Pertian Al_Quran
1. Secara bahasa (Etimologi)
Merupakan mashdar (kata benda) dari kata kerja Qoro-a ( )yang
bererti : membaca, atau bermakna Jamaa (mengumpulkan,
mengoleksi).
Sedangkan berdasarkan makna kedua (Yakni: Jamaa) maka ia adalah
mengumpulkan/mengoleksi berita-berita dan hukum-hukum.*
2. Secara Syariat (Terminologi)
Adalah Kalam Allah taala yang diturunkan kepada Rasul dan penutup para
Nabi-Nya, Muhammad shallallaahu alaihi wasallam, diawali dengan surat
al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas.
Allah taala menyebut al-Quran dengan sebutan yang banyak sekali, yang
menunjukkan keagungan, keberkatan, pengaruhnya dan keuniversalannya
serta menunjukkan bahwa ia adalah pemutus bagi kitab-kitab terdahulu
sebelumnya.
Alloh Subhanahu taala berfirman :
Dan sesunguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca
berulang-ulang dan al-Quran yang agung. (al-Hijr:87)
Alloh Subhanahu taala berfirman :
Dan Kami telah turunkan kepadamu al-Quran dengan membawa
kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, iaitu kitab-kitab (yang
diturunkan sebelumnya) dan batu ujian* terhadap kitab-kitab yang lain itu;
maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan
(al-Maaidah:48)
Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang
dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah (al-Hasyr:7)
B. Esensi Al-Quran
Alloh Subhanahuwataala menjelaskan Al-Quran adalah kitab yang
mulia, diturunkan kepada Nabi Muhammad Sollollohualaihiwasallam;
penutup para rosul.
Kitab itu turun dari Alloh Subhanahuwataala menjelaskan seperti
halnya Taurot yang diturunkan kepada Nabi Musa Alaihissalam atau
kitab samawi yang lainnya. Namun Al-Quran mempunyai nilai-nilai
yang lebih sempurna, karena Al-Quran berlaku abadi sepanjang masa,
Al-Quran disamping sebagai petunjuk, juga sebagai pembenar kitabkitab yang diturunkan sebelumnya dalam urusan tauhid, melenyapkan
kemusyrikan dan mengandung ajaran-ajaran dasar hukum syara
(penjabarannya melalui hadits-hadits shoheh/hasan Sunnah
Rosululloh Sollollohualaihiwasallam) yang abadi yang tidak berubah
sepanjang masa
Sebagai korektor Al-Qur'an banyak mengungkapkan persoalanpersoalan yang dibahas oleh kitab-kitab Taurat, Injil, dan lain-lain yang
dinilai Al-Qur'an sebagai tidak sesuai dengan ajaran Allah Subhanahu
wataala yang sebenarnya. Baik menyangkut segi sejarah orang-orang
tertentu, hukum-hukum,prinsip-prinsip ketuhanan dan lain sebagainya.
Sebagai contoh koreksi-koreksi yang dikemukakan Al-Qur'an tersebut
antara lain sebagai berikut :
a. Tentang ajaran Trinitas (5:73).
b. Tentang Isa (3:49, 59; 5:72, 75).
c. Tentang penyaliban Nabi Isa (4:157,158).
d. Tentang Nabi Luth (29:28-30; 7:80-84) perhatikan, (Genesis : 19:33-36).
e. Tentang Harun (20:90-94), perhatikan, (keluaran : 37:2-4).
f. Tentang Sulaiman (2:102; 27:15-44), perhatikan (Raja-raja 21:4-5)
dan lain-lain.
2. Membaca
Di dalam Al-Quran disebutkan bahwa membaca dengan sebenar-benar
bacaan (haqqa tilawah) merupakan parameter keimanan orang tersebut
kepada Al-Quran. Firman Allah Subhanahu wataala :
Orang-orang yang telah Kami berikan Al-Kitab kepadanya, mereka
membacanya dengan haqqa tilawah mereka itulah orang-orang yang
beriman kepadanya. Dan barang siapa yang ingkar kepadanya, maka
mereka itulah orang-orang yang merugi.(Q.S.Al Baqarah:121).
3. Mentadabburi
Tadabbur Al-Quran dapat dilakukan dengan mengulangi ayat-ayat yang
kita baca dan meresapinya kedalam hati serta memikirkan maknanya
dengan bacaan yang lambat. Tidak hanya hati yang mentadabburi, tapi
fisik kita yang lain pun ikut bertadabbur. Rasulullah Sollollohualaihi
wasallam merupakan contoh terbaik bagi kita dalam cara mentadabburi
Al-Quran, diriwayatkan ketika diturunkan surat Huud dan Al Waqiah
sampai beruban rambutnya karena takut terhadap Allah Subhanahu
wataala.
Maka apakah mereka tidak mentadabburkan Al Quran? Kalau kiranya Al
Quran itu turun dari sisi selain Allah Subhanahu wataala tentulah mereka
mendapat pertentangan yang. banyak didalamnya(Q.S.An Nissa : 82).
4. Menghapal
Rasulullah Sollollohualaihiwasallam mengatakan barang siapa yang
didalam rongga tubuhnya tidak ada sedikitpun Al Qurn, tak ubahnya
bagaikan rumah yang bobrok.
(HR. At Tarmidzi, hadist no.998,hlm 417).
5. Mengamalkan
Mengamalkan berawal dari memahami ilmu-ilmunya serta berpegang
teguh pada hukum-hukumnya, kemudian menyelaraskan hidup dan
tingkah laku serta akhlaknya, sebagaiman akhlak Rasulullah Sollollohu
alaihiwasallam dalam Al Quran.
Alangkah buruknya perumpamaan ini bagi mereka yang tidak
mengamalkan ayat-ayat Allah Subhanahu wataala(termasuk didalamnya
Al-Quran), yaitu dengan perumpamaan keledai yang memikul kitab-kitab
besar tetapi ia tidak mengerti apa yang ada didalamnya. Jadi bila manusia
tidak mengamalkan Al Quran seperti keledai yang tidak merasakan selain
beban bawaan tanpa dapat memanfaatkan apa yang dibawanya itu.
Untuk menjadi seorang muslim yang senantiasa komitmen terhadap AlQuran bisa dicapai melalui proses pembinaan diri. Hal ini dilakukan tidak
hanya sekali saja melainkan secara berkesinambungan dan bertahap.