Anda di halaman 1dari 16

Lampiran 6

Terapi Jus Timun Untuk Menurunkan Tekanan Darah Tinggi Pada Lansia
a. Latar Belakang
Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) merupakan suatu keadaan
dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang
ditunjukkan oleh angka sistolik (bagian atas) dan angka diastolik (bawah) pada
pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa
tensimeter air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya (Anonim,
2008). Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat
badan, tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHg.
Dalam aktivitas sehari-hari, tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka
kisaran stabil. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun saat
tidur dan meningkat saat beraktifitas atau berolahraga (Anonim, 2008).
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menurunkan tekanan darah, seperti
mengkonsumsi makanan yang bisa menurunkan tekanan darah tinggi baik dengan
cara dimakan ataupun diminum. Salah satu terapi yang akan dilakukan saat ini yaitu
pembuatan jus timun, yang merupakan salah satu sayuran yang bisa menurunkan
tekanan darah tinggi.
Karakteristik lansia yang tinggal di RW 09 khususnya RT 01 dan RT 02 sebagian
besar menderita hipertensi. Dari pengkajian yang telah dilakukan dari 37 lansia
terdapat 26 orang lansia yang mengalami hipertensi, Asam urat 16 lansia, sedangkan
yang menderita DM kurang lebih 4 lansia.

Lansia yang mengalami hipertensi

biasanya tidak mengerti tentang apa penyebab dari hipertensi, mereka sering
mengkonsumsi makanan dengan kadar garam yang tinggi. Keluhan terbanyak lansia
yang mengalami hipertensi di RW 09 khususnya RT 01 dan RT 02 adalah pusing dan
ada juga yang mengeluhkan jantung berdebar-debar. Berdasarkan hasil pengkajian
tersebut, lansia tidak mengerti bagaimana cara untuk menurunkan tekanan darah
tinggi dengan terapi herbal, oleh karena itu perlu adanya terapi jus timun untuk
menurunkan tekanan darah tinggi.

b. Rencana Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan kelompok lansia

Manajemen program terapeutik hipertensi tidak efektif pada kelompok lansia di


wilayah RT 01 dan RT 02 RW 09 Dusun Baratan Timur, Kelurahan Baratan,
Jember berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan mengenai konsep
hipertensi (utamanya tentang penanganan untuk menurunkan tekanan darah tinggi
dengan menggunakan obat herbal)
2. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pemberian terapi dengan jus timun, diharapkan kelompok lansia
di wilayah RT 01 dan RT 02 RW 09 Dusun Baratan Timur, Kelurahan Baratan,
Jember dapat menerapkan terapi jus timun untuk menurunkan tekanan darahnya.
3. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan terapi jus timun selama 1 x 15 menit, 80% diharapkan
kelompok lansia di wilayah RT 01 dan RT 02 RW 09 Dusun Baratan Timur,
Kelurahan Baratan, Jember dapat mengenal dan memahami penyakit hipertensi
dengan indikator hasil:
a. Menjelaskan manfaat jus timun bagi penderita hipertensi
b. Menjelaskan cara membuat jus timun dengan baik dan benar
c. Menjelaskan takaran jus timun dalam setiap kali pembuatan
d. Menjelaskan kandungan dalam jus timun
c. Rancangan Kegiatan
1. Persiapan alat
a) Speaker
b) Leaflet
c) Juicer
d) Timun
e) Pisau
f) Gelas
g) Saringan
h) Kamera digital
2. Persiapan lansia
a. Sebelum dilakukan terapi untuk menurunkan tekanan darah tinggi dengan
menggunakan jus timun, mahasiswa menyebarkan undangan pada lansia di
RW 09 khususnya RT 01 dan RT 02 Baratan Timur.

b. Klien telah menyatakan bersedia mengikuti proses terapi jus timun untuk
menurunkan tekanan darah tinggi
3. Persiapan lingkungan

a. Diharapkan proses terapi untuk menurunkan tekanan darah tinggi dengan


menggunakan jus timun dapat dilakukan di ruangan yang kondusif dan tenang.
b. Pelaksanaan
Tindakan

Proses
Pendahuluan

Kegiatan Penyuluh
a. Memberikan salam,
memperkenalkan diri, dan

Kegiatan Peserta
Memerhatikan

Waktu

dan 3 menit

menjawab salam

membuka penyuluhan
b. Menjelaskan materi secara umum

Memerhatikan

dan manfaat bagi komunitas


lansia

Memerhatikan

c. Menjelaskan tentang TIU dan


TIK
Penyajian

a. Menanyakan konsep hipertensi

Memberi tanggapan

(pengertian, penyebab)
1) Mendiskusikan bersama

Memerhatikan

jawaban yang telah


disampaikan
b. Menjelaskan manfaat jus timun

Memerhatikan

bagi penderita hipertensi


1) Menanyakan kepada

Memberi tanggapan

komunitas lansia mengenai


materi yang disampaikan
2) Mendiskusikan bersama

Memerhatikan

materi yang telah


disampaikan

Memerhatikan

c. Simulasi pembuatan jus timun


sebagai terapi untuk menurunkan
tekanan darah tinggi.
1) Menanyakan kepada
komunitas lansia mengenai

Memberi tanggapan

12 menit

materi yang disampaikan

Memerhatikan

2) Mendiskusikan bersama
materi yang telah

Memerhatikan

disampaikan
d. Menjelaskan takaran yang

Memberi tanggapan

digunakan dalam sekali


pembuatan
1) Menanyakan kepada

Memerhatikan

komunitas lansia mengenai


materi yang disampaikan

Memerhatikan

2) Mendiskusikan bersama
materi yang telah

Memberi tanggapan

disampaikan
e. Menjelaskan kandungan dalam
jus timun

Memerhatikan

1) Menanyakan kepada
komunitas lansia mengenai
materi yang disampaikan
2) Mendiskusikan bersama
materi yang telah
disampaikan
Penutup

a. Menutup

pertemuan

dengan Memerhatikan

menit

memberi kesimpulan dari materi


yang disampaikan
b. Mengajukan pertanyaan kepada Memberikan
komunitas lansia

tanggapan

c. Mendiskusikan bersama jawaban


dari

pertanyaan

yang

telah Memerhatikan

diberikan
d. Menutup pertemuan dan memberi Memerhatikan
salam

dan

membalas salam

d. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a) Penyuluh dapat mengembangkan pola komunikasi interaktif dan menarik.

b) Materi yang akan disajikan sudah dalam bahasa dan istilah yang mudah
dipahami.
c) Penyuluh mampu meningkatkan antusiasme dari kelompok lansia untuk
mengikuti terapi jus timun.

2. Evaluasi proses
a) Penyuluh menjelaskan terapi jus timun meliputi manfaat, cara pembuatan,
takaran, dan kandungan dalam jus timun.
b) Menyarankan kelompok lansia untuk bisa mengaplikasikan pembuatan jus
timun untuk dapat menurunkan tekanan darah tingginya.
3. Evaluasi hasil
a) Kelompok lansia dapat memahami terapi jus timun meliputi manfaat, cara
pembuatan, takaran, dan kandungan dalam jus timun.
b) Kelompok lansia dapat mengaplikasikan pembuatan jus timun untuk dapat
menurunkan tekanan darah tingginya.

e. Lampiran
1. Konsep Lansia
1.1 Pengertian Lansia
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65-75
tahun (Potter, 2005). Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho, 2008).

1.2 Klasifikasi Lansia


Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia.
a) Pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
b) Lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c) Lansia Resiko Tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau
lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
(Depkes RI, 2003)
d) Lansia Potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).
e) Lansia Tidak Potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).

1.3 Karakteristik Lansia


Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a)

Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13
tentang kesehatan).

b) Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaftif hingga
kondisi maladaptif.
c)

Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam, 2008).

2. Konsep Hipertensi
2.1 Pengertian
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih
besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih
besar 95 mmHg (Kodim Nasrin, 2003).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan
hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme
pengaturan tekanan darah (Mansjoer,2000).
Hipertensi adalah keadaan menetap tekanan sistolik melebih dari 140 mmHg atau
tekanan diastolic lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnostic ini dapat dipastikan
dengan mengukur rata-rata tekanan darah pada 2 waktu yang terpisah (FKUI,
2001)

2.2 Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar
yaitu : (Lany Gunawan, 2001)
a) Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya.
b) Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi,
sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun
hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi.Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang
spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan
perubahan pada :
a) Elastisitas dinding aorta menurun
b) Katup jantung menebal dan menjadi kaku
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun. 1% setiap tahunsesudah
berumur

20

tahun

kemampuan

jantung

memompa

darah

menurun

menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya


d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer. Meskipun hipertensi primer
belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah
menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.
Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a) Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi. Ciri perseorangan. Ciri perseorangan yang mempengaruhi
timbulnya hipertensi adalah: Umur (jika umur bertambah maka TD
meningkat), Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan), Ras (ras
kulit hitam lebih banyak dari kulit putih).
b) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), Kegemukan atau makan
berlebihan, Stress, Merokok, Minum alkohol, Minum obat-obatan ( ephedrine,
prednison, epineprin).
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
a) GinjalGlomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor
b) VascularAterosklerosis,

Hiperplasia,

Trombosis,

Aneurisma,

kolestrol, Vaskulitis
c) Kelainan endokrin DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme
d) Saraf Stroke, Ensepalitis, SGB
e) ObatobatanKontrasepsi oral, Kortikosteroid

2.3 Klasifikasi Hipertensi

Emboli

Klasifikasi hipertensi dilihat berdasarkan tekanan darah sistolik dan tekanan darah
diastolik dalam satuan mmHg dibagi menjadi beberapa stadium.

Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah pada penderita hipertensi

Kategori

Tekanan Darah Sistolik

Tekanan Darah Diastolik

Di bawah 130 mmHg

Di bawah 85 mmHg

Normal

Hipertensi
130-139 mmHg
85-89 mmHg
perbatasan
Hipertensi Ringan
140-159 mmHg
90-99 mmHg
(stadium 1)
Hipertensi Sedang
160-179 mmHg
100-109 mmHg
(stadium 2)
Hipertensi Berat
180-209 mmHg
110-119 mmHg
(stadium 3)
Hipertensi Maligna
210 mmHg atau lebih
120 mmHg atau lebih
(stadium 4)
Diambil dari Wiryowidagdo (2002). Tanaman Obat Untuk Penyakit Jantung, Darah Tinggi &
Kolesterol. Jakarta: Agromedia Pustaka

2.4 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi dapat
dilakukan dengan dua jenis yaitu penatalaksanaan farmakologis atau dan
penatalaksanaan non farmakologis. Pengobatan hipertensi juga dapat dilakukan
dengan terapi herbal.
2.4.1 Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan

farmakologis

adalah

penatalaksanaan

hipertensi

dengan

menggunakan obat-obatan kimiawi, seperti jenis obat anti hipertensi. Ada berbagai
macam jenis obat anti hipertensi pada penatalaksanaan farmakologis, yaitu:
a)

Diuretik

Obat-obatan jenis ini bekerja dengan cara mengeluarkancairan tubuh (melalui


kencing). Dengan demikian, volume cairan dalam tubuh berkurang sehingga daya
pompa jantung lebih ringan (Dalimartha. et al 2008). Menurut Hayens (2003),

diuretik menurunkan tekanan darah dengan cara megurangi jumlah air dan garam di
dalam tubuh serta melonggarkan pembuluh darah. Sehingga tekanan darah secara
perlahan-lahan mengalami penurunan karena hanya ada fluida yang sedikit di dalam
sirkulasi dibandingkan dengan sebelum menggunakan diuretik. Selain itu, jumlah
garam di dinding pembuluh darah menurun sehingga menyebabkan pembuluh darah
membesar. Kondisi ini membantu tekanan darah menjadi normal kembali.
b) Penghambat adrenergik (-bloker)
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa
jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui
mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial (Lenny, 2008). Pemberian bloker tidak dianjurkan pada penderita gangguan pernapasan seperti asma bronkial
karena pada pemberian -bloker dapat mengkambat reseptor beta 2 di jantung lebih
banyak dibandingkan reseptor beta 2 di tempat lain. Penghambatan beta 2 ini dapat
membuka pembuluh darah dan saluran udara (bronki) yang menuju ke paru-paru.
Sehingga penghambatan beta 2 dari aksi pembukaan ini dengan -bloker dapat
memperburuk penderita asma (Hayens, 2003).
c) Vasodilator
Agen vasodilator bekeja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot
pembuluh darah (Wikipedia, 2008). Contoh yang termasuk obat jenis vasodilator
adalah prasosin dan hidralasin. Kemungkinan yang akan terjadi akibat pemberian
obat ini adalah sakit kepala dan pusing (Dalimartha, et al, 2008).
d) Penghambat enzim konversi angiotensin (penghambat ACE)
Obat ini bekerja melalui penghambatan aksi dari sistem renin-angiotensin. Efek
utama ACE inhibitor adalah menurunkan efek enzim pengubah angiotensin
(angiotensin-converting enzym). Kondisi ini akan menurunkan perlawanan
pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah (Hayens, 2003).
e) Antagonis Kalsium
Antagonis Kalsium adalah sekelompok obat yang berkerja mempengaruhi jalan
masuk kalsium ke sel-sel dan mengendurkan otot-otot di dalam dinding pembuluh
darah sehingga menurunkan perlawanan terhadap aliran darah dan tekanan darah.
Antagonis Kalsium bertindak sebagai vasodilator atau pelebar (Hayens, 2003).
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah :

Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah :
sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah (Lenny, 2008).

2.4.2 Penatalaksanaan Non Farmakologis


Menurut dalimartha, et al (2008), upaya pengobatan hipertensi dapat dilakukan
dengan pengobatan non farmakologis, termasuk mengubah gaya hidup yang tidak
sehat. Penderita hipertensi membutuhkan perubahan gaya hidup yang sulit dilakukan
dalam jangka pendek. Oleh karena itu, faktor yang menentukan dan membantu
kesembuhan pada dasarnya adalah diri sendiri (Palmer, 2007).
Enam langkah dalam perubahan gaya hidup yang sehat bagi para penderita hipertensi
yaitu:
a) Mengontrol Pola Makan
Hayens (2003) menyarankan mengkonsumsi garam sebaiknya tidak lebih dari 2000
sampai 2500 miligram. Karena tekanan darah dapat meningkat bila asupan garam
meningkat. Dimana pembatasan asupan sodium dapat mempertinggi efek sebagian
besar obat yang digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi kecuali kalcium
antagonis.
Dalimartha, et al (2008) menyarankan lemak kurang dari 30% dari konsumsi kalori
setiap hari. Mengonsumsi banyak lemak akan berdampak pada kadar kolestereol
yang tinggi. Kadar kolesterol yang tinggi meningkatkan resiko terkena penyakit
jantung (Sheps, 2005).
b) Tingkatkan Konsumsi Potasium dan Magnesium
Pola makan yang rendah potasium dan magnesium menjadi salah satu faktor pemicu
tekanan darah tinggi. Buah-buahan dan sayuran segar merupakan sumber terbaik bagi
kedua nutrisi tersebut untuk menurunkan tekanan darah (Dalimartha, et al, 2008).
c) Makan Makanan Jenis Padi-padian
Penelitian yang dimuat dalam American Journal of Clinical Nutrition yang ditulis
dalam Dalimartha, et al (2008) ditemukan bahwa pria yang mengkonsumsi sedikitnya
satu porsi sereal dari jenis padi-padian per hari mempunyai kemungkinan yang sangat

kecil (0-20%) untuk terkena penyakit jantung. Semakin banyak konsumsi padi-padian,
semakin rendah resiko penyakit jantung koroner, termasuk terkena hipertensi

(Dalimartha, et al, 2008).


d) Aktivitas (Olah Raga)
Melalui olah raga yang isotonik dan teratur (aktivitas fisik aerobik selama 30-45
menit per hari) dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan
darah (Yundini, 2006). Palmer (2007) mengatakan bahwa ada delapan cara untuk
meningkatkan aktivitas fisik yaitu: dengan menyempatkan berjalan kaki misalnya
mengantar anak kesekolah, sisihkan 30 menit sebelum erangkat bekerja untuk
berenang di kolam renang terdekat, gunakan sepeda untuk pergi kerja selama 2
sampai 3 hari dalam satu minggu, mulailah berlari setiap hari dimana melakukan
latihan ringan pada awalnya dan tingkatkan secara perlahan-lahan, pada sat istirahat
makan siang tinggalkan meja kerja anda dan mulailah berjalan, pergilah bermain iceskating, roller-blade atau bersepeda bersama keluarga atau teman, satu hari dalam satu
minggu, lakukan aktivitas baru misalnya bergabung dengan klub tenis atau bulu
tangkis atau belajar dansa, yang terakhir pilih tangga dibandingkan lift atau eskalator.
e) Bantuan dari Kelompok Pendukung
Sertakan keluarga dan teman menjadi kelompok pendukung pola hidup sehat
(Dalimartha, et al, 2008). Sehingga keluarga dan teman-teman mengerti sepenuhnya
tentang besarnya resiko jika tekanan darah kita tidak terkendali. Dengan demikian
keluarga dan teman akan membantu dengan memperhatikan makanan kita atau
mengingatkan saat tiba waktunya untuk minum obat atau untuk melakukan aktivitas
berjalan-jalan setiap hari dan mungkin saja mereka bahkan akan menemani kita
(Sheps, 2005). Penelitian yang ditulis dalam Dalimartha, et al (2008) menunjukkan
dukungan kelompok terbukti berhasil dalam mengubah gaya hidup untuk mencegah
hipertensi.
f) Berhenti Merokok dan Hindari Konsumsi Alkohol berlebih
Nikotin dalam tembakau adalah penyebab meningkatnya tekanan darah. Nikotin
diserap oleh pembuluh-pembuluh darah di dalam paru-paru dan diedarkan ke aliran
darah. Dalam beberapa detik nikotin mencapai ke otak. Otak bereaksi terhadap nikotin
dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin),
sehingga dengan pelepasan hormon ini akan menyempitkan pembuluh darah dan
memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi (Sheps,
2005).
Demikian juga dengan alkohol, efek semakin banyak mengkonsumsi alkohol maka
semakin tinggi tekanan darah, sehingga peluang terkena hipertensi semakin tinggi
(Hayens, 2003). Menurut Sheps (2005) alkohol dalam darah merangsang pelepasan

epinefrin (adrenalin) dan hormon-hormon lain yang membuat pembuluh darah


menyempit atau menyebabkan penumpukan lebih banyak natrium dan air. Selain itu
minum-minuman alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan kekurangan gizi yaitu
penurunan kadar kalsium dan magnesium, rendahnya kadar dari kalsium dan
magnesium berkaitan dengan peningkatan tekanan darah (Sheps, 2005). Beberapa
laporan mnyimpulkan bahwa efek alkohol dimulai dari asupan alkohol yang paling
rendah. Jadi, seseorang yang tidak mengkonsumsi alkohol maka cenderung memiliki
tekanan darah yang normal.

2.4.3 Terapi Herbal


Tanaman obat tradisional yang dapat di gunakan untuk penyakit hipertensi yaitu:
bawang putih (Allimun sativum L), seledri (Apium graveolens L), belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L), belimbing (Averrhoa carambola L), teh (Camellia sinensis L),
wortel (Daucus carota L), mengkudu (Morinda citrifolia L), mentimun (Cucumis
sativus L) dan lain-lain (Wiryowidagdo, 2002).

3.

Mentimun (Cucumis sativus)


3.1 Pengertian
Timun atau mentimun (Cucumis Sativus) adalah tanaman merambat, batangnya
menjulur. Bentuk daunnya seperti bentuk tangan, besar dan berbulu kasar serta
berkeping 3 sampai 7, berakar serabut dan bentuknya bulat panjang, berwarna hijau
muda dan mengandung banyak air. Isi buahnya lembut dan berbiji kecil-kecil
berbentuk pipih (Wiryowidagdo, 2002). Para ahli menamai mentimun Cucumis

Sativus L. Mentimun termasuk keluarga besar suku labu-labuan atau Cucurbitaceae.


Timun biasanya dipanen sebelum matang benar. Timun berupa herbal menjalar atau
setengah merambat. Ia termasuk tanaman semusim. Artinya setelah berbunga dan
berbuah ia akan mati. Satu tumbuhan dapat menghasilkan 20 buah namun dalam
budidaya biasanya jumlah buah dibatasi untuk menghasilkan ukuran buah yang baik
(Fikri, 2008).

3.2 Kandungan Mentimun


Buah mentimun (Cucumis Sativus) mengandung sejumlah zat kimia alami
diantaranya, vitamin A, B, C, E, saponin, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi,
belerang, flavonoid dan polifenol. Secara rinci di dalam 100 gram buah timun terdapat
energi 20 kkal, karbohidrat 3.63 gr, gula 1.67 gr, serat pangan 0.5 gr, lemak 0.11 gr,
protein 0.65 gr, Vitamin B1 0.027 mg, Vitamin B2 0.033 mg, Vitamin B3 0.098 mg,
vitamin B5 0.259 mg, vitamin B6 0.040 mg, folate 2%, vitamin C 2.8 mg, kalcium 16
mg, zat besi 0.28 mg, magnesium 13 mg, fospor 24 mg, potassium 147 mg, zinc 0.20
mg (Fikri, 2008).

3.3 Khasiat Mentimun


Mentimun (Cucumis Sativus) mempunyai banyak khasiat. Dalam berbagai uji coba
yang dilakukan, ekstrak mentimun berdampak positif jika digunakan untuk mengobati
seperti susah buang air besar, menurunkan kolesterol, meningkatkan kekebalan tubuh,
mencegah hepatitis, sariawan, demam, darah tinggi dan beberapa gangguan kesehatan
lainnya (Mangonting, et al, 2008).
Kandungan serat dalam mentimun dapat menurunkan kadar lemak tubuh dan
kolesterol serta memberi efek mengenyangkan sehingga kita jadi tidak gampang
lapar. Selain itu, mentimun juga mengandung asam malonat yang dapat mencegah
gula darah berubah menjadi lemak, sehingga sangat membantu menurunkan berat
badan (Majalah Nirmala, 2008 dalam http:// cybermed. cbn. net. id)

3.4 Pemanfaatan Mentimun terhadap Tekanan Darah Tinggi


Pemanfaatan mentimun dalam menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi yaitu dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (melalui air seni)
(Mangonting, et al, 2008). Dimana mentimun mengandung mineral yaitu
potassium, magnesium, dan pospor. Selain itu mentimun juga bersifat diuretic
karena mengandung banyak air sehingga menbantu menurunkan tekanan darah

(Myrank, 2009). Sementara di dalam Majalah Nirmala (2008, dalam


http://cybermed.cbn.net.id)

Penderita

hipertensi

sangat

disarankan

untuk

mengkonsumsi mentimun, karena kandungan mineral kalium, magnesium, dan


serat di dalam timun bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah. Serta mineral
magnesium yang juga berperan melancarkan aliran darah dan menenangkan saraf.

3.5 Cara Membuat Jus Mentimun


Cara membuat jus mentimun untuk penyakit hipertensi yaitu: buah mentimun segar
sebanyak 300 gram dicuci dan diparut kemudian diperas dan selanjutnya disaring.
Pemarutan bisa dilakukan secara manual maupun non manual. Hasil saringan
diminum sekaligus, sementara untuk penggulangan harus dibuat ramuan baru
(Wiryowidagdo, 2002).
Sementara menurut Fikri (2008) cara membuat jus mentimun (Cucumis Sativus)
untuk menurunkan tekanan darah tinggi yaitu ambil sebanyak 2 buah timun ukuran
sedang. Cuci sampai bersih lalu potong-potong seperlunya. Kemudian rebus dengan
3-4 gelas air sampai tersisa separuhnya. Dinginkan, saring. Bagi ramuan menjadi dua.
Minum pagi dan malam. Lakukan pengobatan sampai sembuh.

Anda mungkin juga menyukai