Terapi Jus Timun Untuk Menurunkan Tekanan Darah Tinggi Pada Lansia
a. Latar Belakang
Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) merupakan suatu keadaan
dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang
ditunjukkan oleh angka sistolik (bagian atas) dan angka diastolik (bawah) pada
pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa
tensimeter air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya (Anonim,
2008). Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat
badan, tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHg.
Dalam aktivitas sehari-hari, tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka
kisaran stabil. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun saat
tidur dan meningkat saat beraktifitas atau berolahraga (Anonim, 2008).
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menurunkan tekanan darah, seperti
mengkonsumsi makanan yang bisa menurunkan tekanan darah tinggi baik dengan
cara dimakan ataupun diminum. Salah satu terapi yang akan dilakukan saat ini yaitu
pembuatan jus timun, yang merupakan salah satu sayuran yang bisa menurunkan
tekanan darah tinggi.
Karakteristik lansia yang tinggal di RW 09 khususnya RT 01 dan RT 02 sebagian
besar menderita hipertensi. Dari pengkajian yang telah dilakukan dari 37 lansia
terdapat 26 orang lansia yang mengalami hipertensi, Asam urat 16 lansia, sedangkan
yang menderita DM kurang lebih 4 lansia.
biasanya tidak mengerti tentang apa penyebab dari hipertensi, mereka sering
mengkonsumsi makanan dengan kadar garam yang tinggi. Keluhan terbanyak lansia
yang mengalami hipertensi di RW 09 khususnya RT 01 dan RT 02 adalah pusing dan
ada juga yang mengeluhkan jantung berdebar-debar. Berdasarkan hasil pengkajian
tersebut, lansia tidak mengerti bagaimana cara untuk menurunkan tekanan darah
tinggi dengan terapi herbal, oleh karena itu perlu adanya terapi jus timun untuk
menurunkan tekanan darah tinggi.
b. Rencana Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan kelompok lansia
b. Klien telah menyatakan bersedia mengikuti proses terapi jus timun untuk
menurunkan tekanan darah tinggi
3. Persiapan lingkungan
Proses
Pendahuluan
Kegiatan Penyuluh
a. Memberikan salam,
memperkenalkan diri, dan
Kegiatan Peserta
Memerhatikan
Waktu
dan 3 menit
menjawab salam
membuka penyuluhan
b. Menjelaskan materi secara umum
Memerhatikan
Memerhatikan
Memberi tanggapan
(pengertian, penyebab)
1) Mendiskusikan bersama
Memerhatikan
Memerhatikan
Memberi tanggapan
Memerhatikan
Memerhatikan
Memberi tanggapan
12 menit
Memerhatikan
2) Mendiskusikan bersama
materi yang telah
Memerhatikan
disampaikan
d. Menjelaskan takaran yang
Memberi tanggapan
Memerhatikan
Memerhatikan
2) Mendiskusikan bersama
materi yang telah
Memberi tanggapan
disampaikan
e. Menjelaskan kandungan dalam
jus timun
Memerhatikan
1) Menanyakan kepada
komunitas lansia mengenai
materi yang disampaikan
2) Mendiskusikan bersama
materi yang telah
disampaikan
Penutup
a. Menutup
pertemuan
dengan Memerhatikan
menit
tanggapan
pertanyaan
yang
telah Memerhatikan
diberikan
d. Menutup pertemuan dan memberi Memerhatikan
salam
dan
membalas salam
d. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a) Penyuluh dapat mengembangkan pola komunikasi interaktif dan menarik.
b) Materi yang akan disajikan sudah dalam bahasa dan istilah yang mudah
dipahami.
c) Penyuluh mampu meningkatkan antusiasme dari kelompok lansia untuk
mengikuti terapi jus timun.
2. Evaluasi proses
a) Penyuluh menjelaskan terapi jus timun meliputi manfaat, cara pembuatan,
takaran, dan kandungan dalam jus timun.
b) Menyarankan kelompok lansia untuk bisa mengaplikasikan pembuatan jus
timun untuk dapat menurunkan tekanan darah tingginya.
3. Evaluasi hasil
a) Kelompok lansia dapat memahami terapi jus timun meliputi manfaat, cara
pembuatan, takaran, dan kandungan dalam jus timun.
b) Kelompok lansia dapat mengaplikasikan pembuatan jus timun untuk dapat
menurunkan tekanan darah tingginya.
e. Lampiran
1. Konsep Lansia
1.1 Pengertian Lansia
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65-75
tahun (Potter, 2005). Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho, 2008).
Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13
tentang kesehatan).
b) Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaftif hingga
kondisi maladaptif.
c)
2. Konsep Hipertensi
2.1 Pengertian
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih
besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih
besar 95 mmHg (Kodim Nasrin, 2003).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan
hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme
pengaturan tekanan darah (Mansjoer,2000).
Hipertensi adalah keadaan menetap tekanan sistolik melebih dari 140 mmHg atau
tekanan diastolic lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnostic ini dapat dipastikan
dengan mengukur rata-rata tekanan darah pada 2 waktu yang terpisah (FKUI,
2001)
2.2 Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar
yaitu : (Lany Gunawan, 2001)
a) Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya.
b) Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi,
sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun
hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi.Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang
spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan
perubahan pada :
a) Elastisitas dinding aorta menurun
b) Katup jantung menebal dan menjadi kaku
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun. 1% setiap tahunsesudah
berumur
20
tahun
kemampuan
jantung
memompa
darah
menurun
Hiperplasia,
Trombosis,
Aneurisma,
kolestrol, Vaskulitis
c) Kelainan endokrin DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme
d) Saraf Stroke, Ensepalitis, SGB
e) ObatobatanKontrasepsi oral, Kortikosteroid
Emboli
Klasifikasi hipertensi dilihat berdasarkan tekanan darah sistolik dan tekanan darah
diastolik dalam satuan mmHg dibagi menjadi beberapa stadium.
Kategori
Di bawah 85 mmHg
Normal
Hipertensi
130-139 mmHg
85-89 mmHg
perbatasan
Hipertensi Ringan
140-159 mmHg
90-99 mmHg
(stadium 1)
Hipertensi Sedang
160-179 mmHg
100-109 mmHg
(stadium 2)
Hipertensi Berat
180-209 mmHg
110-119 mmHg
(stadium 3)
Hipertensi Maligna
210 mmHg atau lebih
120 mmHg atau lebih
(stadium 4)
Diambil dari Wiryowidagdo (2002). Tanaman Obat Untuk Penyakit Jantung, Darah Tinggi &
Kolesterol. Jakarta: Agromedia Pustaka
2.4 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi dapat
dilakukan dengan dua jenis yaitu penatalaksanaan farmakologis atau dan
penatalaksanaan non farmakologis. Pengobatan hipertensi juga dapat dilakukan
dengan terapi herbal.
2.4.1 Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan
farmakologis
adalah
penatalaksanaan
hipertensi
dengan
menggunakan obat-obatan kimiawi, seperti jenis obat anti hipertensi. Ada berbagai
macam jenis obat anti hipertensi pada penatalaksanaan farmakologis, yaitu:
a)
Diuretik
diuretik menurunkan tekanan darah dengan cara megurangi jumlah air dan garam di
dalam tubuh serta melonggarkan pembuluh darah. Sehingga tekanan darah secara
perlahan-lahan mengalami penurunan karena hanya ada fluida yang sedikit di dalam
sirkulasi dibandingkan dengan sebelum menggunakan diuretik. Selain itu, jumlah
garam di dinding pembuluh darah menurun sehingga menyebabkan pembuluh darah
membesar. Kondisi ini membantu tekanan darah menjadi normal kembali.
b) Penghambat adrenergik (-bloker)
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa
jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui
mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial (Lenny, 2008). Pemberian bloker tidak dianjurkan pada penderita gangguan pernapasan seperti asma bronkial
karena pada pemberian -bloker dapat mengkambat reseptor beta 2 di jantung lebih
banyak dibandingkan reseptor beta 2 di tempat lain. Penghambatan beta 2 ini dapat
membuka pembuluh darah dan saluran udara (bronki) yang menuju ke paru-paru.
Sehingga penghambatan beta 2 dari aksi pembukaan ini dengan -bloker dapat
memperburuk penderita asma (Hayens, 2003).
c) Vasodilator
Agen vasodilator bekeja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot
pembuluh darah (Wikipedia, 2008). Contoh yang termasuk obat jenis vasodilator
adalah prasosin dan hidralasin. Kemungkinan yang akan terjadi akibat pemberian
obat ini adalah sakit kepala dan pusing (Dalimartha, et al, 2008).
d) Penghambat enzim konversi angiotensin (penghambat ACE)
Obat ini bekerja melalui penghambatan aksi dari sistem renin-angiotensin. Efek
utama ACE inhibitor adalah menurunkan efek enzim pengubah angiotensin
(angiotensin-converting enzym). Kondisi ini akan menurunkan perlawanan
pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah (Hayens, 2003).
e) Antagonis Kalsium
Antagonis Kalsium adalah sekelompok obat yang berkerja mempengaruhi jalan
masuk kalsium ke sel-sel dan mengendurkan otot-otot di dalam dinding pembuluh
darah sehingga menurunkan perlawanan terhadap aliran darah dan tekanan darah.
Antagonis Kalsium bertindak sebagai vasodilator atau pelebar (Hayens, 2003).
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah :
Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah :
sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah (Lenny, 2008).
kecil (0-20%) untuk terkena penyakit jantung. Semakin banyak konsumsi padi-padian,
semakin rendah resiko penyakit jantung koroner, termasuk terkena hipertensi
3.
Penderita
hipertensi
sangat
disarankan
untuk