Anda di halaman 1dari 5

OSILATOR

Amelya Tanjung Risgunawati 1), Okdania Tinara Handani 1), Vadya Aryke Wibowo 1),
Abdul Muiz Bayu Praseno 1), Irvan Wahyubil 2)

Program Studi Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang, Jl. Gajayana, No. 50, Dinoyo, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur
65144, Indonesia.

ABSTRAK

Osilator adalah sebuah piranti elektronik yang menghasilkan keluaran berupa isyarat tegangan.
Bentuk isyarat tegangan terhadap waktu berupa suatu gelombang yang bermacam bentuk.
Osilator tidak memiliki isyarat masukan seperti penguat, yang ada hanyalah isyarat keluaran.
Seringkali penguat menghasilkan keluaran tanpa masukan dengan frekuensi yang nilainya tidak
dapat dikendalikan hal inilah yang disebut penguat berosilasi. Osilator memiliki peranan penting
dalam dunia elektronik. Maka dari tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk memahami
penggunaan OP-AMP sebagai suatu osilator dan untuk dapat merangkai osilator dari OP-AMP.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah hasil nilai osilasi berupa amplitudo, frekuensi dan
bentuk gelombang.

Kata Kunci:Osilator, Osiloskop, OP-AMP.

Pendahuluan

Osilator yang dikenal sebagai penguat sinyal merupakan sebuah rangkaian atau piranti
elektronik yang digunakan dalam membangkitkan sinyal keluaran berupa suatu isyarat tegangan
terhadap waktu yang kemudian berbentuk gelombang dengan bentuk gelombang tertentu dan
frekuensi tertentu. Osilator didesain sebagai pembangkit sinyal, dalam bentuk pembagian
sinyalnya osilator dibagi menjadi dua bagian yaitu Osilator Sinusoida atau yang biasa dikenal
dengan Osilator Harmonik dan Osilator Relaksasi yang menhasilkan gelombang bukan sinusoida
tetapi berupa gelombang segi empat atau gergaji. Osilator berbeda dengan suatu penguat, apabila
penguat memerlukan isyarat masukan untuk menghasilkan suatu isyarat keluaran maka osilator
tidak ada isyarat masukan yang ada hanya bentuk isyarat keluaran selain itu frekuensi dan
amplitude dapat dikendalikan. Osilator merupakan suatu perangkat elektronik yang sering kita
temui disekitar, karena sering kita temui dan gunakan maka pemahaman karakteristik dari
osilator perlu dilakukan. Hal ini yang melatar belakangi adanya praktikum yang berjudul
Osilator.

Tujuan dari diadakannya praktikum ini adalah untuk memahami penggunaan OP-AMP
sebagai suatu osilator dan untuk dapat merangkai osilator dari OP-AMP.

Suatu osilator dikatakan tidak mantap jika amplitudo isyarat keluarannya terus naik
sehingga tergunting, atau osilasi tertekan sehingga tidak keluar isyarat. Pembahasan kemantapan
osilator memerlukan teori kontrol. tetapi dapat disimpulkan jika penguatan kurang dari 3, osilasi
akan mati dan jika lebih dari tiga maka isyarat keluaran akan terus membesar sehingga
tergunting. Akibatnya keluaran tidak lagi terbentuk sinusoida.Agar penguatannya tetap memiliki
nilai Kv=3 maka harus diperlukan usaha untuk mengatur penguatan secara otomatik (OP-AMP).
pada OP-AMP R1 dan R2 membentuk suatu penguat tak membalik dilihat dari masukan tak
membalik (Sutrisno, 1987).

Prisip dasar osilator adalah rangkaian memiliki penguat negative (-A) dengan feedback β.
Tegangan feedback:

Vf = β . Vo = Vi ………………………………………………………………………….(1.1)

Tegangan output:

Vo= -A . βVi = Vi ………………………………………………………………..………(1.2)

Supaya stabil

A.β = -1, yang berarti magnitude =1, fasanya 180˚. apabila Vo merupakan tegangan tertentu
maka

1+ Aβ = 0. ……………………………………………………….…………………….…(1.3)

(Ariman, 2022).

Pengaruh umpan balik negative terjadi karena amplitude fasa sinyal yang diumpan
balikkan. Hal tersebut menyebabkan penguatan-penguatan keseluruhan kurang dari penguatan
majunya. Hal itu digunakan untuk meningkatkan kinerja rancangan penguat. Penguat tegangan
atau arus dapat secara mudah diperoleh dengan menggabungkan transistor atau tabung sehingga
berkurangnya penguatan itu tidak terlalu peting dibandingkan dengan keuntungan yang diterima
(Misman, 2011).

Metode

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:

1.Papan rangkaian

2. OP-AMP LM 741

3. Resistor

4. Power Supply simetri

5. AFG

6. Multimeter digital
7. Osiloskop

Hasil dan Pembahasan

1. Data Hasil Percobaan

1.1 Tabel Data HasilPercobaan

Berikut merupakan data hasil percobaan yang dihasilkan dari praktikum kali ini:

R C T F = 1/T (Hz) Bentuk


Gelombang

1.000 47 x 10-6 F 208 V 551,8 Hz

12.000 47 x 10-6 F 212 V 42,91 Hz

100.000 47 x 10-6 F 214 V 14,05 Hz

100.000 22 x 10-8 F 214 V 30,40 Hz

12.000 0,22 x 10-8 F 212 V 222,3 Hz

1.000 0,22 x 10-8 F 206 V 2,358 x 103 Hz

(Tabel 1.1 Data Hasil Penelitian)

1.2 Grafik Data HasilPercobaan

Berikut merupakan grafik dari hubungan antara amplitudo dengan resistor:

(Gambar 1.1 Grafik Hubungan Amplitudo dengan Resistor ketika Kapasitor= 4,7 x 10-5 F)
(Gambar 1.2 Grafik Hubungan Amplitudo dengan Resistor ketika Kapasitor = 2,2 x 10-7 F)

2. Pembahasan

Prinsip kerja pada praktikum kali ini adalah osilator terdiri dari dua bagian yaitu penguat
dan feedback (umpan balik). Osilator menggunakan sinyal kecil yang berasal dari penguat itu
sendiri. Pada saat penguat diberikan arus listrik maka akan terjadi desah keccil yang kemudian
diumpan balik ke penguat sehingga terjadi penguat sinyal. Jika keluaran penguat sefasa dengan
sinyal maka akan terjadi osilasi. Pada praktikum ini menggunakan hambatan R dan C untuk
mengatur frekuensi.

Pada praktikum yang telah dilakukan, menghasilkan data sebagai berikut, saat Resistor
sebesar 1000 ohm, dengan kapasitor sebesar 47x10-6F, akan menghasilkan Amplitudo sebesar
208V, dan frekuensi sebesar 551,8 Hz serta dihasilkan bentuk gelombang persegi. Yang kedua
pada saat Resistor sebesar 12000 ohm, dengan kapasitor senilai 47x10-6F, akan
menghasilkanAmplitudo sebesar 212V, dan frekuensi sebesar 42,91 Hz, juga menghasilkan
bentuk gelombang persegi. Yang ketiga saat Resistor adalah 100.000 ohm, dengan kapasitor
sebesar 47x10-6F, akan menghasilkan Amplitudo sebesar 214V, dan frekuensi sebesar 14,05 Hz
serta dihasilkan bentuk gelombang persegi. Yang keempat. saat resistor bernilai 100.000 ohm,
dengan kapasitor yangbernilai 0,22x10-8F, akan menghasilkan Amplitudo sebesar 214V, dan
frekuensi sebesar 30,40 Hz lalu menghasilkan bentuk gelombang persegi.

Yang menyebabkan bentuknya gelombang persegi pada rangkaian adalah pada saat
mempertahankan nilai agar keluaran tetap sama dengan Vo. Pada saat itu kapasitor C mulai diisi
melalui R untuk mencapai nilai V- melampaui V+. Keluaran penguat kerja itu Vo, akan berubah
secara tiba-tiba dari Vo menjadi –Vo. Setelah kapasitor mengisi arah sebaliknya dari V1 menjadi
–Vo . Tetapi pada saat mencapai –V1 tegangannya menjadi dibawah V2 dan keluaran penguat
kerja itu kembali menjadi Vo, kemudian membentuk gelombang persegi dan proses tersebut
terus berulang. Dapat dikatakan bahwa penguat kerja dalam hal ini bekerja sebagai diferensiator.

Dari data yang didapatkan setelah melakukan praktikum bahwa semakin besar nilai
hambatan pada resistor maka, semakin renggang & besar bentuk gelombang yang ditampilkan
pada oscilloscope serta amplitudo yang dihasilkan juga semakin besar. Akan tetapi frekuensi (f)
yang dihasilkan semakin kecil seperti sebesar 1.000 menghasilkan frekuensi 551,8 Hz
kemudian hambatan sebesar 12.000 memunculkan nilai frekuensi sebesar 42,91 Hz dan yang
terakhir hambatan nilainya sebesar 100.000 menghasilkan nilai frekuensi 14,05 Hz. Dengan
rumus frekuensi maka menghasilkan nilai-nilai tersebut.

Berdasarkan grafik dari hubungan Ampitudo dengan resistor pada Gambar.1, dapat
disimpulkan bahwa, semakin besar nilai hambatan pada resistor maka T (Amplitudo) yang
dihasilkan semakin besar seperti hambatan sebesar 1.000 menghasilkan 208V kemudian
hambatan sebesar 12.000 memunculkan nilai amplitudo sebesar 212V dan yang terakhir
hambatan nilainya sebesar 100.000 menghasilkan nilai amplitudo 214V, dengan itu grafik
yang dihasilkan seperti yang ada pada gambar 1. Begitu pula pada Gambar.2, tetapi terdapat satu
perbedaan yaitu pada yang bernilai 206 V.

Kesimpulan

Berdasarkan praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan OP-AMP sebagai
suatu osilator adalah bertujuan untuk mengatur amplitude yang tetap terhadap waktu.
Kemudianpada OP-AMP beserta R1 dan R2 membentuk penguat tak membalik (+). Lalu untuk
rangkaian osilator OP-AMP stabil atau Kv=3, apabila penguatan kurang dari 3, osilasi akan mati.
Apabila penguatan lebih dari 3, isyarat keluaran akan terus membesar dan tergunting sehingga
keluaran tak membentuk sinusoida, seperti yang terjadi pada praktikum ini keluaran membentuk
gelombang persegi. Demikian tujuan dari praktikum kali ini telah diterapkan dengan baik.

Daftar Pustaka

Ariman. (2022). Elektronika Analog. Jakarta: Institut Sains dan Teknologi Nasional.

Mismal, Budiono. (2011). Dasar Teknik Elektro. Malang: UB Press.

Sutrisno. (1987). Elektronika Teori dan Penerapannya. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Anda mungkin juga menyukai