Anda di halaman 1dari 15

BAB VI

OSILATOR

Tujuan Pembelajaran Umum:


Setelah mempelajari buku ajar ini mahasiswa diharapkan dapat
1. Mengenal dan memahami osilator dan prinsip kerjanya;
2. Mengenal jenis-jenis osilator dan domain aplikasinya
3. Memahami sifat-sifat osilator, kestabilan dan gangguan pada osilasi
Tujuan Pembelajaran Khusus:
Setelah mempelajari buku ajar ini mahasiswa diharapkan dapat
1. Menentukan syarat terjadinya osilasi sebuah osilator
2. Menentukan frekuensi osilasi dari sebuah osilator
3. Menganalisa osilator pergeseran fasa, osilator jembatan Wien, Osilator LC (Colpitts,
Hartley, Clapp) dan osilator Kristal

6.1 Pengertian
Osilator adalah rangkaian yang menghasilkan sinyal output periodik tanpa ada sinyal
input dari luar. Sinyal input rangkaian didapat dengan cara meng-umpanbalikkan
sebagian/seluruh sinyal output ke input.
Ditinjau dari bentuk gelombang yang dihasilkan, pengertian yang lebih spesifik adalah:
Osilator
= pembangkit sinyal dengan fungsi sinusoidal
Multivibrator = pembangkit sinyal dengan fungsi Non-Sinusoidal
Vi

Vo = Vi

-A Vi
Amplifier

Signal
conditioning

Gambar 6.1: Blok diagram osilator


6.2 Prinsip Kerja Osilator
Osilator adalah tipe dari penguat dengan umpan balik (feedback amplifier) dimana
sebagian dari sinyal output di feedback-kan ke input melalui rangkaian feedback.
Perbedaan antara rangkaian feedback yang berfungsi sebagai osilator dan rangkaian
feedback yang berfungsi sebagai penguat dapat dipahami dari blok diagram berikut ini:

Rangkaian Elektronika II

104

Rangkaian feedback sbg Penguat

Rangkaian feedback sbg Osilator

Gambar 6.2: Blok diagram feedback sebagai penguat dan sebagai osilator
Vd

= Vin Av

Vd

= Vin + Av

Vo
Vo

= Av.Vd
= Av (Vin Vo)

Vo
Vo

= Av.Vd
= Av (Vin + Vo)

Vo (1 + Av) = Av. Vin


Avf

Vo (1 Av) = Av. Vin

Vo
Av
=
.......(1)
Vin 1 + Av

Avf

Vo
Av
.......(2)
=
Vin 1 Av

Bila bersifat mengurangi (= degeneratif feedback), maka rangkaian berfungsi sebagai


penguat.
Bila bersifat menambah (= regeneratif feedback), maka rangkaian berfungsi sebagai
osilator
Rangkaian umpan balik banyak digunakan dengan pertimbangan:
Bila faktor-faktor yang mempengaruhi rangkaian diperhatikan (misal: pengaruh
perubahan temperatur, noise komponen, dll) maka output rangkaian penguat dengan
umpan balik umumnya lebih stabil bila dibandingkan dengan rangkaian penguat tanpa
umpan balik.
Keterangan :
Avf = Faktor penguatan dengan umpan balik
Av
= Faktor penguatan tanpa umpan balik
Vf
= Tegangan feedback
Vin = Tegangan input
Vd
= Tegangan differensial
Vo
= Tegangan output

= Element rangkaian feedback

Rangkaian Elektronika II

105

6.3 Model Diagram Blok Osilator

Gambar 6.3: Pemodelan blok osilator


Pada satu kondisi dimungkinkan terjadi osilasi dalam rangkaian sehingga tetap
dihasilkan sinyal output meskipun saat tersebut tidak ada sinyal input dari luar (Vin =
0), sinyal output tersebut didapat dari resonansi internal yang diumpan balikkan sebagai
pengganti tegangan ekternal input dimana sinyal yang diumpan balikkan ini sebagai
masukan yang identik dengan sinyal input dari luar,
Dari uraian persamaan(2) : Avf =

Saat terjadi osilasi

Vo
Av
=
Vin 1 Av

Vin = 0, Vo 0
Av = 1
dalam bentuk polar: Av = 1 0 atau n x 360 ............(3)

Syarat terjadinya Osilasi:


Persamaan (3) : Av = 1 0 atau n x 360 memberikan persyaratan untuk terjadinya
osilasi, sebagaimana dinyatakan dalam kriteria Barkhausen:
Frekuensi dimana osilator sinusoidal beroperasi adalah frekuensi dimana pada suatu
keadaan total pergeseran phasa mulai dari input melalui rangkaian umpan balik dan
kembali lagi keinput adalah NOL atau kelipatan 2
Frekuensi saat rangkaian osilator beroperasi disebut frekuensi stability atau frekuensi
osilasi (fos).
Jadi saat terjadi osilasi:
Magnitude penguatan dengan umpan balik lebih besar atau sama dengan 1
Av 1
Total pergeseran fasa mulai dari input melalui rangkaian amplifikasi,
rangkaian feedback dan kembali lagi ke input adalah nol atau kelipatan 360

6.4 Jenis Osilator


Berdasarkan komponen utama (komponen penyebab osilasi) yang digunakan:
RC osilator
LC osilator
Kristal osilator

Rangkaian Elektronika II

106

Berdasarkan frekuensi osilasi:


Audio frequency (AF) Oscillator
Radio frequency (RF) Oscillator
Berdasarkan bentuk sinyal output yang dihasilkan:
Osilator sinusoidal
Osilator non-sinusoidal (=multivibrator)
Contoh :
o Generator sinyal kotak
o Generator sinyal segitiga
o Generator sinyal gigi gergaji, dan lain-lain

6.4.1 RC Osilator
Contoh :
o Phase shift oscilator (osilator penggeser phasa)
o Wien bridge osilator (osilator jembatan wien)
o Quadrature osilator, dll.
a. Phase Shift Oscilator
Ciri : ada rangkaian penggeser fasa
Diagram blok

Gambar 6.4: Blok diagram Phase shift oscillator


Rangkaian osilator pergeseran fasa

a) Dengan Op-Amp

b) Dengan Transistor

Gambar 6.5: Contoh rangkaian osilator pergeseran fasa

Rangkaian Elektronika II

107

Analisa :

Gambar 6.6: Analisa osilator pergeseran fasa

Vo
Rf
...................................1)
=
Vi
R
Persamaan arus pada kapasitor :
V1
+ (V1 V2) jC .x R
(Vo V1) jC =
R
V2
+ (V2 V3) jC ..x R
(V1 V2) jC =
R
V3
(V2 V3) jC =
..............................x R
R
2). Vo - V1 (2+1) + V2 = 0
3). V1 - V2 (2+1) + V3 = 0
Amplifikasi OpAmp:

misal jRC =

4). V2 - V3 (+1) = 0

V2 = V3

+1
, substitusikan ke persamaan 3)

V1 2 - V3 (2 + 3+1) = 0

V1 = V3

2 + 3 + 1
, substitusikan ke pers 2)
2

Vo 3 - V3

2 + 3 + 1
(2+1) + V3 3 (+1) = 0
2

Vo 3 - V3 (2 3 + 2 + 6 2 + 3 + 2 + 1 - 3 - 2 ) = 0
Vo =

3 + 6 2 + 5 + 1
V3
3

Vo
3 + 6 2 + 5 + 1
....................................................5)
=
V3
3
dari gambar rangkaian diketahui V3 = Vi, maka

Vo Vo
=
V3 Vi

Dengan menyamakan pers 1) = pers 5) dan mensubstitusikan = jRC, maka

Rangkaian Elektronika II

108

- j 3 R 3 C 3 + 5 j RC - 6 2 R 2 C 2 + 1
Rf
=
+ j 0 ...........................6)
3
3
3
R
- j R C
Penyelesaian persamaan imajiner ruas kiri dan ruas kanan akan didapat frekuensi osilasi
sebagai berikut:

1 - 6 2 R 2 C2

=0

( R C) 2

1
6

RC 6

fos =

frekuensi osilasi :

2RC 6

Penyelesaian persamaan riel ruas kiri dan kanan akan didapat syarat terjadinya osilasi
sebagai berikut:
Rf
5 - ( R C) 2
=
R
( R C) 2

Rf
5 - 1/6
=
R
1/6

Rf
= 29
R

syarat osilasi :

metoda lain :

Rf
R

Amplitudo

: Av

=-

misal

1
RC

maka

1
Vf
............................(7)
=
2
Vo 1 - 5 + j( 3 - 6 2 )

frekuensi Osilasi
Av

= 1 atau

Av = 1 + j 0

Bagian imajiner = 0, maka

3 6 2 = 0

6 ............................(8)

1
RC

1
RC 6

= 2f

fos =

1
2 RC 6

Rangkaian Elektronika II

109

analisa syarat terjadinya osilasi: Subtitusikan persamaan (8) ke (7)

1
1 - 5(6) + j(0)

1
- 29
1
=
29

Av = 1 maka : Av =

1
= 29

Sarat osilasi

Rf
= +29
R

Kesimpulan:
Analisa terhadap persamaan rangkaian osilator
Pers. Imajiner Ruas kiri = Pers. Imajiner Ruas kanan
akan diperoleh frekuensi osilasi
Pers. Riel Ruas kiri
= Pers. Riel Ruas kanan
akan diperoleh syarat osilasi
Bila analisa menghasilkan (0, , atau bentuk takterdefinisi yang lain) maka dapat dipastikan bahwa
rangkaian yang dianalisa bukanlah rangkaian osilator

Contoh:
1. Buktikan Apakah rangkaian berikut adalah sebuah rangkaian osilator, jika rangkaian
tersebut adalah osilator hitung frekuensi osilasinya (diberikan dikelas).
2. Buktikan bahwa pergeseran fasa pada phase shift oscillator adalah sebesar 180
Rf
Rf
3. Apa yang terjadi pada phase shift oscillator bila
> 29 atau bila
< 29
R
R

Rangkaian Elektronika II

110

Analisa Phase Shift Oscilator dengan rangkaian dasar transistor menggunakan


prinsip umpan balik.
Vcc

VCC
Zf

R1

RC

R2

Vo
Vi

RE

C
R

C
R3

CE

R1

RC

R2

RE

CE
Zf
If

Gambar 6.7: Rangkaian osilator pergeseran fasa dengan prinsip umpan balik
Menggunakan analisa umpan balik
Xf dihubungkan ke titik ip Xf: (= arus)
Xo dihubungkan ke titik Op Xo: (= tegangan)

Jenis fb: Voltage shunt (PIPO)

Model rangkaian ekivalen:

Gambar 6.8: Model rangkaian ekivalen


Analisa bagian output

Gambar 6.9: Rangkaian output


Langkah mendapatkan fosilasi:
Buat analisa rangkaian dgn persamaan loop atau dengan pembagi arus untuk
Vo
mendapatkan : Av =
= Real + Imajiner
Vi

Rangkaian Elektronika II

111

Selesaikan persamaan bagian imajiner, bila digunakan R3 = R dan k =

Rc
maka
R

akan diperoleh

fos =

1
2 RC 6 + 4k

Metoda lain menggunakan uraian analisa umpan balik


=
A=

Xf
Xo

untuk jenis feedback Voltage shunt : =

Xo
Xi

Syarat osilasi: Av = 1

Av = 1 + j 0, maka

penyelesaian persamaan bagian imajiner, didapat


dan k =

If
Vo

fos =

1
2 RC 6 + 4k

, untuk R3 = R

Rc
R

b. Wien bridge oscilator


Ciri : Rangkaian osilasinya dibentuk oleh pasangan RC seri dan RC paralel
Amplifikasi OpAmp: Av = 1 +
misal =

Rf
R1

1
RC

1
...(9)
2 1
3+ j(
)

sarat osilasi : Av = 1+ j0, bagian Imajiner = 0


Persamaan umpan balik: =

Vf
=
Vo

2 = 1 ........................................................(10)
1
(RC) 2 = 1
=
RC

maka :

1
fos =
2 RC

Gambar 6.10: Osilator jembatan Wien

Substitusikan persamaan (10) ke persamaan (9), maka : =

Rangkaian Elektronika II

1
3

112

Syarat osilasi Av = 1+ j0

Av =

1
=3

Syarat osilasi adalah

1+

Rf
= 3, maka
R1

Rf
R1

= 2

Contoh lain:

V1

Vcc

V2 -

V3
+

-Vcc

Z1
R

1
1+ j C
=
j C
j C
R
Z1 =
1+ j C
R1 + R 2
(11)
e+=e-) maka : V3 = V2
R1
Z2
V2 = V1
Z2 + Z1

Z1 = R +

Op-amp

R2

R1

Z2

Gambar 6.11: Contoh rangkaian Wien Bridge Oscillator


V2
=
V1

1
Z1
1+
Z2
j R C
1
=
1 + j R C 1 + j R C j R C + (1 + j R C) 2
1+
x
j R C
R

j R C
j R C + (1 + j R C) 2

V2
j RC
=
2
2
V1
1 R C2 + j 3 R C

....(12)

V3
V3 V2
=
x
V1
V2 V1
=

R 1 + R2
j R C
x
(13)
2
2
R1
1 R C2 + j 3 R C

Osilasi terjadi bila V3 = V1 , maka


R 1 + R2
j R C
x
= 1+j 0
2
2
R1
1 R C2 + j 3 R C

Rangkaian Elektronika II

113

Penyelesaian persamaan (13) bagian imajiner, diperoleh frekuensi osilasi:


(R1 + R2) . R C.(1 R 2 2 C 2 )
=0
R1 . (1 R 2 2 C 2 ) 2 + (3 R C) 2

1 R 2 2 C 2 = 0 maka =

1
RC

fos =

1
2RC

Penyelesaian persamaan (13) bagian riel, diperoleh syarat terjadinya osilasi:


substitusi 1 R 2 2 C 2 = 0 ke persamaan (13)
R 1 + R2
j
R1 + R 2
x
=1
=1
R2 = 2 R1
R1
0 + j3
3 R1
jadi syarat terjadinya osilasi pada wien wridge oscillator adalah : R2 = 2 R1
Bentuk variasi lain dari rangkaian osilator jembatan wien

Gambar (1)

Gambar (1)

Gambar 6.12: Bentuk lain dari Osilator jembatan Wien


6.4.2 Osilator LC

Bentuk Umum :

Gambar 6.13: Osilator LC


A. Z L
ZL + R O
Z1
= +
Z1 + Z 3

Bila :

Av = -

Av =

Z1 = jx1
Z2 = jx2

A. Z1 . Z 2
Z 2 (Z1 + Z 3 ) + Ro (Z1 + Z 2 + Z 3 )

Rangkaian Elektronika II

Z3 = jx3
maka :

114

A. jx 1 . jx 2
jx 2 (jx 1 + jx 3 ) + Ro (jx 1 + jx 2 + jx 3 )
A .x 1 .x 2
=
(14)
x 2 (x 1 + x 3 ) + j Ro (x 1 + x 2 + x 3 )
Sarat terjadi osilasi:
Av = 1 +j0
Penyelesaian bagian Imajiner persamaan 14):

Av =

Dalam implementasi dirangkaian :


x1 + x2 + x3 = 0 x1 + x2 = - x3
x1 dan x2 adalah reaktansi satu jenis, sedangkan x3 lawan jenis
A.x 1
A =
contoh:
x1 + x 3
Bila x1 dan x2 kapasitor (C) maka x3 adalah induktor (L)
A.x 1
Bila x1 dan x2 induktor (L) maka x3 adalah kapasitor (C)
A = x2
A.x 1
1
Untuk komponen Induktor: Z = jL x = L
A =
x2
1
1
Kapasitor: Z =
x = jC
C

Contoh osilator LC

Gambar 1. Osilator Colpitts


Ciri : Lihat kedudukan 2 buah C

Gambar 2. Osilator Hartley


Ciri : Lihat kedudukan 2 buah L

Gambar 6.14: Osilator Collpits dan Osilator Hartley


Menentukan frekuensi osilasi dari osilator Collpits:
1
X1 = C1
1
1
1
1
X2 = X1 + X2 + X3 = 0
(
+
) + L = 0 .(15)
C2

C1
C2
X3 = L

Rangkaian Elektronika II

115

Penyederhanaan persamaan (15) didapat:


C1 + C2
2 L =
C1 . C 1
=

C1 + C 2
L . C 1 . C1

fos =

1
2

C1 + C 2
L . C 1 . C1

Secara umum frekuensi osilasi dari Osilator LC adalah: fos =


dengan Leq : induktor pengganti (ekivalen) dan
Ceq : kapasitor pengganti (ekivalen)

1
2

Leq Ceq

Contoh penerapan untuk osilator Collpits:


1
fos =
dengan Leq = L dan Ceq = C1 seri C2
2 Leq Ceq
C1 + C2
=
C1 . C 1
1

dengan cara yang sama untuk Osilator Hartley diperoleh: fos =

2 C ( L1 + L2)
bila induktansi bersama (M) ikut diperhitungkan dalam analisa maka diperoleh:
1
fos =
2 C ( L1 + L2 + 2 M)

Osilator Clapp
Dasarnya adalah osilator Colpits yang induktornya diganti dengan L dan C dengan
tujuan untuk mendapatkan kestabilan osilasi yang lebih baik

fos =

2 Leq Ceq
Leq = L3
Ceq = C1 seri C2 seri C3
1
=
C 1 + C2 + C 3
Gambar 6.15: Osilator Clapp

Osilator Kristal
Kristal kuarsa adalah bahan yang mempunyai sifat piezoelectric dimana bila permukaan
kristal diberikan potensial listrik ac maka untuk frekuensi tertentu kristal akan

Rangkaian Elektronika II

116

menunjukkan gejala resonansi mekanis (kristal bergetar dengan frekuensi yang sesuai
dengan frekuensi tegangan ac tersebut)
Sebaliknya
Bila permukaan kristal dikenakan getaran mekanis maka suatu potensial listrik akan
terjadi diantara permukaan- permukaannya.
Secara listrik resonansi mekanis kristal dapat dimodelkan dengan suatu rangkaian
ekivalen RLC paralel seperti berikut ini.

Kristal

Model ekivalen kristal.


Untuk semua kristal Cp >> Cs

Gambar 6.16: Model ekivalen sebuah kristal


Dari model rangkaian ekivalen terlihat bahwa kristal mempunyai dua frekuensi
resonansi yaitu:
1
1). Dari RLC seri didapat frekuensi resonansi seri : fs =
2 Ls Cs
2). Dari rangkaian seri dan paralel didapat
frekuensi resonansi paralel : fp =

1
2

Ls Ceq

dengan Ceq = Cp seri Cs,


karena Cp >> Cs maka Ceq Cs, sehingga fp fs

Gambar 6.17: Kurva resonansi sebuah kristal


Rangkaian Osilator kristal pada dasarnya adalah osilator colpits yang induktornya
diganti dengan komponen kristal

Rangkaian Elektronika II

117

Frekuensi resonansi rangkaian ditentukan oleh


resonansi seri rangkaian yang terdiri dari C1, C2,
Cs dan Ls.
C1 dan C2 jauh lebih besar dari Cs, sehingga
frekuensi
resonansi
hampir
seluruhnya
tergantung pada nilai Cs (buktikan)

Gambar 6.18: Contoh rangkaian osilator Kristal


6.5 Kestabilan osilator
Kestabilan kerja dari sebuah osilator dapat ditinjau dari beberapa faktor antara lain :
Kestabilan frekuensi
Self starting (mulai sendiri)
Kestabilan amplituda
Linieritas
Kestabilan frekuensi dipengaruhi oleh temperatur, faktor komponen, kapasitor-kapasitor
parasit dan beban output rangkaian.
Tegangan bias pada catu daya penguat, temperatur dapat berpengaruh pada saat self
starting
Perolehan penguatan loop yang tidak sama dengan satu dapat berpengaruh pada
kestabilan amplituda (ingat bahwa osilator adalah regeneratif feedback)
Ketidak linieran penguat dapat menimbulkan harmonisa pada sinyal output osilator
Gangguan Osilasi
Sifat/keadaan osilasi dapat juga terjadi pada rangkaian yang tidak didesain sebagai
osilator, sehingga dapat mengganggu fungsi kerja dari rangkaian itu sendiri, contoh
penyebab osilasi yang sering terjadi adalah:
Rangkaian penguat bertingkat dengan perolehan penguatan (Gain) yang terlalu
besar untuk tiap-tiap tingkat
Rangkaian untuk frekuensi tinggi, disebabkan adanya kapasitor parasit dan
perubahan sifat komponen oleh pengaruh frekuensi tinggi
Efek feedback yang tidak dikehendaki antara output dan input rangkaian, dan
lain-lain.

Implementasi rangkaian Osilator :


Generator sinyal ( pembangkit Pulsa)
Osilator lokal untuk pemancar & penerima radio frekuensi
VCO
Multivibrator
dll

Rangkaian Elektronika II

118

Anda mungkin juga menyukai