Anda di halaman 1dari 46

Hasil Penelitian Skripsi

ANALISIS FAKTOR RISIKO YANG BERPERAN TERHADAP


KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS ANDALAS PADANG
TAHUN 2013
Oleh:
DESTA RAHMUTIAH
1010331009

Pembimbing I

Pembimbing II

dr. Azwar Hijar M.Sc

Defriman Djafri, SKM, MKM, Ph.D

Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Andalas
Padang, 2014

BAB I: PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Sejarah
epidemiologi

Penyakit
Menular

WHO: Hipertensi menyebabkan


kematian 7,1 juta (13,0% kematian
dunia) dan sekitar 972 juta orang
(26,4%) penduduk dunia mengidap
penyakit ini.
Diperkirakan menjelang tahun
2025 jumlah penderita dari 1
menjadi 1,6 juta orang.

Perkembangan sosial
ekonomi dan kultural
bangsa dan dunia

Penyakit Tidak
Menular

NCDs (Kanker, diabetes


dan kardiovaskuler
(Hipertensi, PJK, stroke))

Riskesdas 2007 dan Profil Kesehatan Indonesia 2008:


prevalensi hipertensi usia 18 tahun keatas (31,7%), Hipertensi
menyebabkan kematian no 3 di Indonesia (6,8%) setelah stroke dan
tuberkulosis.
Di Sumatera Barat (31,2%).

Profil Kota Padang: tahun 2009 hipertensi menjadi 5 penyebab


kematian (8,72%), setelah yang1ketuaan (24,8%), kejadian hipertensi
ini terus setiap tahunnya, yakni pada tahun 2011 dan 2012.dari
15,4% menjadi 17,0%

Dinkes Kota Padang 2013: kejadian hipertensi dari bulan JuliNovember terdapat 17.489 kasus, dengan Puskesmas tertinggi
Puskesmas Andalas (2.305 kasus) dan Puskesmas terendah adalah
Puskesmas Ikor Koto (91 kasus).

Penelitian: Febby Haendra dkk. di Puskesmas Telaga Murni


Cikarang Barat (2012) dg sampel 75 orang (55,9%) penduduk usia
40 tahun menderita hipertensi.
Julianti Pradono dkk. (2013) dg sampel 2.785 orang responden, di
Kab Bogor pada usia 35-60 tahun (40,1%) menderita hipertensi.
Nur Indrawati Lipoeto di Kota Padang dg jumlah responden 189
orang didapat 16,4% menderita hipertensi.

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, maka peneliti


bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai Analisis Faktor
Risiko yang Berperan Terhadap Kejadian Hipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2013.

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan Khusus

Manfaat Penelitian
Teoritis
Praktis (bagi Puskesmas Andalas, bagi masyarakat dan
bagi peneliti)

Ruang Lingkup
Hubungan variabel riwayat keturunan, riwayat
diabetes melitus, aktivitas fisik, perilaku
merokok, konsumsi alkohol, dan stres dengan
kejadian hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Andalas Padang tahun 2013.

BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Hipertensi

Dorothy M. Russel seseorang dinyatakan


menderita hipertensi bila tekanan darahnya tinggi,
melampaui nilai tekanan darah yang normal (120/80
mmHg).
JNC 7 Express seseorang dikatakan prehipertensi
jika tekanan darah 120-139/ 80-89 mmHg,
sedangkan hipertensi derajat 1 jika tekanan darah
tekanan140-159 /90-99 mmHg

Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya
Hipertensi berdasarkan derajat tekanan darah

Epidemiologi Hipertensi

Distribusi dan Frekuensi hipertensi


Diterminan hipertensi (faktor risiko yang tidak dapat
dirubah dan faktor risiko yang dapat dirubah)

Diagnosis
Cara diagnosis
1. Pemeriksaan anamnesa
2. Pemeriksaan fisik

Komplikasi Hipertensi
Otak
Jantung

- Mata
- Ginjal

Tatalaksana Hipertensi
Pengendalian Faktor Risiko/Nonfarmakologi
Terapi Farmakologi

Kerangka Teori Analisis Faktor Risiko


Hipertensi
Faktor
Genetik

Aktivitas
fisik

Umur

Obesitas

Pola makan
Tinggi lemak
Tinggi
kolesterol
Tinggi glukosa
Tinggi garam
Asupan Natrium
Asupan Kalium
Minyak jelantah

Tingkat sosial
Ekonomi

Pendidikan
Pekerjaan
Merokok
Alkohol
Kafein
Obat-obatan

Tipe kepribadian
individu

Degenerasi/penebalan
dinding arteri

Stres

HIPER
TENSI

Etnis/suku

Riwayat DM

Penggunaan
estrogen/Pil KB

Aktivitas saraf
simpatis meningkat

Jenis kelamin

Sumber: Sutanto (2010) Yogiantoro (2009), Bustan (2007) dan Depkes RI (2006)

Kerangka Konsep Analisis Faktor Risiko yang


Berperan Terhadap Kejadian Hipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2013
Independen
Riwayat Keturunan
Riwayat Diabetes
Melitus
Aktivitas Fisik
Perilaku Merokok
Konsumsi Alkohol
Stres

Dependen
HIPERTENSI

BAB 3: METODE PENELITIAN


Jenis
Penelitian
Tempat dan
Waktu

Populasi
dan
Sampel

Case-control
Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang
Waktu: Desember 2013 Juni 2014

Populasi: Kasus (Semua penduduk yang


dinyatakan hipertensi dan tercatat sebagai
penderita hipertensi di Puskesmas Andalas
pada tahun 2013) dan kontrol (Semua
penduduk yang dinyatakan tidak menderita
hipertensi, tidak serumah dan tidak satu
keluarga dengan kelompok kasus.)
Sampel: sebanyak 34 kasus dan 34 kontrol,
dengan teknik pengambilan kasus secara
simple random sampling dan kontrol dg cara
maching antara umur dan jenis kelamin

Kriteria Sampel
Kasus:
Penduduk dengan usia 18 60 tahun
Bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas
Andalas Padang
Bersedia menjadi responden
Dapat berkomunikasi dengan baik
Penduduk dengan hipertensi

Kontrol
Bedanya hanya pada Penduduk tidak dengan
hipertensi

Kriteria
Ekslusi

Kriteria
Inklusi

Kasus dan Kontrol


Responden yang tidak bisa ditemui dalam dua
kali kunjungan berbeda
Responden dalam keadaan sakit kronik
(Jantung dan Ginjal)

Definisi Operasional
Variabel

Definisi Operasional

Hipertensi Seseorang yang telah


dinyatakan menderita
hipertensi, tercatat dan
terlapor di Puskesmas
Andalas, baik itu
penderita hipertensi
pada kasus lama maupun
pada kasus baru
Riwayat
keturunan

Alat
Cara
Skala
Pengukuran Pengukuran
Data
Melihat data
hipertensi
laporan
Puskesmas
hipertensi
Andalas tahun
2013

Apabila terdapat kedua


Kuesioner
atau salah seorang dari
orang tuanya yang
menderita hipertensi,
baik itu ayah atau ibu,
kekek, nenek, saudara(16).

Wawancara

Hasil Ukur
1. Hipertensi, bila tercatat
dan terlapor hipertensi
di Puskesmas Andalas
0. Tidak hipertensi, jika
tidak tercatat dalam
laporan hipertensi
Puskesmas Andalas

1. Ada, jika ada riwayat


keturunan hipertensi
(ayah, ibu,
kakek/nenek)
0. Tidak ada, jika tidak ada
salah satu dari keluarga
yang menderita
hipertensi

Variabel

Riwayat
DM

Definisi Operasional

Apabila ada salah satu


keluarganya
menderita/ada riwayat
DM baik itu dari ibu,
ayah, kakek, nenek
maupun saudara.

Aktivitas Latihan aktivitas


fisik
fisik/olahraga yang
dilakukan oleh responden
dalam kurun waktu satu
tahun terakhir. Kegiatan
ini dikelompokkan
menjadi kegiatan pada
waktu bekerja,
berolahraga dan pada
waktu luang

Alat
Pengukuran

Kuesioner

Cara
Skala
Pengukuran

Wawancara

Hasil Ukur

1. Ada, jika terdapat


riwayat DM dalam
keluarga
0. Tidak ada, jika tidak
terdapat riwayat DM
dalam keluarga

Kuesioner
modifikasi
formulir
Baeke

Wawancara

1. Kurang aktif, jika


nilai IAF <7,5
0. Aktif, , jika nilai IAF
7,5

Variabel

Perilaku
merokok

Definisi Operasional

Alat
Cara
Skala
Pengukuran Pengukuran

Kebiasaan pernah
merokok dan menghisap
rokok yang dihitung
berdasarkan rumus
Indeks Brinkman (IB)
dalam kehidupan
responden(15,32)

Kuesioner

Konsumsi Kebiasaan responden


alkohol
dalam minum minuman
yang mengandung
alkohol(14)

Kuesioner

Stres

Kedaaan yang dialami


Kuesioner
oleh responden sehingga
terjadi ketegangan jiwa
(rasa tertekan, murung,
rasa marah, rasa takut,
demdam dan rasa
bersalah)

Wawancara

Wawancara

Hasil Ukur

1. Merokok, (termasuk
dalamnya Perokok
berat, sedang, dan
ringan)
0. Tidak
perokok/mantan
perokok
1. Iya, ( termasuk
dalamnya konsumsi
sering dan jarang)
0. Tidak pernah
mengkonsumsi

Wawancara

0. Stres, jika responden


menjawab ya 6
pertanyaan
1. Tidak, jika responden
menjawab ya < 6
petanyaan.(46)

Teknik
Pengumpulan
Data

Teknik
Pengolahan
Data

Analisis Data

Data Primer
Data Sekunder

Menyunting Data (Editing)


Pengkodean Data (Coding)
Memasukan Data (Entry)
Membersihkan Data (Cleaning)

Analisis Univariat
Analisis Bivariat
Analisis Multivariat

BAB : HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Andalas terletak di Kelurahan Andalas
dg wilker10 Kelurahan seluas 8.152 dengan batas2
sbb:
Utara
: Kec Padang Utara, Kuranji
Selatan : Kec Padang Selatan
Barat
: Kec Padang Barat
Timur : Kec Lubuk Begalung, Pauh

Karakteristik Responden Penelitian

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Penelitian di Wilayah Kerja


Puskesmas Andalas Padang Tahun 2013
Karakteristik Responden
Pendidikan Terakhir

Pekerjaan

Suku

SD
SMP
SMA
Sarjana
Irt
Buruh
TK. Ojek
Mahasiswa
Wiraswasta
Pedagang
PNS
Tanjung
Sikumbang
Piliang
Panai
Melayu
Koto
Jambak
Guci
Chaniago
Batak

Kasus
f
7
5
19
3
16
7
1
2
5
1
2
5
0
3
1
6
2
9
1
7
0

Kontrol
%
20,59
14,71
55,88
8,83
47,06
20,59
2,94
5,88
14,71
2,94
5,88
14,71
0
8,82
2,94
17,65
2,88
26,47
2,94
20,59
0

f
5
7
19
3
16
8
0
2
2
3
3
7
2
1
1
2
5
6
0
9
1

%
14,71
20,59
55,88
8,83
47,06
23,53
0
5,88
5,88
8,82
8,82
20,59
5,88
2,94
2,94
5,88
14,71
17,65
0
26,47
2,94

Distribusi Frekuensi Variabel Independen


1. Riwayat Keturunan
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Keturunan
di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2013

Riwayat Keturunan

Kasus

Kontrol

Total

Ada

21

61,76

26,47

30

44,12

Tidak ada

13

38,24

25

73,53

38

55,88

Total

34

100

34

100

68

100

Didapatkan persentase responden berdasarkan riwayat keturunan lebih


banyak terdapat pada kelompok kasus dibanding kontrol yakni 61,76%

Tidak jauh berbeda dari


penelitian:
- Kartikasari (2012) dimana
riwayat keturunan hipertensi
pada kasus lebih banyak
mendapat riwayat keturunan
yakni 88,7%, sedangkan pada
kontrol didapatkan 32,1%.
- Irza (2009) diperoleh dari
seluruh subjek penelitian yang
memiliki riwayat keturunan
hipertensi sebanyak 62,38%

Hasil penelitian ini membuktikan


bahwa riwayat keturunan
hipertensi sangat berperan penting
dalam menentukan tekanan darah
seseorang.
Kita tahu bahwa tidak selalu
riwayat keturunan hipertensi dapat
menyebabkan terjadinya hipertensi,
namun biasanya didukung oleh
pola hidup dan status lingkungan
seseorang.

2. Riwayat DM
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat DM di
Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2013
Kasus

Kontrol

Total

Riwayat Diabetes
Melitus

Ada

15

44,12

14,71

20

29,41

Tidak ada

19

55,88

29

85,29

48

70,59

Total

34

100

34

100

68

100

Didapatkan persentase responden yang memiliki riwayat diabetes


melitus lebih banyak terdapat pada kelompok kasus dibandingkan
pada kelompok kontol yakni 44,12%

Hampir sama dengan penelitian:


Rahajeng (2009) dimana hasil
proporsi responden yang
mengalami riwayat diabetes
melitus lebih banyak terdapat pada
kelompok kasus dari pada kontrol
yakni 1,8% dan 1,1%

Hasil penelitian ini menunjukkan


bahwa riwayat keturunan itu
berperan besar dalam menentukan
kesehatan seseorang, hal ini
tergambar dari hampir setengah
dari responden kasus memiliki
riwayat keturunan baik itu riwayat
keturunan hipertensi maupun
riwayat keturunan diabetes
melitus.

3. Perilaku Merokok
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Merokok
di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2013

Perilaku Merokok

Kasus

Kontrol

Total

Merokok

11

32,35

26,47

20

29,41%

Tidak Merokok

23

67,65

25

73,53

48

70,59%

Total

34

100

34

100

68

100%

Didapatkan persentase responden berdasarkan perilaku merokok lebih


banyak terdapat pada kelompok kasus dibanding kelompok kontrol yakni
32,35%

Sejalan dengan penelitian:


- Kartikasari (2012) dimana
persentase merokok lebih besar
pada kelompok kasus daripada
kelompok kontrol yaitu 36,9%
dan 3,8%
- Anggraini (2009)
mengemukakan bahwa
responden kasus yang merokok
sebanyak 56,6% sedangkan
responden kontrol yang merokok
8,7%.

Merokok merupakan salah satu


faktor risiko terjanya hipertensi.
Untuk itu kita harus melakukan
pengendalian faktor risiko
terjadinya hipertensi dengan
melakukan pola hidup sehat
seperti melakukan makan sayur
dan buah, tidak merokok, tidak
minum minuman yang beralkohol,
olahraga teratur dan
mengendalikan terjadinya stres.

4. Konsumsi Alkohol
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Konsumsi Alkohol
di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2013

Konsumsi Alkohol

Kasus

Kontrol

Total

Ya

20,59

11,76

11

16,18%

Tidak

27

79,41

30

88,24

57

83,82%

Total

34

100

34

100

68

100%

Didapatkan persentase responden berdasarkan konsumsi alkohol lebih


banyak pada kelompok kasus dari pada kelompok kontrol yakni 20,59%

Berbanding terbalik dengan


penelitian:
- Nirmawati (2010) dimana
konsumsi alkohol lebih banyak
terdapat pada kelompok kontrol
yakni 66,7% sementara pada
kelompok kasus sebanyak 33,3%.
- Sedangkan menurut Zuraidah
(2012) didapatkan responden
yang memiliki kebiasaan minum
yang mengandung alkohol
sebanyak 8,1% dan tidak
sebanyak 91,9%.

Dalam penelitian ini responden


yang mengonsumsi alkohol
ditemukan hanya sebagian kecil
saja baik itu pada kasus dan
kontrol.
Hal tersebut karena responden
dalam penelitian ini memiliki
kebiasaan atau budaya jarang dan
bahkan tidak pernah mengonsumsi
alkohol.

5. Aktivitas Fisik
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik di
Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2013

Aktivitas Fisik

Kasus

Kontrol

Total

Kurang Aktif

23

67,65

25

73,53

48

70,59%

Aktif

11

32,35

26,47

20

29,41%

Total

34

100

34

100

68

100%

Didapatkan persentase responden yang memiliki aktivitas kurang aktif


lebih banyak terdapat pada kelompok kontrol dibandingkan pada
kelompok kasus yakni 73,53%

Sejalan dengan penelitian:


- Kartikasari (2012) dimana hasil
yang didapat pada kelompok
kasus yang tidak berolahraga
sebanyak 67,9%, sedangkan pada
kelompok kontrol didapat 81,8%
yang tidak berolahraga.
- Sedangkan menurut Suparto
(2010) didapatkan hasil
responden yang memiliki
aktivitas fisik berat sebanyak
35,2% dan aktivitas fisik sedang
sebanyak 64,8%

Pada penelitian ini didapatkan


hasil pada kelompok kasus lebih
banyak melakukan aktivitas fisik
daripada kelompok kontrol, ini
terjadi karena dilihat dari situasi
dan kondisi responden dimana
mereka telah dimanjakan dengan
kehidupan dan gaya hidup yang
modern sehingga mereka lebih
banyak memanfaatkan sarana
prasarana, misalnya saja saat
keluar rumah mereka lebih sering
pakai kendaraan dari pada jalan
kaki sehingga dengan hal demikian
mereka akhirnya jarang
berolahraga walaupun hanya jalan
kaki.

6. Stres
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Stres di Wilayah
Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2013

Stres

Kasus

Kontrol

Total

Stres

16

47,06

23,33

24

33,29

Tidak

18

32,94

26

76,47

44

64,71

Total

34

100

34

100

68

100

Didapatkan persentase responden yang mengalami stres lebih banyak


terdapat pada kelompok kasus dibandingkan pada kelompok kontrol yakni
47,06%

Hampir sama dengan penelitian:


- Zuraidah (2012) dimana pada
kelompok kasus yang mengalami
stres sebanyak 51,6%, sedangkan
pada kelompok kontrol didapat
48,4%.
Namun, berbanding terbalik
dengan penelitian:
- Suparto (2010) dimana hasil yang
didapat pada kelompok kontrol
lebih banyak yang mengalami
stres dibanding dari kelompok
kasus yakni 27,5% dan 4%

Pada penelitian hampir setengah


dari kasus mengalami stres, hal
tersebut disebabkan banyak dari
mereka yang mengalami sakit
kepala , cemas, takut, dan gelisah.
Kita seharusnya menghindari
pemikiran negatif serta
menghindari diri dari perasaan
cemas, kuatir, takut, gelisah dan
putus asa. Oleh karena itu alangkah
baiknya jika kita memiliki pemikiran
yang positif baik terhadap diri
sendiri, keluarga, orang lain serta
lingkungan sekitar kita.

Hubungan Variabel Independen dengan Dependen


1. Hubungan Riwayat Keturunan dengan Kejadian Hipertensi
Tabel 4.12 Hubungan Riwayat Keturunan dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2013
Kontrol

Kasus
Ada
Tidak
Jumlah

Ada
f
4
5
9

%
44,44
55,56
100

Tidak
f
17
8
25

%
68,00
32,00
100

Jumlah
f
21
13
34

%
61,76
38,24
100

OR (95% CI)

p-value

3,4 (1,25449,2158)

0,010

Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai OR = 3,4 (95% CI = 1,25449,2158), ini berarti bahwa riwayat keturunan merupakan faktor risiko
kejadian hipertensi. Dimana orang yang memiliki riwayat keturunan
hipertensi berisiko 3,4 kali menderita hipertensi dibandingkan orang yang
tidak memiliki riwayat keturunan hipertensi. Memiliki hubungan yang
signifikan terhadap kejadian hipertensi (p=0,010).

Berbeda dengan penelitian:


- Zuraidah (2012) bahwa tidak ada
hubungan antara riwayat keluarga
dengan kejadian hipertensi
(p=0,0981).
Sedangkan dalam penelitian Irza
(2009) dimana terdapat hubungan
antara riwayat keluarga dengan
kejadian hipertensi (p=0,000) dan
apabila subjek dengan riwayat
keluarga hipertensi 7,9 kali lebih
besar dibandingkan dengan
subjek tanpa riwayat keluarga
yang mengalami hipertensi

Dari hasil menunjukkan bahwa


apabila kedua atau salah satu
anggota keluarga yang menderita
hipertensi maka kemungkinan
besar penyakit tersebut dapat
terjadi pada generasinya, walaupun
kita tahu bahwa hipertensi itu
tidak selalu diturunkan, namun
tentunya selama hidup kita
memiliki risiko untuk terkena
penyakit hipertensi.

2. Hubungan Riwayat DM dengan Kejadian Hipertensi


Tabel 4.13 Hubungan Riwayat DM dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Andalas Padang Tahun 2013
Kontrol
Kasus

Ada

Tidak

Ada

f
3

%
60,00

f
12

%
41,38

Jumlah
f
%
15
44,12

Tidak

40,00

17

58,62

19

55,88

Jumlah

100

29

100

34

100

OR (95% CI)

p-value

6,0 (1,342826,8089)

0,007

Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai OR = 6,0 (95%CI = 1,3428-26,8089),


ini berarti bahwa riwayat diabetes melitus merupakan faktor risiko kejadian
hipertensi. Dimana orang yang memiliki riwayat diabetes melitus berisiko 6
kali menderita hipertensi dibandingkan orang yang tidak memiliki riwayat
diabetes melitus. Memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian
hipertensi (p=0,07).

Berbeda dengan penelitian yang


dilakukan oleh Rahajeng (2009)
dimana riwayat diabetes melitus
bukan merupakan faktor risiko
kejadian hipertensi (OR=1 dan
95%CI=0,97-1,13)

Hasil ini menunjukkan bahwa ada


hubungan yang signifikan antara
riwayat diabetes melitus dengan
kejadian hipertensi. Beberapa
sumber menyebutkan bahwa salah
satu faktor risiko terjadinya
hipertensi adalah riwayat diabetes
melitus, walaupun mekanisme
terjadinya belum diketahui begitu
jelas. Hal tersebut membuktikan
bahwa genetik sangatlah
berpengaruh terhadap kesehatan
seseorang.

3. Hubungan Perilaku Merokok dengan Kejadian Hipertensi

Tabel 4.14 Hubungan Perilaku Merokok dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah


Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2013
Kontrol
Kasus
Merokok
Tidak
Merokok
Jumlah

Merokok
f
%
7
77,78

Tidak merokok
f
%
4
16,00

Jumlah
f
%
11
32,35

22,22

21

84,00

23

67,65

100

25

100

34

100

OR (95% CI)

p-value

2,0 (0,366310,9196)

0,453

Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai OR=2,0 (95% CI = 0,366310,9196), ini berarti bahwa perilaku merokok bukan merupakan faktor
risiko terjadinya hipertensi. Secara statistik didapat perilaku merokok
memiliki hubungan yang tidak signifikan terhadap kejadian hipertensi
(p=0,453).

Berbeda dengan penelitian:


- Kartikasari (2012) didapat bahwa
merokok terbukti sebagai faktor
risiko terjadinya hipertensi dan
memiliki hubungan yang
signifikan (p=0,010).
- Sementara menurut Anggeraini
(2009) terdapat hubungan yang
bermakna antara kebiasaan
merokok dengan kejadian
hipertensi (p=0,00).

Merokok merupakan salah satu


faktor penyebab terjadinya
hipertensi, akan tetapi hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa
perilaku merokok tidak memiliki
hubungan yang signifikan terhadap
kejadian hipertensi. Hal ini
dikarenakan dalam penelitian ini
responden yang diteliti lebih
banyak perempuan dan tidak
memiliki kebiasaan merokok.

4. Hubungan Konsumsi Alkohol dengan Kejadian Hipertensi


Tabel 4.15 Hubungan Konsumsi Alkohol dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2013
Kontrol
Kasus

Ya

Tidak

Ya

f
2

%
50,00

f
5

%
16,67

Jumlah
f
%
7
20,59

Tidak

50,00

25

83,33

27

79,41

Jumlah

100

30

100

34

100

OR (95% CI)

p-value

2,5 (0,485012,8860)

0,289

Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai OR=2,5 (95% CI = 0,485012,8860), ini berarti bahwa konsumsi alkohol bukan merupakan faktor
risiko terjadinya hipertensi. Secara statistik didapat perilaku merokok
memiliki hubungan yang tidak signifikan terhadap kejadian hipertensi
(p=0,289).

Sejalan dengan penelitian:


- Irza (2009) yakni menunjukkan
bahwa konsumsi alkohol tidak
berpengaruh terhadap timbulnya
hipertensi hal ini dilihat dari
nilai dari signifikansi yang
hampir mendekati 1.
- Sedangkan menurut Zuraidah
(2012) hasil uji statistik
menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan kebiasaan minum
minuman yang mengandung
alkohol dengan kejadian
hipertensi (p=0,123)

Beberapa penelitian menyatakan bahwa


terdapat hubungan antara konsumsi
alkohol dengan kejadian hipertensi.
Negara Barat misalnya di Amerika sekitar
10 persen hipertensi di kalangan pria
separuh baya disebabkan oleh asupan
alkohol yang berlebihan, namun tidak di
Indonesia.(14) Negara Barat mereka
memiliki kebiasaan minum minuman yang
beralkohol, sedangkan di Indonesia
kebiasaan tersebut jarang dan bahkan
tidak ada. Berdasarkan penelitian yang
didapat tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara konsumsi alkohol dengan
kejadian hipertensi, dikarenakan
banyaknya responden tidak mengonsumsi
alkohol dan adanya faktor budaya yang
berbeda dari setiap negara.

5. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi


Tabel 4.16 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2013

Kasus

Kontrol
Kurang Aktif
Aktif
f
%
f
%

Jumlah
f
%

Kurang
Aktif

17

Aktif

32,00

33,33

11

32,35

Jumlah

24

100

100

34

100

68,00

66,67

23

OR (95% CI)

p-value

0,75 (0,26021,1616)

0,61

67,65

Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai OR=0,75 (95%CI=0,26021,1616), ini berarti bahwa aktivitas fisik bukan faktor risiko kejadian
hipertensi. Secara statistik didapat perilaku merokok memiliki hubungan
yang tidak signifikan terhadap kejadian hipertensi (p>0,05).

berbanding terbalik dengan


penelitian:
- Zuraidah (2012) dimana hasil
statistik menunjukkan bahwa ada
hubungan antara kebiasaan
aktivitas fisik dengan kejadian
hipertensi (p=0,034),
- sementara itu penelitian yang
dilakukan oleh Fitriana (2012)
juga menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara
aktivitas fisik dengan kejadian
hipertensi (p=0,00)

Tidak bermaknanya hubungan antara


aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi
ini disebabkan karena responden
dibedakan menjadi dua kategori saja
yakni aktivitas fisik kurang aktif dan
aktif, sedangkan menurut beberapa
peneliti lain dikategorikan menjadi tiga
yakni aktivitas fisik kurang aktif, sedang
dan aktif. Dalam penelitian ini banyak
responden yang memiliki aktivitas yang
terkategori sedang, misalnya mereka
yang bekerja sebagai ibu rumah tangga,
yakni mereka melakukan aktivitas fisik
setiap harinya walaupun hanya dengan
menyapu rumah, mencuci piring dan
memasak.

6. Hubungan Stres dengan Kejadian Hipertensi


Tabel 4.17 Hubungan Stres dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Andalas Padang Tahun 2013
Kontrol

Kasus
Stres
Tidak
Jumlah

Stres
f
5
3
8

%
62,50
37,50
100

Tidak
f
11
15
26

%
42,31
57,69
100

Jumlah
f
16
18
34

%
47,31
52,94
100

OR (95% CI)

p-value

3,66 (1,02293,1432)

0,035

Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai OR=3,66 (95%CI=1,02293,1432), ini berarti bahwa stres merupakan faktor risiko kejadian
hipertensi, dimana orang yang mengalami stres berisiko 3,66 kali
menderita hipertensi dibandingkan orang yang tidak mengalami stres.
Secara statistik didapat hubungan yang signifikan terhadap kejadian
hipertensi (p=0,035).

Berbeda dengan penelitian:


- Zuraidah (2012), bahwa tidak
ada hubungan bermakna antara
stres dengan kejadian hipertensi
(p=0,92).
Namun sejalan dengan penelitian:
- Sugiharto (2009) dalam analisis
bivariat terdapat hubungan
bermakna stres dengan kejadian
hipertensi (p=0.008)

Pada penelitian ini terdapat


hubungan yang signifikan antara
stres dengan kejadian hipertensi, hal
tersebut disebabkan banyaknya
responden yang dalam usia
produktif dan berjenis kelamin
perempuan. Dalam penelitian ini
sebagian besar perempuan bekerja
sebagai ibu rumah tangga. Mereka
tidak menerima upah/gaji sementara
kita tahu bahwa kebutuhan seharihari terus meningkat. Responden
perempuan dalam penelitian ini
banyak mengalami sakit kepala,
cemas, takut dan kuatir apalagi
masalah anak mereka.

Faktor Risiko yang Paling Berperan Terhadap


Kejadian Hipertensi
Tabel 4.18 Faktor Risiko yang Paling Berperan Terhadap Kejadian Hipertensi
di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2013
Variabel
Riwayat
Keturunan
Riwayat DM

OR

95% CI

Coenfficient

SE

Nilai p

3,68

1,2232-11,1183

1,3050

0,5631

0,0205*

2,56

0,7060-9,3211

0,9421

0,6583

0,1524

Stres

2,36

0,7334-7,6077

0,8595

0,5968

0,1298

*Signifikan

Didapatkan faktor risiko yang paling berperan terhadap kejadian


hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Andals Padang tahun 2013 adalah
riwayat keturunan. Dimana nilai OR=3,68 (95%CI=1,2232-11,1183) dan
p=0,0205, ini berarti responden yang mempunyai riwayat keturunan
berpeluang 3,68 kali menderita hipertensi dibandingkan responden yang
tidak memiliki riwayat keturunan.

Sejalan dengan penelitian:


- Fitriana (2012) dalam analisis
multivariatnya menunjukkan
faktor risiko yang dominan
terhadap kejadian hipertensi
adalah riwayat keturunan,
dimana responden yang
mempunyai riwayat keturunan
berpeluang 8,42 kali
(95%CI=3,1-22,82) menderita
hipertensi dibandingkan
responden yang tidak memiliki
riwayat keturunan hipertensi

Riwayat keturunan berperan penting


dalam menentukan kesehatan keluarga,
Kita tahu bahwa dengan adanya riwayat
keturunan hipertensi maka ini akan
memperbesar risiko terkena hipertensi,
apalagi didukung juga oleh pola hidup
dan faktor lingkungan.
Oleh karena itu sangatlah penting bagi
masyarakat untuk memeriksakan
kesehatan terutama tekanan darah
secara teratur setidaknnya 3 bulan sekali
dan memeriksakan kondisi tubuh secara
rutin ke dokter, sehingga kejadian
hipertensi dapat dideteksi dan
ditindaklanjuti secara dini.

BAB 6: KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1.

Didapatkan distribusi frekuensi riwayat keturunan, riwayat diabetes, perilaku


merokok, konsumsi alkohol, dan stres lebih banyak ditemukan pada
kelompok kasus dibandingkan pada kelompok kontrol. Namun sebaliknya
untuk aktivitas fisik yang kurang aktif lebih banyak ditemukan pada
kelompok kontrol.

2.

Didapatkan hubungan yang signifikan antara riwayat keturunan, riwayat


DM dan stres dengan kejadian hipertensi. Dimana orang yang memiliki
riwayat keturunan berisiko 3,4 kali menderita hipertensi dibandingkan orang
yang tidak memiliki riwayat keturunan. Orang yang memiliki riwayat DM
berisiko 6 kali menderita hipertensi dibandingkan orang yang tidak memiliki
riwayat DM. Dan orang yang mengalami stres berisiko 3,66 kali menderita
hipertensi dibandingkan orang yang tidak mengalami stres. Sedangkan
untuk perilaku merokok, konsumsi alkohol dan aktivitas fisik didapatkan
hubungan yang tidak signifikan dengan kejadian hipertensi.

3.

Didapatkan faktor risiko yang paling berperan terhadap kejadian hipertensi


adalah faktor riwayat keturunan hipertensi

Saran

1. Bagi Puskesmas

Disarankan dapat memberikan penyuluhan tentang pentingnya menjaga pola


hidup sehat terutama bagi mereka yang memiliki riwayat keturunan baik itu
keturunan hipertensi maupun keturunan diabetes melitus dan bagaimana cara
menghindari kebiasan-kebiasaan buruk misalnya stres.
2. Bagi Masyarakat
Disarankan bagi masyarakat untuk mengubah kebiasaan hidup dan pola yang
kurang sehat yang dapat memicu terjadinya penyakit hipertensi misalnya saja
perilaku merokok, konsumsi alkohol. Serta disarankan juga bagi masyarakat
yang memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus untuk lebih menjaga
kesehatan dan memeriksakan tekanan darah secara teratur, setidaknya 3
bulan sekali dan memeriksakan kondisi tubuh secara rutin ke dokter agar
risiko penyakit ini dapat ditindaklanjuti secara dini.
3. Bagi Peneliti Lain
Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti masalah yang sama, disarankan
agar meneliti variabel lain yang berhubungan dengan hipertensi seperti
etnik/suku, penggunaan estrogen dan asupan natrium, serta dilakukan
penelitian terhadap responden yang lebih spesifik lagi misalnya pada
perempuan atau laki-laki saja.

Anda mungkin juga menyukai