Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Difinisi konstitusi adalah aturan dasar mengenai ketatanegaraan suatu negara.

Kedudukannya merupakan hukum dasar dan hukum tertinggi. Konstitusi memiliki


dua sifat yaitu kaku dan luwes. Adapun fungsi konstitusi adalah membatasi
kekuasaan dan menjamin HAM. Isinya berupa pernyataan luhur, struktur dan
organisasi negara, jaminan HAM, prosedur perubahan, dan larangan perubahan
tertentu. Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia terdiri dari 1. UUD 1945
(Konstitusi I), 2. Konstitusi RIS 1949, 3. UUDS 1950, 4. UUD 1945 Amandemen.
Amandemen konstitusi terdiri dari pengertian, hasil-hasil dan sikap yang seharusnya
positif-kritis dan mendukung terhadap proses Amandemen UUD 1945. Pelaksanaan
Konstitusi di Indonesia pernah terjadi penyimpangan, yang mana bertujuan untuk
menjadi pelajaran bagi masa depan.
Pesan Bijak :
1. Di dalam negara-negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi
konstitusional, UUD mempunyai fungsi yang khas yaitu membatasi kekuasaan
pemerintah sedemikian rupa sehingga penyelenggaan kekuasaan tidak
bersifat sewenang-wenang. (Miriam Budiharjo).
2. Kekuasaan cenderung diselewengkan, semakin besar kekuasaan, semakin
besar kecenderungan untuk diselewengkan. (Lord Acton)
1.2. Tujuan Makalah
1. Untuk memahami apa itu konstitusi secara menyeluruh.
2. Sebagai tugas dari mata kuliah kewarganegaraan.

BAB II
ISI
2.1.

Pengertian Konstitusi
Konstitusi berasal dari kata constitution (Bhs. Inggris) constitutie (Bhs.

Belanda) constituer (Bhs. Perancis), yang berarti membentuk, menyusun,


menyatakan. Dalam bahasa Indonesia, konstitusi diterjemahkan atau disamakan
artinya dengan UUD. Konstitusi menurut makna katanya berarti dasar susunan suatu
badan politik yang disebut negara. Konstitusi menggambarkan keseluruhan sistem
ketatanegaraan suatu negara, yaitu berupa kumpulan peraturan untuk membentuk,
mengatur, atau memerintah negara. Peraturan-peraturan tersebut ada yang tertulis
sebagai keputusan badan yang berwenang, dan ada yang tidak tertulis berupa
konvensi. Dalam konsep dasar konstitusi, pengertian konstitusi:
1) Kontitusi itu berasal dari bahasa parancis yakni constituer yang berarti
membentuk.
2) Dalam bahasa latin konstitusi berasal dari gabungan dua kata yaitu Cume
berarti bersama dengan dan Statuere berarti membuat sesuatu agar berdiri
atau mendirikan, menetapkan sesuatu, sehingga menjadi constitution.
3) Dalam istilah bahasa inggris (constution) konstitusi memiliki makna yang
lebih luas dan undang-undang dasar. Yakni konstitusi adalah keseluruhan dari
peraturn-peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur
secara mengikat cara-cara bagaimana sesuatu pemerintahan diselenggarakan
dalam suatu masyarakat.
4) Dalam terminilogi hokum islam (Fiqh Siyasah) konstitusi dikenal dengan
sebutan DUSTUS yang berati kumpulan faedah yang mengatur dasar dan
kerja sama antar sesame anggota masyarakat dalam sebuah Negara.
5) Menurut pendapat James Bryce, mendefinisikan konstitusi sebagai suatu
kerangka masyarakat politik (Negara yang diorganisir dengan dan melalui
hokum. Dengan kata lain konstitusi dikatakan sebagai kumpulan prinsipprinsip yang mengatur kekuasaan pemerintahan, hak-hak rakyat dan hubungan
2

diantara keduanya. Dalam perkembangannya, istilah konstitusi mempunyai


dua pengertian, yaitu:
1. Dalam pengertian luas (dikemukakan oleh Bolingbroke), konstitusi berarti
keseluruhan dari ketentuan-ketentuan dasar atau hukum dasar. Seperti
halnya hukum pada umumnya, hukum dasar tidak selalu merupakan
dokumen tertulis atau tidak tertulis atau dapat pula campuran dari dua
unsur tersebut. sebagai hukum dasar yang tertulis atau undang-undang
Dasar dan hukum dasar yang tidak tertulis/Konvensi.
Konvensi sebagai aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam
praktek penyelenggaraan bearnegara mempunyai sifat:
a. Merupakan

kebiasaan

yang

berulangkali

dalam

prektek

penyelenggaaraan Negara.
b. Tidak beartentangan dengan hukum dasar tertulis/Undang-undang
Dasar dan bearjalan sejajar.
c. Diterima

oleh

rakyat

negara.

Bersifat

melengkapi

sehingga

memungkinkan sebagai aturan dasar yang tidak terdapat dalam


Undang-undang Dasar. Konstitusi sebagiai hukum dasar memuat
aturan-aturan dasar atau pokok-pokok penyelenggaraan bernegara,
yang masih bersifat umum atau bersifat garis besar dan perlu dijabarkan
lebih lanjut kedalam norma hukum dibawahnya.
2. Dalam arti sempit (dikemukakan oleh Lord Bryce), konstitusi berarti
piagam dasar atau UUD, yaitu suatu dokumen lengkap mengenai
peraturan-peraturan dasar negara. Contohnya adalah UUD 1945.
Sesungguhnya pengertian konstitusi berbeda dengan Undang Undang Dasar,
hal tersebut dapat dikaji dari pendapat L.J. Apeldorn dan Herman Heller. Menurut
Apeldorn, konstitusi tidaklah sama dengan UUD. Undang-Undang Dasar hanyalah
sebatas hukum yang tertulis, sedangkan konstitusi di samping memuat hukum dasar
yang tertulis juga mencakup hukum dasar yang tidak tertulis.

Adapun menurut Herman Heller, konstitusi mencakup tiga pengertian, yaitu:


1. Die politische verfassung als gesselchaffliche wirklichkeit, yaitu konstitusi
yang mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai suatu
kewajiban.
2. Die verselbstandigte rechtverfassung, yaitu mencari unsur-unsur hukum
dari konstitusi yang hidup dalam masyarakat tersebut untuk dihadirkan
sebagai suatu kaidah hukum.
3. Die geschriebene verfassung, yaitu menuliskan konstitusi dalam suatu
naskah sebagai peraturan perundangan yang tertinggi derajatnya dan
berlaku dalam suatu negara.
Konstitusi sebagai hukum dasar berisi aturan-aturan dasar atau pokokpokok penyelenggaraan negara. Aturan-aturan itu masih bersifat umum.
2.2.

Istilah Konstitusi
Istilah konstitusi secara umum menggambarkan keseluruhan sistem

ketatanegaraan suatu negara, yaitu berupa kumpulan peraturan yang membentuk


mengatur atau memerintah negara, peraturan-peraturan tersebut ada yang tertulis dan
ada yang tidak tertulis. Sehubungan dengan konstitusi ini para sarjana dan Ilmuan
Hukum Tata Negara terjadi perbedaan pendapat:
1.

Kelompok yang menyamakan konstitusi dengan undang-undang;

2. Kelompok yang membedakan konstitusi dengan undang-undang.


Menurut paham Herman Heller, konstitusi mempunyai arti yang lebih luas
dari undang-undang. Herman Heller membagi konstitusi dalam tiga pengertian antara
lain:
a. Konstitusi mencerminkan kehidupan politik dalam masyarakat sebagai
suatu kenyataan (Die Polotiche Verfasung Als Gesellchaftliche)
b. Unsur-unsur hukum dari konstitusi yang hidup dalam masyarakat
dijadikan sebagai suatu kesatuan hukum dan tugas mencari unsur-unsur
hukum Abstraksi .

c. Ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-undang yang tertinggi dan


berlaku dalam suatu negara.
Menurut Lord Bryce, terdapat empat motif timbulnya konstitusi:
1. Adanya keinginan anggota warga negara untuk menjamin hak-haknya
yang mungkin terancam dan sekaligus membatasi tindakan-tindakan
penguasa;
2. Adanya keinginan dari pihak yang diperintah atau yang memerintah
dengan harapan untuk menjamin rakyatnya dengan menentukan
bentuk suatu sistem ketatanegaraan tertentu;
3. Adanya keinginan dari pembentuk negara yang baru untuk menjamin
tata cara penyelenggaraan ketatanegaraan;
4. Adanya keinginan untuk menjamin kerja sama yang efektif antar
negara bagian.
2.3.

Sifat dan Fungsi Konstitusi


Sifat pokok konstitusi negara adalah fleksibel (luwes) dan rigit (kaku).

Konstitusi negara memiliki sifat fleksibel / luwes apabila konstitusi itu


memungkinkan adanya perubahan sewaktu-waktu sesuai perkembangan jaman
/dinamika masyarakatnya. Sedangkan konstitusi negara dikatakan rigit / kaku apabila
konstitusi itu sulit untuk diubah kapanpun.
Fungsi pokok konstitusi adalah membatasi kekuasaan pemerintah sehingga
penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. Pemerintah sebagai
suatu kumpulan kegiatan yang diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat, terkait
oleh beberapa pembatasan dalam konstitusi negara sehigga menjamin bahwa
kekuasaan yang dipergunakan untuk memerintah itu tidak disalahgunakan.
1) Dengan demikian diharapkan hak-hak warganegara akan terlindungi.
Sesuai dengan istilah konstitusi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
yang diarti kan sebagai: Segala ketentuan dan aturan mengenai
ketatanegaraan;

2) Undang-undang Dasar suatu negara. Berdasarkan pengertian tersebut,


konstitusi merupakan tonggak atau awal terbentuknya suatu negara dan
menjadi dasar utama bagi penyelenggara negara. Oleh sebab itu, konstitusi
menempati posisi penting dan strategis dalam kehidupan ketatanegaraan
suatu negara. Konstitusi juga menjadi tolok ukur kehidupan berbangsa dan
bernegara yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan para pendahulu
sekaligus memuat ide-ide dasar yang digariskan oleh pendiri negara

the founding fathers ). Konstitusi memberikan arahan kepada generasi


penerus bangsa dalam mengemudikan negara menuju tujuannya.
2.4.

Tujuan Konstitusi
Secara garis besar konstitusi bertujuan untuk membatasi tindakan sewenang-

wenangpemerintah, menjamin hak-hak pihak yang diperintah (rakyat) dan


menetapkan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Sehingga pada hakekatnya tujuan
konstitusi merupakan perwujudan paham tentang konstitusionalisme yang berate
pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah diastu pihak dan jaminan terhadap hakhak warga Negara maupun setiap penduduk dipihak lain.
Tujuan konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang-wanang pemerintah
dan menjamin hak-hak rakyat yang diperintah, dan menetapkan pelaksanaan
kekuasan yang berdaulat. Menurut Bagir Manan, hakekat dari konstitusi merupakan
perwujudan paham tentang konstitusi atau konstitusionalisme, yaitu pembatasan
terhadap kekuasaan pemerintah di satu pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga
negara maupun setiap penduduk di pihak lain.
Sedangkan, menurut Sri Soemantri, dengan mengutip pendapat Steenbeck,
menyatakan bahwa terdapat tiga materi muatan pokok dalam konstitusi, yaitu:
a. Jaminan hak-hak manusia;
b. Susunan ketatanegaraan yang bersifat mendasar;
c. Pembagian dan pembatasan kekuasaan.
Dalam paham konstitusi demokratis dijelaskan bahwa isi konstitusi meliputi:
1. Anatomi kekuasaan (kekuasaan politik) tunduk pada hukum.
6

2. Jaminan dan perlindungan hak-hak asasi manusia.


3. Peradilan yang bebas dan mandiri.
4. Pertanggungjawaban kepada rakyat (akuntabilitas publik) sebagai
sendi utama dari asas kedaulatan rakyat.
Keempat cakupan isi konstitusi di atas merupakan dasar utama dari suatu
pemerintah yang konstitusional. Namun demikian, indikator suatu negara atau
pemerintah disebut demokratis tidaklah tergantung pada konstitusinya. Sekalipun
konstitusinya telah menetapkan aturan dan prinsip-prinsip diatas, jika tidak
diimplementasikan dalam praktik penyelenggaraan tata pemerintahan, ia belum bisa
dikatakan sebagai negara yang konstitusional atau menganut paham konstitusi
demokrasi.
Tujuan-tujuan adanya konstitusi tersebut, secara ringkas dapat diklasifikasikan
menjadi tiga tujuan, yaitu :
1. Konstitusi bertujuan untuk memberikan pembatasan pembatasan sekaligus
pengawasan terhadap kekuasaan politik;
2. Konstitusi bertujuan untuk melepaskan control kekuasaan dari penguasa
sendiri;
3. Konstitusi berjuan memberikan batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa
dalam menjalankan kekuasaannya.
2.5.

Pentingnya Konstitusi Dalam Negara


Konsekuensi logis dari kenyataan bahwa tanpa konstitusi negara tidak

mungkin terbentuk, maka konstitusi menempati posisi yang sangat krusial dalam
kehidupan ketatanegaraan suatu negara. Negara dan konstitusi merupakan lembaga
yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Dr. A. Hamid S. Attamimi, dalam
disertasinya berpendapat tentang pentingnya suatu konstitusi atau Undang-undang
Dasar adalah sebagai pegangan dan pemberi batas, sekaligus tentang
bagaimana kekuasaan negara harus dijalankan. Sejalan dengan pemahaman di atas,
Struycken dalam bukunya Net Staatsrecht van Het Koninkrijk der Nederlanden

menyatakan bahwa konstitusi merupakan barometer kehidupan bernegara dan


berbangsa yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan para pendahulu, sekaligus ideide dasar yang digariskan oleh the founding father, serta memberi arahan kepada
generasi penerus bangsa dalam mengemudikan suatu negara yang akan dipimpin.
Semua agenda penting kenegaraan ini tercover dalam konstitusi, sehingga benarlah
kalau konstitusi merupakan cabang yang utama dalam studi ilmu hukum tata negara.
Pada sisi lain, eksistensi suatu negara yang diisyaratkan oleh A. G.
Pringgodigdo, baru riel ada kalau telah memenuhi empat unsur, yaitu:
1) Memenuhi unsur pemerintahan yang berdaulat,
2) Wilayah Tertentu
3) Rakyat yang hidup teratur sebagai suatu bangsa (nation), dan
4) Pengakuan dari negara-negara lain.
Dari keempat unsur untuk berdirinya suatu negara ini belumlah cukup
menjamin terlaksananya fungsi kenegaraan suatu bangsa kalau belum ada hukum
dasar yang mengaturnya. Hukum dasar yang dimaksud adalah sebuah konstitusi atau
Undang-Undang Dasar.
Prof. Mr. Djokosutono melihat pentingnya konstitusi dari dua segi. Pertama,
dari segi sisi (naar de Inhoud) karena konstitusi memuat dasar dari struktur dan
memuat fungsi negara. Kedua, dari segi bentuk (Naar de Maker) oleh karena yang
memuat konstitusi bukan sembarangan orang atau lembaga. Mungkin bisa dilakukan
oleh raja, raja dengan rakyatnya, badan konstituante atau lembaga diktator.
Pada sudut pandang yang kedua ini, K. C. Wheare menggkaitkan pentingnya
konstitusi dengan peraturan hukum dalam arti sempit, dimana konstitusi dibuat oleh
badan yang mempunyai wewenang hukum yaitu sebuah badan yang diakui sah
untuk memberikan kekuatan hukum pada konstitusi.

2.6.

Perubahan Konstitusi di Negara Indonesia


Dalam UUD 1945 menyediakan satu pasal yang berkenaan dengan

caraperubahan UUD, yaitu pasal 37 yang menyebutkan:


1. Untuk mengubah UUD sekurang-kuranngnya 2/3 daripada anggota MPR
harus hadir
2. Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 jumlah
angggota yang hadir.
Pasal 37 terrsebut mengandung tiga norma, yaitu:
1. Bahwa wewenang untuk mengubah UUD ada pada MPR sebagai lembaga
tertinggi negara;
2. Bahwa untuk mengubah UUD, kuorum yang dipenuhi sekurangkurangnya adalh 2/3 dari sejumlah anggota MPR.
3. Bahwa putusan tentang perubahan UUD adalah sah apabila disetujui oleh
sekurang-kurangnya 2/3 dari anggota MPR yang hadir.
Jika dihadapkan pada klasifikasi yang disampaikan KC. Wheare, merupakan
bentuk konstitusi bersifat tegar, karena selain tata cara perubahannya tergolong
sulit, juga karena dibutuhkannya prosedur khusus. Menurut KC. Wheare, tingkat
kesulitan perubahan-perubahan konstitusi memilki motif-motif tersendiri yaitu:
1. Agar perubahan konstitusi dilakukan dengan pertimbangan yang masak,
tidak secara serampangan dan dengan sadar (dikehendaki);
2. Agar rakyat mendapat kesempatan untuk menyampaikan pandangannya
sebelum perubahan dilakukan;
3. Agar hak-hak perseorangan atau kelompok seperti kelompok minoritas
agama atau kebudayaanya mendapat jaminan.
Dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, Konstitusi atau Undang-undang
Dasar 1945 yang diberlakukan di Indonesia, telah mengalami perubahan-perubahan
dan masa berlakunya di Indonesia, yakni dengan rincian sebagai berikut:
1. Undang-undang dasar 1945 (18 Agustus 1945-27 Desember 1949);

2. Konstitusi Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949-17 Agustus


1950);
3. Undang-undang Dasar Semntara Rrepublik Indonesia 1950 (17 Agustus
1950-5Juli 1959);
4. Undang-undang Dasar 1945 (5 Juli 1959-19 Oktober 1999);
5. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I (19 Oktober 1999-18
Agustus 2000);
6. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I dan II (18 Agustus 2000-9
Nopember 2001);
7. Undang-undang Dasar 1945 dan peereubahan I, II, dan III (9 Nopember
2001-10 Agustus 2002);
8. Undang_undang Dasar 1945 dan perubahan I,II, III dan IV (10 Agustus
2002).
2.7.

Sejarah Lahirnya Konstitusi Di Indonesia


Dalam sejarahnya, Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei 1945

sampai 16 Juni 1945 oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan


Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai dalam bahasa Jepang yang
beranggotakan 21 orang, diketuai Ir.Soekarno dan Drs.Moh.Hatta sebagai wakil
dengan 19 orang anggota yang terdiri dari 11 orang wakil dari Jawa 3 orang dari
Sumatra, dan masing-masing 1 wakil dari Kalimantan, Maluku, dan Sunda kecil.
BPUPKI ditetapkan berdasarkan Maklumat Gunseikan Nomor 23 bersamaan dengan
ulang tahun Tenno Heika pada tanggal 29 April 1945.
BPUPKI menentukan tim khusus yang bertugas menyusun konstitusi bagi
Indonesia merdeka yang dikenal dengan nama UUD 1945. tokoh-tokoh perumusnya
antara lain Dr.Rajman Widiodiningrat, Ki Bagus Hadi Koesemo, Oto Iskandardinata,
Pangeran purboyo, Pangeran Soerjohamindjojo dan lain-lain.
UUD 1945 dibentuk untuk memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia
di kemudian hari. Setelah kemerdekaan diraih, kebutuhan akan sebuah konstitusi
resmi nampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi, dan segera harus dirumuskan
10

sehingga lengkaplah Indonesia menjadi sebuah Negara yang berdaulat. Pada tanggal
18 Agustus 1945 atau sehari setelah ikrar kemerdekaan, Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengadakan sidangnya yang pertama kali dan
menghasilkan beberapa keputusan sebagai berikut :
1. Menetapkan dan mengesahkan pembukaan UUD 1945 yang bahannya diambil
dari rancangan Undang Undang yang disusun oleh panitia perumus pada
tanggal 22 Juni 1945.
2. Menetapkan dan mengesahkan UUD 1945 yang bahannya hampir seluruhnya
diambil dari RUU yang disusun oleh panitia perancang UUD tanggal 16 Juni
1945.
3. Memilih ketua persiapan Kemerdekaan Indonesia Ir. Soekarno sebagai
presiden dan wakil ketua Drs. Muhammad Hatta sebagai wakil presiden.
4. Pekerjaan presiden untuk sementara waktu dibantu oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia(Komite Nasional).
Dengan terpilihnya atas dasar UUD 1945, maka secara formal Indonesia
sempurna menjadi sebuah Negara, sebab syarat syarat yang lazim diperlukan oleh
setiap Negara telah ada, yaitu adanya :
1. Rakyat.
2. Wilayah.
3. Kedaulatan.
4. Pemerintahan
5. Tujuan Negara.
6. Bentuk Negara
Konstitusi sebagai satu kerangka kehidupan politik telah lama dikenal yaitu
sejak zaman yunani yang memiliki beberapa kumpulan hokum (semacam kitab
hokum pada 624 404 SM) sehingga, sebagai Negara hokum Indonesia memiliki
konstitusi yang dikenal sebagai UUD 1945 yang telah dirancang sejak 29 Mei 1945
sampai 16 Juli 1945 oleh badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan
Indonesia (BPUPKU) yang mana tugas pokok badan ini sebenarnya menyusun
11

rancangan UUD. Namun dalam praktik persidangannya berjalan berkepanjangan


khususnya pada saat membahas masalah dasar Negara. Diakhir sidang I BPUPKI
berhasil membentuk panitia kecil yang disebut panitia sembilang, panitia ini pada
tanggal 22 juni 1945 berhasil mencapai kompromi untuk menyetujui sebuah naskah
mukhodimah UUD yang kemudian diterima dalam siding II BPUPKI tanggal 11 Juli
1945. Setelah itu Ir. Soekarno membentuk panitia kecil pada tanggal 16 juli 1945
yang diketuai oleh Soepomo dengan tugas menyusun rancangan UUD dan
membentuk panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang beranggotakan 21
orang. Sehingga UUD atau konstitusi Negara republic Indonesia diatukan ditetapkan
oleh PPKI pada hari sabtu tanggal 18 Agustus 1945. Dengan demikian sejak itu
Indonesia telah menjadi suatu Negara modern karena telah memiliki suatu system
ketatanegaraan yaitu dalam UUD 1945.
Dalam perjalanan sejarah, konstitusi Indonesia telah mengalami beberapa kali
pergantian baik nama maupun subtansi materi yang dikandungnya, yaitu :
a. UUD 1945 yang masa berlakunya sejak 18 Agustus 1945 sampai 27
Desember 1949.
b. Konstitusi republic Indonesia serikat yang lazim dikenal dengan sebutan
konstitusi RIS (17 Desember 1949 17 Agustus 1950).
c. UUD 1950 (17 Agustus 1950 05 Juli 1959).
d. UUD 1945 yang merupakan pemberlakuan kembali konstitusi pertama
Indonesia dengan masa berlakunya sejak dekrit presiden 05 Juli 1959
Sekarang.
2.8.

Klasifikasi Konstitusi
Konstitusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Konstitusi tertulis dan tidak tertulis
1) Konstitusi tertulis merupakan suatu instrument atau dokumen yang dapat
dijumpai pada sejumlah hokum dasar yang diadopsi atau dirancang oleh
para penyusun konstitusi dengan tujuan untuk memberikan ruang lingkup

12

seluas mungkin bagi proses undang-undang biasa untuk mengembangkan


konstitusi itu sendiri dalam aturan-aturang yang sudah disiapkan.
2) Konstitusi tidak tertulis dalam perumusannya tidak membutuhkan proses
yang panjang misalnya dalam penentuan Qourum, Amandemen,
Referendum dan konvensi.
b. Konstitusi Fleksibel dan Konstitusi Kaku
1) Ciri-ciri konstitusi fleksibel yaitu
a) Elastik
b) Diumumkan dan diubah dengan cara yang sama.
2) Cirri-ciri konstitusi yang kaku
a) Mempunyai kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dan peraturan
undang-undang yang lain.
b) Hanya dapat diubah dengan cara yang khusus, istimewa dan
persyaratan yang berat.
c. Konstitusi derajat tinggi dan komstitusi derajat tidak tinggi
1) Konstitusi derajat tinggi ialah konstitusi yang mempunyai derajat
kedudukan yang paling tinggi dalam Negara dan berada diatas
peraturan perundang-undang yang lain.
2) Konstitusi tidak derajat tinggi ialah konstitusi yang tidak mempunyai
kedudukan serta derajat.
d. Konstitusi serikat dan konstitusi kesatuan
1) Jika bentuk Negara itu serikat maka akan didapatkan system
pembagian kekuasaan antara pemerintah Negara serikat dengan
pemerintah Negara bagian.
2) Dalam Negara kesatuan, pembagian kekuasaan tidak dijumpai karena
seluruh kekuasaannya terpusat pada pemerintah pusat sebagaimana
diatur dalam konstitusi.
3) Konstitusi system pemerintahan presidensial dan konstitusi system
pemerintahan parlementer.
13

Konstitusi yang mengatur beberapa ciri-ciri sistem pemerintrahan presidensial


dapat diklasifikasikan kedalam konstitusi system pemerintah presidensial begitu pula
sebaliknya

14

BAB III
PENUTUP
3.1.

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Konstitusi dalam arti sempit, yaitu sebagai hukum dasar yang tertulis atau
undang-undang Dasar.
2. Konstitusi dalan arti luas, yaitu sebagai hukum dasar yang tertulis atau
undang-undang Dasar dan hukum dasar yang tidak tertulis / Konvensi.
3. Dalam praktiknya, konstitusi dustur terbagi menjadi dua bagian yaitu
tertulis (undang-undang) dasar dan yang tidak tertulis, atau dikenal juga
dengan konvensi.
4. Konstitusi merupakan media bagi terciptanya kehidupan yang demokratis
bagi seluruh warga Negara.
5. Konstitusi sebagaimana disebutkan merupakan aturan-aturan dasar yang
dibentuk dalam mengatur hubungan antar Negara dan warga Negara.

15

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairul, Konstitusi dan kelembagaan Negara, Jakarta: CV. Novindo Pustaka
Mandiri, 1999.
Daud, Abu Busroh dan Abubakar Busro, Asas-asas Hukum Tata Negara, Jakarta:
Ghalia Indonesia, 1983, cet. Ke-1 Kusnardi, Moh., et.ai., Ilmu Negara,
Jakarta:Gaya Media Pratama, 2000, cet.ke-4.
Lubis, M. Solly, Asas-asas Hukum Tata Negara, Bandung: Alumni, 1982.
Thaib, Dahlan,et.al., Teori dan Hukum Konstitusi, Jakarta: PT> Raja Grafindo
Persada, 2001, cet.ke-2.
Ubaidillah, Ahmad, et.al., Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Demokrasi,
HAM dan Masyarakat Madani, Jakarta: IAIN Jakarta Press, 2000, edisi
pertama.

16

Anda mungkin juga menyukai