Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO D BLOK 10

Kelompok 9
Tutor : dr. Vina Pramayastri
Nama Anggota :
Suci Dwi Cahya 702018056
Shafatasya Qadrunnada Purnama 702018058
Eldo Kusuma Wijaya 702018004
Hana Sulistia 702018049
Aninda Afrilia Aryani 702018100
Dhea Sinci OpiaNingrum 702018021
Mutiara Irma Khairunnisa 702018040
Dinda Arista 702018031
Tasya Aulia Dita 702018019
Putri Saudah Wulandari 702018030

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Blok Kardio Serebrovaskular adalah blok 10 dari Kurikulum Berbasis
Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang. Pembelajaran blok ini sangat penting untuk
dipelajari dalam komponen pendidikan blok di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu:
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode
analisis pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial

Tutor : dr. Vina Pramayastri


Moderator : Eldo Kusuma Wijaya
Sekretaris Meja : Dhea Sinci OpiaNingrum
Sekretaris Papan : Hana Sulistia
Hari / Waktu : Senin, 06 Januari 2020 (10.30 – 12.00)
Rabu, 08 Januari 2020 (10.30 -
Peraturan tutorial :
1. Menonaktifkan ponsel atau dalam keadaan diam.
2. Mengacungkan tangan saat akan mengajukan argumen dan pertanyaan.
3. Izin saat akan keluar ruangan.
4. Dilarang membawa makanan dan minuman saat proses tutorial berlangsung.
2.2 Skenario Kasus
SKENARIO D BLOK 10 Angkatan 2018

“Lemah Tiba - Tiba”

Tn. Galih, umur 49 tahun, seorang Guru dibawa ke IGD RS karena


mengalami kelemahan pada lengan dan tungkai kiri serta bicara pelo secara tiba-tiba
sejak 1 jam yang lalu ketika sedang mengajar. Menurut temannya, sebelum dibawa ke
rumah sakit, Tn. Galih mengeluh sakit kepala diikuti dengan rasa kesemutan pada
lengan dan tungkai kiri. Saat di Rumah Sakit, Tn. Galih mengalami muntah kemudian
tidak sadarkan diri.

Tn. Galih diketahui menderita darah tinggi dan jarang kontrol ke dokter.
Beberapa hari ini, Tn. Galih sangat sibuk dengan pekerjaannya. Penyakit ini baru
pertama kali diderita oleh Tn. Galih.

Pemeriksaan Fisik :

Keadaan Umum : GCS : E2 M4 V3.

Tanda vital : TD : 220/110 mmHg, Nadi 108x/menit, RR 28 x/menit, Temp 37,2o


celcius.

Kepala : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil anisokor kanan lebih
besar daripada kiri.

Leher : tidak ada pembesaran KGB.


Thoraks : simetris, retraksi tidak ada .

- Jantung : batas jantung membesar, iktus kordis tidak tampak, bunyi jantung
normal, bising jantung shuffle sistolik (-), HR 108x/menit regular.

- Paru : stem fremitus normal, suara nafas vesikuler normal.

Abdomen : datar, lemas, nyeri tekan (-) dan defans muskuler (-), bising usus normal.

Ekstremitas : Lateralisasi sinistra, refleks patologis (+) sinistra.

Pemeriksaan Neurologis : parese n.VII dan XII kiri, lateralisasi sinistra.

Pemeriksaan Laboratorium : BSS (GDS) 140 mg%, kolesterol total 150 mg/dl.
2.3 Klarifikasi Istilah

Bicara pelo (Disatria) merupakan gangguan bicara yang


diakibatkan karena adanya cidera pada
neuromuscular.
Pupil anisokor Ketidaksamaan ukuran diameter kedua pupil
mata.
Refleks patologis Suatu refleks yang terjadi karena adanya
gangguan atau kerusakan pada sistem saraf
pusat.
Kesemutan Perasaan sakit atau perasaan menyimpang, terasa
abnormal seperti rasa terbakar, keringat, dan
lain-lain.
Defans muskuler Adalah nyeri tekan seluruh abdomen yang
menunjukkan adanya rangsangan peritoneum
parietal.
Parese Suatu kondisi ditandai oleh lemahnya gerak
badan atau hilangnya sebagian gerakan badan.
Stem fremitus Getaran yang terasa pada saat palpasi.
Darah tinggi (Hipertensi) Tingginya tekanan darah arteri secara persisten,
penyebabnya mungkin tidak diketahui atau
mungkin disebabkan oleh penyakit lain
GDS (Gula Darah Sewaktu) tes yang digunakan untuk
mengukur kadar gula dalam darah.
Lateralisasi Proses pengkhususan fungsi dari dua belah otak
yang terjadi karena penyebelahan menjadi dua
bagian (hemisfer kanan kiri).
Bising jantung shuffle Bunyi acak atau tidak teratur dari fase sistolik.
sistolik
GCS (Glasgow Coma Scale) adalah skala yang
dipakai untuk mengetahui tingkat kesadaran
seseorang.

2.4 Identifikasi Masalah

1. Tn. Galih, umur 49 tahun, seorang Guru dibawa ke IGD RS karena


mengalami kelemahan pada lengan dan tungkai kiri serta bicara pelo
secara tiba-tiba sejak 1 jam yang lalu ketika sedang mengajar. Menurut
temannya, sebelum dibawa ke rumah sakit, Tn. Galih mengeluh sakit
kepala diikuti dengan rasa kesemutan pada lengan dan tungkai kiri. Saat di
Rumah Sakit, Tn. Galih mengalami muntah kemudian tidak sadarkan diri.
2. Tn. Galih diketahui menderita darah tinggi dan jarang kontrol ke dokter.
Beberapa hari ini, Tn. Galih sangat sibuk dengan pekerjaannya. Penyakit
ini baru pertama kali diderita oleh Tn. Galih.
3. Pemeriksaan Fisik :

Keadaan Umum : GCS : E2 M4 V3.

Tanda vital : TD: 220/110 mmHg, Nadi 108x/menit, RR 28 x/menit,


Temp 37,2o celcius.

Kepala : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil anisokor


kanan lebih besar daripada kiri.

Leher : tidak ada pembesaran KGB.

Thoraks : simetris, retraksi tidak ada .

- Jantung : batas jantung membesar, iktus kordis tidak tampak,


bunyi jantung normal, bising jantung shuffle sistolik (-), HR
108x/menit regular.
- Paru : stem fremitus normal, suara nafas vesikuler normal.

Abdomen : datar, lemas, nyeri tekan (-) dan defans muskuler (-), bising
usus normal.

Ekstremitas : Lateralisasi sinistra, refleks patologis (+) sinistra.

4. Pemeriksaan Neurologis : parese n.VII dan XII kiri, lateralisasi sinistra.


5. Pemeriksaan Laboratorium : BSS (GDS) 140 mg%, kolesterol total 150
mg/dl

2.5 Prioritas Masalah

No. 1 : “Tn. Galih, umur 49 tahun, seorang Guru dibawa ke IGD RS karena
mengalami kelemahan pada lengan dan tungkai kiri serta bicara pelo
secara tiba-tiba sejak 1 jam yang lalu ketika sedang mengajar. Menurut
temannya, sebelum dibawa ke rumah sakit, Tn. Galih mengeluh sakit
kepala diikuti dengan rasa kesemutan pada lengan dan tungkai kiri.
Saat di Rumah Sakit, Tn. Galih mengalami muntah kemudian tidak
sadarkan diri.

Alasan : Karena merupakan keluhan utama dan apabila tidak ditatalaksana


dengan baik akan menyebabkan komplikasi berlanjut.

2.6 Analisis Masalah

1. Tn. Galih, umur 49 tahun, seorang Guru dibawa ke IGD RS karena


mengalami kelemahan pada lengan dan tungkai kiri serta bicara pelo secara
tiba-tiba sejak 1 jam yang lalu ketika sedang mengajar. Menurut temannya,
sebelum dibawa ke rumah sakit, Tn. Galih mengeluh sakit kepala diikuti
dengan rasa kesemutan pada lengan dan tungkai kiri. Saat di Rumah Sakit,
Tn. Galih mengalami muntah kemudian tidak sadarkan diri.
a. Bagaimana anatomi dan fisiologi pada kasus ?
Jawab :
Anatomi Cerebral

Otak manusia mencapai 2% dari keseluruhan berat tubuh,


mengkonsumsi 25% oksigen dan menerima 1,5% curah jantung. Bagian
cranial pada tabung saraf membentuk tiga pembesaran (vesikel) yang
berdiferensiasi untuk membentuk otak: otak depan, otak tengah dan otak
belakang.
- Otak depan (proensefalon) terbagi menjadi dua subdivisi: telensefalon
dan diensefalon. ♣ Telensefalon merupakan awal hemisfer serebral atau
serebrum dan basal ganglia serta korpus striatum (substansi abu-abu)
pada serebrum. ♣ Diensefalon menjadi thalamus, hipotalamus dan
epitalamus.
- Otak tengah (mesensefalon) terus tumbuh dan pada orang dewasa
disebut otak tengah. Otak belakang (rombensefalon) terbagi menjadi
dua subdivisi: metensefalon dan mielensefalon. ♣ Metensefalon berubah
menjadi batang otak (pons) dan serebelum. ♣ Mielensefalon menjadi
medulla oblongata. Rongga pada tabung saraf tidak berubah dan
berkembang menjadi ventrikel otak dan kanal sentral medulla spinalis
(Snell, 2018).
a. Lapisan Pelindung
Otak terdiri dari rangka tulang bagian luar dan tiga lapisan jaringan
ikat yang disebut meninges. Lapisan meningeal terdiri dari pia meter,
lapisan araknoid dan durameter.
a) Pia meter adalah lapisan terdalam yang halus dan tipis, serta melekat
erat pada otak.
b) Lapisan araknoid terletak di bagian eksternal pia meter dan
mengandung sedikit pembuluh darah. Runga araknoid memisahkan
lapisan araknoid dari piameter dan mengandung cairan
cerebrospinalis, pembuluh darah serta jaringan penghubung serta
selaput yang mempertahankan posisi araknoid terhadap piameter di
bawahnya.
c) Durameter, lapisan terluar adalah lapisan yang tebal dan terdiri dari
dua lapisan. Lapisan ini biasanya terus bersambungan tetapi terputus
pada beberapa sisi spesifik. Lapisan periosteal luar pada durameter
melekat di permukaan dalam kranium dan berperan sebagai
periosteum dalam pada tulang tengkorak. Lapisan meningeal dalam
pada durameter tertanam sampai ke dalam fisura otak dan terlipat
kembali di arahnya untuk membentuk falks serebrum, falks
serebelum, tentorium serebelum dan sela diafragma. Ruang subdural
memisahkan durameter dari araknoid pada regia cranial dan medulla
spinalis. Ruang epidural adalah ruang potensial antara perioteal luar
dan lapisan meningeal dalam pada durameter di regia medulla
spinalis (Snell, 2018).
b. Cairan Cerebrospinalis
Cairan serebrospinalis mengelilingi ruang sub araknoid di sekitar
otak dan medulla spinalis. Cairan ini juga mengisi ventrikel dalam otak.
Cairan cerebrospinalis menyerupai plasma darah dan cairan interstisial,
tetapi tidak mengandung protein. Cairan serebrospinalis dihasilkan oleh
plesus koroid dan sekresi oleh sel-sel ependimal yang mengitari
pembuluh darah serebral dan melapisi kanal sentral medulla spinalis.
Fungsi cairan cerebrospinalis adalah sebagai bantalan untuk
pemeriksaan lunak otak dan medulla spinalis, juga berperan sebagai
media pertukaran nutrient dan zat buangan antara darah dan otak serta
medulla spinalis (Snell, 2018).
c. Serebrum
Serebrum tersusun dari dua hemisfer serebral, yang membentuk
bagian terbesar otak. Koterks serebral terdiri dari 6 lapisan sel dan
serabut saraf. Ventrikel I dan II (ventrikel lateral) terletak dalam
hemisfer serebral. Korpus kolosum yang terdiri dari serabut
termielinisasi menyatukan kedua hemisfer. Fisura dan sulkus. Setiap
hemisfer dibagi oleh fisura dan sulkus menjadi 4 lobus (frontal,
paritetal, oksipital dan temporal) yang dinamakan sesuai tempat
tulangnya berada. ♣ Fisura longitudinal membagi serebrum menjadi
hemisfer kiri dan kanan ♣ Fisura transversal memisahkan hemisfer
serebral dari serebelum ♣ Sulkus pusat / fisura Rolando memisahkan
lobus frontal dari lobus parietal. ♣ Sulkus lateral / fisura Sylvius
memisahkan lobus frontal dan temporal. ♣ Sulkus parieto-oksipital
memisahkan lobus parietal dan oksipital. Girus. Permukaan hemisfer
serebral memiliki semacam konvolusi yang disebut girus (Snell, 2018).
d. Area Fungsional Korteks Serebri
Area motorik primer pada korteks Area primer terdapat dalam
girus presentral. Disini neuron mengendalikan kontraksi volunteer otot
rangka. Area pramotorik korteks terletak tepat di sisi anterior girus
presentral. Neuron mengendalikan aktivitas motorik yang terlatih dan
berulang seperti mengetik. Area broca terletak di sisi anterior area
premotorik pada tepi bawahnya. b) Area sensorik korteks Terdiri dari
area sensorik primer, area visual primer, area auditori primer. Area
olfaktori primer dan area pengecap primer (gustatory). c) Area
asosiasitraktus serebral Terdiri area asosiasi frontal, area asosiasi
somatic, area asosiasi visual, area wicara Wernicke. d) Ganglia basal
Adalah kepulauan substansi abu-abu yang terletak jauh di dalam
substansi putih serebrum (Snell, 2018).
e. Diensefalon
Terletak di antara serebrum dan otak tengah serta tersembunyi di
balik hemisfer serebral, kecuali pada sisi basal.
TALAMUS, terdiri dari dua massa oval (lebar 1 ¼ cm dan panjang
3 ¾ cm) substansi abu-abu yang sebagian tertutup substansi putih.
Masing-masing massa menonjol ke luar untuk membentuk sisi dinding
ventrikel ketiga.
HIPOTALAMUS, terletak di didi inferior thalamus dan
membentuk dasar serta bagian bawah sisi dinding ventrikel ketiga.
Hipotalamus berperan penting dalam pengendalian aktivitas SSO yang
melakukan fungsi vegetatif penting untuk kehidupan, seperti pengaturan
frekwensi jantung, tekanan darah, suhu tubuh, keseimbangan air, selera
makan, saluran pencernaan dan aktivitas seksual. Hipotalamus juga
berperan sebagai pusat otak untuk emosi seperti kesenangan, nyeri,
kegembiraan dan kemarahan. Hipotalamus memproduksi hormon yang
mengatur pelepasan atau inhibisi hormon kelenjar hipofise sehingga
mempengaruhi keseluruhan sistem endokrin.
EPITALAMUS, membentuk langit-langit tipis ventrikel ketiga.
Suatu massa berukuran kecil, badan pineal yang mungkin memiliki
fungsi endokrin, menjulur dari ujung posterior epitalamus (Snell, 2018).
f. Sistim Limbik
Terdiri dari sekelompok struktur dalam serebrum dan diensefalon
yang terlibat dalam aktivitas emosional dan terutama aktivitas perilaku
tak sadar. Girus singulum, girus hipokampus dan lobus pitiformis
merupakan bagian sistem limbik dalam korteks serebral (Snell, 2018).
g. Otak Tengah
Merupakan bagian otak pendek dan terkontriksi yang
menghubungkan pons dan serebelum dengan serebrum dan berfungsi
sebagai jalur penghantar dan pusat refleks. Otak tengah, pons dan
medulla oblongata disebut sebagai batang otak (Snell, 2018).
h. Pons
Hampir semuanya terdiri dari substansi putih. Pons
menghubungkan medulla yang panjang dengan berbagai bagian otak
melalui pedunkulus serebral. Pusat respirasi terletak dalam pons dan
mengatur frekwensi dan kedalaman pernapasan. Nuclei saraf cranial V,
VI dan VII terletak dalam pons, yang juga menerima informasi dari
saraf cranial VIII (Snell, 2018).
i. Serebelum
Terletak di sisi inferior pons dan merupakan bagian terbesar kedua
otak. Terdiri dari bagian sentral terkontriksi, vermis dan dua massa
lateral, hemisfer serebelar. Serebelum bertanggung jawab untuk
mengkoordinasi dan mengendalikan ketepatan gerakan otot dengan
baik. Bagian ini memastikan bahwa gerakan yang dicetuskan di suatu
tempat di SSP berlangsung dengan halus bukannya mendadak dan tidak
terkordinasi. Serebelum juga berfungsi untuk mempertahankan postur
(Snell, 2018).
j. Medulla Oblongata
Panjangnya sekitar 2,5 cm dan menjulur dari pons sampai medulla
spinalis dan terus memanjang. Bagian ini berakhir pada area foramen
magnum tengkoral. Pusat medulla adalah nuclei yang berperan dalam
pengendalian fungsi seperti frekwensi jantung, tekanan darah,
pernapasan, batuk, menelan dan muntah. Nuclei yang merupakan asal
saraf cranial IX, X, XI dan XII terletak di dalam medulla (Snell, 2018).
k. Formasi Retikular
Formasi retikular atau sistem aktivasi reticular adalah jaring-jaring
serabut saraf dan badan sel yang tersebar di keseluruhan bagian medulla
oblongata, pons dan otak tengah. Sistem ini penting untuk memicu dan
mempertahankan kewaspadaan serta kesadaran (Snell, 2018).

Vaskularisasi Otak
Arteri, disuplai oleh 2 arteri carotis dan 2 arteri vertebralis, kempat
arteri ini beranastomosis pada permukaan inferior otak dan membentuk
circulus willis (circulus arteriosus).
1. Arteri carotis interna
Keluar dari sinus cavernosus pada sisis medial proscessus
clinoideus anterior dengan menembus durameter, kemudian arteri
ini membelok menuju sulcus cerebri lateralis, bercabang menjadi 2
yaitu A. cerebri anterior dan A. cerebri media
Cabang-cabang cerebral a. carotis cerebral
1) A. opthalamica
2) A. communicans posterior
3) A. choroidea
4) A. cerebri anterior
5) A. cerebri media
2. Arteria verterbralis
Cabang dari pertama A. subcalvia, berjalan keatas melalui
foramne procesus tranvesus vertebra. Pembuluh darah ini masuk
ketengkorak melalui foramen magnum dan berjalan keatas, depan
dan medial medulla oblongata. Pada pinggiran pons arteri ini
bergabung dengan arteri dari sisi lainnya membentuk A. Basilaris.
Arteri basilaris dibentuk dari kedua A. vertebralis berjalan naik
kedalam alur pada permukaan anterior pons. Pada pinggir atas pons
bercabang 2 menjadi a. cerebri posterior.
Cabang-cabang
1) Cabang - cabang untuk pons, cerebellum dan telinga dalam
2) A. cerebri posterior

Sirkulasi darah otak

Kedua arteri ini bersatu membentuk basilaris, arteri basilaris


terus berjalan sampai setinggi otak tengah, dan disini
bercabang menjadi dua membentuk sepasang arteri serebri
posterior. Cabang-cabang sistem vertebrobasilaris ini
memperdarahi medula oblongata, pons, serebelum, otak
tengah dan sebagian diensefalon. Arteri serebri posterior dan
cabang-cabangnya memperdarahi sebagian diensefalon, sebagian lobus
oksipitalis dan temporalis, aparatus koklearis dan organ-organ
vestibular.
Darah vena dialirkan dari otak melalui dua sistem:
kelompok vena interna, yang mengumpulkan darah vena
galen dan sinus rektus, dan kelompok vena eksterna yang terletak
dipermukaan hemisfer otak, dan mencurahkan darah ke sinus sagitalis
superior dan sinius-sinus basalis lateralis dan seterusnya ke vena-vena
jugularis, dicurahkan menuju ke jantung (Snell, 2018).

Anatomi Estremitas Inferior

Regio Extremitas inferior Anterior dan Posterior


1. Regio Cruris Anterior
2. Regio Cruris Posterior
3. Regio Calcaena
4. Regio Surae
5. Regio Genus Anterior
6. Regio Genus Posterior
7. Regio Femoris Anterior
8. Regio Femoris Posterior

Otot pada Extremitas Inferior


1. M. Gastrocnemius
2. M. Iliopsaos
3. M. Tensor Fasciae Latae
4. M. Sartorius
5. M. Quadriceps Femoris
6. M. Gracilis
7. M. Adductor Longus
8. M. Pectineus
9. M. Soleus
10. M. Plantaris
11. M. Tibialis Anterior
12. M. Fibularis (peroneus) Longus
13. M. Extensor Digitorum Longus
14. M. Extensor Hollucis Longus

Saraf pada Extremitas Inferior


1. N. Ischiadicus
2. N. Cutaneusfemoris Posterior
3. N. Tibialis
4. N Fibularis Communis
5. N. Cutaneus Surae Medialis
6. N. Cutaneus Surae Lateralis
7. N. Communicans Fibularis
8. N. Suralis
9. N. Cutaneus Dorsalis Lateralis
10. N. Cutsneus Dorsalis Intermedius
11. N. Cutsneus Dorsalis Medialis
12. N. Plantaris Latealis
13. N. Plantaris Medialis
14. N. Saphenus
15. N. Fibularis Communis
16. N. Fibularis Profundus
17. N. Fibularis Superficialis
18. N. Saphenus
19. N. Digitales Dorsales Pedis

Tulang dan sendi Extremitas Inferior


Tulang:
1. Femur
2. Patella
3. Fibula
4. Tibia
5. Ossa Tarsi
6. Ossa Metatarsalia
7. Ossa Digitorum
Sendi:
1. Articulatio Coxae
2. Articulatio Genus
3. Articulatio Talocuralis
4. Articulatio Calcaneocuboidea
5. Articulatio Subtalaris
6. Articulatio Telocalcaneonavicularis
7. Articulatio Cuneocuboidea
8. Articulatio Intercuneinformes
9. Articulatio Tarsometatarsalis
10. Articulatio Metatarsophalangeae
11. Articulatio Interphalangeae pedis
Pembuluh darah Femur
Arteri pada Femur :
1. A. Femoralis
2. A. Obturatoria
3. A. Circumflexa Femoris Medialis
4. A. Circumflexa Femoris Lateralis
5. A. Descendens Genus
6. A. Profunda Femoris
7. A. Superior Medialis Genus
8. A. Inferior Medialis Genus
9. A. Perforans
Vena pada Femur :
1. V. Saphena Magna
2. V. Femoralis
3. V.Iliaca Externa
4. V. Profunda Femoris
Pembuluh darah pada Cruris:
Arteri pada Cruris:
1. A. poplitea
2. A. Suralis
3. A Inferior Medialis Genus
4. A. Tibialis Posterior
5. A. Tibialis Anterior
6. A. Fibularis
7. A. Dorsalis Pedis
Vena pada Cruris:
1. V.Tibiales Anteriores
2. V. Tibiales Posterior
3. V. Poplitea
4. V. Saphena Parva
5. V. Suralis
(Paulsen, F & J. Waschke, 2013)
Fisiologi jaras kortikospinal
Traktus Piramidalis dan Traktus Extrapyramidalis Traktus
Pyramidalis adalah serabut-serabut saraf motoris central yang
bergabung dalam suatu berkas yang berfungsi menjalankan impuls
motorik yang disadari. Traktus ini membentuk pyramidal pada
medulla oblongata, karena itulah dinamakan system pyramidal turun
dari capsula interna dari cortex cerebri. Kurang lebih sekitar 80 %
serabut-serabut ini menyilang garis tengah dalam decussatio
pyramidium untuk membentuk traktus corticospinalis lateralis,
sisanya turun sebagai tractus corticospinalis anterior. Pada
pyramidalis berfungsi pada awal gerakan yang disusun dalam area
centrochepal. Jika tractus bekerja sendirian tanpa bantuan dari system
extrapyramidalis, maka gerakan yang dihasilkan akan menjadi
gerakan yang tidak beraturan. Sistem tractus extrapyramidalis
merupakan suatu system fungsional yang terdiri dari 3 lapisan
integrasi yaitu cortical, striatal (basal ganglia), dan segmental
(mesensephalon). Daerah inhibisi dan fasilitas bulboretikularis
menerima serabutserabut dari daerah cortex cerebri, striatum, dan
cerebellum anterior. Fungsi dari extrapyramidalis berhubungan
dengan gerak yang berkaitan, pengaturan sikap, dan integrasi
otonom. Lesi pada setiap tingkat dalam system extrapyramidal dapat
mengaburkan atau menghilangkan gerakan dibawah kesadaran dan
mengganti dengan gerakan diluar kesadaran. Tractus pyramidalis
dapat membentuk suatu gerakan yang berarti, sedangkan tractus
extrapyramidalis berpengaruh pada kumpulan motor neuron untuk
membuat gerakan yang diinginkan tanpa melibatkan aktifitas yang
diinginkan.
Serabut saraf traktus piramidalis mulai turun dari korteks sebagai
corona radiata sebelum membentuk capsula interna. Traktus
piramidalis berjalan langsung dan bersifat monosinaps, yang berarti
akson-akson dari neuron-neuronnya tidak bersinaps dengan sel-sel
lain sampai mencapai tujuan akhir mereka yaitu batang otak dan
korda spinalis. Hubungan langsung antara korteks dengan lower
motor neuron memungkinkan pesan ditransmisikan dengan sangat
cepat dari sistem saraf pusat ke perifer. Serabut saraf yang bersinaps
dengan nervus kranialis membentuk traktus kortikobulbar. Yang
dimaksud dengan bulbar adalah batang otak (otak tengah, pons, dan
medula). Serabut saraf yang bersinaps dengan nervus spinalis
mengirim informasi untuk pergerakan volunter ke otot skelet
membentuk traktus kortikospinal. (Sherwood, 2011)
Serabut traktus kortikobulbar meninggalkan traktus piramidalis
pada daerah otak tengah dan melakukan perjalanan ke arah dorsal. Di
dalam perjalanannya menuju nukleus saraf otak, ada beberapa
serabut saraf yang menyilang sedangkan sisanya tetap berjalan
ipsilateral. Hampir semua nervus kranialis menerima inervasi
bilateral dari serabut saraf traktus piramidalis. Ini berarti bahwa
keduanya, yakni anggota kanan dan kiri dari sepasang nervus
kranialis diinervasi oleh daerah korteks motorik hemisfer kanan dan
kiri. Sehingga jika ada lesi unilateral dari traktus piramidalis, kedua
sisi tubuh yang terhubung dengan nervus kranialis tetap menerima
pesan motorik dari korteks. Dua pengecualian untuk pola ini adalah
fungsi N XII yang menginervasi pergerakan lidah dan bagian dari N
VII yang menginervasi otot muka bagian bawah. Mereka hanya
menerima inervasi kontralateral dari traktus piramidalis. Ini berarti
mereka menerima informasi hanya dari serabut saraf di sisi
berlawanan dari otak. Oleh sebab itu, lesi unilateral upper motor
neuron (UMN) dapat menyebabkan ‘facial drop’ unilateral atau
masalah dengan pergerakan lidah di sisi berlawanan dari tubuh. Di
lain pihak lesi unilateral lower motor neuron dapat menyebabkan
paralisis. Hal ini terjadi karena lower motor neuron (UMN)
merupakan jalur terakhir dari perjalanan pesan neural ke otot tubuh.
Pada tingkat lower motor neuron tidak ada rute alternatif untuk
penyampaian pesan dari otak ke perifer.
(Guyton, 2007)

b. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin pada kasus ?


Jawab :
Untuk usia, stroke biasanya pada usia pertengahan (45-59th), tetapi
pada usia muda (25-44th) kejadian stroke meningkat dari tahun ke
tahun. Peningkatan usia seiring dampak kumulatif dari system
kardiovaskular akan meningkat pula risiko terjadinya serangan stroke
iskemik maupun hemorragic, bahkan menjadi 2x per dekade setelah usia
>55th.
Untuk jenis kelamin, pria lebih berisiko dibandingkan wanita, baik
iskemik maupun hemorragic, kecuali pada wanita usia 35-44 th
menggunakan alat kontrasepsi angka kejadian stroke dan penyakit
kasrdiovaskular meningkat. Sedangkan pada kelompok wanita usia > 85
th angka kejadian sama baik pria maupun wanita.
(Rilantono Lily I, 2012)

c. Apa makna Tn. Galih, umur 49 tahun, seorang Guru, dibawa ke IGS RS
karena mengalami kelemahan pada lengan dan tungkai kiri serta bicara
pelo secara tiba-tiba sejak 1 jam yang lalu ketika sedang mengajar ?
Jawab :
Maknanya, kelemahan pada lengan dan tungkai kiri (hemiparese) terjadi
karena kerusakan pada salah satu sisi otak (pada kasus : sisi sebelah
kanan otak) yang menimbulkan paralisis extremitas kontralateral
(Pinzon & Asanti, 2010). Bicara pelo (bicara tidak jelas) terjadi karena
kelumpuhan pada sistem saraf motorik terutama pada saraf yang
mengatur pergerakan bibir dan lidah (N. XII) sehingga menyebabkan
kelumpuhan pada otot disekitar mulut dan lidah seperti otot stiloglosus,
hipoglosus, genioglossus, longitudinalis inferior & superior, otot
masseter, otot buccinator, dan palatum yang menyebabkan gangguan
dalam menghasilkan suara pada proses bicara (Lindasay & Bone, 2004).
Ketika sedang mengajar berarti sedang melakukan aktivitas dan
termasuk dalam klinis stroke hemorragik. Biasanya perdarahan di
bagian dalam jaringan otak menyebabkan defisit neurologik fokal yang
cepat dan memburuk secara progresif dalam beberapa menit sampai
kurang dari 2 jam.

d. Apa etiologi yang terkait pada kasus ?


Jawab :
Menurut Kowalak (2017), Stroke secara khas terjadi karena salah satu
dari tiga penyebab berikut ini:

a. Trombosis pada arteriyang memasok darah kedalam otak atau


trombosis pembuluh darah intrakranial yang menyumbat aliran darah.
b. Emboli akibat pembentukan trombus diluar otak, seperti didalam
jantung, aorta, atau arteri karotis komunis.
c. Pendarahan dari arteri atau vena intrakranialis seperti yang terjadi
karena hipertensi, ruptur aneurisma, malformasi arteriovenosa,
trauma, gangguan hemoragik atau emboli septik.
Pendarahan pada otak bisa disebabkan karena pecahnya aneurisma.
Penyebab pecahnya aneurisma berhubungan dengan ketergantungan
dinding aneurisma yang bergantung pada diameter dan perbedaan
tekanan di dalam dan di luar aneurisma. Setelah pecah, darah merembes
ke ruang subarakhnoid dan menyebar ke seluruh otak dan medula
spinalis bersama cairan serebrospinalis. Darah ini selain dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial, juga dapat melukai
jaringan otak secara langsung. Hal ini juga bisa disebabkan oleh
hipertensi karena tekanan akan mengiritasi selaput otak sehingga
menimbulkan pecahnya aneurisma dan terjadilah peningkatan tekanan
intracranial. (Hansen,2010)

e. Bagaimana patofisiologi kelemahan pada lengan dan tungkai kiri serta


bicara pelo ?
Jawab :
Kelemahan pada lengan dan tungkai kiri :
Tekanan darah yang tinggi  rupturnya pembuluh darah di otak 
darah masuk ke parenkim otak (pendarahan intracerebral)  terjadi lesi
di kapsula interna dextra  efek pada motorik : hemiparese sinistra
(kontralateral).
Bicara pelo :
Tekanan darah yang tinggi  rupturnya pembuluh darah di otak 
darah masuk ke parenkim otak (pendarahan intracerebral)  terjadi lesi
di kapsula interna dextra  mengganggu jaras N.XII  parese N.XII
(Hipoglosus)  bicara pelo.

f. Apa makna menurut temannya, sebelum dibawa ke rumah sakit, Tn.


Galih mengeluh sakit kepala diikuti dengan rasa kesemutan pada lengan
dan tungkai kiri ?
Jawab :
Maknanya, sakit kepala terjadi karena pecahnya pembuluh darah di otak
yang menyebabkan pendarahan di otak sehingga tekanan intra kranial
meningkat yang menyebabkan sakit kepala (Stefan, 2003). Rasa
kesemutan pada lengan & tungkai kiri terjadi karena adanya hambatan
pada hantaran pesan oleh syaraf ke otak. Sensasi normal hilang saat
adanya hambatan tersebut sehingga dapat terjadi kebas atau baal. Saat
hambatan terlepas dan syaraf mulai mengirim pesan lagi ke otak, pada
saat itu lah terjadi kesemutan. Hambatan dapat terjadi karena posisi
tubuh, tapi dapat juga terjadi karena kerusakan syaraf atau masalah pada
otak. (Saerang, Daniel, 2015)
g. Bagaimana patofisiologi sakit kepala diikuti dengan rasa kesemutan
pada lengan dan tungkai kiri ?
Jawab :
Sakit kepala :
Tekanan darah yang tinggi  rupturnya pembuluh darah di otak 
darah masuk ke parenkim otak (perdarahan intracerebral)  tekanan
intra kranial meningkat  sakit kepala.
Kesemutan pada lengan dan tungkai kiri :
Tekanan darah yang tinggi  rupturnya pembuluh darah di otak 
darah masuk ke parenkim otak (perdarahan intraserebral)  terjadi lesi
di kapsula interna dextra  efek pada sensorik : rasa kesemutan pada
extremitas sinistra (kontralateral).

h. Apa makna saat di rumah sakit, Tn. Galih mengalami muntah kemudian
tidak sadarkan diri ?
Jawab :
Maknanya, hal tersebut terjadi karena pecahnya pembuluh darah di otak
sehingga tekanan intra kranial akan meningkat dan akan menekan pusat
kesadaran dan pusat muntah di medulla oblongata. Penurunan kesadaran
juga dapat menyingkiran diagnosis banding dari stroke iskemik.

i. Bagaimana patofisiologi muntah dan tidak sadarkan diri ?


Jawab :
Muntah :
Tekanan darah yang tinggi  rupturnya pembuluh darah di otak 
darah masuk ke parenkim otak (perdarahan intracerebral)  tekanan
intra kranial meningkat  menekan pusat muntah di medulla oblongata
 merangsang reseptor VTZ (Vormitting Trigger Zone)  aktivasi N.
Vagus  ke lambung  asam lambung naik  muntah (pada stroke
hemorragik terjadi muntah menyemprot/proyektil).
Tidak sadarkan diri :
Tekanan darah yang tinggi  rupturnya pembuluh darah di otak 
darah masuk ke parenkim otak (perdarahan intracerebral)  tekanan
intra kranial meningkat  menekan pusat kesadaran (formatio
retikularis) di medulla oblongata  tidak sadarkan diri.

j. Apa kemungkinan penyakit berdasarkan keluhan pada kasus ?


Jawab :

a. Perdarahan Intraserebral

Pecahnya pembuluh darah terutama karena hipertensi mengakibatkan


darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa yang
menekan jaringan otak, dan menimbulkan edema otak. Peningkatan
Tekanan Intrakranial (TIK) yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan
kematian mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intraserebral
yang disebabkan hipertensi sering dijumpai di daerah putamen,
thalamus, pons, dan serebelum (Muttaqin, 2008).

b. Perdarahan Subaraknoid

Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry. Aneurisma


yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi Willisi dan
cabang-cabangnya yang terdapat di luar parenkim otak. Pecahnya
arteri dan keluarnya ke ruang subaraknoid menyebabkan TIK
meningkat mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, dan
vasoplasma pembuluh darah serebral yang berakibat disfungsi otak
global (sakit kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal
(hemiparese, gangguan hemi sensorik, afasia, dan lain-lain)
(Muttaqin, 2008).

c. Perdarahan Subdural

Perdarahan subdural terjadi diantara dura mater dan arakhnoid.


Perdarahan dapat terjadi akibat robeknya vena jembatan (bridging
veins) yang menghubungkan vena di permukaan otak dan sinus
venosus di dalam dura mater atau karena robeknya arachnoid
(Harsono, 2007).

k. Apa hubungan keluhan utama dengan keluhan tambahan ?


Jawab :
Hubungan keluhan kelemahan pada lengan tungkai kiri serta bicara pelo
dan sakit kepala diikuti dengan rasa kesemutan pada lengan dan tungkai
kiri, muntah kemudian tidak sadarkan diri adalah saama- sama
merupakan merupakan manifestasi klinis yang ditimbulkan akibat
gangguan fungsional di otak yang terjadi karena penekanan atau
peningkaan tekanan intracranial dan menekan serta mengganggu fungsi
dari medulla oblongata. (Permatasari, 2011)

2. Tn. Galih diketahui menderita darah tinggi dan jarang kontrol ke dokter.
Beberapa hari ini, Tn. Galih sangat sibuk dengan pekerjaannya. Penyakit ini
baru pertama kali diderita oleh Tn. Galih.
a. Apa makna Tn. Galih diketahui menderita darah tinggi dan jarang
kontrol ke dokter ?
Jawab :
Maknanya, hipertensi merupakan faktor resiko dari stroke. Faktor resiko
stroke meliputi : usia, jenis kelamin, herediter, ras/etnik (yang tidak
dapat dimodifikasi). Sedangkan faktor resiko yang dapat dimodifikasi
diantaranya : hipertensi, diabetes mellitus, TIA, hiperkolesterol,
obesitas, merokok, alkoholik, dan lain-lain.
(Mansjoer, 2010)

b. Apa hubungan menderita darah tinggi dengan keluhan pada kasus ?


Jawab :

Hipertensi merupakan faktor resiko yang dapat dimodifikasi pada


penyakit stroke. Hipertensi bisa menjadi hipertensi esensial dan jika
tidak dikontrol bisa menyebabkan kejadian stroke karena tekanan darah
yang tinggi menyebabkan pecahnya pembuluh darah di otak.

Menurut hasil penelitian Andicha di Rumah Sakit Daerah Raden


Mattaher Jambi didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara
hipertensi dengan kejadian stroke. Dari 68 responden yang menderita
stroke sebagian besar (67%) menderita hipertensi. Pasien yang
hipertensi mempunyai peluang tiga kali untuk mengalami kejadian
stroke dibandingkan responden yang tidak mengalami hipertensi.

(Jeki, Andicha Gustra, 2017)

c. Apa makna beberapa hari ini, Tn. Galih sangat sibuk dengan
pekerjaannya ?
Jawab :
Maknanya, stress merupakan faktor pencetus dari kejadian stroke. Stress
dapat meningkatkan saraf simpatis yang akan mengaktifkan kelenjar
adrenal untuk mensekresikan katekolamin sehingga hormon stress
(epinephrine dan norepinephrine) meningkat yang akan menyebabkan
tekanan darah naik + (pada kasus) hipertensi kronik sehingga terjadi
ruptur pembuluh darah yang menyebabkan terjadi stroke hemorragik.
d. Apa saja komplikasi dari hipertensi ?
Jawab :
Bila Hipertensi berkelanjutan semakin berat dan kronis, maka akan
menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah dan menimbulkan
kerusakan pada organ, seperti jantung, ginjal, otak dan mata. Kerusakan
pada jantung yang diakibatkan Hipertensi misalnya berupa hipertrofi
ventrikel kiri, angina pektoris, gagal jantung, penyakit jantung koroner,
infark miokard dan kematian mendadak (Huether, 2017).
Komplikasi hipertensi berdasarkan terget organ, antara lain:
1. Serebrovaskular : stroke, demensia vaskular
2. Mata : Retinopati hipertensif (Hipertensi dapat menyebabkan
kelainan pada mata berupa retinopati hipertensif. Dengan
funduskopi tampak adanya perdarahan retina dengan atau tanpa
adanya pupil udema)
3. Kardiovaskular : penyakit jantung hipertensif, disfungsi atau
hipertropi ventrikel kiri, penyakit jantung koroner
4. Ginjal : nefropati hipertensif, albuminuria, penyakit ginjal kronis
5. Arteri perifer : klaudikasio intermiten
(Tobe, 2012).

e. Apa saja klasifikasi hipertensi ? (JNC VIII)


Jawab :
1. Hipertensi primer (esensial), hipertensi yang penyebabnya tak
diketahui pasti. Jenis hipertensi ini ditemukan pada 90%-95% dari
seluruh kasus hipertensi. Beberapa faktor risiko yang
dihubungkandengan hipertensi primer (esensial) gaya hidup.
2. Hipertensi sekunder, hipertensi yang penyebabnya dapat
diidentifikasi. Ditemukan pada 5%-10% dari seluruh kasus
hipertensi. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan hipertensi
sekunder ialah penyakit ginjal primer, kontrasepsi oral, obat-obatan
(NSAID, antidepresan, steroid), hiperaldosteronisme primer,
feokromonistoma, stenosis arteri renalis, koarktasi aorta, dan
obstructive sleep apnea.
(Andrea, 2013)
3. Hipertensi emergensi (darurat) ditandai dengan TD Diastolik > 120
mmHg, disertai kerusakan berat dari organ sasaran yang disebabkan
oleh satu atau lebih penyakit/kondisi akut Keterlambatan pengobatan
akanmenyebebabkan timbulnya sequele atau kematian. TD harus
diturunkan sampai batas tertentu dalam satu sampai beberapa jam.
Penderita perlu dirawat di ruangan intensive care unit atau (ICU).
4. Hipertensi urgensi (mendesak), TD diastolik > 120 mmHg dan
dengan tanpa kerusakan/komplikasi minimum dari organ sasaran. TD
harus diturunkan dalam 24 jam sampai batas yang aman memerlukan
terapi parenteral.
(Rilantono Lily I, 2012)
Menurut klasifikasi JNC VIII :
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <130` <85
Perbatasan 130-139 85-89
Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99
Hipertensi tingkat 2 160-179 100-109
Hipertensi tingkat 3 >180 >110

f. Apa makna penyakit ini baru pertama kali diderita oleh Tn. Galih ?
Jawab :
Maknanya Tn. Galih mengalami serangan stroke untuk pertama kalinya.
Kemungkinan untuk prognosisnya lebih baik dibandingkan stroke
berulang serta dari pengaruh waktu, semakin cepat ditangani maka
prognosisnya lebih baik.

3. Pemeriksaan Fisik :

Keadaan Umum : GCS : E2 M4 V3

Tanda vital : TD: 220/110 mmHg, Nadi 108x/menit, RR 28 x/menit, Temp


37,2o celcius.

Kepala : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil anisokor kanan
lebih besar daripada kiri.

Leher : tidak ada pembesaran KGB

Thoraks : simetris, retraksi tidak ada

- Jantung : batas jantung membesar, iktus kordis tidak tampak, bunyi


jantung normal, bising jantung shuffle sistolik (-), HR 108x/menit
regular.

- Paru : stem fremitus normal, suara nafas vesikuler normal

Abdomen : datar, lemas, nyeri tekan (-) dan defans muskuler (-), bising usus
normal

Ekstremitas : Lateralisasi sinistra, refleks patologis (+) sinistra.

a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik ?


Jawab :
Pemeriksaan Kasus Nilai Normal Keterangan
GCS E2 M4 V3 15 (compos Stupor
mentis)
TD 220/110 mmHg 120/80 mmHg Hipertensi
Emergency
Nadi 108 x/menit 60-100 x/menit Takikardi
RR 28 x/menit 16-24 x/menit Takipneu
Temp 37, 2oC 36,5 – 37,5 oC Normal
Kepala  Konjungtiva  Konjungtiva Normal
tidak anemis tidak anemis
 Skelera tidak  Sklera tidak Normal
ikterik ikterik
 Pupil  Pupil isokor Midriasis
anisokor
Leher Tidak ada Tidak ada Normal
pembesaran KGB pembesaran KGB
Thoraks Simetris, retraksi Normal
tidak ada
 Jantung :
 batas jantung  batas jantung Kardiomegali
membesar tidak
membesar
 iktus kordis  iktus kordis Normal
tidak tampak tidak tampak
 bunyi  bunyi jantung Normal
jantung normal
normal
 bising  bising jantung Normal
jantung shuffle
shuffle sistolik (-)
sistolik (-)
 HR 108 x /  HR 60-100 x / Takikardi
menit menit
 Paru : stem  stem fremitus Normal
fremitus normal, suara
normal, suara nafas
nafas vesikuler vesikuler
normal normal

Abdomen Datar lemas, nyeri Datar lemas, nyeri Normal


tekan (-) defans tekan (-) defans
muskuler (-), muskuler (-),
bising usus bising usus normal
normal
Extremitas  Lateralisasi  Refleks Abnormal
sinistra, patologis (-)
refleks
patologis (+)
sinistra

b. Bagaimana mekanisme abnormal dari interpretasi pemeriksaan fisik ?


Jawab :
Hipertensi :
FR : Hipertensi tak terkontrol + FP : stress  peningkatan saraf
simpatis  aktivasi kelenjar adrenal  sekresi katekolamin  hormone
stress (epinephrine & norepinephrine) meningkat  jantung memompa
darah lebih ekstra  tekanan darah naik (hipertensi)
Takikardi & Takipneu :
Stress  peningkatan saraf simpatis  aktivasi kelenjar adrenal 
memicu sekresi katekolamin  hormon stress (epinephrine &
norepinephrine) meningkat  jantung memompa darah ekstra 
tekanan darah naik  CO turun & Oksigen naik  jantung kompensasi
 takikardi dan takipneu.
Pupil anisokor :
FR : hipertensi tak terkontrol  aliran darah ke sirkulasi tinggi secara
terus menerus  degeneratif pada otot dan unsur elastik pada dinding
arteri (karena jantung bekerja ekstra keras memompa darah  dinding
arteri tipis  tekanan darah yang tinggi melukai pembuluh darah 
berkumpulnya sel inflamasi  terbentuknya plak aneurisma  tekanan
darah yang tinggi akan menekan plak aneurisma tersebut  ruptur arteri
 darah masuk ke parenkim otak (perdarahan intracerebral)  lesi
pada kapsula interna  pupil anisokor (kanan lebih besar daripada kiri).
Kardiomegali
Hipertensi tak terkontrol  tekanan darah yang tinggi secara terus
menerus  jantung berkompensasi  kardiomegali.
Lateralisasi sinistra :
FR : hipertensi tak terkontrol  aliran darah ke sirkulasi tinggi secara
terus menerus  degeneratif pada otot dan unsur elastik pada dinding
arteri (karena jantung bekerja ekstra keras memompa darah  dinding
arteri tipis  tekanan darah yang tinggi melukai pembuluh darah 
berkumpulnya sel inflamasi  terbentuknya plak aneurisma  tekanan
darah yang tinggi akan menekan plak aneurisma tersebut  ruptur arteri
 darah masuk ke parenkim otak (pendarahan intracerebral)  terjadi
lesi di kapsula interna dextra  efek pada motorik : hemiparese sinistra
(kontralateral)  lateralisasi sinistra.
Refleks patologis (+) :
FR : hipertensi tak terkontrol  aliran darah ke sirkulasi tinggi secara
terus menerus  degeneratif pada otot dan unsur elastik pada dinding
arteri (karena jantung bekerja ekstra keras memompa darah  dinding
arteri tipis  tekanan darah yang tinggi melukai pembuluh darah 
berkumpulnya sel inflamasi  terbentuknya plak aneurisma  tekanan
darah yang tinggi akan menekan plak aneurisma tersebut  ruptur arteri
 darah masuk ke parenkim otak (perdarahan intracerebral)  lesi di
UMN  refleks patologis (+).

c. Bagaimana cara penilaian GCS ?


Jawab :
Pemeriksaan Kesadaran berdasarkan Glasgow Coma Scale (GCS)
1. Menilai respon mata (eye)
1. Dinilai dengan melihat pembukaan mata secara spontan,
2. Bila tidak terbuka maka pasien dipanggil dengan keras sambil
melihat apakah matanya terbuka,
3. Bila tetap tidak membuka mata maka dilakukan rangsangan
nyeri pada daerah ekstremitas (menekan kuku dengan benda
tumpul) sambil melihat apakah matanya terbuka.

2. Respon Motorik (Movement)

1. Dinilai dengan melihat respon motorik pasien.


2. Bila pasien sadar meminta pasien untuk menggerakkan
ekstremitas atas dan bawah.
3. Bila pasien tidak sadar dilakukan rangsangan nyeri pada daerah
ekstremitas (menekan kuku dengan benda tumpul) sambil
melihat respon motorik apakah menepis (melokalisir nyeri),
fleksi (menghindar), fleksi abnormal, ekstensi abnormal, atau
tanpa respon (rangsang nyeri sebaiknya bersamaan dengan
menilai respon mata).

3. Respon Kata-kata (Verbal).


1. Menilai orientasi pasien dengan menanyakan tempat, waktu,
atau kronologis kejadian.
Skor GCS
MATA (EYE) SKOR
Pasien membuka mata spontan 4
Pasien terpejam, membuka mata bila dipanggil (rangsang suara) 3
Pasien terpejam, membuka mata bila dirangsang nyeri
Pasien tidak membuka mata dengan rangsang nyeri 2
1
MOTORIK (MOVEMENT)
Pasien menggerakkan tubuh (misal ekstremitas) sesuai perintah 6
Pasien melokalisir daerah yang dirangsang nyeri (menyingkirkan
sumber nyeri) 5
Pasien menghindari (fleksi normal) bila dirangsang nyeri 4
Pasien melakukan fleksi abnormal (dekortikasi) bila dirangsang
nyeri 3
Pasien melakukan ekstensi abnormal (deserebrasi) bila
dirangsang nyeri 2
Pasien tidak memberi respon terhadap rangsang nyeri
1
VERBAL (VERBAL)
Pasien menjawab pertanyaan pemeriksa dengan benar dan 5
orientasi yang baik
Pasien menjawab pertanyaan dengan kata yang dimengerti tapi 4
tidak sistematis
Pasien menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang tidak jelas 3
(maracau)
Pasien memberi respon suara yang tidak jelas (mengerang) 2
Pasien tidak memberi respon suara 1
Interpretasi tingkat kesadaran berdasarkan GCS :
15 : Sadar
13-14 : Penurunan kesadaran ringan
9-12 : Penurunan kesadaran sedang
3-8 : Penurunan kesadaran berat (koma)

d. Bagaimana cara pemeriksaan kekuatan otot ?


Jawab :
Pemeriksaan Gerakan dan kekuatan otot

Dalam praktek sehari-hari, tenaga otot dinyatakan dengan menggunakan


angka 0 sampai 5.

0 Tidak ada kontraksi, lumpuh total


1 Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak terdapat gerakan
pada persendian yang harus digerakkan oleh otot tersebut
2 Didapatkan gerakan, namun gerakan ini tidak dapat melawan
gravitasi
3 Dapat mengadakan gerakan melawan gravitasi
4 Disamping dapat melawan gravitasi, dapat pula melawan sedikit
tahanan yang diberikan
5 Tidak ada kelumpuhan

a. Pemeriksaan dimulai dari regio biceps dan triceps. Minta pasien


untuk mengangkat kedua lengan atas ke anterior. Berikan tahanan
oleh pemeriksa. Bandingkan kekuatan otot m.deltoideus kanan dan
kiri pasien.
b. Minta pasien untuk mengekstensikan regio antebrachii dan
anterofleksi seperti membawa nampan. Minta pasien memejamkan
mata dan bertahan pada posisi tersebut selama 10 hitungan. Bila ada
kelemahan ekstremitas superior, maka lengan akan pronasi dan jatuh.
c. Periksa tangan pasien dan carilah adanya atrofi otot intrinsik, oto
thenar dan hipothenar. Periksa genggaman pasien dengan
memintanya menggenggam jari pemeriksa sekuat-kuatnya dan tidak
melepaskan genggamannya saat pemeriksa mencoba menarik jarinya.
d. Pasien dalam posisi berbaring. Minta pasien mengangkat tungkai
dengan fleksi sendi panggul melawan tahanan pemeriksa.
Bandingkan dengan dengan sisi sebelahnya.
e. Periksa adduksi tungkai dengan meletakkan tangan pemeriksa pada
sisi dalam paha dan mintalah pasien untuk mengadduksi kedua
tungkai.
f. Periksa ekstensi lutut dengan meletakkan tangan pemeriksa di bawah
lutut dan pergelangan kaki, mintalah pasien ekstensi lutut melawan
tahanan pemeriksa. Bandingkan dengan sisi sebelahnya.
g. Minta pasien melakukan plantar fleksi kaki sekuat mungkin melawan
tahanan pemeriksa.
(Suratun, 2008)

e. Bagaimana cara penilaian refleks patologis ?


Jawab :
Pemeriksaan Refleks Patologi

a. Refleks Hoffman Tromer


- Tangan pasien ditumpu oleh tangan pemeriksa, kemudian ujung jari
tangan pemeriksa yang lain disentilkan ke ujung jari tengah pasien.
- Respon : fleksi jari-jari yang lain, adduksi ibu jari. (positif jika
abnormal)
b. Refleks Babinski
- Lakukan goresan pada telapak kaki dari arah tumit ke arah jari
melalui sisi lateral.
- Respon : fleksi jari-jari yang lain, adduksi ibu jari. (positif jika
abnormal)

c. Refleks Oppenheim
- Lakukan goresan sepanjang tepi depan tulang tibia dari atas ke
bawah dengan kedua jari telunjuk dan tengah.
- Respon : refleks seperti babinski. (positif jika abnormal)

d. Refleks Gordon
- Lakukan goresan atau memencet otot gastrocnemius.
- Respon : refleks seperti babinski. (positif jika abnormal)
e. Refleks Schaefer
- Lakukan pemencetan pada tendo Achilles.
- Respon : refleks seperti babinski. (positif jika abnormal)

f. Refleks Chaddock
- Lakukan goresan sepanjang tepi lateral punggung kaki di luar
telapak kaki dari tumit ke depan.
- Respon : refleks seperti babinski. (positif jika abnormal)

g. Refleks Rossolimo
- Pukulkan palu refleks pada dorsal kaki pada tulang cuboid.
- Respon : fleksi jari-jari kaki. fleksi jari-jari yang lain, adduksi ibu
jari. (positif jika abnormal)
(Bahar, A & Wuysang, D, 2015)

4. Pemeriksaan Neurologis : parese n.VII dan XII kiri, lateralisasi sinistra.

a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan neurologis ?


Jawab :
Pemeriksaan Kasus Keterangan
N. VII & N. XII, Parese N. VII & N. Abnormal
lateralisasi sinistra XII, lateralisasi
sinistra

b. Bagaimana mekanisme abnormal dari interpretasi pemeriksaan


neurologis ?
Jawab :
Parese N.VII dan N.XII kiri :
FR : hipertensi tak terkontrol  aliran darah ke sirkulasi tinggi secara
terus menerus  degeneratif pada otot dan unsur elastik pada dinding
arteri (karena jantung bekerja ekstra keras memompa darah  dinding
arteri tipis  tekanan darah yang tinggi melukai pembuluh darah 
berkumpulnya sel inflamasi  terbentuknya plak aneurisma  tekanan
darah yang tinggi akan menekan plak aneurisma tersebut  ruptur arteri
 darah masuk ke parenkim otak (perdarahan intracerebral)  lesi
pada kapsula interna dextra  menganggu jaras N.VII dan N.XII 
parese N.VII dan N.XII sinistra (kontralateral).
Lateralisasi sinistra :
FR : hipertensi tak terkontrol  aliran darah ke sirkulasi tinggi secara
terus menerus  degeneratif pada otot dan unsur elastik pada dinding
arteri (karena jantung bekerja ekstra keras memompa darah  dinding
arteri tipis  tekanan darah yang tinggi melukai pembuluh darah 
berkumpulnya sel inflamasi  terbentuknya plak aneurisma  tekanan
darah yang tinggi akan menekan plak aneurisma tersebut  ruptur arteri
 darah masuk ke parenkim otak (pendarahan intracerebral)  terjadi
lesi di kapsula interna dextra  efek pada motorik : hemiparese sinistra
(kontralateral)  lateralisasi sinistra.

c. Bagaimana cara pemeriksaan saraf kranial ?


Jawab :
1. N. I Olfaktorius
Penghiduan diperiksa dengan bau bauhan seperti tembakau, wangi-
wangian, yang diminta agar pasien menyebutkannya dengan mata
tertutup.
2. N. II Opticus
Diperiksa dengan pemerikasaan fisus pada setiap mata digunakan
optotipe snalen yang dipasang pada jarak 6 meter dari pasien, fisus
ditentukan dengan kemampuan membaca jelas deretan huruf-huruf yang
ada.
3. N. III Okulomotoris, N. IV Trochlearis, N. VI Abdusen
Diperiksa bersama dengan menilai kemampuan pergerakan bola mata
kesegala arah, diameter pupil , reflek cahaya dan reflek akomodasi.
4. N.V. Trigeminus berfungsi sensorik dan motoric
Sensorik diperiksa pada permukaan kulit wajah bagian dah, pipi, dan
rahang bawah serta goresan kapas dan mata tertutup.
Motorik diperiksa kemampuan menggigitnya, rabalah kedua tonus
muskulusmasketer saat diperintahkan untuk gerak menggigit.
5. N.VII Fasialis fungsi motorik N.VII
Diperiksa kemampuan mengangkat alis, mengerutkan dahi,
mencucurkan bibir, tersentum, meringis (memperlihatkan gigi depan )
bersiul, menggembungkan pipi. Fungsi sensorik diperiksa rasa
pengecapan pada permukaan lidah yang dijulurkan (gula, garam, asam).
6. N.VIII Vestibulo – acusticus
Fungsi pendengaran diperiksa dengan tes Rinne, Weber , Schwabach
dengan garpu tala.
7. N. IX Glosofaringeus, N.X Vagus
Diperiksa letak ovula di tengah atau deviasi dan kemampuan menelan
pasien
8. N. XI Assesorius
Diperiksa dengan kemampuan mengangkat bahu kiri dan kanan (
kontraksi M.trapezius) dan gerakan kepala.
9. N. XII Hipoglosus
Diperiksa dengan kemampuan menjulurkan lidah pada posisi lurus ,
gerakan lidah mendorong pipi kiri dan kanan dari arah dalam
(Juwono, 2014).

5. Pemeriksaan Laboratorium : BSS (GDS) 140 mg%, kolesterol total 150


mg/dl

a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan laboratorium ?


Jawab :
No Pada kasus Kadar normal interpretasi
1 BSS (GDS) 140 mg% 70-120 sebelum
makan Normal
<140 setelah
makan
<100 puasa
2 Kolestrol 150 mg/dl 140-200 mg/dl
total

6. Bagaimana cara mendiagnosis pada kasus ?

Jawab :

a. Anamnesis
Tn.Galih, umur 49 tahun, mengalami kelemahan pada lengan dan tungkai
kiri serta bicara pelo secara tiba-tiba sejak 1 jam yang lalu ketika sedang
mengajar. Sebelumnya Tn. Galih mengeluh sakit kepala diikuti rasa
kesemutan pada lengan daan tungkai kiri. Memiliki Rriwayat darah tinggi
tetapi jarang dikontrol ke dokter
b. Pemeriksaan fisik
GCS: E2 M4 V3 :Komposmentis
TD 220/110mmHg : hipertensi
Nadi 108x/menit reguler : takikardi
RR 28x/menit : takipneu
Ekstremitas : Lateralisasi sinistra, reflex patologis (+) sinistra:
Gangguan neurologis berupa hemiparese sinistra.
c. Pemeriksaan neurologis
Parase n. VII dan XII kiri, lateralisasi sinistra : Hemiparese kontralateral
sinistra
7. Apa saja diagnosis banding pada kasus?

Jawab :

Klinis Stroke Stroke Stroke


Hemorragik Hemorragik Iskemik
(PIS) (PSA)
Hemiparese Sering dari awal Permulaan tidak Sering dari
ada awal
Bicara pelo + Jarang +
Sakit Kepala + + (sangat hebat) + (ringan)
Muntah + + -
Penurunan kesadaran + + -
FR : Hipertensi + (hampir selalu) Biasanya tidak + (sering)
Kaku kuduk - + -

8. Apa saja pemeriksaan penunjang pada kasus ?

Jawab :

 CT Scan : menentukan jenis stroke yang terjadi apakah stroke iskemik atau
stroke hemoragik, memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, infark/iskemia.
 MRI : menunjukan daerah yang mengalami hemoragik.
 Angiografi serebral : mencari sumber perdarahan seperti
aneurisma/malformasi vaskuler.
 Skor Stroke Siriraj :
Formula : (2,5 x derajatkesadaran) + (2 x vomitus) + (2 x nyerikepala) +
(0,1 x tekanan diastolik) - (3 x petanda ateroma) – 12

Interpretasi hasil :

Skor > 1 : perdarahan supratentorial

Skor -1 s.d. 1 : perlu CT Scan

Skor < -1 : infark serebri

 Skor Stroke: Algoritma Gajah Mada

Penurunan Nyeri kepala Babinski Jenis Stroke


kesadaran

+ + + Perdarahan
+ - - Perdarahan
- + - Perdarahan
- - + Iskemik
- - - Iskemik

Tabel 1. Algoritma Stroke Gajah Mada


(Rilantono, Lily, 2012)

9. Apa working diagnosis pada kasus ?

Jawab :

Hemiparesi sinistra dan parese N.VII & N. XII sinistra e.c CVD Hemorragik
akibat dari hipertensi emergency.

a. Apa definisi dari stroke ?


Jawab :
Istilah stroke atau penyakit serebrovaskular mengacu kepada setiap
gangguan neurologic mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau
terhentinya aliran darah melalui system suplai arteri otak. Yang di
tandai dengan baal atau lemas mendadak di wajah, lengasn atau tungkai,
terutama di salah satu sisi tubuh, gangguan penglihatan, bingung
mendadak, hilangnya keseimbangan atau koordinasi, nyeri kepala hebat
yang belum pernah di rasakan sebelumnya, mual, muntah, dapat
kehilangan kesadaran, deficit neurologi fokal, dan tekanan darah
meningkat pada stroke hemoragik. (Rilantono, Lily, 2012)

b. Apa etiologi dari stroke ?


Jawab :
Stroke hemoragik disebabkan oleh ruptur arteri, baik intraserebral
maupun subarachnoid. Merupakan penyebab tersering, dimana dinding
pembuluh darah kecil yang sudah rusak akibat hipertensi kronik strobek
(Donna, 2008).

c. Apa saja klasifikasi dari stroke ?


Jawab :

Stroke non hemoragik terjadi akibat penutupan aliran darah ke sebagian


otak tertentu, maka terjadi serangkaian proses patologik pada daerah
iskemik. Perubahan ini dimulai dari tingkat seluler berupa perubahan
fungsi dan bentuk sel yang diikuti dengan kerusakan fungsi dan
integritas susunan sel yang selanjutnya terjadi kematian neuron.
Stroke non hemoragik dibagi lagi berdasarkan lokasi penggumpalan,
yaitu (Mardjono, 2006) :
a.) Stroke Non Hemoragik Embolik
Pada tipe ini embolik tidak terjadi pada pembuluh darah otak,
melainkan di tempat lain seperti di jantung dan sistem vaskuler
sistemik. Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada penyakit jantung
dengan shunt yang menghubungkan bagian kanan dengan bagian kiri
atrium atau ventrikel. Penyakit jantung rheumatoid akut atau
menahun yang meninggalkan gangguan pada katup mitralis, fibrilasi
atrium, infark kordis akut dan embolus yang berasal dari vena
pulmonalis. Kelainan pada jantung ini menyebabkan curah jantung
berkurang dan serangan biasanya muncul disaat penderita tengah
beraktivitas fisik seperti berolahraga.

b.) Stroke Non Hemoragik Trombus


Terjadi karena adanya penggumpalan pembuluh darah ke otak. Dapat
dibagi menjadi stroke pembuluh darah besar (termasuk sistem arteri
karotis) merupakan 70% kasus stroke non hemoragik trombus dan
stroke pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus Willisi dan sirkulus
posterior). Trombosis pembuluh darah kecil terjadi ketika aliran
darah terhalang, biasanya ini terkait dengan hipertensi dan
merupakan indikator penyakit atherosclerosis.
Menurut Harsono (2007), secara non hemoragik, stroke dapat dibagi
berdasarkan manifestasi klinik dan proses patologik.

1. Berdasarkan manifestasi klinik


a. Transient Ischemic Attack ( TIA ), serangan kurang dari 24 jam.
Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah
di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam.
b. Reversible Ischemic Neurological Defisit (RIND)
Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu
lebih lama dari 24 jam,tetapi tidak lebih dari 1 minggu.
c. Stroke in Evolution (SIE)
Pada stroke ini gejala neurologik makin lama makin berat
d. Completeled Stroke
Kelainan neurologik sudah menetap, dan tidak berkembang lagi
a. Perdarahan Intraserebral

Pecahnya pembuluh darah terutama karena hipertensi mengakibatkan


darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa yang
menekan jaringan otak, dan menimbulkan edema otak. Peningkatan
Tekanan Intrakranial (TIK) yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan
kematian mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intraserebral
yang disebabkan hipertensi sering dijumpai di daerah putamen,
thalamus, pons, dan serebelum (Muttaqin, 2008).

b. Perdarahan Subaraknoid

Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry. Aneurisma


yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi Willisi dan
cabang-cabangnya yang terdapat di luar parenkim otak. Pecahnya
arteri dan keluarnya ke ruang subaraknoid menyebabkan TIK
meningkat mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, dan
vasoplasma pembuluh darah serebral yang berakibat disfungsi otak
global (sakit kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal
(hemiparese, gangguan hemi sensorik, afasia, dan lain-lain)
(Muttaqin, 2008).

c. Perdarahan Subdural

Perdarahan subdural terjadi diantara dura mater dan arakhnoid.


Perdarahan dapat terjadi akibat robeknya vena jembatan (bridging
veins) yang menghubungkan vena di permukaan otak dan sinus
venosus di dalam dura mater atau karena robeknya arachnoid
(Harsono, 2007).
DD Lokasi Manifestasi Klinis Penyebab Penegakan
diagnosis
Subarachnoid Bery Sakit kepala hebat, fotophobia, mual Ruptur bery CT Scan non
hemoragic Aneurisma muntah hebat, penglihatan menurun, aneurisma, kontras :
disfasia, rangsang meningeal (+) angioma, ditemui
neoplasma, gambar
trombosis bentuk
bintang
Subdural bridging veins Sakit kepala, mual muntah, Trauma CT Scan non
(menghubungk
hemoragic penglihatan menurun, penurunan kepala kontras
an vena di
permukaan kesadaran secara progresivitas tertutup,
otak dan
Pasien terapi
sinus
venosus di antikoagulan,
dalam
ruptur
duramater)
bridgin veins
Epidural Arteri Sakit kepala parahm hemiparese Trauma CT-Scan
hemoragic meningen kontralateral, parese N.III, interval
media lucid dan bisa henti nafas.
Stoke non Saat istirahat ditandai dengan bicara Sumbatan Skor shiriraj
hemoragic pelo, parase N VII dan XII, pada arteri Algoritma
hemiparase kontralateral dan tidak ada akibat gajah mada
peurunan kesadaran. atheroskleros CT Scan
is
Stoke Saat beraktivitas ditandai dengan Sakit Hipertensi Skor shiriraj
hemoragic kepala, mual muntah, penglihatan tak terkontrol Algoritma
menurun, bicara pelo, parase N VII gajah mada
dan XII, hemiparase kontralateral dan CT Scan
penurunan kesadaran.
d. Bagaimana epidemiologi dari stroke ?

Jawab :
 Untuk usia, stroke biasanya pada usia pertengahan (45-59th), tetapi
pada usia muda (25-44th) kejadian stroke meningkat dari tahun ke
tahun. Peningkatan usia seiring dampak kumulatif dari system
kardiovaskular akan meningkat pula resiko terjadinya serangan
stroke iskemik maupun hemorragic, bahkan menjadi 2x perdekade
setelah usia >55th.
 Untuk jenis kelamin, pria lebih beresiko dibandingkan wanita, baik
iskemik maupun hemorragic, kecuali pada wanita usia 35-44 th
menggunakan alat kontrasepsi angka kejadian stroke dan penyakit
kasrdiovaskular meningkat. Sedangkan pada kelompok wanita usia >
85 th angka kejadian sama baik pria maupun wanita. (Rilantono Lily
I, 2012)

d. Bagaimana patogenesis stroke pada kasus ?


Jawab :

FR : Hipertensi tak Kompensasi


FP : stress terkontrol

Aliran darah ke sirkulasi Kardiomegali


Peningkatan saraf tinggi secara terus-
simpatis menerus

Aktivasi kelenjar Dinding pembuluh darah


adrenal arteri menjadi tipis
(karena bekerja ekstra
keras memopa darah)

Sekresi katekolamin
TD meningkat pembuluh
darah

Peningkatan
hormone stress Terjadi proses inflamasi
(epinephrine &
norepinephrine)
Terbentuknya plak
Jantung memompa aneurisma
ekstra + stress

O2 TD naik Ruptur pembuluh darah


meningkat

Takipneu Darah masuk ke


Stroke volume
parenkim otak
menurun
Lesi di kapsula
interna dextra
Jantung
berkompensasi
TIK meningkat
Pupil
Takikardi anisokor

Sakit kepala Menekan medulla Motorik Sensorik Mengganggu


oblongata jaras N.VII
& N.XII
Kelemahan Kesemutan
pada pada
Formatio Merangsang extremitas kiri extremitas Bicara
Retikularis reseptor VTZ (kontralateral) kiri pelo, mulut
mencong
ke kiri
Penurunan Muntah
kesadaran
10. Bagaimana tata laksana pada kasus?

Jawab :

Oksigen 12 L/menit

Untuk tekanan intra kranial : Manitol 0,25 - 0,5 g/kgBB, tiap 4 jam.

Untuk hipertensi : injeksi (farmabes)  mengandung diltiazem. Dititrasi


GTT 5x/menit max 40x/menit, diturunkan < 25%.

Rehabilitasi (fisioterapi)

Edukasi
1. Penjelasan Sebelum MRS (rencana rawat, biaya, pengobatan,
prosedur, masa dan tindakan pemulihan dan latihan, manajemen
nyeri, risiko dan komplikasi).
2. Penjelasan mengenai stroke hemoragik, risiko dan komplikasi selama
perawatan.

3. Penjelasan mengenai factor risiko dan rekurensi.

4. Penjelasan program pemulangan pasien (Discharge Planning).

5. Penjelasan mengenai gejala stroke berulang dan tindakan yang harus


dilakukan sebelum ke RS.
(PERDOSSI, 2011)

11. Apa saja komplikasi pada kasus ?

Jawab :

Komplikasi yang sering terjadi pada pasien stroke yaitu:


a. Dekubitus merupakan tidur yang terlalu lama karena kelumpuh dapat
mengakibatkan luka/lecet pada bagian yang menjadi tumpuan saat
berbaring, seperti pinggul, sendi kaki, pantat dan tumit. Luka dekubitus
jika dibiarkan akan menyebabkan infeksi.
b. Bekuan darah merupakan bekuan darah yang mudah terjadi pada kaki yang
lumpuh dan penumpukan cairan.
c. Kekuatan otot melemah merupakan terbaring lama akan menimbulkan
kekauan pada otot atau sendi. Penekanan saraf peroneus dapat
menyebabkan drop foot. Selain itu dapat terjadi kompresi saraf ulnar dan
kompresi saraf femoral.
d. Osteopenia dan osteoporosis, hal ini dapat dilihat dari berkurangnya
densitas mineral pada tulang. Keadaan ini dapat disebabkan oleh
imobilisasi dan kurangnya paparan terhadap sinar matahari.
e. Depresi dan efek psikologis dikarenakan kepribadian penderita atau karena
umur sudah tua. 25% menderita depresi mayor pada fase akut dan 31%
menderita depresi pada 3 bulan paska stroke dan keadaan ini lebih sering
pada hemiparesis kiri.
f. Inkontinensia dan konstipasi pada umumnya penyebab adalah imobilitas,
kekurangan cairan dan intake makanan serta pemberian obat.
g. Spastisitas dan kontraktur pada umumnya sesuai pola hemiplegi dan nyeri
bahu pada bagian di sisi yang lemah. Kontraktur dan nyeri bahu (shoulder
hand syndrome) terjadi pada 27% pasien stroke.
h. Defisit neurologis permanen (cacat)
(Ranakusuma, 2018)

12. Bagaimana prognosis pada kasus ?

Jawab :
Dubia ad bonam, jika di tatalaksana dengan cepat, dan apabila memburuk
prognosis berubah menjadi malam.

13. Apa SKDU pada kasus?

Jawab :

3B Gawat Darurat
“Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau
mencegah keparahan dan atau kecacatan pada pasien.Lulusan dokter mampu
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.
Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.”

14. Bagaimana pandangan islam pada kasus ?

Jawab :

Al-Baqarah : 153
“Hai orang-oarang yang beriman, mintalah pertolongan dengan sabar dan
salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”

“Sesungguhnya di dalam diri manusia ada segumpal darah, apabila baik


maka baik pula seluruh diri dan amal perbuatannya dan apabila rusak maka
rusaklah seluruh diri itu, ingatlah ia adalah Qalbun. (Sahih Bukhari dan
Sahih Muslim dari Nu’man Ibnu Basyir RA)

2.7 Kesimpulan

Tn. Galih, 49 tahun, seorang Guru, mengalami hemiparese sinistra, parese N. VII
& N. XII serta penurunan kesadaran karena mengalami CVD Hemorragik akibat
dari Hipertensi Emergency.
2.8 Kerangka Konsep

FR : Hipertensi tak
terkontrol + FP : stress

Dinding arteri tipis

Terbentuk plak aneurisma

Pecah pembuluh darah


arteri

Lesi di kapsula Perdarahan intraserebral


interna

TIK meningkat
Kelemahan Kesemutan Bicara pelo

Muntah Sakit kepala Penurunan


kesadaran

Anda mungkin juga menyukai