Anda di halaman 1dari 7

Osilator (Nurul Fauziah/H01171018)

Osilator adalah suatu alat gabungan dari elemen aktif dan pasif untuk
menghasilkan bentuk gelombang sinusoidal atau bentuk gelombang periodik lainnya.
Suatu osilator memberikan tegangan keluaran dari suatu bentuk gelombang yang
diketahui tanpa penggunaan sinyal masukan dari luar (Chattopadyay, 1984: 256).
Keluaran osilator bisa berupa bentuk sinusoida, persegi, dan segitiga. Osilator
berbeda dengan penguat, karena penguat memerlukan syarat untuk menghasilkan
syarat keluaran, dalam osilator tidak ada syarat masukan melainkan ada syarat
keluaran saja (Susanti, 2014: 48). Sebuah rangkaian osilator sederhana terdiri dari dua
bagian utama, yaitu penguat (Amplifier) dan umpan balik (Feedback). Berikut ini
blok diagram dasar sebuah rangkaian osilator (Cahyono, 2017).

Gambar 1 blok diagram osilator (Cahyono, 2017)


Pada dasarnya, osilator menggunakan sinyal kecil atau desahan kecil yang
berasal dari penguat itu sendiri. Pada saat penguat atau amplifier diberikan arus
listrik, desah kecil akan terjadi, desah kecil tersebut kemudian diumpan balik ke
penguat sehingga terjadi penguatan sinyal, jika keluaran (output) penguat sefasa
dengan sinyal yang diumpan balik (masukan) tersebut, maka osilasi akan terjadi
(Cahyono, 2017).
II.1 Osilator jembatan wien (Nurul fauziah/H021171018)
Salah satu osilator gelombang sinus sederhana yang menggunakan jaringan
RC sebagai pengganti sirkuit tank tuned LC konvensional untuk menghasilkan bentuk
gelombang keluaran sinusoidal, disebut Wien Bridge Oscillator (Hayt, dkk, 2005).
Wien Bridge Oscillator disebut demikian karena rangkaian didasarkan pada
bentuk selektif-frekuensi dari rangkaian jembatan Wheatstone. Osilator Jembatan
Wien adalah sirkuit amplifier ditambah dua tahap RC yang memiliki stabilitas yang
baik pada frekuensi resonan, distorsi rendah dan sangat mudah disetel menjadikannya
sirkuit yang populer sebagai osilator frekuensi audio tetapi perubahan fasa dari sinyal
keluaran jauh berbeda dengan pergeseran Oscillator RC fase sebelumnya (Hayt, dkk,
2005).
Berdasarkan teori diketahui penguatan α adalah penguatan op-amp yang
dibentuk oleh rangkaian resistor Rf dan Rg yang dirangkai ke input negatif Op-
Amp. Sedangkan β merupakan feedback yang dibentuk oleh jaringan R-C yang
dirangkai ke input positif Op-Amp. Perhatikan gambar 2 dibawah ini (Fuada, 2014).

Gambar 2 rangkaian osilator rc (Fuada, 2014).


Dalam hal ini Jaringan R-C pada oscilator Wien Bridge dirangkai ke input positif
(+) yakni sebagai β. Perhatikan Gambar 3 (Fuada, 2014).

Gambar 3 osilator jembatan wien sebagai β (Fuada, 2014).


Sehingga penguatan α mernggunakan jaringan INVERTING, seperti yang
ditujukan pada Gambar 4 dibawah ini (Fuada, 2014):
Gambar 4 penguat inverting pada α (Fuada, 2014).
Oscilator ini ditemukan oleh Max Wien yang lahir pada tahun 1866 di
Kaliningrad Rusia dan tinggal di Jerman, beliau merupakan orang pertama yang
mencetuskan ide penggeser fasa 2 tingkat. Wien Bridge Oscillator menggunakan
sirkuit umpan balik yang terdiri dari rangkaian RC seri yang terhubung dengan RC
paralel dari nilai-nilai komponen yang sama menghasilkan sirkuit fase tunda atau fase
gerak maju tergantung pada frekuensi. Pada frekuensi resonansi atau pergeseran fasa
adalah 0. Perhatikan Gambar 5 dibawah ini. (Fuada, 2014).

Gambar 5 2 fasa tingkat (Fuada, 2014).


Osilator jembatan Wien adalah rangkaian osilator standar untuk rendah hingga
sedang frekuensi dalam kisaran 5 Hz hingga sekitar 1 MHz. Ini sering digunakan
dalam komersial generator audio dan biasanya lebih disukai untuk aplikasi frekuensi
rendah lainnya (Morris, 2001).
Gambar 6 osilator jembatan wein (Fuada, 2014).
Berdasarkan Gambar 3, 4 dan 6 maka dapat diketahui dimana letak penguat
α dan yang mana feedback dengan penguatan β. Gain tegangan dari rangkaian
penguat HARUS sama dengan tiga (Gain = 3) agar rangkaian dapat meng-osilasi.
Nilai ini ditentukan oleh jaringan resistor umpan balik yakni Resistor feedback
(Rf) dan Resistor gain (Rg). Resistor feedback (Rf) HARUS sama dengan dua
kali Resistor gain (Rf = 2Rg). Sehingga dengan demikian besar penguat α = 3.
Dengan hasil ini, untuk memenuhi syarat terjadinya osilasi dimana αβ = 1 maka
β penguatannya harus 1/3. Berikut merupakan penjelasannya (Fuada, 2014):

αβ = 1

α = 1/β

α = 1/ Rg /(Rg + Rf)

α = (Rf + Rg)/Rg

Kita dapat menganalisa sendiri rangkaian penggeser phasa pada Gambar 6.


dengan pesyaratan osilasi yaitu (Fuada, 2014):
𝑉𝑜𝑢𝑡 1
=
𝑉𝑖𝑛 3
Osilator Wien merupakan salah satu dari rangkaian standar yang digunakan untuk
membangkitkan sinyalsinyal gelombang sinus dalam rangkaian frekuensi audio. Tipe
osilator ini adalah tipe paling simpel dan populer yang banyak digunakan dalam
aplikasi audio (Cahyono, 2017).
Osilator Wien memiliki suatu jaringan leading (mendahului) dan leaging
(ketinggalan) dalam jalur umpan balik positif serta rangkaian pembagi tegangan
dalam jalur umpan balik negatif. Lampu tungsten merupakan lampu dengan filamen
dari tungsten digunakan pada pembagi tegangan untuk menstabilkan tegangan
keluaran (Cahyono, 2017).

Gambar 7 Rangkaian Osilator Wien dengan Pembatas Lampu Tungsten


(Morris, 2001)
Rangkaian osilator Wien dengan pembatas amplitudo menggunakan lampu
tungsten (pijar) dimana model lampu seperti gambar di atas dengan R0 adalah
resistansi pada temperatur referensi ( T0 ), α adalah koefisien temperatur dari
resistansi, T adalah temperatur filamen, 𝛿 adalah resistansi termal dari lampu dan 𝐶𝑓
adalah kapasitansi termal dari lampu (Cahyono, 2017).
Gambar 8 kurva respon rangkaian osilator jembatan wein (Fuada, 2014).

Dari pemaparan diatas bahwa rangkaian penggeser phasa tersebut akan


mencapai nilai maksimum pada satu frekuensi tertentu. Nilai maksimun ini akan
tercapai jika (Fuada, 2014):
ω = 1/RC

ω = 2πf

2πf = 1/RC

Berdasarkan persamaan diatas maka apabila diuraikan dapat diketahui


besarfrekuensi ini yakni (Fuada, 2014):
1
𝑓=
2𝑅𝐶
Inilah yang dikenal dengan sebutan frekuensi resonansi (resonant
frequency). Dengan demikian osilator wien akan menghasilkan gelombang sinus
dengan frekuensi resonansi tersebut. Syarat yang harus dipenuhi untuk
membangun rangkaian osilator jembatan wien ini adalah penentuan besarnya
Resistor dan Kapasitor pada β. Berdasarkan Gambar 5. harga dari R1 harus sama
dengan R2, dan C1 harus sama dengan C2 (Fuada, 2014).
R1 = R2 , C1 = C2
Frekuensi yang dihasilkan oleh oscilator jembatan wien adalah dari range
1 Hz sampai 1 MHz. Sehingga besar R dan C tersebut diatur sedemikian rupa
sehingga frekuensi outputnya dapat menunjukkan minimal sebesar 1 KHz. Sebab
bila kurang dari 1 KHz maka akan menyebabkan rangkaian menjadi tidak stabil,
akibatnya pembacaan menjadi tidak akurat dan terpengaruh waktu (s). Sedangkan
bila pengaturan frekuensi bila diatas 1 MHz maka frekuensi akan terpotong, hal ini
karena keterbatasan gain dari OP-AMP. Dalam kasus ini maka diperlukan Op-
Amp khusus yang dapat bekerja pada frekuensi tinggi (Fuada, 2014).

Dapus

Cahyono, Setyo Adi. 2017 “Model Osilator Wien Dengan Pembatas Amplitudo
Menggunakan Lampu Tungsten”, Jurrnal Ilmiah Matematika ,Vol. 3,
No.6.
Hayt, Wiliiam H., Kemmerly, Jack E., Durbin Steven M. 2005. Analisis Rangkaian
Listrik Edisi 6 Jilid II. Erlangga: Jakarta
Fuada, Syifaul. 2014 “Pengujian Trainer Oscilator Wien Bridge (Jembatan Wien)
Dengan Menggunakan Osciloskop Dan Frekuensi Counter” Prosiding Sentia -
Politeknik Negeri Malang, Vol. 6, No. 3.

Anda mungkin juga menyukai