
untuk
berkembang
biak
dengan
aman.
Selain
itu
akan
58
kemampuan
dan
Carlson
melakukan
sitoadherens
melaporkan
adanya
dan
rosseting.
hubungan
antara
di
Gambia
dan
Malagasi.
Namun
Al-Yaman
tidak
2. Faktor Host
a. Endemisitas
Pada daerah endemis malaria yang stabil, malaria berat terutama
terdapat pada anak kecil sedangkan orang dewasa umumnya hanya
menderita malaria ringan. Di daerah dengan endemisitas rendah,
malaria berat terjadi tanpa memandang usia.
b. Genetik
Kelainan genetik yang saat ini diketahui mempunyai efek protektif
terhadap malaria berat adalah kelainan dinding eritrosit dan HLA
kelas I serta II yaitu HLA-Bw 53, HLA-DRBI 1302, HLA-DQB 0501.
c. Umur
Bayi berusia 3-6 bulan yang lahir dari seorang ibu yang imun,
mempunyai imunitas yang diturunkan, sehingga meskipun terdapat
hiperparasitemia dan demam, tetapi jarang mengalami malaria
berat. Primigravida yang tinggal didaerah hipoendemis lebih rentan
terhadap malaria serebral. Keadaan ini diduga disebabkan oleh
menurunnya imunitas dengan mekanisme yang belum diketahui.
d. Status Nutrisi
59
imunologi
malaria,
karena
limpa
memfagositosis
malaria
pada
sebagaimana
manifestasi
klinis
penyakit
(termasuk
pada
umumnya
anamnesis),
uji
infeksi
menyulitkan
lain
para
(demam
klinisi
dengue,
untuk
demam
mendiagnosis
typhoid)
sehingga
malaria
dengan
yang
sering
digunakan
dalam
diagnosa
penurunan
kesadaran yaitu :
CT scanning / MRI;
manifestasi
dengan
atau
serebral
tanpa
gejala
berupa
penurunan
neurologis
lain,
kesadaran
sedangkan
Menghilangkan parasitemia;
gagal ginjal.
Untuk menghilangkan parasit malaria telah dikenal berbagai macam obat
antimalaria, seperti klorokuin, kina, pirimetamin. Pemberian obat pada
penderita malaria serbral harus sedini mungkin dengan dosis yang
adekuat. Pada kasus yang sensitif terhadap klorokuin ada dua pilihan yaitu
:
1.
Kina HCl
Kina merupakan obat anti malaria yang sangat efektif untuk semua jenis
plasmodium dan efektif sebagai schizontocidal maupun gametocydal.
Dipilih sebagai obat utama untuk malaria berat karena masih berefek kuat
terhadap P. falciparum yang resisten terhadap klorokuin.
Cara pemberian dan dosis :
Dosis loading dengan 20 mg/KgBB Kina HCl dalam 100-200 cc cairan
Dextrose 5% (atau NaCl 0,9%) selama 4 jam, dan segera dilanjutkan
dengan 10 mg/KgBB dilarutkan dalam 200 cc Dextrose 5% diberikan
dalam waktu 4 jam, selanjutnya diberikan dengan dosis yang sama
diberikan tiap 8 jam. Apabila penderita sudah sadar, kina diberikan peroral
dengan dosis 3 x 400-600 mg selama 7 hari dihitung dari pemberian hari I
dosis parenteral (10 mg/KgBB/8jam). Kina HCL 25 % (perdrip), dosis
10mg/Kg BB atau 1 ampul (isi 2 ml = 500 mg) dilarutkan dalam 500 ml
dextrose 5 % atau dextrose in saline diberikan selama 8 jam dengan
kecepatan konstan 2 ml/menit, diulang dengan cairan yang sama setiap 8
jam sampai penderita dapat minum obat. Bila penderita sudah dapat
minum, Kina IV diganti dengan Kina tablet / per oral dengan dosis 10
mg/Kg BB/ dosis, pemberian 3 x sehari (dengan total dosis 7 hari dihitung
sejak pemberian infus perdrip yang pertama).
62
White dkk
Kombinasi
kina
dengan
sulfadoksin/pirimetamin
atau
dengan
tetrasiklin oral selama 7 hari atau lebih dengan dosis 4 x 250 mg/hari
dapat mencapai angka penyembuhan 90% 95%.
Prognosis
Prognosis penderita malaria berat tergantung dari cepatnya mendapatkan
diagnosis yang tepat dan penanganan yang akurat. Walaupun demikian
keterlambatan penderita ke RS merupakan factor penting juga. Mortalitas
tergantung dari organ yang terlibat dalam komplikasi.
KERANGKA KONSEP
63
KESIMPULAN
Tn. Andi (30 tahun) terkena malaria cerebral yang diinfeksi oleh
Plasmodium falciparum karena bepergian ke daerah endemic yaitu papua.
DAFTAR PUSTAKA
Amante, Fiona H, et al. Immune-Mediated Mechanisms of Parasite
Tissue. 2010, The Journal of Immunology.
Harijanto PN. 2000. Malaria epidemiologi, patogenesis, manifestasi klinis
dan penanganan. Jakarta: EGC
64
Iskandar, Zulkarnain and Setiawan, Budi. Malaria Berat . [book auth.] Aru
W Sudoyo, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006, Vol. 3, p. 1737.
Markum, H.M.S. Penuntun Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta:
Interna Publishing
McGlynn, Burnside.1995. Diagnostik Fisik Adams Edisi 17. Jakarta:EGC
Natadisastra, Djaenudin. 2009. Parasitologi Kedokteran: Ditinjau dari
Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta: EGC
Staf
Pengajar
Departemen
Parasitologi
FK
UI.
2006.
Parasitologi
dan Terapi.
FKUI.2011.h.556-67.
Thieme 2005, Thieme Color Atlas of Medical Microbiology, medical
electronic book.
http://repository.library.uksw.edu/bitstream/handle/123456789/1070/T1_46
200 8083_BAB%20II.pdf?sequence=3, diunduh pada 2 September
2014
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18650/4/Chapter
%20II.pdfhttp://digilib.unimus.ac.id/fles/disk1/107/jtptunimus-gdlsitihaniah-5329-2-bab2.pdf
http://www.kalbemed.com/Portals/6/11_195Malaria%20 Berat.pdf, diunduh
pada 2 September 2014
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/3d3keperawatanpdf/0810701019/bab2.p
df
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/4s1kedokteran/207311091/BAB%20II.pdf
65