OSILATOR
6.1 Pengertian
Osilator adalah rangkaian yang menghasilkan sinyal output periodik tanpa ada sinyal
input dari luar. Sinyal input rangkaian didapat dengan cara meng-umpanbalikkan
sebagian/seluruh sinyal output ke input.
Ditinjau dari bentuk gelombang yang dihasilkan, pengertian yang lebih spesifik adalah:
Osilator
= pembangkit sinyal dengan fungsi sinusoidal
Multivibrator = pembangkit sinyal dengan fungsi Non-Sinusoidal
Vi
Vo = Vi
-A Vi
Amplifier
Signal
conditioning
Rangkaian Elektronika II
104
Gambar 6.2: Blok diagram feedback sebagai penguat dan sebagai osilator
Vd
= Vin Av
Vd
= Vin + Av
Vo
Vo
= Av.Vd
= Av (Vin Vo)
Vo
Vo
= Av.Vd
= Av (Vin + Vo)
Vo
Av
=
.......(1)
Vin 1 + Av
Avf
Vo
Av
.......(2)
=
Vin 1 Av
Rangkaian Elektronika II
105
Vo
Av
=
Vin 1 Av
Vin = 0, Vo 0
Av = 1
dalam bentuk polar: Av = 1 0 atau n x 360 ............(3)
Rangkaian Elektronika II
106
6.4.1 RC Osilator
Contoh :
o Phase shift oscilator (osilator penggeser phasa)
o Wien bridge osilator (osilator jembatan wien)
o Quadrature osilator, dll.
a. Phase Shift Oscilator
Ciri : ada rangkaian penggeser fasa
Diagram blok
a) Dengan Op-Amp
b) Dengan Transistor
Rangkaian Elektronika II
107
Analisa :
Vo
Rf
...................................1)
=
Vi
R
Persamaan arus pada kapasitor :
V1
+ (V1 V2) jC .x R
(Vo V1) jC =
R
V2
+ (V2 V3) jC ..x R
(V1 V2) jC =
R
V3
(V2 V3) jC =
..............................x R
R
2). Vo - V1 (2+1) + V2 = 0
3). V1 - V2 (2+1) + V3 = 0
Amplifikasi OpAmp:
misal jRC =
4). V2 - V3 (+1) = 0
V2 = V3
+1
, substitusikan ke persamaan 3)
V1 2 - V3 (2 + 3+1) = 0
V1 = V3
2 + 3 + 1
, substitusikan ke pers 2)
2
Vo 3 - V3
2 + 3 + 1
(2+1) + V3 3 (+1) = 0
2
Vo 3 - V3 (2 3 + 2 + 6 2 + 3 + 2 + 1 - 3 - 2 ) = 0
Vo =
3 + 6 2 + 5 + 1
V3
3
Vo
3 + 6 2 + 5 + 1
....................................................5)
=
V3
3
dari gambar rangkaian diketahui V3 = Vi, maka
Vo Vo
=
V3 Vi
Rangkaian Elektronika II
108
- j 3 R 3 C 3 + 5 j RC - 6 2 R 2 C 2 + 1
Rf
=
+ j 0 ...........................6)
3
3
3
R
- j R C
Penyelesaian persamaan imajiner ruas kiri dan ruas kanan akan didapat frekuensi osilasi
sebagai berikut:
1 - 6 2 R 2 C2
=0
( R C) 2
1
6
RC 6
fos =
frekuensi osilasi :
2RC 6
Penyelesaian persamaan riel ruas kiri dan kanan akan didapat syarat terjadinya osilasi
sebagai berikut:
Rf
5 - ( R C) 2
=
R
( R C) 2
Rf
5 - 1/6
=
R
1/6
Rf
= 29
R
syarat osilasi :
metoda lain :
Rf
R
Amplitudo
: Av
=-
misal
1
RC
maka
1
Vf
............................(7)
=
2
Vo 1 - 5 + j( 3 - 6 2 )
frekuensi Osilasi
Av
= 1 atau
Av = 1 + j 0
3 6 2 = 0
6 ............................(8)
1
RC
1
RC 6
= 2f
fos =
1
2 RC 6
Rangkaian Elektronika II
109
1
1 - 5(6) + j(0)
1
- 29
1
=
29
Av = 1 maka : Av =
1
= 29
Sarat osilasi
Rf
= +29
R
Kesimpulan:
Analisa terhadap persamaan rangkaian osilator
Pers. Imajiner Ruas kiri = Pers. Imajiner Ruas kanan
akan diperoleh frekuensi osilasi
Pers. Riel Ruas kiri
= Pers. Riel Ruas kanan
akan diperoleh syarat osilasi
Bila analisa menghasilkan (0, , atau bentuk takterdefinisi yang lain) maka dapat dipastikan bahwa
rangkaian yang dianalisa bukanlah rangkaian osilator
Contoh:
1. Buktikan Apakah rangkaian berikut adalah sebuah rangkaian osilator, jika rangkaian
tersebut adalah osilator hitung frekuensi osilasinya (diberikan dikelas).
2. Buktikan bahwa pergeseran fasa pada phase shift oscillator adalah sebesar 180
Rf
Rf
3. Apa yang terjadi pada phase shift oscillator bila
> 29 atau bila
< 29
R
R
Rangkaian Elektronika II
110
VCC
Zf
R1
RC
R2
Vo
Vi
RE
C
R
C
R3
CE
R1
RC
R2
RE
CE
Zf
If
Gambar 6.7: Rangkaian osilator pergeseran fasa dengan prinsip umpan balik
Menggunakan analisa umpan balik
Xf dihubungkan ke titik ip Xf: (= arus)
Xo dihubungkan ke titik Op Xo: (= tegangan)
Rangkaian Elektronika II
111
Rc
maka
R
akan diperoleh
fos =
1
2 RC 6 + 4k
Xf
Xo
Xo
Xi
Syarat osilasi: Av = 1
Av = 1 + j 0, maka
If
Vo
fos =
1
2 RC 6 + 4k
, untuk R3 = R
Rc
R
Rf
R1
1
RC
1
...(9)
2 1
3+ j(
)
Vf
=
Vo
2 = 1 ........................................................(10)
1
(RC) 2 = 1
=
RC
maka :
1
fos =
2 RC
Rangkaian Elektronika II
1
3
112
Syarat osilasi Av = 1+ j0
Av =
1
=3
1+
Rf
= 3, maka
R1
Rf
R1
= 2
Contoh lain:
V1
Vcc
V2 -
V3
+
-Vcc
Z1
R
1
1+ j C
=
j C
j C
R
Z1 =
1+ j C
R1 + R 2
(11)
e+=e-) maka : V3 = V2
R1
Z2
V2 = V1
Z2 + Z1
Z1 = R +
Op-amp
R2
R1
Z2
1
Z1
1+
Z2
j R C
1
=
1 + j R C 1 + j R C j R C + (1 + j R C) 2
1+
x
j R C
R
j R C
j R C + (1 + j R C) 2
V2
j RC
=
2
2
V1
1 R C2 + j 3 R C
....(12)
V3
V3 V2
=
x
V1
V2 V1
=
R 1 + R2
j R C
x
(13)
2
2
R1
1 R C2 + j 3 R C
Rangkaian Elektronika II
113
1 R 2 2 C 2 = 0 maka =
1
RC
fos =
1
2RC
Gambar (1)
Gambar (1)
Bentuk Umum :
Bila :
Av = -
Av =
Z1 = jx1
Z2 = jx2
A. Z1 . Z 2
Z 2 (Z1 + Z 3 ) + Ro (Z1 + Z 2 + Z 3 )
Rangkaian Elektronika II
Z3 = jx3
maka :
114
A. jx 1 . jx 2
jx 2 (jx 1 + jx 3 ) + Ro (jx 1 + jx 2 + jx 3 )
A .x 1 .x 2
=
(14)
x 2 (x 1 + x 3 ) + j Ro (x 1 + x 2 + x 3 )
Sarat terjadi osilasi:
Av = 1 +j0
Penyelesaian bagian Imajiner persamaan 14):
Av =
Contoh osilator LC
C1
C2
X3 = L
Rangkaian Elektronika II
115
C1 + C 2
L . C 1 . C1
fos =
1
2
C1 + C 2
L . C 1 . C1
1
2
Leq Ceq
2 C ( L1 + L2)
bila induktansi bersama (M) ikut diperhitungkan dalam analisa maka diperoleh:
1
fos =
2 C ( L1 + L2 + 2 M)
Osilator Clapp
Dasarnya adalah osilator Colpits yang induktornya diganti dengan L dan C dengan
tujuan untuk mendapatkan kestabilan osilasi yang lebih baik
fos =
2 Leq Ceq
Leq = L3
Ceq = C1 seri C2 seri C3
1
=
C 1 + C2 + C 3
Gambar 6.15: Osilator Clapp
Osilator Kristal
Kristal kuarsa adalah bahan yang mempunyai sifat piezoelectric dimana bila permukaan
kristal diberikan potensial listrik ac maka untuk frekuensi tertentu kristal akan
Rangkaian Elektronika II
116
menunjukkan gejala resonansi mekanis (kristal bergetar dengan frekuensi yang sesuai
dengan frekuensi tegangan ac tersebut)
Sebaliknya
Bila permukaan kristal dikenakan getaran mekanis maka suatu potensial listrik akan
terjadi diantara permukaan- permukaannya.
Secara listrik resonansi mekanis kristal dapat dimodelkan dengan suatu rangkaian
ekivalen RLC paralel seperti berikut ini.
Kristal
1
2
Ls Ceq
Rangkaian Elektronika II
117
Rangkaian Elektronika II
118