Anda di halaman 1dari 5

Presentasi Klinis Hemangioma Kavernosa yang Tidak Biasa pada

Tonsil Palatina

RINGKASAN
Hemangioma adalah suatu lesi jinak pembuluh darah atau elemen-elemen
vaskular. Umumnya hemangioma pada mulut dan orofaring cenderung mengenai
lidah dan dasar mulut. Pada kebanyakan kasus, diagnosis hemangioma didasarkan
pada evaluasi klinis. Hemangioma di dalam jaringan tonsil jarang terjadi. Artikel
ini melaporkan kasus seorang pria berusia 32 tahun yang menderita tonsilitis
kronis. Pada pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa jaringan hemangioma
terlokalisir di bagian tonsil kanan. Tumor tonsil yang terlokalisir, atau tonsilitis
kronis dengan eksaserbasi berulang merupakan indikasi untuk dilakukan
tonsilektomi. Dalam kasus ini, dengan menggunakan metode Snare, tonsil dieksisi
bersamaan dengan jaringan hemangioma.
Kata Kunci: hemangioma kavernosa, tonsilitis kronis, tonsil palatina

PENDAHULUAN
Hemangioma adalah tumor daerah kepala dan leher yang paling umum
terjadi pada bayi dan anak-anak. Hemangioma ini biasanya muncul pada saat
lahir, membesar selama tahun pertama kehidupan, dan kemudian biasanya
berinvolusi secara spontan pada usia 5 tahun. Karena alasan tersebut, pengobatan
sering tidak diperlukan pada penyakit ini.
Klasifikasi yang dijelaskan oleh Mulliken dan Glowacki menunjukkan
bahwa istilah hemangioma dapat dipakai pada lesi yang mengalami proliferasi
seluler yang dialami pada masa bayi dan biasanya berinvolusi pada masa remaja.
Bagian lesi biasanya terbatas pada rongga mulut, lidah dan dasar mulut. Sebuah
literatur menunjukkan bahwa hemangioma jarang ditemukan pada jaringan tonsil.
Selain itu, hemangioma tonsil yang dihubungkan dengan tonsilitis kronis juga
tidak dapat ditemukan seperti pada kasus yang dilaporkan dalam artikel ini.
Tumor tonsil yang terlokalisir, dan/atau tonsilitis kronis dengan eksaserbasi

berulang merupakan indikasi untuk tonsilektomi. Oleh karena itu, dilakukan


tonsilektomi.
Pada artikel ini, dipresentasikan kasus seorang pasien dengan diagnosis
tonsilitis kronis yang berhubungan dengan hemangioma kavernosa tonsil kanan.

LAPORAN KASUS
Seorang pasien laki-laki berusia 32 tahun datang ke klinik dengan keluhan
sakit tenggorokan dan halithosis selama tujuh tahun. Pasien memiliki riwayat
demam tinggi dan berkeringat selama serangan tonsilitis dalam tiga tahun
terakhir.
Pada

pemeriksaan

fisik

ditemukan

pembentukan

debris

dan

pembengkakan kelenjar getah bening regional dan juga ditemukan adanya


hemangioma yang terletak pada jaringan tonsil kanan. Diagnosis ditegakkan
sebagai tonsilitis kronis dengan eksaserbasi berulang dan hemangioma tonsil
kanan.
Di bawah pengaruh anestesi umum, dengan menggunakan metode Snare,
tonsil dieksisi bersamaan dengan jaringan hemangioma. Pada saat intraoperatif,
komplikasi termasuk perdarahan tidak terjadi.
Pasa pemeriksaan histologis menunjukkan adanya jaringan limfoid reaktif
dengan rongga vaskular yang besar dilapisi oleh satu lapisan sel endotel.
Diagnosis histologisnya adalah hemangioma kavernosa (gbr. 1).
Jumlah hitung leukosit dan ASO values ditemukan menurun setelah satu
bulan pasca operasi.

Gambar 1. Rongga vaskular yang besar dilapisi oleh satu lapisan sel endotel pada
jaringan limfoid (H&E x 40)

PEMBAHASAN
Umumnya hemangioma pada mulut mungkin berasal dari perkembangan
dan merupakan campuran unsur hemangiomatosa dan limfangiomatosa.
Kebanyakan hemangioma kavernosa pada kepala dan daerah leher baru-baru ini
namanya diganti menjadi malformasi vaskular venosa. Perbedaan utama antara
hemangioma dan malformasi vaskular venosa adalah bahwa malformasi vaskular
venosa tidak berinvolusi dan benar-benar dapat tumbuh seiring waktu, akibat
pengaruh hormonal, infeksi, trombosis, atau trauma. Dalam kasus dilaporkan
bahwa massanya kecil dan terletak di tonsil kanan dan riwayat tentang
pertumbuhan massa tersebut tidak diketahui.
Tujuh puluh persen hemangioma kavernosa dapat hilang dengan
sendirinya pada saat remaja dan 50% berhubungan dengan hemangioma kulit.
Dalam kasus ini, hemangioma tonsil tidak dikaitkan dengan lesi kulit, adanya lesi
baru diketahui ketika pasien berusia 32 tahun dan lesi tersebut terbatas pada
jaringan tonsil.
Banyak dari lesi ini terjadi pada saat lahir atau muncul segera setelahnya
dan tumor pada mulut mungkin hanya terbatas pada rongga mulut atau
kebanyakan dapat menjadi bagian dari lesi yang lebih besar yang timbul di leher.
Karena lesi terbatas pada rongga mulut, bagian yang biasa terkena adalah di lidah
dan dasar mulut. Hemangioma ini jarang dilaporkan terlokalisir di dalam jaringan
tonsil. Selain itu, hemangioma tonsil yang berhubungan dengan tonsilitis kronis
3

tidak dapat ditemukan seperti yang dilaporkan. Lesi hemangioma bersifat lembut,
teratur dan warnanya kebiruan atau ungu. Dalam kasus ini, lesi terbatas pada
jaringan tonsil dengan permukaan yang tidak teratur dan berwarna keunguan.
Signifikansi dari penyakit tonsil adalah bahayanya terhadap komplikasi
lokal dan umum yang mungkin tidak hanya akibat inflamasi akut tetapi juga
mungkin timbul dari eksaserbasi inflamasi kronis.
Hemangioma nonpulsatil mungkin secara histologis terdiri dari berbagai
rongga berisi darah ireguler yang dilapisi oleh sel endotel dan dikelilingi oleh
jaringan ikat. Ketika banyak sel-sel endotel proliferatif melapisi kapiler kecil, lesi
disebut sebagai hemangioma kapiler. Pada kasus dilatasi besar pembuluh darah,
digunakan istilah hemangioma kavernosa. Varian histologis ketiga adalah
hemangioma selular (juvenil). Dalam kasus ini, pada pemeriksaan histologis
menunjukkan adanya jaringan limfoid reaktif dengan ruang vaskular besar dilapisi
oleh satu lapisan sel endotel. Diagnosis histopatologinya adalah hemangioma
kavernosa.
Terapi diindikasikan ketika hemangioma menyebabkan perdarahan yang
tidak terkontrol, rasa nyeri, infeksi, ulserasi, obstruksi jalan napas, deformitas
kosmetik, atau trombositopenia. Dalam hal ini tidak ada komplikasi yang
berhubungan dengan massa tersebut. Tumor tonsil terlokalisir, dan/atau tonsilitis
kronis dengan eksaserbasi berulang diindikasikan untuk tonsilektomi. Maka terapi
yang dilakukan adalah termasuk eksisi bedah, radiasi, pemberian obat sklerosis,
cryosurgery, terapi kortikosteroid, dan eksisi laser CO2. Dalam kasus ini,
pengobatan hemangioma tonsil yang disertai dengan tonsillitis kronis dilakukan
sebagai eksisi jaringan tonsil dan jaringan hemangioma secara bersamaan, dengan
menggunakan instrumen pisau-dingin dan metode Snare. Dalam teknik ini, semua
ahli bedah harus menyadari bahwa hemostasis yang adekuat dalam berbagai
situasi dihasilkan dari diseksi bedah yang hati-hati dan diperlukan kontrol yang
cermat terhadap setiap perdarahan.

KESIMPULAN
Kebanyakan

hemangioma

pada

mulut

dan

orofaring

bersifat

developmental dan terletak pada jaringan lunak. Hemangioma tersebut cenderung

terjadi pada lidah dan dasar mulut. Terjadinya hemangioma di dalam jaringan
tonsil jarang dilaporkan. Dalam kasus kami, lesi terbatas pada jaringan tonsil dan
secara klinis terlihat sebagai tonsilitis kronis dengan eksaserbasi berulang. Dengan
menggunakan instrumentasi pisau-dingin dan metode Snare, jaringan tonsil
tersebut dieksisi bersamaan dengan hemangiomanya. Pada periode follow-up tidak
terlihat adanya komplikasi.

Address for correspondence:


Dr. Fatih OGHAN
AB Dzce Tp Fakltesi KBB Anabilim Dal
81620, Konuralp/ DUZCE
e-posta: foghan74@hotmail.com
REFERENCES
1. Hibbert J. Oral cavity. In: Hibbert J, editor. Scott- Browns otolaryngology.
Laryngology and head and neck surgery. Chap. 3. Vol. 5. 6th ed. Oxford:
Butterworth- Heinemann. p. 1-32, 1997.
2. Badia SE, Toro AJJ, Romero ML, Rocher PF, Domenech FG. Oropharyngeal
vascular lesions. An Otorrinolaringol Ibero Am 21:409-16,1994.
3. Jensen JH. Hemangioma of the palatine tonsil. Ugeskr Laeger 143:3392-3,
1981.
4. Naumann HH: Head and Neck Surgery. Face and Facial Skull, Vol. 2, Chap. 8
to 15, p. 359,1980.
5. Waal I, Snow GB. Benign tumors and tumor-like lesions. In: Schuller DE,
editor. Otolaryngology head and neck surgery. Part 6. Chap. 76. Vol 2. 3th ed,
p. 1407-1417, 1998.

Anda mungkin juga menyukai