Anda di halaman 1dari 3

A.

Pengertian Hukum Islam


Masyarakat Indonesia mengenal berbagai istilah seputar hukum islam.
Diantaranya adalah syariah dan fiqih. kedua istilah ini memiliki arti pengertian
yang berbeda. Perbedaan ini perlu diketahui agar tidak terjadi kesalahpahaman
dalam mengartikan dan memahami keduanya.
Kata syariah sendiri diambil dari bahasa Arab. Secara Etimologis, syariah
berarti sumber air yang dituju atau didatangi untuk diminum. Dahulu (di arab)
orang mempergunakan kata syariah untuk sebutan jalan setapak menuju ke
sumber air yang diperlukan manusia untuk minum dan membersihkan diri. Oleh
Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash Shidieqy juga, dikemukakan bahwa syariah semula
berarti jalan yang dilalui air terjun.
Tetapi kemudian kata syariah digunakan oleh orang-orang Arab, dalam arti
atthoriqotul mustaqiimah (jalan yang lurus). Pengertian jalan yang lurus disini
mempunyai makna sebagai petunjuk bagi manusia untuk menuju kepada
kebaikan. Petunjuk untuk mencapai keselamatan, baik jiwa maupun raga.
Secara terminologi, syariah islam berarti segala peraturan agama yang di
tetapkan Allah untuk ummat islam, baik dari Al-Quran maupun dari sunnah
Rasulullah saw. yang berupa perkataan,perbuatan ataupun takrir (penetapan atau
pengakuan).
Muhammad Aliy at-Tahanawiy mengemukakan pengertian syariah sebagai
hukum-hukum yang ditetapkan oleh Allah untuk hamba-hamba-Nya, yang dibawa
oleh Rasulullah SAW, baik hukum-hukum tersebut berhubungan dengan cara
melakukan perbuatan yaitu yang disebut dengan hukum Furu (cabang), dan
amaliyah (perbuatan).
Pengertian syariah yang lebih rinci lagi dikemukakan oleh Manna Khalil alQattan dengan apa-apa yang ditetapkan oleh Allah bagi para hamba-Nya baik
mengenai aqaid, ibadat, akhlaq, muamalat maupun tatanan kehidupan lainnya
denagan segala cabangnya yang bermacam-macam guna merealisasikan
kebahagiaan mereka baik di dunia maupun akhirat
Pada prinsipnya, syariat adalah wahyu Allah yang terdapat dalam Al-Quran
dan sunnah (hadts). Syariat bersifat fundamental, mempunyai ruang lingkup yang
lebih luas dari fikih, berlaku abadi, dan menunjukan kesatuan dalam islam.
Kemudian kata fiqih Dalam bahasa Arab, secara harfiah fikih berarti
pemahaman yang mendalam terhadap suatu hal.

Pada mulanya, kata fiqih digunakan orang-orang Arab bagi seseorang yang
ahli mengawinkan unta. Kemudian fiqih digunakan dalam arti memahami atau
ahli dalam suatu hal.
Dalam al-Quran banyak digunakan kata fiqih untuh pengertian mengetahui
atau memahami secara umum sebagaimana tersebut di atas dengan berbagai
macam perubahan bentuknya.
kata-kata yang berakar pada kata fiqih dalam ayat al-Quran dan Hadist
Rasululllah saw mengandung arti mengetahui, memahami dan mengerti secara
mendalam. Ungakapan al-Quran dan sabda Nabi menunjukan bahwa di masa
Rasulullah istilah fiqih tidak digunakan dalam pengertian hukum saja, akan tetapi
mempunyai arti yang lebih luas mencakup semua aspek yang termasuk dalam
agama islam.
Secara terminologis, fiqih dapat diartikan sebagai hukum-hukum yang amaliy
(praktis) yang diambil dari dalil-dalilnya yang tafsily (terperinci). Abdul Wahab
Khallaf mengemukakan fiqih sebagai himpunan himpunan hukum-hukum syara
yang amali yang diperoleh dari dalil-dalilnya yang tafsiliy.
Definnisi-definisi di atas menunjukkan bahwa ilmu fiqih bersangkut paut
dengan hukum syara yang praktis. Jadi hukum-hukum yang syara yang diambil
dari dalil-dalil yang terinci itu dinamai fiqih. Baik melalui ijtihad ataupun tanpa
melalui ijtihad. Dengan demikian jelaslah bahwa hukum-hukum yang bersangkut
dengan bidang aqidah dan bidang akhlaq tidak termasuk dalam Ilmu Fiqih dan
tidak dikatakan Ilmu Fiqih.
Diaktakan bahwa fiqih adalah pemahaman manusia yang memenuhi syarat
memenuhi syariat sebagaimana yang terdapat dalam kitab-ktab fiqih. Karena itu
sifatnya instrumental, ruang lingkupnya terbatas, tidak berlaku abadi dan dapat
berubah dari masa ke masa, serta dapat berbeda antara satu tempat dengan tempat
yang lain.
Dari pembahasan syariah dan fiqih di atas,dapat kita pahami bahwa syariah
merupakan landasan fiqih, dan fiqih merupakan pemahaman orang yang
memenuhi syarat untuk memahami syariat. Oleh karena itu orang yang akan
memahami hukum islam dengan baik dan benar harus dapat memahami perbedaan
antara fiqih dan syariat seperti yang telah diulas di atas.
Menurut Azhari, ada tiga sifat dasar hukum Islam.

Bidimensional berarti mengandung segi kemanusiaan dan segi ketuhanan


(Ilahi). Hukum islam tidak hanya mengatur satu aspek kehidupan saja, tetapi
mengatur berbagai aspek kehidupan manusia.
Adalah (adil ) berarti dalam hukum Islam keadilan bukan saja merupakan
tujuan, tetapi juga merupakan sifat yang melekat sejak kaidah-kaidah dalam
syariat itu ditetapkan.
Individualistik dan kemasyarakatan, adanya sifat ini karena syariat diikat oleh
nilai-nilai transedental, yaitu wahyu Allah yang disampaikan kepada Rasulullah
Muhammad SAW.

Anda mungkin juga menyukai